Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONFLIK KEPENTINGAN

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :


- ADI BADRIANSYAH M NUR
- I PUTU BANDHU SOGATA
- IDA BAGUS DUTA YOGISWARA
- RACHMAN AULIA DAFFA TRIRAYI
- SURYA GILANG PUTRA NUGRAHA

KELAS : XII MIPA 3


1. APRA

a. Latar Belakang Pemberontakan APRA


Latar belakang timbulnya pemberontakan APRA adalah mulai dibubarkannya negara
bagian bentukan Belanda di Republik Indonesia Serikat (RIS) yang bergabung kembali ke
Republik Indonesia. APRA tidak menyetujui adanya rencana pembubaran Republik Indonesia
Serikat (RIS) melalui hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag tahun 1949.
Seperti diketahui hasil dari KMB termasuk di antaranya memutuskan bahwa kerajaan
Belanda akan menarik pasukan KL (Koninklijk Leger) dari Indonesia, sementara tentara KNIL
akan dibubarkan dan akan dimasukkan ke dalam kesatuan-kesatuan TNI . Dari hasil tersebut,
akhirnya APRA dan Westerling mencoba melakukan kudeta pada Januari 1950.

b. Tujuan Pemberontakan APRA


Penamaan Ratu Adil memang sengaja diberikan oleh Westerling untuk meraih tujuannya
karena memiliki sebuah makna penting bagi masyarakat yang saat itu sedang dijajah.
Westerling yang memiliki darah campuran Turki menggunakan strategi tersebut karena ia
menganggap dirinya sebagai “Ratu Adil”. Ratu Adil diramalkan dapat membebaskan
masyarakat Indonesia dari kepemimpinan yang hanya mementingkan kebutuhannya sendiri.
Dalam pemberontakannya, Westerling berusaha untuk mengambil hati rakyat agar bisa
membantu untuk mencapai tujuannya. Tujuan Pemberontakan APRA adalah untuk
mempertahankan adanya negara-negara federal dalam RIS yang dipimpin oleh Soekarno.
Sebelum meletusnya pemberontakan tersebut yaitu pada Kamis, 5 Januari 1950, Westerling
telah lebih dulu mengirim surat ultimatum kepada pemerintah RIS. Isi ultimatum tersebut
adalah ia menuntut agar pemerintah RIS menghargai negara-negara bagian, terutama
Negara Pasundan serta pemerintah RIS harus mengakui APRA sebagai tentara Pasundan.
Pemerintah RIS diberi waktu selama tujuh hari untuk memberikan jawaban, yang apabila
ditolak maka akan terjadi pertempuran besar.
Akhirnya, untuk mencegah terjadinya tindakan Westerling, tanggal 10 Januari 1950,
Mohammad Hatta, Wakil Presiden RI, mengeluarkan perintah penangkapan terhadap
Westerling. Namun Westerling yang sudah mendengar rencana penangkapan tersebut pun
kemudian mempercepat pelaksanaan kudetanya dengan menyerang Bandung dan
melakukan pembantaian di sana.

c. Dampak Pemberontakan APRA


Akibatnya penyerangan tersebut sebanyak 94 TNI dari Divisi Siliwangi, termasuk Letnan
Kolonel Lembong, tewas. Pemberontakan ini juga berpengaruh kepada kondisi keuangan
negara dan keamanan rakyat Walau begitu, dampak positif dari peningkatan dari rasa saling
memiliki, persatuan dan kesatuan dari seluruh masyarakat Indonesia juga kembali muncul
akibat peristiwa tersebut.
Dari pihak pasukan Westerling, terjadi perubahan saat mereka gagal melakukan kudeta
yang kedua. Kegagalan ini menyebabkan adanya demoralisasi anggota milisi terhadap
Westerling. Westerling pun terpaksa melarikan diri ke Belanda dan APRA resmi tidak lagi
beroperasi pada Februari 1950.
2. Andi Aziz

a. Latar Belakang Pemberontakan Andi Aziz


Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia merdeka dan pada awalnya berbentuk federasi
atau negara bagian. Salah satunya adalah Negara Indonesia Timur (NIT), yang terbentuk
pada Desember 1946, dengan wilayah yang mencakup kepulauan Sunda Kecil (Bali dan
sekitarnya), Maluku, dan Sulawesi.
Namun, setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung dari 23 Agustus hingga
2 November 1949 di Den Haag, Indonesia menyatakan diri sebagai Negara Republik
Indonesia Serikat (RIS), yang terbagi menjadi 16 federasi. Tujuan ini adalah agar Indonesia
diakui kedaulatannya oleh Belanda.
Namun, keputusan KMB tidak berlangsung lama karena golongan unitaris akhirnya
mengusulkan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga wilayah-
wilayah termasuk NIT bergabung kembali menjadi bagian NKRI.
Pemberontakan Andi Azis terjadi karena ia menolak rencana penyatuan NIT ke dalam
NKRI dan termasuk dalam golongan federalis yang menentang penyatuan tersebut. Tindakan
Belanda dalam KMB dianggap sebagai upaya memecah belah Indonesia dan
mempertahankan jajahannya.

b. Faktor Penyebab dan Tujuan


RIS menjadi NKRI dengan beberapa Negara Bagian termasuk NIT, tapi NIT mendapat kabar
penyatuan pada 4 April 1950. Andi Azis dan mantan anggota KNIL menentang APRIS yang
datang ke Makassar pada 5 April karena takut diperlakukan diskriminatif.
Pemberontakan Andi Azis saat itu berupa:
• Menduduki sejumlah tempat dan sektor penting badan militer di wilayah Indonesia Timur
• Menangkap Letnan Kolonel AJ. Mokognita, seorang Panglima Teritorium (wilayah)
Indonesia Timur
Adapun tujuan pemberontakan Andi Azis adalah ia mengincar kedudukan atau posisi
puncak pemerintahan negara federasi di sektor militer bersama Soumokil sebagai tokoh
politik dan Sukowati selaku presidennya.

c. Dampak
Pemberontakan Andi Azis ditindak tegas oleh pemerintah dengan mengirim pasukan
pimpinan Kolonel Alex Kawilarang. Andi Azis diminta untuk melapor ke Jakarta dan menarik
pasukannya, namun terlambat. Pasukan harus menyerahkan senjata dan membebaskan
tawanan sebelum 4 x 24 jam, tetapi pemberontakan sudah terjadi. Andi Azis ditangkap di
Jakarta dan mengakui perbuatannya karena ketidakpuasan terhadap APRIS. Pasukan
pemberontakan berhasil diatasi oleh tentara di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang.
3. Kahar Muzakkar

Kahar Muzakkar adalah dalang utama dibalik pemberontakan ini. Ia memimpin kelompok
gerakan yang bernama Komando Gerilya Sulawesi Selatan atau KGSS dan melakukan
berbagai kekacauan di Sulawesi Selatan.
Menurut sejarah yang beredar, nama Abdul Kahar Muzakkar merupakan nama yang
serupa dengan salah satu guru favoritnya yang bernama Abdul Kahar Muzakkir. Pada 20
Januari 1952, Kahar Muzakkar memutuskan untuk bergabung dengan DI/TII. Pada 7 Agustus
1953, ia mengumumkan jika Sulawesi Selatan dan daerah sekitarnya merupakan bagian dari
Negara Islam Indonesia.
Kahar Muzakkar melakukan pemberontakan sebanyak dua tahap. Pada 1950 hingga 1952
merupakan tahap pemberontakan pertama. Sedangkan 1953 hingga 1965 merupakan
pemberontakan kedua. Pada tahap pemberontakan pertama (1950-1952), Kahar Muzakkar
dan kelompoknya, menggunakan Pancasila sebagai ideologi gerakannya.
Tidak hanya itu, pada saat yang bersamaan, ia menggalang massa untuk melakukan
pemberontakan di tahap berikutnya. Pada tahap pemberontakan kedua (1953-1965),
ideologi berubah menjadi ideologi Islam atau yang dapat disebut sebagai Revolusi Islam.
Sebagai tindak lanjut atas aksi pemberontakan yang dilakukan Kahar Muzakkar,
pemerintah pusat langsung mengirimkan operasi militer ke Sulawesi Selatan. Sayangnya,
operasi militer ini membutuhkan waktu yang lama. Hingga pada akhirnya Februari 1965,
Kahar Muzakkar ditembak mati, hal ini sekaligus mengakhir pemberontakan di Sulawesi
Selatan.
4. RMS (Republik Maluku Selatan)

a. Latar Belakang RMS


Latar belakang munculnya pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)adalah
anggapan bahwa bergabungnya Maluku ke dalam NKRI akan memicu masalah. Manusama,
salah seorang tokoh RMS menyebar semangat anti pemerintah dengan menyebut bahwa
orang Maluku tidak mau dijajah orang Jawa.
Hal ini yang menjadi latar belakang pembentukan Republik Maluku Selatan (RMS) dan
munculnya pemberontakan. Wilayah yang memberontak antara lain Pulau Ambon, Seram,
dan Buru.

b. Dampak
Pengibaran bendera Benang Raja dan dimulainya pemberontakan RMS menimbulkan
berbagai dampak. Dampak utama yaitu banyaknya korban yang jatuh dari kedua belah pihak
pada masa perlawanan. Selain itu, terjadi migrasi pengungsi ke Belanda karena dianggap
mendukung berdirinya RMS.
Hal ini juga menimbulkan ketidakstabilan kondisi keamanan dan politik antar kelompok di
wilayah Maluku. Bahkan beberapa kejadian terorisme oleh anggota RMS juga terjadi di
Belanda. Hubungan Indonesia dan Belanda juga turut terdampak akibat munculnya
pemberontakan ini.

c. Penyelesaian
Penyelesaian pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) ditempuh dengan berbagai
cara.
Secara persuasif, pemerintah mengutus Dr. J. Leimena untuk melakukan pendekatan
dengan menyampaikan permintaan berdamai kepada RMS supaya tetap bergabung dengan
NKRI. Soumokil dengan tegas menolak permintaan ini dan ingin tetap melepaskan diri dari
NKRI. Akibatnya ditempuh cara perlawanan dengan membentuk Operasi Militer yang
dipimpin Kolonel A.E. Kawilarang.
Sebagai panglima tentara dan teritorium Indonesia Timur, ia ditunjuk karena dianggap
mengerti dan paham bagaimana kondisi di wilayah tersebut. Setelah perlawanan panjang,
Kota Ambon akhirnya dapat dikuasai pada awal November 1950. Keberhasilan ini diikuti
dengan penangkapan Presiden pertama RMS, JH Manuhutu dan Perdana Menteri RMS
Wairisal, beserta sembilan menteri lainnya.
Para tokoh RMS ini kemudian dijatuhi hukuman penjara selama tiga sampai lima setengah
tahun. Namun saat terjadi pertempuran dalam merebut Benteng Nieuw Victoria, Letnan
Kolonel Slamet Riyadi yang bertugas saat itu harus gugur di medan laga. Perang gerilya juga
masih berlanjut di Pulau Seram sampai 1962. Soumokil akhirnya tertangkap pada 12
Desember 1963 dan sesuai keputusan Mahkamah Militer Luar Biasa di Jakarta, ia dijatuhi
hukuman mati pada tahun 1966.
Dalam prosesnya, Soumokil dan para tokoh RMS lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman
penjara selama beberapa tahun. Pertempuran merebut Benteng Nieuw Victoria juga
menyebabkan gugurnya Letnan Kolonel Slamet Riyadi. Perang gerilya masih berlanjut di
Pulau Seram hingga tahun 1962.
Pada akhirnya, Soumokil ditangkap pada tanggal 12 Desember 1963 dan dijatuhi
hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa di Jakarta pada tahun 1966.
5. PRRI/Permesta

a. Latar Belakang Pemberontakan PRRI


Dalam buku sejarah Demi Kehormatan Negara yang disusun oleh Hasiyati (2020),
pertentangan pemerintah pusat dan sejumlah daerah berpangkal pada persoalan alokasi
dana pembangunan yang tidak merata dan tuntutan otonomi daerah.
Situasi sudah memanas sejak terjadi pengurangan divisi pada brigade di angkatan darat
yang menyisakan Resimen Infanteri 4 TT I BB. Para perwira dan tokoh militer di daerah
kecewa dan merasa terhina akan hal tersebut setelah berjuang mempertaruhkan jiwa raga
untuk bela negara.
Ketidakpuasan tersebut terjadi di sejumlah wilayah Sumatra dan Sulawesi, serta
diperparah dengan tingkat kesejahteraan prajurit dan masyarakat yang sangat rendah kala
itu. Hal ini menjadi pemicu kemunculan dewan perjuangan daerah pada Desember 1956
hingga Februari 1957.
Dalam buku Prajurit-Prajurit di Kiri Jalan (2011) karya Petrik Matanasi, PRRI/Permesta
lahir di Padang, Sumatra Barat pada 15 Februari 1958. Di sisi lain, Permesta sudah terbentuk
pada 2 Maret 1957 di Makassar, Sulawesi Selatan namun pusat Permesta ada di Manado,
Sulawesi Utara.

b. Tujuan dan Tokoh Pemberontakan PRRI/Permesta


Puncak pemberontakan PRRI/Permesta ditandai dengan persetujuan dari Letnan Kolonel
Achmad Husein terkait berdirinya PRRI dan pembentukan kabinet dengan Sjafruddin
Prawiranegara sebagai Perdana Menteri. Proklamasi berdirinya PRRI disambut meriah di
Indonesia bagian Timur.
Sementara itu, Letnan Kolonel D.J Somba, Komandan Daerah Militer Sulawesi Utara dan
Tengah memutus hubungan dengan Pemerintah Pusat dan mendukung PRRI. Dari
ketidakpuasan tersebut, terjadi pembentukan dewan perjuangan yaitu:
1. Dewan Banteng yang dipimpin Letkol Ahmad Husein di wilayah Sumatera Barat
2. Dewan Gajah yang dipimpin Kolonel Maludin Simbolon di wilaya Sumatera Utara
3. Dewan Garuda yang dipimpin Letkol Barlian di wilayah Sumatera Selatan
4. Dewan Manguni yang dipimpin Kolonel Ventje Sumual di Sulawesi.
Adapun tujuan dari pembentukan dewan-dewan tersebut ialah menyatukan kepentingan
sehingga muncul 3 tuntutan utama dari PRRI/Permesta kepada pemerintah pusat, yaitu:
- Meminta pembubaran Kabinet Djuanda
Pembentukan pemerintahan sementara oleh Moh Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX
hingga pemilihan umum berikutnya dilaksanakan Sukarno kembali ke posisi
konstitusionalnya.

Terkait masalah otonomi daerah, PRRI menuntut pemerintah bertindak adil dan merata
untuk alokasi dana pembangunan daerah.
DAFTAR PUSTAKA
https://amp.kompas.com/regional/read/2022/07/27/232043778/pemberontakan-apra-
tokoh-latar-belakang-tujuan-dan-dampak

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6052405/pemberontakan-andi-azis-latar-
belakang-tujuan-dan-dampaknya

https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/27/161321769/pemberontakan-kahar-
muzakkar-di-sulawesi-selatan?
amp=1&page=2&_gl=1*15b7pf7*_ga*YW1wLWt5WU9SaEMybzF3Vm5zY0g4TndqelE.*_ga_
77DJNQ0227*MTY5MTMxNDM2MC4xLjEuMTY5MTMxNDQwMi4wLjAuMA

https://regional.kompas.com/read/2022/02/05/202453678/pemberontakan-republik-
maluku-selatan-tokoh-latar-belakang-dampak-dan#page2

https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/edu/detikpedia/d-6074564/
pemberontakan-prripermesta-latar-belakang-tujuan-tokoh-dan-dampaknya/amp

Anda mungkin juga menyukai