Anda di halaman 1dari 5

AKHLAK MENCARI JODOH

Salah satu fitrah manusia yakni membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari
orang lain, khususnya lawan jenis. Ketika seseorang sudah memasuki usia yang
layak untuk menikah, muncul dorongan dalam diri untuk membangun dan membina
rumah tangga. Mencari jodoh atau pendamping hidup menjadi salah satu rangkaian
yang mengawali perjuangan yang perlu dipersiapkan dengan matang dan terpenting
nikah merupakan perintah Allah dan Rasulullah.
A. Memahami Makna Hubungan Pernikahan
Menikah bukan sekedar mengucapkan ijab dan qabul disebut "akad nikah" di
hadapan wali, saksi dan penghulu dilanjutkan resepsi atau pesta pernikahan.
Melainkan misi penyelamatan dari neraka yang bermakna kesengsaraan,
kesulitan, kemrosotan akhlak dalam menjalani hidup ini. Sebagaimana Firman
Allah QS. At-Tahrim: 6
َ ُ ‫ُ َأ‬ ‫۟ ُ ۟ َأ‬ َ ‫َٰيَٓأ ُّي َها َّٱلذ‬
..‫ين َء َام ُنوا ق ٓوا ُنف َسك ْم َو ْه ِليك ْم ن ًارا‬ ِ
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka"

Pernikahan adalah suatu akad atau perikatan dalam rangka mewujudkan


kebahagiaan hidup keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah sering
disingkat samawa diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang
diridhai Allah Swt. Sakinah berarti tenang, tentram. kesejahteraan berkaitan
dengan materi. Mawaddah berarti cinta, rasa kasih sayang kepada pasangan.
Rahmah atau rahmat terkandung dua sifat, yaitu kasih dan sayang. Tidak hanya
murah tangan melainkan peduli dengan cara mengingatkan dengan baik,
menasihati serta membimbing kepada jalan Allah.
B. Menikah Itu Ibadah
Nikah merupakan ibadah karena diperintahkan Allah dan disunnahkan Oleh
Baginda Nabi. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. An-Nur: 32
ْ ۤ َُ ُ ُ ۗ ُ ۤ ُ َ ْ َ ْ ّٰ َ ْ ُ ْ ٰ َ َ ‫َ َ ْ ُ اْل‬
‫ق َرا َء ُيغ ِن ِه ُم‬, ‫وا ف‬,ْ ‫ن‬, ‫م ِا ْن َّيك ْو‬,ْ ‫م ا ِٕىك‬,َ ‫ادك ْم َو ِا‬,
ِ ‫ب‬, ‫ن ِمن ِع‬, ‫ ِل ِحي‬,‫امى ِمنكم والص‬,‫ي‬, ‫ح وا ا‬, ‫وان ِك‬
ّٰ ْ ‫الل ُه م ْن َف‬
‫ض ِل ٖ ۗه َوالل ُه َو ِاس ٌع َع ِل ْي ٌم‬
ّٰ
ِ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga
orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki
dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada
mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha
Mengetahui.”
Keistimewaan menikah bukan tanpa alasan salah satunya yaitu apa yang
diungkapkan oleh Ibnu ‘Abidin yang mengejutkan yaitu:
ّ ‫ َتم ُّر في ْال َج َّنة إاَّل‬, , ,‫ د َآد َم َإلى اآْل َن ُث َّم َت ْس‬, ‫ه‬, ,ْ ‫ر َع ْت م ْن َع‬, , ,‫اد ٌة ُش‬,
َ , ,‫ك‬,َ ‫الن‬
‫اح‬ َ , ‫ب‬, َ ‫ا ع‬,, ‫ن‬, َ ‫س َل‬
َ ْ ‫َل‬
‫ي‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫َوا َيم‬
‫ان‬ ‫ِإْل‬
“Tidak ada ibadah yang yang disyariatkan untuk kita sejak Nabi Adam hingga saat
ini (Nabi Muhammad Saw.) kemudian terus diberlangsungkan sampai ke surga
kecuali nikah dan menjaga keimanan.”
C. Memilih dan Mencari Jodoh itu Bersifat Ikhtiari (diusahakan)
1. Agama menjadi prioritas
Agama menjadi skala prioritas karena kelak sang ibu atau ayah akan
menjadi pendidik bagi keturunannya. Adapun kriteria yang telah direkam oleh
Imam Bukhari dalam shahihnya yaitu:
ُ ‫َ َ ُ َ مْل َ َأ‬ َّ ‫ه َعن‬,‫َع ْن َأ بى ُه َر ْي َر َة رضى هللا عن‬
‫ر ة‬,ْ ‫ ت ْنك ُح ا‬: ‫ال‬ ‫ق‬, ‫لم‬,‫ه وس‬,‫لى هللا علي‬,‫الن ِب ِ ّى ص‬ ِ
َ َ َ ْ َ َ ّ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ِ َ ْ ‫َأل‬
‫داك (رواه‬,‫ي‬, ‫ربت‬,ِ ‫ت‬, ‫د ِين‬,ِ , ‫ات ال‬
ِ ‫ذ‬,‫ب‬, ِ ‫ف اظفر‬, ,،‫ل ِد ِينها‬, ِ ‫ و‬,‫ه ا‬, ‫ ِبها وجم ِال‬, ‫ه ا و ِلحس‬, ‫ع مِل ِال‬,ٍ ‫ب‬, ‫ر‬
‫البخاري‬
“Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad SAW. telah berkata: Wanita
umumnya dinikahi karena 4 (empat) hal: hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan
agamanya. Karena itu, pilihlah yang memiliki agama, kalian akan beruntung.”
Pemilihan berdasarkan parameter agama bukan berarti tidak memberikan peluang
sedikitpun pada kriteria lain untuk menjadi pertimbangan, melainkan memberikan
penekanan dan prioritas yang lebih terhadap pemahaman agama. Sehingga,
dengan kata lain boleh dan sah-sah saja keempat kriteria tersebut berkumpul
pada salah seorang wanita yang kaya raya, bernasab baik, cantik dan paham
dengan syariat Islam
2. Berakhlak mulia
seorang istri yang shalihah dia akan menjaga kehormatannya di saat suaminya
tidak disampingnya. Sebagaimana firman Allah Swt. sebagai berikut:
ُۚ َّ َ َ َ ۡ َ ۡ ّ ٞ َٰ َٰ ٌ َٰ َٰ ُ َٰ َّٰ َ
‫ٱلله‬ ‫ح ِفظ‬ ‫ ِبما‬ ‫ ِللغي ِب‬ ‫…فٱلص ِلحت ق ِنتت ح ِفظت‬
“…Sebab itu maka wanita yang sholihah, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka)…”(Q.S. An-Nisa : 34)
sebagaimana sabda Rasulullah Saw. sebagai berikut:
ُ ‫ْ ُ ُ َ ْ َ َ َأل ْ َ ُّ َأ‬ ْ َ ّ َ ُ ُ ْ ُ َّ َ ُ َ َ َّ َ
‫خ و‬, ‫ ِارى‬, ‫ليمان ا نص‬, ‫د بن س‬,ِ ,‫د ال َح ِمي‬,ُ ‫ب‬,ْ ‫ح َّدث َنا َع‬, َ ‫ر ِق ُّى‬,َّ ,‫ور ال‬ ‫اب‬,,‫ح دثنا محمد بن ش‬,
َ‫ ال‬, ,‫ق‬,َ ‫ال‬ َ , ,‫ق‬,َ ‫ر َة‬,َ , ,‫ي‬,ْ ‫ر ّى َع ْن َأ بى ُه َر‬, , ,‫ص‬
ْ ِ ‫ َة امْل‬, ‫يم‬ , , َ ‫ُف َل ْيح َع ْن ُم َح َّم ِد ْبن َع ْج َال َن َعن ْابن َو ِث‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ
َُُ َ ‫اك ْم َم ْن َت ْر‬,ُ َ َ ‫َأ‬ َّ َ ُ َّ َ َّ ُ ُ َ
‫ه‬,ُ , ,‫ين‬,َ ‫ ُه َو ِد‬, ,‫ق‬, ‫ ْو َن خل‬, , , ‫ض‬ , ,‫ت‬, ‫ « ِإ ذا‬-‫ل َم‬, , , ‫ه َو َس‬,ِ , ,‫ي‬,ْ ‫هللا َعل‬ ‫ل ى‬, , , ‫ص‬ - ‫ول الل ِه‬, , , ‫رس‬
ٌ َ ٌ َ َ َ ْ ‫َ َ ّ ُ ُ َّ َ ْ َ ُ َ ُ ْ ْ َ ٌ َأل‬
‫رواه ابن ماجه‬. ‫ض وفساد ع ِريض‬ ِ ‫فز ِوجوه ِإ ال تفعلوا تكن ِفتنة ِفى ا ر‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Sabur At-Raqqiy, telah
menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibn Sulaiman Al-Anshori Akhu Fulaih dari
Muhammad ibn ‘Ajlan dari ibnu wasimah Al-Mishriy dari Abu Hurairah ra. berkata
bahwa Rasulullah Saw. bersabda Apabila datang kepadamu seseorang yang
kamu senangi agama dan akhlaknya, maka kawinkanlah dia dengan anak
perempuanmu, jika tidak, niscaya akan mendatangkan fitnah di bumi ini dan akan
menimbulkan kerusakan yang mengerikan.

3. Memiliki kesuburan
Hikmah dan tujuan dari menikah adalah upaya menambah dan mempertahankan
eksistensi manusia. Bahkan Rasulullah Saw. akan berbangga hati di hadapan
umat nabi lainnya jika umatnya sangat banyak, sebagaimana dijelaskan dalam
hadis berikut:
َ ْ َ ُ َ ُ ُ َ َ َ َّ َ َ َ ُ ُ َ ْ ‫َّ َأ‬
ُ ‫ َتل ُم‬,‫ا ُم ْس‬,‫أخ َب َر َن‬
‫يد ابن‬ ٍ ِ ‫ع‬ ,‫س‬ ‫بن‬ ِ ،‫ه ارون‬, ‫د بن‬,‫ح دثنا ي ِزي‬, ،‫راهيم‬,‫م د بن إب‬, ‫دثنا ح‬,‫ح‬
َ َ
‫رة‬,َّ , ,‫ة ِبن ق‬,, ‫ي‬,َ ‫ني ابن َزاذان – عن ُم َع ِاو‬,
َ
, ‫ع‬
, ْ ‫ور َي‬, , ,‫ص‬ ُ ‫ َع ْن َم ْن‬،‫ور بن َز َاذان‬, , ‫ص‬ ُ ‫ُأ خت َم ْن‬
ِ ٍ ِ
ّ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َّ َ ٌ ‫ج‬, ‫ج اء ر‬, :‫ال‬,,‫ ق‬،‫ار‬,,‫ق ل بن يس‬, ِ ‫َعن َم ْع‬
ُ َ َ َ
‫ ِإ ني‬:‫ق ال‬, ‫لم ف‬, ‫ه وس‬,ِ ,‫لى هللا علي‬,,‫بي ص‬ ِّ ‫الن‬ ‫ى‬ ‫إل‬ ‫ل‬ ٍ ِ ِ
ُ
ُ ‫أت‬,َ ‫ ” ” ثم‬:‫ال‬ ‫اَل‬ َ َ َ
َ ‫ق‬, ‫ه ا؟‬, َ ‫ أفا َت َز َّو ُج‬،‫ل ُد‬, ِ ‫ا ال َت‬,,‫ وأنه‬،‫م ال‬, َ ‫وج‬ َ ‫ب‬, ‫ذات َح َس‬ ً
َ ‫رأة‬, ُ , ‫أص‬
‫اه‬, ٍ ٍ ,‫بت ام‬,
ُ َ ّ َ َُ َ ُْ َ َ َ َ َ َ َ َّ ُ َ ‫َّ َ َ َ َ َ ُ ُ َّ َأ‬
‫ك ا ِث ٌر ِبك ُم‬, ‫ف ِإ ِني ُم‬, ‫و َد‬,ْ ‫ل‬, ‫الو‬ ‫ودود‬,,‫ ال‬,‫ج وا‬, ُ ‫ “ت َز َّو‬:‫ال‬ ‫ق‬, ‫ ف‬،‫ة‬,‫ث‬, ‫اه الث ِال‬,‫ت‬, ‫ ثم‬,،‫ه اه‬, ‫ة فن‬,‫ي‬, ‫الثا ِن‬
ُ ‫الو‬َ ‫ود‬ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ ُ ‫ُأل َ ُ َ َ َ َ ْ َّ اَل‬
‫ رواه أبو داود‬.‫ود‬ ِ ‫د‬ ,
ِ ‫ عليكم بالو‬:‫ا مم”قال علي ِه الس م‬
‫ل‬
“Diriwayatkan dari Ahmad Ibn Ibrahim, dari Yazid Ibn Harun, dari Mustalim Ibn
Sa’id Ibn Ukhtu Manshur Ibn Zadzan dari Mua’wiyah Ibn Qarrah dari Ma’qil Ibn
Yasar telah berkata bahwa: Seorang laki-laki mendatangi Nabi Saw. berkata :
“Aku menemukan seorang wanita yang cantik dan memiliki martabat tinggi namun
ia mandul apakah aku menikahinya?”, Nabi Saw menjawab, “Jangan !”, kemudian
pria itu datang menemui Nabi Saw kedua kalinya dan Nabi Saw. tetap
melarangnya, kemudian ia menemui Nabi Saw. yang ketiga kalinya maka Nabi
Saw. berkata, “Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah
beranak banyak (subur) karena aku akan berbangga dengan kalian di hadapan
umat-umat yang lain” kemudian Nabi berkata: “Gapailah isteri-isteri yang subur
yang penyayang suami“.
D. Hukum Menikah
Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad menganjurkan
umat muslim yang sudah mampu dan siap secara lahir batin untuk segera
menikah.

َ َ ْ ُّ َ ‫َ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َّ ْ َ َّ ُ َأ‬
Dari Abdullah bin Mas'ud RA, Rasulullah SAW bersabda:
،‫ ِر‬, , , ‫ فِإ نه غض ِللبص‬,،‫زوج‬,, , ‫ت‬, ‫اءة فلي‬,, ,‫ب‬, ‫تطاع ِمنكم ال‬, , , ‫اب م ِن اس‬ ِ ‫ب‬, , , ‫ر الش‬, , , ‫ا معش‬,‫َأ‬, ,‫ي‬,
َ َ
َّ ‫ َو َم ْن ل ْم َي ْس َت ِط ْع َف َع َل ْي ِه ب‬،‫ص ُن ِل ْل َف ْرج‬
ٌ ‫الص ْوم َف َّن ُه ل ُه‬ َ ‫َو ْح‬
‫وجاء‬ ‫ِ ِإ‬ ِ ِ
"Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu
menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah lebih mampu
menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa saja yang
tidak mampu, maka hendaknya ia berpuasa. Karena puasa bisa menjadi tameng
syahwat baginya". (HR Bukhari & Muslim)

1. Wajib menikah
Hukum nikah yang pertama adalah wajib. Kewajiban nikah diperuntukkan bagi
orang yang memiliki kemampuan untuk menikah dan punya keinginan kuat untuk
menyalurkan gairah seksualnya (tidak bisa ditahan-tahan lagi) sehingga
dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam kemaksiatan. Kemampuan menikah
maksudnya mampu untuk memberikan nafkah, yang terdiri dari mahar, sandang,
pangan dan papan. Jika seseorang berada pada posisi ini, maka ia wajib menikah
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Sunah menikah
Hukum nikah yang kedua adalah sunah. Kesunahan nikah diperuntukkan bagi
orang yang memiliki kemampuan untuk menikah, mau, dan punya keinginan untuk
menyalurkan gairah seksualitas, namun tidak sampai pada taraf dikhawatirkan
akan terjatuh ke dalam kemaksiatan. Jika seseorang berada pada posisi ini, maka
ia disunahkan untuk segera menikah.

3. Lebih baik ditinggalkan


Hukum nikah yang ketiga adalah lebih baik ditinggalkan. Hukum ini berlaku bagi
orang yang berkeinginan untuk menyalurkan gairah seksualitas namun tidak
memiliki kemampuan untuk menafkahi. Orang yang berada pada posisi ini
sebaiknya menunda keinginan menikah hingga ia mampu. Adapun gairah
seksualitasnya bisa dikurangi dengan berpuasa atau berolahraga dengan rutin.

4. Makruh menikah
Hukum menikah yang keempat adalah makruh. Hukum ini berlaku bagi seseorang
yang memang tidak menginginkan nikah, entah karena perwatakannya demikian,
ataupun karena suatu penyakit. Pada saat yang sama, ia juga tidak memiliki
kemampuan untuk menafkahi istri dan keluarganya. Jika dipaksakan menikah,
dikhawatirkan ia tidak dapat menunaikan hak dan kewajibannya dalam pernikahan
atau bahkan malah dapat merugikan pasangannya, baik secara langsung maupun
tidak langsung.

5. Haram menikah
Hukum menikah yang kelima adalah haram. Keharaman nikah berlaku bagi orang
yang menikah dengan tujuan menyakiti atau tujuan-tujuan lain yang melanggar
ketentuan agama. Misalnya, jika ada orang yang berkeinginan kuat (berniat) untuk
menyakiti dan menyiksa pasangan dalam pernikahan, maka ia diharamkan untuk
menikah.

E. Rukun Nikah
Setidaknya terdapat lima rukun nikah yang wajib dipenuhi oleh calon
mempelai muslim yang ingin melangsungkan pernikahan. Kelima rukun nikah
tersebut antara lain:
1. Terdapat calon mempelai pria dan mempelai perempuan yang tidak
terhalang secara syar’i. Penghalang di sini adalah kedua mempelai tidak
ada masih ada hubungan mahram. 
2. Terdapat wali dari calon mempelai perempuan
3. Terdapat dua orang saksi laki-laki yang menyaksikan sah tidaknya akad
4. Diucapkan ijab dari pihak wali calon mempelai perempuan atau yang
mewakilinya
5. Diucapkannya kabul dari pengantin laki-laki atau yang mewakilinya. 

F. Syarat Nikah
Pernikahan harus memenuhi unsur sebagai berikut:
1. Beragama Islam
Syarat calon suami dan istri adalah beragama Islam serta jelas nama dan
orangnya. Bahkan, tidak sah jika seorang muslim menikahi nonmuslim dengan
tata cara ijab kabul Islam.
2. Bukan mahram
Bukan mahram menandakan bahwa tidak terdapat penghalang agar perkawinan
bisa dilaksanakan. Selain itu, sebelum menikah perlu menelusuri pasangan yang
akan dinikahi.

3. Wali nikah bagi perempuan


a. Wali Nasab
Sebuah pernikahan wajib dihadiri oleh wali nikah. Wali nikah harus laki-laki,
tidak boleh perempuan. Wali nikah mempelai perempuan yang utama adalah
ayah kandung. Namun jika ayah dari mempelai perempuan sudah meninggal
bisa diwakilkan oleh lelaki dari jalur ayah, misalnya kakek, buyut, saudara laki-
laki seayah seibu, paman, dan seterusnya berdasarkan urutan nasab.
b. Wali Hakim
Jika wali nasab dari keluarga tidak ada, alternatifnya adalah wali hakim yang
syarat dan ketentuannya pun telah diatur.

4. Dihadiri saksi
Syarat sah nikah selanjutnya adalah terdapat minimal dua orang saksi yang
menghadiri ijab kabul, satu bisa dari pihak mempelai wanita dan satu lagi dari
mempelai pria.

5. Sedang tidak ihram atau berhaji


larangan dalam haji adalah melakukan akad nikah maupun menjadi wali dalam
pernikahan:

6. Bukan paksaan

Anda mungkin juga menyukai