Anda di halaman 1dari 10

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

DARI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA AKIBAT PERGOLAKAN DAN


PEMBERONTAKAN DALAM NEGERI

 Pemberontakan PKI Madiun 1948


 Opsisi Amir Sjarifuddin dan muso
 FDR (Front Demokrasi Rakyat) dibentuk di solo, 26 Februari 1948 oleh amir. Terdiri dari
Partai Sosialis, Partai Buruh Indonesia (PBI), Partai Komunis Indonesia (PKI), Pesindo,
dan Sarekat Buruh Perkebunan Republik Indonesia (Sarbupri)

 4 pasal program nasional FDR :


 Pembatalan persetujuan Renville
 Penghentian perundingan dengan Belanda
 Nasionalisasi semua kekayaan Belanda 
 Pembubaran Kabinet Presidensiil Hatta dan 
     pembentukan kabinet parlementer di mana wakil-
     wakil FDR diikutsertakan dengan menduduki 
     jabatan-jabatan yang penting  

 Strategi perjuangan FDR

 Jalur parlemen: mengusahakan persatuan berbagai


kekuatan sosial-politik dalam wadah Front Nasional
dimana PNI & Masyumi ikut di dalamnya
 Perebutan kekuasaan dengan kekerasan: pemogokan
umum dan melakukan kekacauan sehingga
menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat
pada pemerintah
 Menyiapkan pasukan yang pro FDR di daerah
 Menyiapkan Madiun sebagai basis gerilya, Soviet
sebagai pusat pemerintahan & Solo sebagai daerah
kekacauan
 Datangnya tokoh komunis kawakan muso
 Atas anjuran Muso, seluruh yang sepaham disuruh melebur jadi pki
 Dalam konggres PKI ke-5 tanggal 26-27 Agustus 1948 Muso mendeklarasikan “Jalan baru

untuk RI” yang merupakan koreksi PKI atas pemerintah RI


 Peristiwa menjelang madiun affair
 Pada bulan Agustus & September 1948 terjadi penculikan 2 di kota Solo yang dilakukan
oleh pengikut Muso-Amir
 Tanggal 11 September 1948 terjadi bentrokan antara pasukan pro-pemerintah (dari
Divisi Siliwangi) melawan pasukan pro-PKI (Divisi IV Jawa Tengah)
 Kolonel Gatot Subroto sebagai pemimpin operasi pemulihan keamanan

 Madiun affair
 Di Madiun pada tanggal 18 September 1948 meletus pemberontakan PKI yang
dipimpin Muso & Amir Syarifuddin
 Pemberontakan tersebut juga melibatkan tentara yang berasal dari Brigade 29 yang pro-
PKdi bawah pimpinan Letkol Dakhlan dan Sumarsono
 Tujuannya adalah untuk mendirikan Negara Soviet Sosialis Madiun

 Upaya mengatasi pemberontakan


 Dari Barat, pemerintah mengirimkan pasukan Divisi Siliwangi yang berada di Yogyakarta
di bawah pimpinan Kolonel Sadikin
 Dari Timur, dikerahkan pasukan Divisi VI Jawa Timur di bawah pimpinan Kolonel
Sungkono
 Tanggal 30.9.1948, Madiun dapat dibebaskan
 Di Ponorogo Muso yang menyamar sebagai kusir andong mati tertembak oleh pasukan
TNI di bawah komando Kapten Sunandar, 
 1 Desember 1948, Amir Syarifudin ditangkap di Purwodadi

gambar operasi penumpasan pki madiun 1948

Penangkapan amir sjarifuddin 1948


Korban PKI madiun 1948

 Pemberontakan DI/TII

a. DI/TII Jawa Barat


 Latar belakang
 Keinginan membentuk Negara Islam Indonesia
 Rencana Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo mendapatkan momentumnya ketika RI
bersedia menandatangani Perjanjian Renville
 Maret 1948 dalam konggres Islam di Cisayong (Jabar) Kartosuwiryo membentuk gerakan
Darul Islam (DI) & Tentara Islam Indonesia (TII) yang berintikan anggota Hizbullah &
Sabilillah

 Upaya mengatasi pemberontakan


 Tanggal 7 Agustus 1949 di Malangbong, Tasikmalaya, Jawa Barat Kartosuwiryo secara resmi
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia
 Persuasi: menawarkan perundingan. Gagal
 Operasi militer (dimulai 27.8.1949)
 Tanggal 4 Juni 1962 pemerintah menggelar Operasi Pagar Betis
 Dalam Operasi Bratayudha, Kartosuwiryo berhasil ditangkap di Gunung Geber, daerah
Majalaya, Jawa Barat. Ia kemudian dijatuhi hukuman mati

Negara 

Kartosuwiryo
Gerombolan DI/TII jawa barat menyerahkan diri ke tni

b. DI/TII Jawa tengah


 pelantikan, ia bersama pasukannya mengundurkan diri dan melarikan diri ke hutan
Dipimpin oleh Amir Fatah, yang oleh Kartosuwiryo diangkat sebagai komandan
pertempuran wilayah Brebes, Tegal dan Pekalongan
 Amir Fatah sendiri menamakan gerakan mereka sebagai Gerakan Majelis Islam
 Gerakan ini berhasil ditumpas oleh TNI dalam operasi Gerakan Benteng Negara, yang
secara berturut-turut dipimpin oleh Letkol Sarbini, Letkol M. Bachrun dan Letkol A. Yani
 di Kebumen muncul Gerakan Angkatan Umat Islam (dipimpin Mohammad Mahfudz
Abdurrachman atau Kyai Somalangu)
 Di Kudus dan Magelang juga terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh tentara yang
tergabung dalam Batalyon 426. Pemberontakan berhasil ditumpas operasi militer dengan
sandi Operasi Merdeka Timur di bawah pimpinan Letkol Soeharto
 Ketiga pemberontakan tersebut menyatakan sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo

c. DI/TII Sulawesi Selatan


 Meletus sejak tahun 1951. Dipimpin Kahar Muzakkar
 Latar belakang: kekecewaan Kahar Muzakkar karena keinginannya untuk
menggabungkan atau memasukkan semua anggota Komando Gerilya Sulawesi Selatan
(KGSS) dalam Angkatan Perang RIS ditolak pemerintah
 Pemerintah menawarkan jabatan baru bagi Kahar Muzakkar, yaitu sebagai Komandan
Korps Cadangan Nasional dengan pangkat acting Letkol, tapi ditolak. Pada saat pelantikan ia
dan pasukannya lari ke hutan
 Januari 1952 Kahar Muzakkar menyatakan bahwa wilayah Sulawesi Selatan sebagai
bagian dari NII pimpinan Kartosuwiryo
 Untuk menumpas pemberontakan pemerintah melakukan operasi militer dengan
mengerahkan pasukan dari Divisi Siliwangi. Baru pada tahun 1965 Kahar Muzakkar berhasil
dibunuh TNI. Pemberontakan betul-betul berakhir ketika pada bulan Juli 1965 Gerungan
(orang kedua dalam pemberontakan itu) berhasil ditangkap

Kahar Muzakkar pemimpin DI/TII Sulsel


C. DI/TII ACEH
 Dipimpin Tengku Daud Beureuh
 Latar belakang: penolakan Daud atas kebijakan pemerintah mengubah status Aceh
sebagai daerah istimewa kemudian menjadi karesidenan di bawah Propinsi Sumatra Utara
 Tanggal 20 September 1953 ia mengeluarkan maklumat tentang penyatuan Aceh ke
dalam NII pimpinan Kartosuwiryo
 Penyelesaian: tanggal 17-21 Desember 1962 atas inisiatif Pangdam I Iskandar Muda,
Kolonel M. Yasin diadakanlah Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh

D. DI/TII Kalimantan Selatan


 Dipimpin Ibnu Hajar. Tahun 1950 bersama pengikutnya menggalang gerakan
bernama Kesatuan Rakyat Yang Tertindas (KRYT) & memproklamirkan gerakan KRYT sebagai
bagian dari DI/TII pimpinan Kartosuwiryo
 Tahun 1963, Ibnu Hajar berhasil. Tahun 1965 ia diadili oleh Mahkamah Militer dan
dijatuhi   
      hukuman mati

 Peristiwa 1965

a. Gerakan 30SPKI 1965


 Istilah resmi yang digunakan pemerintah orde baru
 Pertemuan intensif pimpinan Biro Khusus PKI dengan para pimpinan PKI, terutama
D.N. Aidit selaku Ketua CC PKI
 Menetapkan susunan gerakan  perebutan kekuasaan
 Pimpinan Tertinggi Gerakan : D.N. Aidit
 Pimpinan Pelaksana Gerakan : Syam Kamaruzaman
 Wakil Pimpinan Gerakan : Pono
 Pimpinan Bagian Observasi : Bono
 Pimpinan Operasi Militer : Letkol Untung, Komandan Batalyon I Resimen
Cakrabirawa (pasukan pegawal presiden) 

DN. Aidit
 Hari peristiwa G30SPKI

 Gerakan mulai dilakukan pada 30.9.1965 (sebenarnya lebih tepat dini hari tanggal
1.10.1965). Diawali dengan penculikan & pembunuhan terhadap terhadap para jenderal
AD yang jadi target penculikan
 Semua jenderal yang diculik dibawa ke daerah Lubang Buaya (sebelah Selatan
Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma Jakarta)
 Perwira AD korban penculikan & pembunuhan:
 Letjen Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD)
   Mayjen R. Soeprapto (Deputi II Panglima AD)
   Mayjen Haryono Mas Tirtodarmo (Deputi III Panglima AD)
   Mayjen S. Parman (Asisten I Panglima AD)
   Brigjen D. I. Panjaitan (Asisten IV Panglima AD)
   Brigjen Soetojo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal AD)
   Lettu Pierre Andreas Tendean

 Jenderal A. Haris Nasution (Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf


Angkatan Bersenjata) berhasil meloloskan diri dari penculikan. Tetapi putri Nasution
yang bernama Ade Irma Suryani tewas terkena tembakan 
 Ajudan Nasution, juga Lettu Pierre Andreas Tendean menjadi korban penculikan.
Korban tewas lainnya adalah Brigadir Karel Satsuit Tubun (pengawal rumah
Wakil Perdana Menteri Dr. J. Leimena) yang rumahnya berdampingan dengan rumah
Nasution
Pengangkatan Jenazah para perwira dari dalam sumur tua di
Lubang Buaya tanggal 4 Oktober 1965.
 Studio RRI Pusat & gedung Telekomunikasi dikuasai pemberontak. Melalui studio RRI
Letkol Untung menyatakan bahwa gerakan mereka ditujukan kepada para jenderal anggota
“Dewan Jenderal” yang akan melakukan kudeta pada pemerintah
 Siang hari pukul 13.00 gerakan menyiarkan   pengumuman pembentukan “Dewan
Revolusi”,  pendemisioneran Kabinet Dwikora & penghapusan pangkat jenderal dalam TNI 

 Dampak social-politik akibar peristiwa G30SPKI 1965


 Aksi protes oleh berbagai kesatuan aksi pemuda, mahasiswa & pelajar (tergabung dalam
Front Pancasila) terhadap kepemimpinan Soekarno yang dianggap lambat bertindak
& tuntutan penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap pelaku G 30 S
 Tri Tura (Tiga Tuntutan Rakyat) yang isinya:
- Bubarkan PKI & ormas-ormas yang bernaung dibawahnya
- Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S/PKI
- Turunkan harga/perbaikan ekonomi

Rangkaian aksi demonstrasi berbagai


kesatuan aksi dalam rangka menyuarakan Tritura.

 Berbagai Perspektif Tentang Peristiwa Gerakan 30 september 1965

 Versi orde baru : PKI adalah aktor utama dibalik peristiwa G30S 1965
Terdapat dalam “Buku Putih Peristiwa G 30 S” dan “30 Tahun Indonesia Merdeka” yang
dikeluarkan oleh Sekretariat Negara RI. Juga mendapat dukungan dari beberapa penulis
seperti C. A. Dake, (1973) dalam bukunya, “In the Spirit of the Red Banteng: Indonesia
Communism Between Moscow and Peking”. Juga tulisan Marshall Green, (1990),
“Indonesia: Crisis and Transformation (1965-1968)

 Versi Cornel Paper : Konflik internal Angkatan Darat


Bahwa peristiwa G30S tahun 1965 merupakan puncak dari terjadinya konflik internal
Angkatan Darat. Terjadi kekecewaan beberapa perwira menengah terhadap
kepemimpinan di tubuh TNI-AD. Perwira-perwira menengah yang merasa kecewa
inilah yang kemudian melancarkan aksi penculikan & pembunuhan terhadap para
perwira tinggi TNI-AD. Dikemukakan oleh Ben Anderson & Ruth Mc Vey 

 Versi W. F. Wertheim
yang menyebut bahwa dalang di balik peristiwa itu tidak lain adalah Soeharto.

 Versi yang menyebutkan bahwa terjadinya peristiwa G 30 S/1965 adalah akibat campur
tangan dinas intelejen AS, CIA (Central Intelligence Agency) dengan menciptakan konflik
AD - PKI.
Dikemukakan oleh Peter Dale Scott dalam bukunya, “US and the Overthrow of
Sukarno, 1965-1967”; Kathy Kadane dalam tulisannya “US Officials List Aided
Indonesian Bloodbath in 60’S”; “Buku putih” Deplu AS “Foreign Relations of the US
1964-1968: Indonesia, Malaysia, Singapora, and Philippines, Bab, “Coup and Counter
Reaction: October 1965-March 1966”

- Versi yang menyebut bahwa Inggris yang berperan dibalik tragedi tersebut.
Menurut Audrey & George Mc Turnan Kahin (dalam buku “Subversion as a Foreign
Policy”) pemerintah Inggris secara tidak langsung mendesakkan terjadinya
perubahan politik di Indonesia

- Versi yang menyebutkan bahwa terjadinya tragedi 30 September 1965 adalah buah dari
skenario politik Soekarno sendiri
untuk melenyapkan oposisi oleh para perwira tinggi AD. Versi ini dikemukakan
oleh sejarawan AS, Anthoni Dake

 PROSES PERALIHAN KEKUASAAN POLITIK PASCA G40SPKI 1965

 Keluarnya Surat Perintah 11 Maret / SUPERSEMAR 1966


Isi pokok: memerintahkan kepada Letjen Soeharto, Men-Pangad untuk atas nama
presiden mengambil segala tindakan yang dianggap perlu guna terjaminnya keamanan
& ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan & jalannya revolusi serta
menjamin keselamatan pribadi & kewibawan presiden
 Tindakan awal pengemban SUPERSEMAR
1. Mulai 12 Maret 1966, dilakukan pembubaran terhadap PKI & ormas2 yang bernaung
atau berlindung di bawahnya PKI di seluruh Indonesia
2. Mengundang Front Pancasila guna membicarakan langkah yang perlu diambil
3. Kepada para mahasiswa dan pelajar diminta untuk segera kembali ke bangku sekolah
4. Kepada semua partai politik dan oraganisasi massa diserukan agar tidak menerima
anggota bekas PKI dan ormas-ormasnya
5. Diserukan pada para anggota partai PKI dan ormas-ormasnya agar segera melaporkan
diri paling lambat hingga akhir Maret 1966
6. Penahanan atas 15 orang menteri yang diindikasi kuat terlibat dalam G 30
S/PKI. Penahanan itu didasarkan pada Keputusan Presiden No. 5 tanggal 18 Maret 1966

Rakyat menyambut upaya pembubaran PKI


(Peristiwa terjadi pada tanggal 12 Maret 1966)

 PERALIHAN KEKUASAAN DARI PRESIDEN SOEKARNO KEPADA JENDERAL SOEHARTO

- SU-MPRS 1966 secara khusus mengagendakan, mendengarkan pidato


pertanggungjawaban presiden, khususnya yang berkaitan dengan masalah G-30 S/PKI Judul
pidato presiden: “Nawaksara” atau sembilan masalah pokok

- Karena dalam Nawaksara, presiden tidak menyinggung tentang G-30 S, pimpinan MPRS


pada tanggal 22.10.1966 mengirim nota pada Presiden, agar melengkapi laporan
mengenai peristiwa G 30 S/PKI dan masalah kemunduran ekonomi serta akhlak yang terjadi
di Indonesia

- Tanggal 10 Januari 1967 Presiden Soekarno menyampaikan naskah “Pelengkap Nawaksara”


(Pel Nawaksara). Tetapi Pel Nawaksara yang disampaikan presiden justru menimbulkan
kekecewaan tidak hanya bagi MPRS tetapi partai, pemerintah daerah & masyarakat luas

- Tanggal 9 Februari 1967 DPR-GR mengajukan resolusi dan memorandum kepada MPRS


agar MPRS mengadakan Sidang Istimewa

- Kamis pukul 19.30 di Istana Negara, disaksikan Ketua Presidium Kabinet Ampera & para
menteri, Presiden/ Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi ABRI secara resmi mengumumkan
penyerahan kekuasaan pemerintahan kepada Pengemban Ketetapan MPRS No.
IX/MPRS/1966, Jenderal Soeharto

-  Pimpinan tinggi ABRI menyarankan agar presiden mengadakan penyerahan kekuasaan 

Suasana pengambilan sumpah Jenderal


Soeharto sebagai Presiden RI.

Anda mungkin juga menyukai