Syariat merupakan sebuah hukum berupa aturan atau perintah yang mengatur seluruh kehidupan manusia,
dan menuntut manusia terhadap untuk mengerjakan suatu perintah dan meninggalkan suatu perbuatan yang
dilarang atau berupa petunjuk dalam memilih antara mengerjakan atau meninggalkan. Yang membuat
sebuah syariat dalam islam yaitu Allah Swt dan menurunkannya dalam bentuk kitab-kitab.
Berikut adalah macam-macam dari hukum syariat :
1) Wajib, perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan
mendapatkan dosa. Contoh: Sholat 5 waktu, Puasa di bulan Ramadhan
2) Sunnah, perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak
mendapatkan dosa. Contoh: Puasa senin kamis, Sholat dhuha
3) Haram, perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapatkan dosa dan jika ditinggalkan akan
mendapatkan pahala. Contoh: Mempersekutukan Allah, zina
4) Makruh, perbuatan yang apabila dikerjakan tidak mendapatkan dosa dan jika ditinggalkan akan
mendapatkan pahala. Contoh: Makan dan minum sambil berdiri, berbicara ketika berwudhu
5) Mubah, perbuatan yang apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak
mendapatkan dosa. Contoh: makan, minum, berpakaian
Prinsip tauhid ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. Ali-Imron ayat 64
ٰ قُ ْل ٰيٓاَهْاَل ْلك ٰتبتَعالَ ْواا ٰلى َكلم ٍةسو ۤا ۢ ٍءب ْينَنَاوب ْينَ ُكماَاَّل نَ ْعبُ َدااَّل
ُ اللّهَ َواَل نُ ْش ِر َكبِ ٖه َش ْيـًٔا َّواَل يَتَّ ِخ َذبَ ْع
ضنَابَ ْعضًااَرْ بَابًا ِّم ْن ُد ْو ِ ْ ََ َ ََ َِ ِ َ ِ ِ
ٰ ن
اللّ ۗ ِهفَاِ ْنتَ َولَّ ْوافَقُ ْولُواا ْشهَ ُد ْوابِاَنَّا ُم ْسلِ ُم ْو َنِ
“ Katakanlah (Muhammad), “ Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan)
yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan
selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “ Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang Muslim.”
Berdasarkan prinsip tauhid tersebut, maka pelaksaan dan pengamalan hukum Islam merupakan suatu
ibadah, yaitu penghambaan manusia kepada Allah Swt. Ibadah tersebut merupakan perwujudan pengakuan
atas ke-Esaan Allah Swt. Dengan demikian dapat disimpulkan jika ada manusia yang menuhankan sesama
makhluk dapat dinilai sebagai suatu pelanggaran yang berat oleh Islam.
2) Prinsip Keadilan, dalam prinsip hukum yang kedua Allah memerintahkan kepada umat-Nya untuk
bersikap adil. Meliputi hubungan antara individu dengan dirinya sendiri, individu dengan manusia
dan masyarakatnya serta hubungan antara individu dengan lingkungannya.
ْط َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَ ٰانُقَ ْو ٍم َع ٰلٓىاَاَّل تَ ْع ِدلُ ْو ۗااِ ْع ِدلُ ْو ۗاهُ َواَ ْق َربُلِلتَّ ْق ٰو ۖى َواتَّقُو
ِۖ ٰيٓاَيُّهَاالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْوا ُك ْونُ ْواقَ َّوا ِم ْينَلِ ٰلّ ِه ُشهَ َد ۤا َءبِ ْالقِس
ٰ َّااللّ ۗهان
اللّهَ َخبِ ْي ۢ ٌربِ َماتَ ْع َملُ ْو َن ٰ
َِ
“ Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Kalau dalam hukum positif dikenal prinsip memiliki kedudukan sama di muka hukum maka
Islam mewajibkan bukan hanya manusia harus sama di muka hukum tetapi dalam seluruh aspeknya
harus berlaku adil, bahkan terhadap musuh sekalipun.
3) Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Amar ma’ruf mengandung arti bahwa Hukum Islam
ditegakkan untuk menjadikan umat manusia dapat melaksanakan hal-hal yang baik dan benar sesuai
kehendak Allah Swt. Sedangkan Nahi Munkar mengandung arti bahwa hukum tersebut ditegakkan
untuk mencegah terjadinya hal-hal yang buruk yang dapat meruntuhkan kehidupan bermasyarakat.
Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar dapat dijelaskan dalam QS. Ali-Imron ayat 110
ف َوتَ ْنهَ ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُ ْو َن بِاهّٰلل ِ ۗ َولَ ْو ٰا َم َن ِ اس تَْأ ُمر ُْو َن بِ ْال َم ْعر ُْو ِ َّت لِلن ُك ْنتُ ْم َخي َْر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج ْـ
ان َخ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُ ْو َن َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْال ٰف ِسقُ ْو َنَ ب لَ َك ِ اَ ْه ُل ْال ِك ٰت
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan
mereka adalah orang-orang fasik.”
4) Prinsip Kemerdekaan dan Kebebasan, hukum islam tidak diterapkan berdasarkan paksaan, akan
tetapi berdasarkan penjelasan, demonstrasi dan argumentasi. Kebebasan untuk beragama dalam islam
pun dijamin dengan tidak adanya pemaksaan. Sedangkan hak setiap manusia yang paling asasi
adalah kebebasan dalam bertindak, berekspresi dan berimajinasi.
Prinsip Kemerdekaan dan Kebebasan dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 256
“ Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
Dapat disimpulkan bahwa yang membedakan manusia dalam pandangan Islam bukan karena
ras, suku, budaya, warna kulit dan sisi lahiriyah lainnya. Namun dapat dilihat dari tingkat ketakwaan
dari masing-masing manusia tersebut.
6) Prinsip Tolong-menolong, bahwa sesama warga masyarakat harus saling menolong dalam hal
kebaikan dan ketakwaan demi tercapainya kemaslahatan bersama.
ِ َوتَ َعا َونُ ْوا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق ٰو ۖى َواَل تَ َعا َونُ ْوا َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َو
ان
“… dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran …”
7) Prinsip Toleransi, mengharuskan kepada umatnya untuk hidup penuh dengan suasana damai dan
toleran. Toleransi ini harus menjamin tidak adanya pelanggaran akan hak-hak islam dan umatnya.
Toleransi dalam islam berarti tidak memberikan paksaan atau pun tidak merugikan orang lain.
Sumber:
BMP MKDU4221. Modul 4. Hal 4.3 – 4.18. UNIVERSITAS TERBUKA