Anda di halaman 1dari 6

Materi Kultum: 3 Obat untuk Penyakit Hati

Kultum kali ini saya akan membahas masalah tasyfiatun nufus (penyucian jiwa),
dimana menjadi sangat penting untuk pribadi-pribadi muslim saat ini. Sehingga
kewajiban untuk para da’i menyampaikannya kepada kaum muslimin. Berikut ini
sajiannya:

Assalamu alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh,

ِ ‫ت أَ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬


َ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَال‬ ِ ‫إِ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو َسيّئَا‬

ُ‫ي لَه‬
َ ‫هَا ِد‬

ُ‫أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلهَ إِالّ هللاُ َوأَ ْشهَ ُد أَ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬

‫ أَ َّما بَ ْع ُد‬7،‫ان إِلَى يَوْ ِم ال ّديْن‬


ٍ ‫ص ّل َو َسلّ ْم عَلى ُم َح ّم ٍد َوعَلى آلِ ِه ِوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس‬
َ ‫اَللهُ ّم‬

Kaum muslimin yang berbahagia

Syukur Alhamdulillah kita haturkan ke hadhirat Allah, Sang Pemberi petunjuk, Yang
menguasai dan mengendalikan seluruh hati manusia. Puji syukur kita haturkan pula
kepada Allah, karena dengan rahmat dan hidayahnya, kita bisa merasakan
nikmatnya ibadah dan ketaatan kepada-Nya.

Hadhirin yang kami hormati,

Seperti yang kita sadari bersama, umumnya manusia sangat sulit untuk melakukan
ibadah kepada Allah. Umumnya manusia sangat malas untuk diajak melakukan
ketaatan kepada Sang Pencipta. Mengapa?
Kita semua akan memiliki jawaban yang sama, karena manusia dibekali dengan
hawa nafsu. Hanya saja, manusia berbeda-beda. Ada yang hawa nafsunya lebih
menguasi dirinya, sehingga dia bergelimang dengan maksiat, namun dia tidak
merasa bersalah. Ada yang hati nuraninya lebih mendominasi, sehingga dia
menjadi hamba yang taat.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,

Jika kita perhatikan, sejatinya iman, islam, dan ketaatan kepada Allah adalah
sebuah kenikmatan. Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa ibadah bisa
dirasakan kenikmatannya, diantaranya firman Allah ketika menceritakan salah satu
kenikmatan yang Allah berikan kepada para sahabat,

‫َّب إِلَ ْي ُك ُم اإْل ِ ي َمانَ َو َزيَّنَهُ فِي قُلُوبِ ُك ْم َو َك َّرهَ إِلَ ْي ُك ُم ْال ُك ْف َر‬
َ ‫ير ِمنَ اأْل َ ْم ِر لَ َعنِتُّ ْم َولَ ِك َّن هَّللا َ َحب‬
ٍ ِ‫َوا ْعلَ ُموا أَ َّن فِي ُك ْم َرسُو َل هَّللا ِ لَوْ يُ ِطي ُع ُك ْم فِي َكث‬

َ ِ‫ق َو ْال ِعصْ يَانَ أُولَئ‬


َ‫ك هُ ُم الرَّا ِش ُدون‬ َ ‫َو ْالفُسُو‬

Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti


kemauan kalian dalam beberapa urusan benar-benarlah kalian mendapat
kesusahan, tetapi Allah menjadikan kalian ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan
keimanan itu indah di dalam hati kalian… (QS. Al-Hujurat: 7).

Atas petunjuk Allah ta’ala, Allah jadikan para sahabat manusia yang bisa menikmati
lezatnya iman, bahkan Allah jadikan iman itu sesuatu yang indah pada hati para
sahabat. Sehingga kecintaan mereka kepada kebaikan, mengalahkan segalanya.

Kemudian dalam hadis dari Abbas bin Abdul Mutahalib radhiyallahu ‘anhu,


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َوبِ ُم َح َّم ٍد َر ُسواًل‬،‫ َوبِاإْل ِ ْساَل ِم ِدينًا‬،‫ًّا‬7ّ‫ض َي بِاهللِ َرًب‬


ِ ‫ق طَ ْع َم اإْل ِ ي َما ِن َم ْن َر‬
َ ‫َذا‬

“Akan merasakan nikmatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabnya, islam
sebagai agamanya, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai
rasulnya.” (HR. Muslim, Turmudzi dan yang lainnya).

Dalam hadis di atas, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tiga kriteria:

 Orang yang mentauhidkan Allah dengan sepenuhnya, sebagai bukti dia


ridha Allah sebagai Rabnya,
 kemudian dia menjadikan syariat islam sebagai aturan hidupnya, sebagai
bukti dia ridha bahwa islam sebagai agamanya
 dan dia mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
hidupnya

orang yang memiliki 3 kriteria ini akan merasakan lezatnya.

Dalam hadis lain, yang mungkin hadis ini sering kita dengar, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam juga bersabda,

‫ َوأَ ْن يَ ْك َرهَ أَ ْن‬،ِ ‫ َوأَ ْن يُ ِحبَّ ال َمرْ َء الَ يُ ِحبُّهُ إِاَّل هَّلِل‬،‫ أَ ْن يَ ُكونَ هَّللا ُ َو َرسُولُهُ أَ َحبَّ إِلَ ْي ِه ِم َّما ِس َواهُ َما‬:‫ث َم ْن ُك َّن فِي ِه َو َج َد َحالَ َوةَ ا ِإلي َما ِن‬
ٌ َ‫ثَال‬

ِ َّ‫يَعُو َد فِي ال ُك ْف ِر َك َما يَ ْك َرهُ أَ ْن يُ ْق َذفَ فِي الن‬


‫ار‬

“Tiga hal, siapa yang memilikinya maka dia akan merasakan lezatnya iman: Allah
dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selainnya, dia mencintai seseorang hanya
karena Allah, dan dia sangat benci untuk kembali kepada kekufuran, sebagaimana
dia benci untuk dilempar ke neraka.” (HR. Bukhari, Muslim dan yang lainnya).

Semua dalil di atas menunjukkan betapa iman, islam, dan segala turunannya,
merupakan kenikmatan dan bisa dirasakan lezatnya

Hadhirin, jamaah yang kami hormati,

Yang menjadi tanda tanya kita, mengapa banyak orang justru merasa berat atau
bahkan merasa tersiksa ketika melakukan ketaatan? Bisa jadi, bahkan termasuk
kita, seringkali masih menganggap ketaatan itu sesuatu yang sulit bagi kita. Lalu
dimanakah nikmatnya iman itu?

Jamaah yang berbahagia,

Sejatinya kasus semacam ini juga dialami oleh fisik manusia. Seperti yang kita
pahami, hampir semua orang yang mengalami sakit, dia akan susah makan, dan
semua terasa pahit. Selezat apapun jenis makanan yang diberikan, orang sakit
akan merasakannya sebagai sesuatu yang pahit. Soto pahit, sate pahit, bahkan
sitipun pahit rasanya. Kenapa? Karena dia sedang sakit.

Seperti itu pula, orang yang sedang sakit hati dan mentalnya. Selezat apapun
nutrisi yang diberikan, dia akan merasakan pahit dan berusaha menolaknya.
Dengan ini kita bisa menemukan jawaban, mengapa banyak orang tidak merasakan
nikmatnya iman? Karena kebanyakan manusia, hati dan jiwanya sedang sakit.

Jamaah yang berbahagia,

Untuk bisa mengembalikan pada kondisi normal, tentu kita harus berusaha
mengobati penyakit itu. Karena jika sakit ini dibiarkan, selamanya kita tidak bisa
merasakan nikmatnya nutrisi dan makanan. Hati sakit yang dibiarkan, selamanya
akan sulit untuk menikmati lezatnya iman.

Imam Ibnul Qoyim, dalam karyanya Ighatsatul Lahafan (1/16 – 17) menjelaskan
bahwa ada 3 teori pokok untuk mengobati sesuatu yang sakit. Teori ini juga
digunakan dalam ilmu medis.

Dalam dunia medis, ketika seorang dokter hendak mengobati pasien, dia akan
memberlakukan 3 hal:

ُ ‫ ] ِح ْف‬menjaga kekuatan. Ketika mengobati pasien, dokter akan


Pertama, [‫ظ القُوَّ ة‬
menyarankan agar pasien banyak makan yang bergizi, banyak istirahat, tenangkan
pikiran, tidak lupa, sang dokter juga memberikan multivitamin. Semua ini dilakukan
dalam rangka menjaga kekuatan fisik pasien.

Ibnul Qoyim menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu upaya yang harus dia
lakukan adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan
melakukan berbagai ketaatan. Hatinya harus dipaksa untuk mendengarkan nasehat
dan ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan sunah, serta fisiknya dipaksa untuk
melakukan ibadah dan ketaatan. Karena ilmu dan amal, merupakan nutrisi bagi
hati manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis riwayat Bukhari,
memisalkan ilmu sebagaimana hujan dan hati manusia sebagaimana tanah. Karena
hati senantiasa butuh nutrisi berupa ilmu.

Kedua, [‫ ]ال ِح َما َية َع ِن الـم ُْؤذِى‬melindungi pasien dari munculnya penyakit yang baru atau
sesuatu yang bisa memparah sakitnya.

Dalam mengobati pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah menyarankan
pasien untuk menghindari berbagai pantangan sesuai jenis penyakit yang diderita
pasien.
Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit hati. Seperti yang dijelaskan Ibnul
Qoyim, orang yang sakit harus menghindari segala yang bisa memperparah
panyakit dalam hatinya, yaitu dengan menjauhi semua perbuatan dosa dan
maksiat. Dia hindarkan dirinya dari segala bentuk penyimpangan. Karena dosa dan
maksiat adalah sumber penyakit bagi hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menggambarkan bagaimana bahaya dosa bagi hati manusia,

،ُ‫ َوإِ ْن عَا َد ِزي َد فِيهَا َحتَّى تَ ْعلُ َو قَ ْلبَه‬،ُ‫َاب ُسقِ َل قَ ْلبُه‬
َ ‫ فَإ ِ َذا هُ َو نَ َز َع َوا ْستَ ْغفَ َر َوت‬،‫َت فِي قَ ْلبِ ِه نُ ْكتَةٌ َسوْ دَا ُء‬
ْ ‫إِ َّن ال َع ْب َد إِ َذا أَ ْخطَأ َ َخ ِطيئَةً نُ ِكت‬

} َ‫َوه َُو الرَّانُ الَّ ِذي َذ َك َر هَّللا ُ» { َكاَّل بَلْ َرانَ َعلَى قُلُوبِ ِه ْم َما َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬

Sesungguhnya seorang hamba, apabila melakukan perbuatan maksiat maka akan


dititikkan dalam hatinya satu titik hitam. Jika dia meninggalkan maksiat itu,
memohon ampun dan bertaubat, hatinya akan dibersihakn. Namun jika dia kembali
maksiat, akan ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah
yang diistilahkan “ar-raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya, (yang artinya),
‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutupi hati mereka.’ (HR. Turmudzi, Ibnu Majah dan sanadnya dinilai kuat oleh
Syuaib Al-Arnauth).

Ketiga, [‫ ]اِسْ ِت ْف َرا ُغ الـ َم َواد ال َفاسِ دَة‬menghilangkan penyakit yang ada dalam dirinya

Tahapan terakhir, setelah dokter memastikan jenis penyakit yang diderita pasien,
dokter akan memberikan obat untuk menyerang penyakit itu. Dokter akan
memberinkan antibiotik dengan dosis yang sesuai, atau obat lainnya yang sesuai
dengan penyakit pasien.

Di bagian akhir keterangannya untuk pembahasan ini, Ibnul Qoyim menjelaskan


bahwa cara untuk menghilangkan penyakit yang merusak hati adalah dengan
banyak bertaubat, beristighfar, memohon ampunan kepada Allah. Jika kesalahan
itu harus ditutupi dengan membayar kaffarah maka dia siap membayarnya. Jika
terkait dengan hak orang lain, diapun siap dengan meminta maaf kepadanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan,


ِ ‫التَّائِبُ ِمنَ ال َّذ ْن‬
َ ‫ َك َم ْن اَل َذ ْن‬،‫ب‬
ُ‫ب لَه‬

Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa, seperti orang yang tidak
melakukan dosa itu. (HR. Ibn Majah).

Karena dengan taubat, berarti dia menghilangkan penyakit hati berupa dosa dalam
dirinya.

Jamaah yang kami hormati,

Obat yang diberika seorang dokter akan berbeda-beda sesuai dengan jenis dan
tingkat penyakit yang diderita pasien.

Dokter akan memberikan penanganan lebih, ketika sakit yang diderita pasien cukup
parah, bahkan sampai harus rawat inap di ICU atau bahkan CCU. Dengan rentang
waktu berbeda-beda, atau bahkan pemberian obat tanpa batas waktu. Termasuk
treatment operasi dan ampuntasi.

Sama halnya dengan mereka yang sakit hatinya. Jika penyakit yang diderita sangat
parah, karena pelanggaran yang dilakukan adalah dosa besar, syariat memberikan
treatment sampai pada taraf hukuman had, seperti cambuk, potong tangan,
pengasingan, qishas, denda, hingga rajam.

Sebagaimana anda tidak dibenarkan untuk menuduh dokter kejam karena


melakukan bedah operasi atau amputasi. Anda juga sangat tidak dibenarkan
mengatakan islam kejam karena memberikan hukuman kematian.

Allahu a’lam.

Semoga Allah melindungi kita dari segala penyakit hati yang berbahaya, dan
menjadikan hati kita, hati yang sehat, yang bisa merasakan lezatnya iman, islam,
dan amal soleh.

Amiin..

Anda mungkin juga menyukai