KONFLIK KEPENTINGAN
c. Dampak
Pemberontakan Andi Azis ditindak tegas oleh pemerintah dengan mengirim pasukan
pimpinan Kolonel Alex Kawilarang. Andi Azis diminta untuk melapor ke Jakarta dan menarik
pasukannya, namun terlambat. Pasukan harus menyerahkan senjata dan membebaskan
tawanan sebelum 4 x 24 jam, tetapi pemberontakan sudah terjadi. Andi Azis ditangkap di
Jakarta dan mengakui perbuatannya karena ketidakpuasan terhadap APRIS. Pasukan
pemberontakan berhasil diatasi oleh tentara di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang.
3. Kahar Muzakkar
Kahar Muzakkar adalah dalang utama dibalik pemberontakan ini. Ia memimpin kelompok
gerakan yang bernama Komando Gerilya Sulawesi Selatan atau KGSS dan melakukan
berbagai kekacauan di Sulawesi Selatan.
Menurut sejarah yang beredar, nama Abdul Kahar Muzakkar merupakan nama yang
serupa dengan salah satu guru favoritnya yang bernama Abdul Kahar Muzakkir. Pada 20
Januari 1952, Kahar Muzakkar memutuskan untuk bergabung dengan DI/TII. Pada 7 Agustus
1953, ia mengumumkan jika Sulawesi Selatan dan daerah sekitarnya merupakan bagian dari
Negara Islam Indonesia.
Kahar Muzakkar melakukan pemberontakan sebanyak dua tahap. Pada 1950 hingga 1952
merupakan tahap pemberontakan pertama. Sedangkan 1953 hingga 1965 merupakan
pemberontakan kedua. Pada tahap pemberontakan pertama (1950-1952), Kahar Muzakkar
dan kelompoknya, menggunakan Pancasila sebagai ideologi gerakannya.
Tidak hanya itu, pada saat yang bersamaan, ia menggalang massa untuk melakukan
pemberontakan di tahap berikutnya. Pada tahap pemberontakan kedua (1953-1965),
ideologi berubah menjadi ideologi Islam atau yang dapat disebut sebagai Revolusi Islam.
Sebagai tindak lanjut atas aksi pemberontakan yang dilakukan Kahar Muzakkar,
pemerintah pusat langsung mengirimkan operasi militer ke Sulawesi Selatan. Sayangnya,
operasi militer ini membutuhkan waktu yang lama. Hingga pada akhirnya Februari 1965,
Kahar Muzakkar ditembak mati, hal ini sekaligus mengakhir pemberontakan di Sulawesi
Selatan.
4. RMS (Republik Maluku Selatan)
b. Dampak
Pengibaran bendera Benang Raja dan dimulainya pemberontakan RMS menimbulkan
berbagai dampak. Dampak utama yaitu banyaknya korban yang jatuh dari kedua belah pihak
pada masa perlawanan. Selain itu, terjadi migrasi pengungsi ke Belanda karena dianggap
mendukung berdirinya RMS.
Hal ini juga menimbulkan ketidakstabilan kondisi keamanan dan politik antar kelompok di
wilayah Maluku. Bahkan beberapa kejadian terorisme oleh anggota RMS juga terjadi di
Belanda. Hubungan Indonesia dan Belanda juga turut terdampak akibat munculnya
pemberontakan ini.
c. Penyelesaian
Penyelesaian pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) ditempuh dengan berbagai
cara.
Secara persuasif, pemerintah mengutus Dr. J. Leimena untuk melakukan pendekatan
dengan menyampaikan permintaan berdamai kepada RMS supaya tetap bergabung dengan
NKRI. Soumokil dengan tegas menolak permintaan ini dan ingin tetap melepaskan diri dari
NKRI. Akibatnya ditempuh cara perlawanan dengan membentuk Operasi Militer yang
dipimpin Kolonel A.E. Kawilarang.
Sebagai panglima tentara dan teritorium Indonesia Timur, ia ditunjuk karena dianggap
mengerti dan paham bagaimana kondisi di wilayah tersebut. Setelah perlawanan panjang,
Kota Ambon akhirnya dapat dikuasai pada awal November 1950. Keberhasilan ini diikuti
dengan penangkapan Presiden pertama RMS, JH Manuhutu dan Perdana Menteri RMS
Wairisal, beserta sembilan menteri lainnya.
Para tokoh RMS ini kemudian dijatuhi hukuman penjara selama tiga sampai lima setengah
tahun. Namun saat terjadi pertempuran dalam merebut Benteng Nieuw Victoria, Letnan
Kolonel Slamet Riyadi yang bertugas saat itu harus gugur di medan laga. Perang gerilya juga
masih berlanjut di Pulau Seram sampai 1962. Soumokil akhirnya tertangkap pada 12
Desember 1963 dan sesuai keputusan Mahkamah Militer Luar Biasa di Jakarta, ia dijatuhi
hukuman mati pada tahun 1966.
Dalam prosesnya, Soumokil dan para tokoh RMS lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman
penjara selama beberapa tahun. Pertempuran merebut Benteng Nieuw Victoria juga
menyebabkan gugurnya Letnan Kolonel Slamet Riyadi. Perang gerilya masih berlanjut di
Pulau Seram hingga tahun 1962.
Pada akhirnya, Soumokil ditangkap pada tanggal 12 Desember 1963 dan dijatuhi
hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa di Jakarta pada tahun 1966.
5. PRRI/Permesta
Terkait masalah otonomi daerah, PRRI menuntut pemerintah bertindak adil dan merata
untuk alokasi dana pembangunan daerah.
DAFTAR PUSTAKA
https://amp.kompas.com/regional/read/2022/07/27/232043778/pemberontakan-apra-
tokoh-latar-belakang-tujuan-dan-dampak
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6052405/pemberontakan-andi-azis-latar-
belakang-tujuan-dan-dampaknya
https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/27/161321769/pemberontakan-kahar-
muzakkar-di-sulawesi-selatan?
amp=1&page=2&_gl=1*15b7pf7*_ga*YW1wLWt5WU9SaEMybzF3Vm5zY0g4TndqelE.*_ga_
77DJNQ0227*MTY5MTMxNDM2MC4xLjEuMTY5MTMxNDQwMi4wLjAuMA
https://regional.kompas.com/read/2022/02/05/202453678/pemberontakan-republik-
maluku-selatan-tokoh-latar-belakang-dampak-dan#page2
https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/edu/detikpedia/d-6074564/
pemberontakan-prripermesta-latar-belakang-tujuan-tokoh-dan-dampaknya/amp