Anda di halaman 1dari 3

A.

GEJOALAK SOSIAL DI BERBAGAI DAERAH PADA AWAL KEMERDEKAAN HINGGA TAHUN 1965

Berbagai Gerakan Gangguan Keamanan di Dalam Negeri


Pada masa Pemerintahan Republik Indonesia Seriakat (RIS), tidak sedikit persoalan yang
dihadapai oleh pemerintah dan rakyat Indonesia. Sebagai Negara yang baru merdeka, bangsa
Indonesia harus menghadapi rongrongan, baik dari luar maupun dari dalam negeri, baik yang
bersifat ideology, peteualangan/kepentingan pribadi/golongan, maupun berasal dari golongan-
golongan yang takut kehilangan hak-haknya bila Belanda meninggalkan Indonesia.

Gerakan Darus Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)


Salah satu gangguan yang harus dihadai bangsa Indonesia iyalah kelompok Darul Islam. Dipimpin
oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo. Tujuan gerkan ini ingin mendirikan Negara Islam Indonesia
(NII) dengan kekuatan senjata. Maka dibentuk pasukan bersenjata dinamakan Tentara Islam
Indonesia.
Pemberontakan DI/TII berawal di Jawa Barat dan terus meluas samapai ke Jawa Tengah, Aceh,
Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Pra pemimpin selain S. M. Kartosuwirjo (Jawa Barat),
terdapat juag Amir Fatah (Jawa Tengah), Daud Beureuh (Aceh), Kahar Muzakkar (Sulawesi Selatan),
dan Ibnu Hadjar (Kalimantan Selatan).

Jawa Barat
Pemberontan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan ditandatanganinya Persetujuan Renville pada
17 Januari 1984. Pemerintah RI harus mengakui kedulatan Belanda atas wilayah-wilayah yang
dikuasainya sampai terbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Beban terberat RI adalah pasuka
grilya RI harus ditarik ke luar batas garis demarkasi Van Mook dan mangosongkan wilayah-wilayah
yang di kuasi Belanda.
S. M. Kartosuwirjo bersam pasukannya yang terdiri atas Hizbullah dan Sabilillah, kurang lebih
sebanyak 4000 orang, menolak Persetujuan Renville. Ia menolak membawa pasukannya ke Jawa
Tengah dan tidak mengakui lagi keberadaan RI. Pada 7 Agustus 1949 Kartosuwirjo akhirnya
memproklamsikan berdirinya Negara Islam Idonesia (NII).
Pasuka DI/TII secara paksa menarik sumbangan dari rakyat. Untuk menghadapi gerakanb DI/TII,
pemerintah bekerja sama dengan rakyat stempat. Dijalnkanlah taktik dan strategi baru yang disebut
perang wilayah sebagi penaggung jawab iayalah Ibrahim Adjie.
Pada 1 April 1962, dilancarakan Oprasi Brata Yudha, yaitu operasi penumpasan gerakan DI/TII
Kartosuwirjo. Pada 4 juli 1962, S. M. Kartosuwirjo beserta para pengikutnya tertangkap di daerah
Majalaya. Setelah diadili pada Agustus 1962, S. M. Kartosuwirjo dijatuhi hukuman mati.

Jawa Tengah
Pemberonatk DI/TII di Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu. Inti
kekuatannya adalah pasuka Hizbullah yang dibentuk di Tegal pada tahun 1946.
Pada saat terjadi Agresi Mliter Belanda II, Amir Fatha bekerja sama dengan TNI. Ia juga bertugas
mengatur penggabungan lascar-laskar ke dalan TNI. Oleh karena, itu, ia mendapat kesempatan
untuk berkenalan dengan para anggota lascar. Namun, Ia kemudian berbalik arah. Pada 23 Agustus
1949, Amir Fatah memproklamasikan berdirinya Darul Islam dan menyatan bergabung dengan DI/TII
S. M. Kartosuwirjo. Pasukan dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) denagn sebutan Batalion Syarif
Hidayat Widjaja Kusuma (SHWK).
Selain daerah Tegal-Berebes, di daearh selatan (Kebumen), juga terdapat kekuasaan gerakan
DI/TII yang dipimpin oleh Muhammad Mahfudh Abdurrahman atau dikenal dengan Kyai Sumolangu.
Gerakan itu mengadakan kontak dengan DI/TII S. M. Kartosuwirjo dan bermaksud mendiikan Negara
Islam Indonesia. Pada tahun 1945, gerakan ini dapat dilumpuhkan oleh TNI melalui Operasi Guntur.

Sulawesi Selatan
Gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar. Latar belakang pemberonatakn
ini berbeda dari yang terjadi di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kahar Muzakkar adalah komando
Tentara RI Persiapan Resimen Hasanudin di Yogyakarta denagn pangkat letanna kolonel. TRI
Persiapan Hasanudin ini beranggotakan para pemuda Sualwesi yang ada di Pualu Jawa. Dalam
pertempuran di Surabaya, November 1945, mereka juga turut berjuang dalam mempertahankan
kota tersebut.
Kahar Muzakar menuntun agar semua anggota KGGS dimasukan sebagai anggota APRIS dalam
Brigade Hasanudin. Pemerintahan sudah tentu tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut.
Pada Agustus 1951, Kahar Muzakkar melariakn diri kehutan. Kemudian, ia meneriam tawaran dari
S. M. Kartosuwirjo untuk memegang pimpinana TII di Sulawesi dan di beri surat keputusan
pengangkatan sebagai pangliam Divisi IV/TII untuk daerah Sulawesi dan Indonesia Timur. Pada 7
agustus 1953, Kahar Muzakkar menggabungkan diri denagn NII Kartosuwirjo dan sejak itu ia
menamakan pasuaknnya Tentara Islam Indonesia (TII).
Menyikapi gerakan Kahar Muzakar ini, pemerintah RI melancarakan operasi militer ke Sulawesi
Selatan. Operasi penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar memekan waktu lebih dari 14 tahun.
Factor-faktor yang menjadi penyebab lamanya menumpas gerakan ini antara lain :
Rasa kesukaan yang ditanamkan oleh geromboaln ini berakar di hati rakyat.
Kahar Muzakkar mengenal sifat-sifat rakyat setempat.
Kahar Muzakar dan gerombolannya dapat memanfaatkan lingkunagan alam yang sudah sangan
dikenal.

Pada 3 Februari 1965, Kahar Muzakar tertembak mati daalm sebuah kontak senjata dengan
pasukan RI. Dengan tewasnya Kahar Muzakar, akhirnya pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
dapat ditumpas.

Kalimantan Selatan
Pada akhir tahun 1950, Kesataun Rakyat Jang Tertindas (KRJT) melakuakn penyerangan ke pos-pos
TNI di Kalimantan Selatan. KRJT dipimpin seoarang mantan Letnana Dua TNI yang bernam Ibnu
Hadjar alais Haderi alias Angli. Pemerinatahn Ri masih memberikan kesempatan anggota gerakan ini
untuk menyerahkan diri secara baik-baik. Ibnu Hadjar sendiri kemudian menyerahkan diri. Akan
tetapi, setelah merasa kuat dan memperolah peralatan perang , ia kembali membuat kekacauan
dengan bantuan Kahar Muzakkar dan Kartosuwirjo.
Pada tahun 1954, Ibnu Hadjar dianagkat sebagai Panglima TII wilayah Kalimantan. Akhirmya, TNI
menggunakan operasi militer untuk menumpas gerakan tersebut. Pada tahun 1959, Ibnu Hadjar
berhasil ditangkap dan pada 22 Maret 1954, ia dijatuhi hukuaman mati.

Pemberontakan PKI Madiun 1948


Setelah jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin, Presiden Soekarno menunjuk Drs. Mohammad Hatta
sebagai formatur cabinet. Cabinet ini memerintah dari 19 Januari 1948- 4 Agustus 1949. Kabinet
yang tenpa anggota golongan kiri ini (sosialisai-komunis) mempunyai program sebagai berikut.
1. Melakasanakan Persetujuan Renville.
2. Mempercepat terbentuknya Negara Republim Indonesia Serikat (RIS).
3. Melaksanakan rasionalisasi dan pembangunana dalam negeri.

Untuk meneruskan perundingan dengan Belanda, pemerintahan Hatta menunjuk Mr. Mohammad
Roem sebagai ketua delegasi RI.
Pada Agustus 1948, Musso kembali ke Indonesia. Kedatangannya memabawa kebijaksanaan baru
bagi PKI. Pokok kebiksanana baru itu sering disebut Jalan Baru Musso yang merupakan politik kerja
sama antara oranag komunis dan politik antiimperialis di bawah pimpinan kaum komunis. Kebijakan
Mosso selanjutnya adalah menentang kebijaksanana kabinet Hatta yang dianggapnya telah menjual
bangsa Indonesia kepada pihak imperialis/kapitalis Belanda.
PKI semakain meningkatkan kegiatan pengacuannya. Pertentangan politik berubah menjadi
insiden bersenjata. Dalam usaha mengatasi keadaan ini, pemerinath mengangkat Kolonel Gatot
Subroto sebgai Gubernur Militer Daerah Istimewa Surakarta dan sekitar, termasuk Semarang, Pati,
dan Madiun.
Sementara perhatian pemerintah terpusat pada Surakarta pada 18 September 1948, FDR/PKI
mengambil alih kekeuasaan di Madiun. Pada waktu yang sama, Musso menyerang pemerintahan
dengaan mengatakan bahwa Soekarano-Hatta telah menjalankan politik kapitulasi kepada Belanda
dan Inggris, serta hendak menjual tanaha air kepada kapitalis. Pemerinatah segera mengambil
tindakan untuk menumpas pemberontakan PKI itu dengan melancarakan Gerakan Oprasi Militer I.
Pimpinana operasi penumpasan diserahkan kepada Kolonel A. H. Nasution. Pada 30 September
1948, Madiun berhasil direbut kembali oleh TNI. Dalam operasi itu, Musso berhasil ditembak mati.
Sementara itu, Amir Syarifuddin dan totkoh-tokoh lainnya dapat ditangkap dan dijatuhi hukuman
mati.
Tindaakn pemerintaj RI untuk menumpas PKI secara politik mendapat simpati dari Negara-negara
Barat. Mereka menilai RI sebagai Negara antikomunis dan menganut prinsip-prinsip demokratis. Hal
itu memperkuat posisis Indonesia di mata dunia.

Aceh
Pemeberontaakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Daud Beureueh seorang ulama terkenal. Setelah
Prokamasi Kemerdekaan,

Anda mungkin juga menyukai