Anda di halaman 1dari 3

Sifat Adil, Jujur dan Tawaddlu’

(dalam Al Qur’an dan Hadits)

1. Adil
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adil bermakna sama berat,
tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, berpegang
pada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang.
Sementara itu Imam Al-Ghazali dalam kitab al-Musthafa memberi
definisi keadilan dalam riwayat dan pensaksian sebagai suatu ungkapan
mengenai konsisten perjalanan hidup dalam agama.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : “Yang dimaksud dengan adil ialah
orang yg mempunyai sifat ketaqwaan dan muru’ah”.
Kriteria adil menurut ahli hadits adalah orang yang muslim, merdeka,
tidak melakukan dosa besar dan tidak terus menerus melakukan dosa kecil.
Imam Syafii ditanya, “Siapakah adil itu?”, beliau menjawab,“Tidak ada orang
yang selamat sama sekali dari maksiat. Namun jika seseorang tidak
melakukan dosa besar dan kebanyakan amalnya baik, maka dia adil. 
Ayat-ayat Allah dalam Al Quran yang berkaitan dengan sifat adil
antara lain :
QS. Asy Syura 15
ٍ َ‫ت مِب َا َأْنَز َل اللَّهُ ِمن كِت‬ ِ ِ ‫فَلِ َذلِك فَادع و‬
‫اب‬ ْ ُ ‫ت َوال َتتَّبِ ْع َْأه َواءَ ُه ْم َوقُ ْل َآمْن‬ َ ‫استَق ْم َك َما ُأم ْر‬ ْ َُْ َ
‫َأع َمالُ ُك ْم ال ُح َّجةَ َبْيَننَا َو َبْينَ ُك ُم اللَّهُ جَيْ َم ُع‬ ِ ‫و ُِأمرت‬
ْ ‫ألعد َل َبْينَ ُك ُم اللَّهُ َربُّنَا َو َربُّ ُك ْم لَنَا َْأع َمالُنَا َولَ ُك ْم‬
ْ ُ ْ َ
ِ ِ ‫ِإ‬
ُ‫َبْيَننَا َو لَْيه الْ َمصري‬
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai
mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka
dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah
dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan
kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal
kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan
antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)”.

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan seorang mukmin berlaku


adil dalam memandang pemeluk agama lain.

QS.an Nisa` 3
‫اع فَِإ ْن‬ ِ ‫وِإ ْن ِخ ْفتم َأال ُت ْق ِسطُوا يِف الْيتامى فَانْ ِكحوا ما طَاب لَ ُكم ِمن الن‬
َ َ‫الث َو ُرب‬
َ ُ‫ِّساء َم ْثىَن َوث‬
َ َ ْ َ َ ُ َ ََ ُْ َ
ِ ِ ِ ِ
َ ‫ت َأمْيَانُ ُك ْم ذَل‬
‫ك َْأدىَن َأال َتعُولُوا‬ ْ ‫خ ْفتُ ْم َأال َت ْعدلُوا َف َواح َدةً َْأو َما َملَ َك‬
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja,
atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya.”
Dalam ayat ini Allah SWT mengingatkan dengan `keras` bahwa bagi
mereka yang mempunyai istri lebih dari satu harus bersikap adil. Maknanya
suami harus membagi rata (adil) dalam pembagian jatah kunjungan ke istri,
pembagian harta dan lain-lain. Sedangkan dalam masalah `kecenderungan
hati` tentu  kadang manusia tidak bisa berlaku adil terhadap istri-istrinya.
Dan itu telah dimaafkan Allah. Tapi dalam sikap/akhlaq, seorang suami mesti
berlaku terpuji bagi istri-istrinya.

QS.al Maidah 8
‫ني لِلَّ ِه ُش َه َداءَ بِالْ ِق ْس ِط َوال جَيْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآ ُن َق ْوٍم َعلَى َأال َت ْع ِدلُوا ْاع ِدلُوا‬ ِ
َ ‫ين َآمنُوا ُكونُوا َق َّوام‬
ِ َّ
َ ‫يَا َُّأي َها الذ‬
‫ب لِ َّلت ْق َوى َو َّات ُقوا اللَّهَ ِإ َّن اللَّهَ َخبِريٌ مِب َا َت ْع َملُو َن‬ُ ‫ُه َو َأْقَر‬
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalam ayat ini Allah menjelaskan kepada kita bahwa seorang saksi
harus berlaku adil. Ia mesti jujur menyatakan apa adanya yang dilihat dan
didengar. Seorang saksi tidak boleh berkata bohong, meski yang menyuruh
bohong adalah pimpinannya atau sahabat akrabnya.
Ayat ini juga menjelaskan dengan menarik bahwa sikap adil tetap
harus dipegang, meski seseorang kadang benci kepada orang lain. Dan ini
tidak mudah, tapi tetap harus dilakukan.`Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.` Di sini juga
Allah memerintahkan bahwa agar kita bisa bertaqwa, kita harus berlaku adil,
baik terhadap manusia atau terhadap Allah SWT.

QS. al An`am 152


‫َأشدَّهُ َو َْأوفُوا الْ َكْي َل َوالْ ِم َيزا َن بِالْ ِق ْس ِط ال‬ ِ ِ
ْ ‫َوال َت ْقَربُوا َم َال الْيَتي ِم ِإال بِالَّيِت ه َي‬
ُ ‫َأح َس ُن َحىَّت َيْبلُ َغ‬
َّ ‫اع ِدلُوا َولَ ْو َكا َن ذَا ُقْرىَب َوبِ َع ْه ِد اللَّ ِه َْأوفُوا ذَلِ ُك ْم َو‬
‫صا ُك ْم بِِه‬ ْ َ‫ف َن ْف ًسا ِإال ُو ْس َع َها َوِإذَا ُق ْلتُ ْم ف‬ ُ ِّ‫نُ َكل‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكُرو َن‬
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka
hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan
penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu ingat.”

Di ayat ini dijelaskan bahwa dalam pembagian harta harus adil atau
sesuai dengan haknya. Juga dilarang mengambil harta anak yatim. Selain itu
Allah SWT juga melarang seseorang berlaku zalim dalam berkata-kata.
Maknanya dalam ucapan seseorang mesti bersikap adil, dengan
mempertimbangkan pendapat dua fihak yang berselisih. Pendapat yang
benar atau terbaik yang diambil.
Orang yang mampu berlaku adil ini akan mendapat tempat istimewa
disisi Allah SWt, sebagaimana Hadits Nabi SAW :
ِ ‫اَلْم ْق ِسطُو َن ِعْن َد‬ : ‫ع ِن اِب ِن عمر ع ِن النَّيِب صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم قَ َال‬
‫اهلل َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة َعلَى َمنَابِ ِر ِم ْن نُ ْو ٍر‬ ْ ُ َ َ َ ْ َ ُ َ ِّ َ ََ ُ ْ َ
‫ْم ِه ْم َواَ ْهلِْي ِه ْم َو َما َولَّْوا (رواه ابن ايب شيبة ومسلم والنسائي‬ ِ ‫علَى مَيِ ِ الْعر ِش الَّ ِذين يع ِدلُو َن يِف حك‬
ُ ْ َْ َ ْ ْ َ ‫َ نْي‬
( ‫والبيهقي‬
Artinya : “ Dari Ibnu Umar R. A. dari Nabi SAW bersabda : “ Orang yang
berperilaku adil akan berada di sisi Allah pada hari kiamat. Ia duduk di atas
mimbar cahaya yang bersinar di sebelah kanan Arasy, yaitu mereka yang
adil dalam menghukum, adil terhadap keluarga, dan terhadap sesuatu yang
menjadi tanggungannya “. (H.R. Ibnu Abi Syabah, Muslim, Nasa’I, dan
Baihaqi ).
Hadits di atas menjelaskan bahwa para penegak keadilan ( mereka
yang senantiasa berbuat adil ) memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Di
hari akhir nanti mereka akan diberi kehormatan di sisi Allah, yaitu diposisikan
di atas mimbar yang terbuat dari cahaya dan berada di sebelah kanan Arasy
Allah. Ini menunjukan betapa tingginya perilaku adil dalam pandangan Allah

2. Jujur
Secara etimologi, jujur merupakan lawan kata dusta. Dalam bahasa
Arab diungkapkan dengan “Ash-Shidqu” sedangkan “Ash-Shiddiq” adalah
orang yang selalu bersikap jujur baik dalam perkataan mau pun perbuatan.
Menurut penjelasan Syaih Roqib Jujur adalah kata hati yang sesuai dengan
yang diungkapkan. Jika   salah satu   syarat itu   ada yang hilang, belum
mutlak disebut jujur. Sedangkan pendapat Al jurjani Jujur adalah hukum
yang sesuai dengan kenyataan, dengan kenyataan, dengan kata lain, lawan
dari bohong. Dan menurut imam Qusairy Kejujuran adalah kemurnian hati
Anda, keyakinan Anda yang mantap, dan ketulusan amal Anda.
Dalil-dali Naqli berkaitan dengan sifat jujur antara lain :

QS. At Taubah :119


‫ني‬ِ ِ َّ ‫يا َُّأيها الَّ ِذين آمنوا َّات ُقوا اللَّه و ُكونُوا مع‬
َ ‫الصادق‬ ََ ََ َُ َ َ َ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar

Ayat ini memerintahkan kita untuk senantiasa bersama orang-orang


yang jujur agar kita terbiasa menjadi orang yang berperilaku jujur dan benar.

Anda mungkin juga menyukai