PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
Berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita, serta mengetahui lebih
dalam sejarah apa saja yang terjadi pada Indonesia lampau.
BAB 2
KAJIAN TEORI
Pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet Amir
Syarifuddin tahun 1948, yaitu tanda tanganinya perundingan Renville, ternyata perundingan
Renville yang sangat merugikan Indonesia. Maka Amir Syarifuddin turun dari kabinetnya dan
digantikan oleh Kabinet Hatta. Ia merasa kecewa karena kabinetnya jatuh kemudian membentuk
Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948. FDR selalu berusaha melakukan
kegiatan yang menyebabkan muncul bentrokan fisik dengan para lawan politiknya. Seperti pada
tanggal 5 Juli 1948 kaum buruh yang dibawah pengaruh FDR mengadakan pemogokan di Pabrik
Karung Delanggu, Klaten. 5 hari kemudian terjadi bentrokan dengan Serikat Tani Islam (STII),
dimana pemogokan ini ditentang oleh organisasi tani Masyumi
Pada Agustus 1948, Musso (tokoh Komunis yang tinggal di Moskow sejak 1926)
kembali ke Indonesia dan memberikan doktrin baru bagi kekuatan komunis di Indonesia.
Keadaan ini membuat Amir Syarifuddin dengan FDRnya bersama dengan Partai Buruh
memutuskan untuk bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), pimpinan Muso, Alimin,
Semaun dan Darsono. Bersama PKI, FDR merencanakan suatu perebutan kekuasaan. Melalui
kampanye-kampanye politiknya Musso mengecam kabinet Hatta, menurutnya hanya PKI yang mampu
menyelesaikan revolusi di Indonesia, ia menuduh pemerintahan Hatta telah membawa Negara
Indonesia pada “penjajahan baru” dalam bentuk lain. Meskipun mendapat kecaman dan
yentangan keras dari Musso dengan FDR tetapi Hatta tetap melaksanakan programnya terutama
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera). Musso menentang karena dengan
program ini menyebabkan berkurangnya kader komunis di TNI. Tetapi upaya Musso mengalami
kegagalan karena kabinet Hatta didukung oleh partai besar seperti PNI dan Masyumi serta
beberapa organisasi pemuda yang tergabung dalam Badan Perjuangan Seberang di bawah
pimpinan Mr. Latuharhary.
Puncak dari gerakan PKI ini adalah tanggal 18 September 1948 dengan
memproklamasikan berdirinya Soviet Republik Indonesia melalui Radio Gelora Pemuda di
Madiun dan Keinginan Amir Syarifudin akan terwujudnya konsep tentara merah. Konsep itu
langsung ditolak secara mentah oleh Jendral Soedirman dan Jendral Oemar Soemoharjo. Kedua
Jendral itu langsung menjelaskan bahwa Tentara Republik Indonesia (TRI) adalah tentara rakyat
dan tentara pejuang, bukan tentara model asing apalagi model tentara merah.Menyertai gerakan
ini, mereka mengadakan aksi-aksi kejam, dengan mengadakan penculikan dan pembunuhan
terhadap tokoh-tokoh pemerintah dan agama. Salah satu tokoh pemerintah yang menjadi korban
gerakan ini adalah Gubernur Jawa Timur, R.M. Suryo yang diculik dan dibunuh.
Presiden Soekarno berpidato pada tanggal 19 September 1948 untuk menghantam dan
menghancurkan pengacau-pengacau negara. Kekuasaan negara kemudian dipusatkan ditangan
Presiden dan segala alat negara digerakkan untuk menindas pemberontakan itu. Pemberontakan
Madiun disebutkan Bung Karno : “Suatu tragedi nasional pada saat pemerintah RI dan rakyat
dengan segala penderitaan, sedang menghadapi lawan Belanda, maka ditusuklah dari belakang
perjuangan nasional yang maha hebat ini. Tenaga nasional, tenaga rakyat terpecah, terancam
dikacau balaukan.
Menindak gerakan tersebut adalah dengan mengajak rakyat Indonesia untuk
menentukan sikap memilih Soekarno-Hatta atau memilih Musso-Amir. Pemerintah melakukan
Gerakan Operasi Militer (GOM) I dengan pemimpin panglima Sudirman yang mengerahkan
kekuatan TNI dan Polri dalam rangka mematahkan kekuatan pemberontak. Operasi ini dapat
dilakukan dalam 2 minggu sehingga pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil
direbut kembali oleh TNI. Para pemberontak lari, dan dalam pengejaran Musso tertembak
hingga meninggal. Operasi tersebut dilakukan hingga ke daerah-daerah lain dan dalam waktu 2
bulan operasi penumpasan ini dianggap selesai. Tetapi tokoh-tokoh yang tertangkap belum
sempat diadili. Hal ini dikarenakan, pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melakukan Agresi
Militer yang kedua sehingga banyak tokoh PKI yang berhasil lolos. Akan tetapi, Amir
Syarifuddin berhasil ditembak mati.
Saran
Persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia dalam menghimpun kekuatan sangat penting untuk
melawan pemberontakan. Dengan adanya pemberontakan diharapkan pemerintah Indonesia juga
segera tanggap dalam menghadapinya agar tidak menimbulkan pemberontakan lain. Oleh karena
keberadaan negara yang masih berkembang ini diharapkan siap menghadapi segala tantangan yang
datang dari dalam maupun luar negeri.