2
Pemberontakan Andi Aziz
3
Latar Belakang
Pemberontakan di bawah naungan Andi Azis ini terjadi di Makassar yang diawali
dengan adanya konflik di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan yang
berlangsung di Makassar ini terjadi karena adanya demonstrasi dari kelompok
masyarakat yang anti federal, mereka mendesak Negara Indonesia Timur (NIT)
supaya segera menggabungkan diri dengan RI.
Sementara itu di sisi lain terjadi sebuah konflik dari kelompok yang mendukung
terbentuknya Negara Federal. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya kegaduhan
dan ketegangan di masyarakat.
4
Latar Belakang
Untuk menjaga keamanan di lingkungan masyarakat, maka pada tanggal
5 April 1950 pemerintah mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion
dari Jawa untuk mengamankan daerah tersebut. Namun kedatangan TNI
ke daerah tersebut dinilai mengancam kedudukan kelompok masyaraat
pro-federal.
Selanjutnya para kelompok masyarakat pro-federal ini bergabung dan
membentuk sebuah pasukan “Pasukan Bebas” di bawah komando
kapten Andi Azis. Ia menganggap bahwa masalah keamanan di Sulawesi
Selatan menjadi tanggung jawabnya.
5
Latar Belakang
Jadi, dapat disimpulkan bahwa latar belakang pemberontakan Andi Azis
adalah :
• Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya
merupakan tanggung jawab pasukan bekas KNIL saja.
• Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang
Republik Indonesia Serikat) terhadap konflik di Sulawesi Selatan.
• Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.
6
DAMPAK
Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang
markas Tentara Nesional Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar,
dan mereka pun berhasil menguasainya. Bahkan, Letkol Mokoginta
berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis.
Akhirnya, Ir.P.D Diapri (Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri karena
tidak setuju dengan apa yang sudah dilakukan oleh Andi Azis dan ia
digantikan oleh Ir. Putuhena yang pro-RI.
Pada tanggal 21 April 1950, Sukawati yang menjabat sebagai Wali
Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk bergabung
dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
7
Penumpasan
Untuk menanggulangi pemberontakan Andi Azis, pemerintah
Indonesia mengeluarkan ultimatum pada tanggal 8 April 1950.
Isi dari ultimatum tersebut memerintahkan kepada Andi Azis agar
melaporkan diri serta mempertanggungjawabkan perbuatannya ke
Jakarta dalam tempo 4 x 24 jam.
Andi Azis juga diperintahkan untuk menarik pasukannya,
menyerahkan semua senjata, dan membebaskan tawanan.
Setelah batas waktu ultimatum tidak dipenuhi, pemerintah
mengirimkan pasukan ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel Alex
Kawilarang. Pada tanggal 26 April 1950, seluruh pasukan mendarat di
Makassar dan terjadilah pertempuran.
8
Penumpasan
Pada tanggal 5 Agustus 1950, tiba-tiba Markas Staf Brigade 10/Garuda
Makassar dikepung oleh pengikut Andi Azis, namun berhasil dipukul
mundur pihak TNI. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa 5 Agustus 1950.
Setelah terjadi pertempuran selama dua hari, pasukan yang mendukung
gerakan Andi Azis, yakni KNIL/KL minta berunding. Pada tanggal 8 Agustus
1950 terjadi kesepakatan antara Kolonel Kawilarang (TNI) dan Mayor
Jenderal Scheffelaar (KNIL/KL).
Isi kesepakatan tersebut adalah penghentian tembak-menembak, KNIL/KL
harus meninggalkan makassar dan meninggalkan semua senjatanya.
Akhirnya Andi Azis dapat ditangkap dan diadili di Pengadilan Militer
Jogjakarta pada tahun 1953 dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
9
PERISTIWA REPUBLIK MALUKU
SELATAN
CHRISTIAN ROBBERT
STEVEN SOUMOKIL
13 OKTOBER 1905
Surabaya, Jawa Timur
10
Latar Belakang
Pemberontakan RMS ini merupakan suatu gerakan yang dilatar belakangi karna
ketidakpuasan mereka terhadap proses kembalinya RIS ke Negara Kesatuan Republik
Indonesia(NKRI). Pemberontakan yang mereka lakukan mengunakan unsur KNIL
(Koninklijk Nederlands-Indische Leger) yang merasa bahwa status mereka tidak jelas
dan tidak pasti setelah KMB.
Keberhasilan anggota APRIS mengatasi keadaan yang membuat masyarakat semakin
bersemangat untuk kembali ke pangkuan NKRI.
Namun, dalam usaha untuk mempersatukan kembali masyarakat ke Negara Kesatuan
Republik Indonesia terjadi beberapa hambatan yang diantaranya terror dan intimidasi
yang di tujukan kepada masyarakat, terlebih setelah teror yang dibantu oleh anggota
Polisi yang telah dibantu dengan pasukan KNIL bagian dari Korp Speciale Troepen yang
dibentuk oleh seorang kapten bernama Raymond Westerling yang bertempat di
Batujajar yang berada di daerah Bandung.
11
Latar Belakang
Aksi teror yang dilakukannya tersebut bahkan sampai memakan korban jiwa karena dalam aksi
terror tersebut terjadi pembunuhan dan penganiayaan. Benih Separatisme-pun akhirnya
muncul. Para biokrat pemerintah daerah memprovokasi masayarakat Ambon bahwa
penggabungan wilayah Ambon ke NKRI akan menimbulkan bahaya di kemudian hari sehingga
seluruh masyarakat diingatkan untuk menghindari dan waspada dari ancaman bahaya tersebut.
Akan tetapi Soumokil bersama para anggotanya tidak akan menyerah untuk melepaskan
Maluku Tengah dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indoneisa. Bahkan dalam perundingan
yang berlangsung di Ambon ia mengusulkan supaya daerah Maluku Selatan dijadikan sebagai
daerah yang merdeka, dan bila perlu seluruh anggota dewan yang berada di daerah Maluku
Selatan dibunuh.
Pada tanggal 20 April tahun 1950, Pupella dari Pemuda Indonesia Maluku (PIM) mengajukan
mosi tidak percaya terhadap parlemen NIT sehingga mendorong kabinet NIT untuk meletakan
jabatannya dan akhirnya kabinet NIT dibubarkan dan bergabung ke dalam wilayah NKRI.
Kegagalan pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Abdoel Azis (Andi Azis) menyebabkan
berakhirnya Negara Indonesia Timur.
Latar Belakang
Akan tetapi Soumokil bersama para anggotanya tidak akan menyerah untuk
melepaskan Maluku Tengah dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indoneisa.
Bahkan dalam perundingan yang berlangsung di Ambon dengan pemuka KNIL
beserta Ir. Manusaman, ia mengusulkan supaya daerah Maluku Selatan
dijadikan sebagai daerah yang merdeka, dan bila perlu seluruh anggota dewan
yang berada di daerah Maluku Selatan dibunuh.
13
TUJUAN
16
Dampak
Pada Tahun 1978 anggota RMS menyandera kurang lebih 70 warga sipil yang berada
di gedung pemerintahan Belanda di Assen-Wesseran. Teror tersebut juga dilakukan
oleh beberapa kelompok yang berada di bawah pimpinan RMS, seperti kelompok
Bunuh Diri di Maluku Selatan. Dan pada tahun 1975 kelompok ini pernah merampas
kereta api dan menyandera 38 penumpang kereta api tersebut. Pada tahun 2002,
pada saat peringatan proklamasi RMS yang ke-15 dilakukan, diadakan acara
pengibaran bendera RMS di Maluku. Akibat dari kejadian ini, 23 orang ditangkap oleh
aparat kepolisian. Setelah penangkapan aktivis tersebut dilakukan, mereka tidak
menerima penangkapan tersebut karena dianggap tidak sesuai dengan hukum yang
berlaku. Selanjutnya mereka memperadilkan Gubernur Maluku beserta Kepala
Kejaksaan Tinggi Maluku karena melakukan penangkapan dan penahanan terhadap
15 orang yang diduga sebagai propokator dan pelaksana pengibaran bendera RMS
tersebut.
Dampak
Pada tahun 2004, ratusan pendukung RMS mengibarkan bendera RMS di Kudamati.
Akibat dari pengibaran bendera ini, sejumlah aktivis yang berada di bawah naungan RMS
ditangkap dan akibat dari penangkapan tersebut, terjadilah sebuah konflik antara
sejumlah aktivis RMS dengan Kelompok Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tidak cukup dengan aksi tersebut, Anggota RMS kembali menunjukkan keberadaannya
kepada masyarakat Indonesia.
Kali ini mereka tidak segan-segan untuk meminta pengadilan negeri Den Haang untuk
menuntut Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dan menangkapnya atas kasus Hak
Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan terhadap 93 aktivis RMS. Peristiwa paling parah
terjadi pada tahun 2007, dimana pada saat itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
sedang menghadiri hari Keluarga Nasional yang berlangsung di Ambon, Maluku.
Ironisnya, pada saat penari Cakalele masuk ke dalam lapangan, mereka tidak tanggung-
tanggung untuk mengibarkan bendera RMS di hadapan presiden SBY.
18
Thanks!
ANY QUESTIONS?
19