Seperti yang kita sadari bersama, umumnya manusia sangat sulit untuk melakukan ibadah
kepada Allah. Umumnya manusia sangat malas untuk diajak melakukan ketaatan kepada Sang
Pencipta. Mengapa?
Kita semua akan memiliki jawaban yang sama, karena manusia dibekali dengan hawa nafsu.
Hanya saja, manusia berbeda-beda. Ada yang hawa nafsunya lebih menguasi dirinya,
sehingga dia bergelimang dengan maksiat, namun dia tidak merasa bersalah. Ada yang hati
nuraninya lebih mendominasi, sehingga dia menjadi hamba yang taat.
Jika kita perhatikan, sejatinya iman, islam, dan ketaatan kepada Allah adalah sebuah
kenikmatan. Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa ibadah bisa dirasakan
kenikmatannya, diantaranya firman Allah ketika menceritakan salah satu kenikmatan yang
Allah berikan kepada para sahabat,
Atas petunjuk Allah ta’ala, Allah jadikan para sahabat manusia yang bisa menikmati lezatnya
iman, bahkan Allah jadikan iman itu sesuatu yang indah pada hati para sahabat. Sehingga
kecintaan mereka kepada kebaikan, mengalahkan segalanya.
Kemudian dalam hadis dari Abbas bin Abdul Mutahalib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tiga kriteria:
Orang yang mentauhidkan Allah dengan sepenuhnya, sebagai bukti dia ridha Allah sebagai
Rabnya,
kemudian dia menjadikan syariat islam sebagai aturan hidupnya, sebagai bukti dia ridha
bahwa islam sebagai agamanya
dan dia mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hidupnya
Dalam hadis lain, yang mungkin hadis ini sering kita dengar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda,
Semua dalil di atas menunjukkan betapa iman, islam, dan segala turunannya, merupakan
kenikmatan dan bisa dirasakan lezatnya.
Yang menjadi tanda tanya kita, mengapa banyak orang justru merasa berat atau bahkan
merasa tersiksa ketika melakukan ketaatan? Bisa jadi, bahkan termasuk kita, seringkali masih
menganggap ketaatan itu sesuatu yang sulit bagi kita. Lalu dimanakah nikmatnya iman itu?
Sejatinya kasus semacam ini juga dialami oleh fisik manusia. Seperti yang kita pahami,
hampir semua orang yang mengalami sakit, dia akan susah makan, dan semua terasa pahit.
Selezat apapun jenis makanan yang diberikan, orang sakit akan merasakannya sebagai
sesuatu yang pahit. Soto pahit, sate pahit, bahkan sitipun pahit rasanya. Kenapa? Karena dia
sedang sakit.
Seperti itu pula, orang yang sedang sakit hati dan mentalnya. Selezat apapun nutrisi yang
diberikan, dia akan merasakan pahit dan berusaha menolaknya. Dengan ini kita bisa
menemukan jawaban, mengapa banyak orang tidak merasakan nikmatnya iman? Karena
kebanyakan manusia, hati dan jiwanya sedang sakit.
Untuk bisa mengembalikan pada kondisi normal, tentu kita harus berusaha mengobati
penyakit itu. Karena jika sakit ini dibiarkan, selamanya kita tidak bisa merasakan nikmatnya
nutrisi dan makanan. Hati sakit yang dibiarkan, selamanya akan sulit untuk menikmati
lezatnya iman.
Imam Ibnul Qoyim, dalam karyanya Ighatsatul Lahafan (1/16 – 17) menjelaskan bahwa ada 3
teori pokok untuk mengobati sesuatu yang sakit. Teori ini juga digunakan dalam ilmu medis.
Dalam dunia medis, ketika seorang dokter hendak mengobati pasien, dia akan
memberlakukan 3 hal:
Ibnul Qoyim menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu upaya yang harus dia lakukan
adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan melakukan berbagai
ketaatan. Hatinya harus dipaksa untuk mendengarkan nasehat dan ilmu yang bersumber dari
Al-Quran dan sunah, serta fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Karena
ilmu dan amal, merupakan nutrisi bagi hati manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam hadis riwayat Bukhari, memisalkan ilmu sebagaimana hujan dan hati manusia
sebagaimana tanah. Karena hati senantiasa butuh nutrisi berupa ilmu.
Dalam mengobati pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah menyarankan pasien
untuk menghindari berbagai pantangan sesuai jenis penyakit yang diderita pasien.
Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit hati. Seperti yang dijelaskan Ibnul Qoyim, orang
yang sakit harus menghindari segala yang bisa memperparah panyakit dalam hatinya, yaitu
dengan menjauhi semua perbuatan dosa dan maksiat. Dia hindarkan dirinya dari segala
bentuk penyimpangan. Karena dosa dan maksiat adalah sumber penyakit bagi hati. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan bagaimana bahaya dosa bagi hati manusia,
Tahapan terakhir, setelah dokter memastikan jenis penyakit yang diderita pasien, dokter akan
memberikan obat untuk menyerang penyakit itu. Dokter akan memberinkan antibiotik dengan
dosis yang sesuai, atau obat lainnya yang sesuai dengan penyakit pasien.
Di bagian akhir keterangannya untuk pembahasan ini, Ibnul Qoyim menjelaskan bahwa cara
untuk menghilangkan penyakit yang merusak hati adalah dengan banyak bertaubat,
beristighfar, memohon ampunan kepada Allah. Jika kesalahan itu harus ditutupi dengan
membayar kaffarah maka dia siap membayarnya. Jika terkait dengan hak orang lain, diapun
siap dengan meminta maaf kepadanya.
ﺐ ﻟَ ُﻪ ﻧ
ْ ذ
َ ﻻَ ﻦ ﻤ ﻛ
َ ،ﺐِ ﻧ
ْ ﱠ
ﺬ اﻟ ﻦ ِ اﻟﺘﱠﺎﺋِﺐ
ﻣ
َ َْ َ ُ
Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan dosa itu.
(HR. Ibn Majah).
Karena dengan taubat, berarti dia menghilangkan penyakit hati berupa dosa dalam dirinya.
Obat yang diberika seorang dokter akan berbeda-beda sesuai dengan jenis dan tingkat
penyakit yang diderita pasien.
Dokter akan memberikan penanganan lebih, ketika sakit yang diderita pasien cukup parah,
bahkan sampai harus rawat inap di ICU atau bahkan CCU. Dengan rentang waktu berbeda-
beda, atau bahkan pemberian obat tanpa batas waktu. Termasuk treatment operasi dan
ampuntasi.
Sama halnya dengan mereka yang sakit hatinya. Jika penyakit yang diderita sangat parah,
karena pelanggaran yang dilakukan adalah dosa besar, syariat memberikan treatment sampai
pada taraf hukuman had, seperti cambuk, potong tangan, pengasingan, qishas, denda, hingga
rajam.
Sebagaimana anda tidak dibenarkan untuk menuduh dokter kejam karena melakukan bedah
operasi atau amputasi. Anda juga sangat tidak dibenarkan mengatakan islam kejam karena
memberikan hukuman kematian.
Allahu a’lam.
Semoga Allah melindungi kita dari segala penyakit hati yang berbahaya, dan menjadikan hati
kita, hati yang sehat, yang bisa merasakan lezatnya iman, islam, dan amal soleh.
Amiin..
Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android.
Download Sekarang !!
Ustadz Ammi Nur Baits Beliau adalah Alumni Madinah International University, Jurusan Fiqh dan Ushul Fiqh.
Saat ini, beliau aktif sebagai Dewan Pembina website PengusahaMuslim.com, KonsultasiSyariah.com, dan
Yufid.TV, serta mengasuh pengajian di beberapa masjid di sekitar kampus UGM.