Anda di halaman 1dari 12

Jangan Kamu Mati Melainkan Dalam Keadaan Islam

JANGAN KAMU MATI MELAINKAN DALAM KEADAAN ISLAM

Oleh

Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas ‫حفظه هللا‬

Setiap Muslim yakin sepenuhnya bahwa karunia Allâh Azza wa Jalla yang terbesar di dunia ini adalah agama
Islam. Seorang Muslim wajib bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla atas nikmat-Nya yang telah memberikan
hidayah Islam. Allâh Azza wa Jalla menyatakan bahwa nikmat Islam adalah karunia yang terbesar,
sebagaimana firman-Nya :

‫يت َل ُك ُم اِإْلسْ اَل َم دِي ًنا‬ !ُ ‫ت َل ُك ْم دِي َن ُك ْم َوَأ ْت َم‬


ُ ِ‫مْت َعلَ ْي ُك ْم نِعْ َمتِي َو َرض‬ ُ ‫ال َي ْو َم َأ ْك َم ْل‬ 
ْ

“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan
telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…” [al-Mâidah/5:3]

Sebagai bukti syukur seorang Muslim atas nikmat ini adalah dengan menjadikan dirinya sebagai seorang
Muslim yang ridha Allâh sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya, dan Rasûlullâh Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai Nabinya. Seorang Muslim harus menerima dan meyakini agama Islam dengan
sepenuh hati. Artinya ia dengan penuh kesadaran dan keyakinan menerima apa yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengamalkan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Jika seseorang ingin menjadi Muslim sejati, pengikut Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang setia, maka ia harus meyakini Islam sebagai satu-satunya agama yang haq
(benar). Ia harus belajar agama Islam dengan sungguh-sungguh dan mengamalkan Islam dengan ikhlas karena
Allâh Azza wa Jalla dengan mengikuti contoh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Kondisi sebagian umat Islam yang kita lihat sekarang ini sangat menyedihkan. Mereka mengaku Islam, KTP
(Kartu Tanda Penduduk) mereka Islam, mereka semua mengaku sebagai Muslim, tetapi ironinya mereka tidak
mengetahui tentang Islam, tidak berusaha untuk mengamalkan Islam. Bahkan ada sebagian ritual keagamaan
yang mereka amalkan hanya ikut-ikutan saja. Penilaian baik dan tidaknya seseorang sebagai Muslim bukan
dengan pengakuan dan KTP, tetapi berdasarkan ilmu dan amal. Allâh Azza wa Jalla tidak memberikan
penilaian berdasarkan keaslian KTP yang dikeluarkan pemerintah, juga tidak kepada rupa dan bentuk tubuh,
tetapi Allâh melihat kepada hati dan amal.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ُ ‫ َو ٰلكِنْ َي ْن‬،‫ظ ُر ِإلَـى ص َُور ُك ْم َوَأ ْم َوالِ ُك ْم‬


‫ظ ُر ِإلَـى قُلُ ْو ِب ُك ْم َوَأعْ َمالِ ُك ْم‬ ُ ‫ِإنَّ هللاَ اَل َي ْن‬
ِ

Sesungguhnya Allâh tidak memandang kepada rupa kalian, tidak juga kepada harta kalian, akan tetapi Dia
melihat kepada hati dan amal kalian.[1]

Seorang Muslim wajib belajar tentang Islam yang berdasarkan al-Qur’ân dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang shahih sesuai dengan pemahaman para Shahabat Radhiyallahu anhum. al-Qur’ân diturunkan
oleh Allâh Azza wa Jalla agar dibaca, dipahami isinya dan diamalkan petunjuknya. al-Qur’ân dan as-Sunnah
merupakan pedoman hidup abadi dan terpelihara, yang harus dipelajari dan diamalkan. Seorang Muslim tidak
akan sesat selama mereka berpegang kepada al-Qur’ân dan as-Sunnah menurut pemahaman para Shahabat
Radhiyallahu anhum.

al-Qur’ân adalah petunjuk hidup, penawar, rahmat, penyembuh, dan sumber kebahagiaan. Allâh Subhanahu
wa Ta’ala berfirman :

َ ِ‫﴾ قُ ْل ِب َفضْ ِل هَّللا ِ َو ِب َرحْ َم ِت ِه َف ِب ٰ َذل‬٥٧﴿ ‫ِين‬


‫ك َف ْل َي ْف َرحُوا ه َُو َخ ْي ٌر‬ َ ‫ُور َو ُه ًدى َو َرحْ َم ٌة ل ِْلمُْؤ ِمن‬
ِ ‫صد‬ُّ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ َق ْد َجا َء ْت ُك ْ!م َم ْوعِ َظ ٌة مِنْ َر ِّب ُك ْم َوشِ َفا ٌء لِ َما فِي ال‬
َ ‫ِممَّا َيجْ َمع‬
‫ُون‬

Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al-Qur’ân) dari Rabb-mu, penyembuh bagi
penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. Katakanlah (wahai
Muhammad), ‘Dengan karunia Allâh dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan
rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. [Yunus/10:57-58]

ISLAM ADALAH SATU-SATUNYA AGAMA YANG BENAR

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫ين عِ ْن َد هَّللا ِ اِإْلسْ اَل ُم‬


َ ‫ِإنَّ ال ِّد‬

Sesungguhnya agama di sisi Allâh ialah Islam… [Ali ‘Imrân/3:19]


Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :

َ ‫َو َمنْ َي ْب َت ِغ غَ ي َْر اِإْلسْ اَل ِم دِي ًنا َفلَنْ ُي ْق َب َل ِم ْن ُه َوه َُو فِي اآْل خ َِر ِة م َِن ْال َخاسِ ِر‬
‫ين‬

Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk
orang-orang yang rugi. [Ali ‘Imrân/3:85]

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

ِ ‫ك م َِن هَّللا‬ َ ‫ِئن ا َّت َبعْ تَ َأهْ َوا َء ُه ْم َبعْ َد الَّذِي َجا َء‬
َ َ‫ۙ َما ل‬ ‫ك م َِن ْالع ِْل ِم‬ ٰ ‫ۗ قُ ْل ِإنَّ هُدَى هَّللا ِ ه َُو ْاله‬ ‫ار ٰى َح َّت ٰى َت َّت ِب َع ِملَّ َت ُه ْم‬
ِ َ‫ۗ َول‬ ‫ُدَى‬ َ ‫ص‬َ ‫ك ْال َيهُو ُد َواَل ال َّن‬
َ ‫ض ٰى َع ْن‬
َ ْ‫َولَنْ َتر‬
ٍ ِ‫مِنْ َولِيٍّ َواَل َنص‬
‫ير‬

Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada kamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti
agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allâh itulah petunjuk (yang sebenarnya).’ Dan jika
engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, maka tidak akan ada bagimu
Pelindung dan Penolong dari Allâh. [al-Baqarah/2:120]

Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Islam satu-satunya agama yang benar, adapun selain Islam tidak benar
dan tidak diterima oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Oleh karena itu, agama selain Islam, tidak akan diterima
oleh Allâh Azza wa Jalla , karena agama-agama tersebut telah mengalami penyimpangan yang fatal dan telah
dicampuri dengan tangan-tangan kotor manusia. Setelah diutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
, maka orang Yahudi, Nasrani dan yang lainnya wajib masuk ke dalam Islam, mengikuti Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam .

Kemudian ayat-ayat di atas juga menjelaskan bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak senang kepada Islam
serta mereka tidak ridha sampai umat Islam mengikuti mereka. Mereka berusaha untuk menyesatkan umat
Islam dan memurtadkan umat Islam dengan berbagai cara. Saat ini gencar sekali dihembuskan propaganda
penyatuan agama, yang menyatakan konsep satu Tuhan tiga agama. Hal ini tidak bisa diterima, baik secara
nash (dalil al-Qur’ân dan as-Sunnah) maupun akal. Ini hanyalah angan-angan semu belaka.

Kesesatan ini telah dibantah oleh Allâh Azza wa Jalla dalam al-Qur’ân :
‫﴾ َبلَ ٰى َمنْ َأسْ لَ َم َوجْ َه ُه هَّلِل ِ َوه َُو مُحْ سِ نٌ َف َل ُه‬١١١﴿‫ِين‬ َ ‫ۗ قُ ْل َها ُتوا بُرْ َها َن ُك ْم ِإنْ ُك ْن ُت ْم‬ ‫ك َأ َما ِن ُّي ُه ْم‬
َ ‫صا ِدق‬ َ ‫ۗ ت ِْل‬ ‫ار ٰى‬
َ ‫ص‬َ ‫ان هُو ًدا َأ ْو َن‬
َ ‫َو َقالُوا َلنْ َي ْد ُخ َل ْال َج َّن َة ِإاَّل َمنْ َك‬
ُ ‫اَل‬ َ ‫اَل‬
َ ‫جْ ُرهُ عِ ن َد َر ِّب ِه َو َخ ْوفٌ َعلي ِْه ْم َو ُه ْم َيحْ َزن‬
‫ون‬ ْ ‫َأ‬

Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, ‘Tidak akan masuk surga kecuali orang-orang Yahudi atau Nasrani.’
Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah, ‘Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang
yang benar. Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allâh, dan ia berbuat baik, dia
mendapat pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. [al-
Baqarah/2:111-112]

Orang Yahudi dan Nasrani mengadakan propaganda berupa tipuan agar kaum Muslimin keluar dari ke-
Islamannya dan mengikuti mereka. Bahkan mereka memberikan iming-iming bahwa dengan mengikuti agama
mereka, maka orang Islam akan mendapat petunjuk. Padahal, Allâh Azza wa Jalla telah memerintahkan kita
untuk mengikuti agama Ibrahim q yang lurus, agama tauhid yang terpelihara. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

َ ‫ان م َِن ْال ُم ْش ِرك‬


‫ِين‬ َ ‫ۖ َو َما َك‬ ‫ۗ قُ ْل َب ْل ِملَّ َة ِإب َْراهِي َم َحنِي ًفا‬ ‫ار ٰى َت ْه َتدُوا‬
َ ‫ص‬َ ‫ُودا َأ ْو َن‬
ً ‫َو َقالُوا ُكو ُنوا ه‬

Dan mereka berkata, ‘Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.’
Katakanlah, ‘(Tidak!) tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan dia tidak termasuk orang yang
mempersekutukan Allâh. [al-Baqarah/2:135]

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

َ ‫َواَل َت ْل ِبسُوا ْال َح َّق ِب ْالبَاطِ ِل َو َت ْك ُتمُوا ْال َح َّق َوَأ ْن ُت ْم َتعْ لَم‬
‫ُون‬

Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebathilan dan (janganlah) kamu sembunyikan
kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya. [al-Baqarah/2:42]

Berkenaan dengan tafsir ayat ini, “Dan janganlah kalian campuradukkan yang haq dengan yang bathil,” Imam
Ibnu Jarîr t membawakan pernyataan Imam Mujâhid rahimahullah yang mengatakan, “Janganlah kalian
mencampuradukkan antara agama Yahudi dan Nasrani dengan agama Islam.”
Sementara dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, Imam Qatâdah rahimahullah berkata, “Janganlah kalian campur-
adukkan agama Yahudi dan Nasrani dengan agama Islam, karena sesungguhnya agama yang diridhai di sisi
Allâh Azza wa Jalla hanyalah Islam. Sedangkan Yahudi dan Nasrani adalah bid’ah bukan dari Allâh Azza wa Jalla
!”

Baca Juga  Ahlu Sunnah wal Jamaah Mengimani Seluruh Nash Al-Qur`ân dan Sunnah

Sungguh, tafsir ini merupakan khazanah fiqih yang sangat agung dalam memahami Al-Qur-an.

Untuk itulah kewajiban kita bersikap hati-hati terhadap propaganda-propaganda sesat, yang menyatakan
bahwa, ‘Semua agama adalah baik’, ‘kebersamaan antar agama’, ‘satu tuhan tiga agama’, ‘persaudaraan antar
agama’, ‘persatuan agama’, ‘perhimpunan agama samawi’, ‘Jaringan Islam Liberal (JIL)’, dan lainnya. Bahkan
mereka gunakan juga istilah HAM (Hak Asasi Manusia) untuk menyesatkan kaum Muslimin dengan kebebasan
beragama.

Semua slogan dan propaganda tersebut bertujuan untuk menyesatkan umat Islam, dengan memberikan
simpati atas agama Nasrani dan Yahudi, mendangkalkan pengetahuan umat Islam tentang Islam yang haq,
untuk menghapus jihad, untuk menghilangkan ‘aqidah al-wala’ wal bara’ (cinta/loyal kepada kaum Mukminin
dan berlepas diri dari selainnya), dan mengembangkan pemikiran anti agama Islam. Dari semua sisi hal ini
sangat merugikan Islam dan umatnya.[2]

Semua propaganda sesat tersebut merusak ‘aqidah Islam. Sedangkan ‘aqidah merupakan hal yang paling
pokok dan asas dalam agama Islam ini, karena agama yang mengajarkan prinsip ibadah yang benar kepada
Allâh Azza wa Jalla saja, hanyalah agama Islam.

Rasûlullâh, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , adalah Rasul terakhir dan Rasul penutup. Syari’at beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penghapus bagi syari’at sebelumnya. Dan Allâh Azza wa Jalla tidak
menerima syari’at lain dari seorang hamba selain syari’at Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Islam).
Islam adalah syari’at penutup yang kekal dan terpelihara dari penyimpangan yang terjadi pada syari’at-syari’at
sebelumnya, dan seluruh manusia diwajibkan untuk mengemban syari’at ini.

Setiap Muslim wajib berpegang teguh kepada agama Islam, dan janganlah ia mati melainkan dalam keadaan
Islam. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

َ ‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
‫ُون‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allâh sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali ‘Imrân/3:102]

Maka siapa saja yang tidak masuk Islam sesudah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
ia mati dalam keadaan kafir maka ia menjadi penghuni Neraka. Wal ‘iyâdzubillâh.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ِ ‫ان مِنْ َأصْ َحا‬


ِ ‫ب ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫ ِإاَّل َك‬،ِ‫ت ِبه‬ ُ ‫ ُث َّم َيم ُْو‬، ٌّ‫ُـح َّم ٍد ِب َي ِدهِ! اَل َيسْ َم ُع ِبـي َأ َح ٌد مِنْ ه ٰـ ِذ ِه اُأْل َّم ِة َيه ُْودِيٌّ َواَل َنصْ َرانِـي‬
ُ ‫ت َولَ ْم يُْؤ مِنْ ِبالَّذِيْ ُأرْ سِ ْل‬ َ ‫َوالَّذِيْ َن ْفسُ م‬

Demi Rabb yang diri Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seorang dari umat Yahudi dan Nasrani yang
mendengar diutusnya aku (Muhammad), lalu dia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku
diutus dengannya (Islam), niscaya dia termasuk penghuni Neraka.[3]

AZAS ISLAM ADALAH TAUHID DAN MENJAUHKAN SYIRIK

Setiap orang yang beragama Islam wajib mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla dan meninggalkan segala bentuk
kesyirikan. Dan seorang Muslim juga mesti memahami pengertian tauhid, makna syahadat, rukun syahadat
dan syarat-syaratnya, supaya ia benar-benar bertauhid kepada Allâh Azza wa Jalla .

Tauhid menurut etimologi (bahasa) diambil dari kata: ‫ َت ْو ِح ْي ًدا‬،ُ‫ ي َُوحِّ د‬،َ‫ َوحَّ د‬artinya menjadikan sesuatu itu satu.

Sedangkan menurut terminologi (istilah ilmu syar’i), tauhid berarti mengesakan Allâh Azza wa Jalla pada
segala sesuatu yang khusus bagi-Nya. Mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla  dalam ketiga macam tauhid, yaitu
Tauhid Uluhiyyah, Tauhid Rububiyyah, maupun Asma’ dan Sifat-Nya. Dengan kata lain, Tauhid berarti
beribadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla saja.

Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allâh Subhanahu wa Ta’ala , baik
mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan. Allâh Azza wa Jalla adalah Raja, Penguasa dan Rabb
yang mengatur segala sesuatu.
Tauhid Uluhiyyah artinya mengesakan Allâh Subhanahu wa Ta’ala melalui segala pekerjaan hamba, yang
dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala apabila hal itu disyari’atkan
oleh-Nya, seperti berdo’a, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar,
isti’ânah (minta pertolongan), istighâtsah (minta pertolongan di saat sulit), isti’âdzah (meminta perlindungan)
dan segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allâh Azza wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya untuk Allâh semata dan ikhlas
karena-Nya. Dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan kepada selain Allâh.

Tauhid Asma’ wa Shifat artinya menetapkan Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang
Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan atas diri-Nya dan yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya Shallallahu
‘alaihi wa sallam, serta mensucikan Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Allâh Subhanahu wa Ta’ala dari segala aib
dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan kaum Muslimin wajib menetapkan Sifat-Sifat Allâh Azza wa Jalla , baik yang
terdapat di dalam al-Qur’ân maupun dalam as-Sunnah, dan tidak boleh ditakwil. Allâh Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :

‫ۖ اَل ِإ ٰلَ َه ِإاَّل ه َُو الرَّ حْ ٰ َمنُ الرَّ حِي ُم‬ ‫َوِإ ٰلَ ُه ُك ْم ِإ ٰلَ ٌه َوا ِح ٌد‬

Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. [al-Baqarah/2:163]

Syaikh al-‘Allâmah ‘Abdurrahman bin Nâshir as-Sa’di rahimahullah (wafat th. 1376 H) berkata, “Allâh Azza wa
Jalla itu tunggal dalam Dzat-Nya, Nama-Nama-Nya, Sifat-Sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Tidak ada
sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat-Nya, Nama-Nama-Nya, dan Sifat-Sifat-Nya. Tidak ada yang sama dengan-
Nya, tidak ada yang sebanding, tidak ada yang setara dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada yang
menciptakan dan mengatur alam semesta ini kecuali hanya Allâh Azza wa Jalla . Apabila demikian, maka Dia
adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi dan Allâh tidak boleh disekutukan dengan seorang pun dari
makhluk-Nya.”[4]

Inilah inti ajaran Islam, yaitu mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla . Seorang Muslim wajib mentauhidkan Allâh
Subhanahu wa Ta’ala dan melaksanakan konsekuensi dari kalimat syahadat ُ‫ اَل ِإلَ َه ِإاَّل هللا‬sebagai wujud rasa
syukur kepada Allâh Azza wa Jalla . Barangsiapa yang bertauhid kepada Allâh dan tidak berbuat syirik kepada-
Nya, maka baginya Surga dan diharamkan masuk Neraka.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


َ ‫َمنْ َماتَ َوه َُو َيعْ لَ ُم َأ َّن ُه اَل ِإ ٰلـ َه ِإاَّل هللاُ د ََخ َل ْال‬
‫ـج َّن َة‬

Barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi
dengan benar selain Allâh, maka ia masuk Surga.[5]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

ِ ‫هللا صِ ْد ًقا مِنْ َق ْل ِب ِه ِإاَّل َحرَّ َم ُه هللاُ َعلَى ال َّن‬


‫ار‬ َ ‫َما مِنْ َأ َح ٍد َي ْش َه ُد َأنْ اَل ِإ ٰلـ َه ِإاَّل هللاُ َوَأنَّ م‬
ِ ‫ُـح َّم ًدا َرس ُْو ُل‬

Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain
Allâh dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allâh, dengan jujur dari hatinya, melainkan Allâh
mengharamkannya masuk Neraka.[6]

Sebaliknya, orang-orang yang berbuat syirik kepada Allâh Azza wa Jalla , maka diharamkan Surga bagi mereka
dan tempat mereka adalah di Neraka. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫ار‬
ٍ ‫ص‬َ ‫ِين مِنْ َأ ْن‬ َّ ‫ۖ َو َما ل‬ ‫ِإ َّن ُه َمنْ ُي ْش ِركْ ِباهَّلل ِ َف َق ْد َحرَّ َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْال َج َّن َة َو َمْأ َواهُ ال َّنا ُر‬
َ ‫ِلظالِم‬

“…Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allâh, maka sungguh Allâh mengharamkan
Surga baginya, dan tempatnya ialah Neraka dan tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong
pun.” [al-Mâidah/5:72]

ISLAM ADALAH AGAMA YANG MUDAH

Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia.[7] Islam adalah agama yang tidak sulit.
Allâh Azza wa Jalla menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan
kepada mereka. Sebagaimana firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

‫ي ُِري ُد هَّللا ُ ِب ُك ُم ْاليُسْ َر َواَل ي ُِري ُد ِب ُك ُم ْالعُسْ َر‬


“…Allâh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” [al-Baqarah/2:185]

Juga firman-Nya :

ِ ‫َو َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم فِي ال ِّد‬


‫ين مِنْ َح َر ٍج‬

Baca Juga  Lihatlah Dari Siapa Kamu Mengambil Ilmu Agamamu!

“… Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama …” [Al-Hajj/22: 78]

Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fithrah manusia, baik dalam hal ‘aqidah, syari’at, ibadah,
muamalah dan lainnya. Allâh Azza wa Jalla yang telah menciptakan manusia, tidak akan memberikan beban
kepada hamba-hamba-Nya apa yang mereka tidak sanggup lakukan, Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫اَل ُي َكلِّفُ هَّللا ُ َن ْفسًا ِإاَّل وُ سْ َع َها‬ 

Allâh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya… [al-Baqarah/2: 286]

Tidak ada hal apa pun yang sulit dalam Islam. Allâh Azza wa Jalla tidak akan membebankan sesuatu yang
manusia tidak mampu melaksanakannya. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

َ ‫ َواسْ َت ِع ْي ُن ْوا ِب ْالغ َْد َو ِة َوالرَّ ْو َح ِة َو َشيْ ٍء م َِن الد ُّْل‬،‫ َوَأبْشِ ر ُْوا‬،‫ارب ُْوا‬
‫ـج ِة‬ ‫َأ‬
ِ ‫ َف َس ِّدد ُْوا َو َق‬،ُ‫ِإنَّ ال ِّدي َْن يُسْ ٌر َولَنْ ُي َشا َّد ال ِّدي َْن َح ٌد ِإاَّل َغلَ َبه‬

Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agamanya
kecuali akan terkalahkan (tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna). Oleh karena itu, berlaku luruslah,
sederhana (tidak melampaui batas), dan bergembiralah (karena memperoleh pahala) serta mohonlah
pertolongan (kepada Allâh) dengan ibadah pada waktu pagi, petang dan sebagian malam.[8]

Hanya saja ada sebagian orang yang menganggap Islam itu berat, keras, dan sulit. Anggapan keliru ini muncul
karena :
Ketidaktahuan tentang Islam. Mereka tidak belajar al-Qur’ân dan as-Sunnah yang shahih menurut
pemahaman Shahabat, dan tidak mau menuntut ilmu syar’i.

Mengikuti hawa nafsu. Orang yang mengikuti hawa nafsu menggap semuanya susah dan berat kecuali yang
sesuai dengan hawa nafsunya. Jadi yang mudah dalam pandangan mereka hanyalah yang sesuai dengan nafsu
mereka saja.

Banyak berbuat dosa dan maksiat, sebab dosa dan maksiat menghalangi seseorang untuk berbuat kebaikan
dan selalu merasa berat untuk melakukannya.

Mengikuti agama nenek moyang dan mengikuti pendapat orang banyak.

Mengikuti adat istiadat dan kebudayaan.

Mengikuti kelompok, madzhab, dan lainnya.

Syari’at Islam adalah mudah. Kemudahan syari’at Islam berlaku dalam semua hal, baik dalam ushûl (hal-hal
pokok dan mendasar) maupun furu’ (cabang), baik dalam ‘aqidah, ibadah, akhlak, mu’amalah, jual beli,
pinjam-meminjam, pernikahan, hukuman dan lainnya.

Semua perintah dalam Islam mengandung banyak manfaat. Sebaliknya, semua yang dilarang dalam Islam
mengandung banyak kemudharatan. Maka, kewajiban atas kita untuk sungguh-sungguh memegang teguh
syari’at Islam dan mengamalkannya. Apabila kita mengikuti al-Qur’ân dan as-Sunnah dan mengamalkannya
maka Allâh Azza wa Jalla akan memberikan hidayah (petunjuk) dan kita dimudahkan dalam melaksanakan
agama Islam ini.

ISLAM ADALAH AGAMA YANG SEMPURNA

Agama Islam sudah sempurna, tidak boleh ditambah dan dikurangi. Kewajiban umat Islam adalah ittiba’. Allâh
Azza wa Jalla berfirman :

‫يت َل ُك ُم اِإْلسْ اَل َم دِي ًنا‬ !ُ ‫ت َل ُك ْم دِي َن ُك ْم َوَأ ْت َم‬


ُ ِ‫مْت َعلَ ْي ُك ْم نِعْ َمتِي َو َرض‬ ُ ‫ال َي ْو َم َأ ْك َم ْل‬ 
ْ

“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan
telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…” [al-Mâidah/5:3]

Allâh Azza wa Jalla telah menjelaskan dalam al-Qur’ân tentang ushûl (hal-hal pokok dan mendasar) dan furu’
(cabang-cabang) agama Islam. Allâh Azza wa Jalla telah menjelaskan tentang tauhid dengan segala macam-
macamnya. Islam menjelaskan tentang beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla dengan benar, mentauhidkan
Allâh Azza wa Jalla , menjauhkan syirik, bagaimana shalat yang benar, zakat, puasa, haji, bagaimana
melaksanakan hari raya, bergaul dengan manusia dengan batas-batasnya sampai tentang cara buang air besar
pun diajarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

َ ‫ َعنْ َس ْل َم‬z ‫ َأ َج ْل‬:‫ َق ْد َعلَّ َم ُك ْم َن ِب ُّي ُك ْم ُك َّل َش ْيٍئ َح َّتى ْالـخ َِرا َء َة ! َف َقا َل‬:‫ـر ُك ْو َن‬
‫ان‬ ِ ‫ َقـا َل َل َنـا ْال ُم ْش‬:‫! َقـا َل‬

Dari Salmân Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Orang-orang musyrik telah bertanya kepada kami,
‘Sesungguhnya Nabi kalian sudah mengajarkan kalian segala sesuatu sampai (diajarkan pula adab) buang air
besar!’ Maka, Salman Radhiyallahu anhu menjawab, ‘Ya!’”[9]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan kepada manusia apa saja yang membawa manusia
ke Surga dan apa saja yang membawa manusia ke Neraka. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ٍّ‫ َعنْ َأ ِبـى َذر‬z ‫هللا‬ ِ ‫ َت َر َك َنا َرس ُْو ُل‬:‫ َقا َل‬j ‫ َف َقا َل‬:‫ َقا َل‬.‫اح ْي ِه فِـي ْال َه َوا ِء ِإاَّل َوه َُو َي ْذ ُك ُر َنا ِم ْن ُه عِ ْلمًا‬ َ ‫ ُي َقرِّ بُ م َِن ْال‬ ‫ِـي َشـيْ ٌء‬
َ ‫ َو َما َطاِئ ٌر ُي َقلِّبُ َج َن‬j: ‫ـج َّن ِة‬ َ ‫َما َبق‬
ُ‫ار ِإاَّل َو َق ْد ُبي َِّن لَك ْم‬
ِ ‫و ُيبَاعِ ُد م َِن ال َّن‬.َ

Dari Shahabat Abu Dzarr Radhiyallahu anhu , ia mengatakan, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
pergi meninggalkan kami (wafat), dan tidaklah seekor burung yang terbang membalik-balikkan kedua
sayapnya di udara melainkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan ilmunya kepada kami.”
Berkata Abu Dzarr Radhiyallahu anhu , “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Tidaklah
tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan
semuanya kepada kalian.’” [10]

Setiap Muslim wajib mengembalikan apa yang mereka perselisihkan kepada al-Qur’ân dan as-Sunnah. Allah
Azza wa Jalla berfirman :

‫ون ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم‬ َ ‫ َفِإنْ َت َن‬ ۖ ‫ِين آ َم ُنوا َأطِ يعُوا هَّللا َ َوَأطِ يعُوا الرَّ سُو َل َوُأولِي اَأْلمْ ِر ِم ْن ُك ْم‬
ِ ‫ازعْ ُت ْم فِي َشيْ ٍء َف ُردُّوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوالرَّ س‬
َ ‫ُول ِإنْ ُك ْن ُت ْم ُتْؤ ِم ُن‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
‫ك َخ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ َتْأ ِوياًل‬ َ ِ‫ ٰ َذل‬ ۚ ‫اآْل خ ِِر‬

Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allâh dan ta’atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allâh (al-Qur’an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allâh dan hari kemudian. Yang demikian itu
adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [an-Nisâ’/4:59]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

َ ‫ُوك فِي َما َش َج َر َب ْي َن ُه ْم ُث َّم اَل َي ِجدُوا فِي َأ ْنفُسِ ِه ْم َح َرجً ا ِممَّا َق‬
‫ضيْتَ َوي َُسلِّمُوا َتسْ لِيمًا‬ َ ‫ون َح َّت ٰى ي َُح ِّكم‬
َ ‫ِّك اَل يُْؤ ِم ُن‬
َ ‫َفاَل َو َرب‬

Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [an-Nisâ’/4:65]

Referensi : https://almanhaj.or.id/12844-jangan-kamu-mati-melainkan-dalam-keadaan-islam.html

Anda mungkin juga menyukai