Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATERI BAB I

1. Pemberontakan PKI di Madiun berawal dari kekecewaan Amir Syarifuddin terhadap


pemerintahan Kabinet Hatta. Pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front
Demokrasi Rakyat (FDR). Pada tanggal 18 September 1948, secara terang-terangan PKI di
bawah pimpinan Muso dan Amir Syarifudin merebut kota Madiun dan memproklamirkan
berdirinya “Republik Soviet Indonesia”. Dengan meletusnya pemberontakan PKI di Madiun,
pemerintah segera mengambil tindakan untuk segera menumpas pemberontakan tersebut.
Berkat kemanunggalan TNI dan rakyat, usaha PKI dapat digagalkan. Muso tertembak dalam
suatu pengejaran dan Amir Syarifudin dapat ditangkap yang akhirnya dijatuhi hukuman
mati.
2. Pada tanggal 7 Agustus 1949, Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo memproklamasikan
berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) atau Darul Islam (DI) dengan kekuatan pendukung
Tentara Islam Indonesia (TII). DI/TII menyatakan diri lepas dari pemerintah Republik
Indonesia. Pemerintah cepat tanggap dan segera bertindak untuk menumpas gerombolan
DI/TII bersama dengan rakyat, Pasukan Siliwangi menjalankan operasi “ Pagar Betis” dan
“Bratayudha”. Akhirnya pada tanggal 4 Juni 1962, Kartosuwiryo dan pengikutnya dapat
ditangkap di Gunung Geber, Majalaya. Oleh Mahkamah Angkatan Darat, Kartosuwiryo
dijatuhi hukuman mati.
3. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah, dipimpin Amir Fatah dan Mahfu’dz Abdurachman
(Kyai Somalangu). Pemberontakan di Jawa Tengah ini menjadi semakin kuat setelah
Batalyon 624 ikut bergabung dengan DI/TII. Untuk mengatasi pemberontakan tersebut,
pemerintah RI membentuk Banteng Raiders. Pasukan Banteng Raiders melakukan operasi
kilat penumpasan DI/TII, yaitu Operasi Gerakan Banteng Negara (OGBN). Adapun untuk
menyelesaikan pembelotan Batalyon 624, pemerintah melancarkan Operasi Merdeka Timur
yang dipimpin Letnan Kolonel Soeharto.
4. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin Kahar Mudzakar. Setelah perang
kemerdekaan selesai, Kahar Mudzakar kembali ke Sulawesi Selatan dan memimpin laskar-
laskar perjuangan Sulawesi Selatan yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan
(KGSS). Kahar Mudzakar melakukan pemberontakan karena ketidakpuasan terhadap
kebijakan pemerintah tentang rasionalisasi yang mengharuskan adanya seleksi terhadap
anggota laskar KGSS untuk menjadi anggota Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat
(APRIS). Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan berakhir dengan tewasnya Kahar
Mudzakar pada Februari 1965.
5. Pemberontakan DI/TII di Kalimatan Selatan dipimpin Ibnu Hajar dengan membentuk
gerakan Kesatuan Rakyat Yang Tertindas (KRYT) dan menyatakan gerakannya sebagai
bagian dari gerakan DI/TII Kartosuwirdjo. Pada Oktober 1950, pasukan Ibnu Hajar
melakukan penyerangan terhadap pos-pos APRIS di Kalimantan Selatan. Untuk menghadapi
pemberontakan Ibnu Hajar, pemerintah melaksanakan operasi militer. Akhir 1959, pasukan
Ibnu Hajar dapat ditumpas. Ibnu Hajar ditangkap dan dihukum mati pada Juli 1963.
6. Pemberontakan DI/TII di Aceh, dipimpin Daud Beureuh. Pemberontakan DI/TII di Aceh
muncul karena ketidakpuasan rakyat Aceh terhadap kebijakan pemerintah karena Daerah
Istimewa Aceh diubah menjadi karesidenan di bawah Sumatra Utara. Pada 20 September
1953, Daud Beureuh memproklamasikan Aceh sebagai bagian dari wilayah NII
Kartosuwirdjo. Usaha pemerintah untuk menyelesaikan pemberontakan DI/TII Aceh adalah
dengan diadakannya Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh atas prakarsa dari Pangdam
Iskandar Muda yang bernama Kolonel M. Yasin. Akhirnya pada bulan Desember 1962, Daud
Beureueh kembali bergabung dengan pemerintah Republik Indonesia.
7. Di masa demokrasi terpimpin, PKI memperoleh kesempatan yang besar untuk meraih cita-
citanya. PKI bercita-cita mengubah negara kesatuan yang berdasarkan Pancasila dengan
negara yang berideologi komunis. Pada saat itu PKI dipimpin oleh D.N. Aidit. Pada dini hari
tanggal 1 Oktober 1965 terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira
Angkatan Darat yang dipimpin langsung oleh Letkol Untung. Para perwira tinggi yang diculik
dan dibunuh adalah:
 Letnan Jenderal Ahmad Yani
 Mayor Jenderal R. Suprapto.
 Mayor Jenderal M.T. Haryono
 Mayor Jenderal S. Parman
 Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan
 Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
 Sementara itu di Yogyakarta, pemberontak G 30 S/PKI yang dipimpin Mayor Mulyono
menculik Kolonel Katamso dan Letkol Sugiyono
8. Operasi penumpasan G 30 S/PKI dilancarkan pada tanggal 1 Oktober 1965. Mayor Jenderal
Soeharto yang menjabat Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) mengambil
alih komando Angkatan Darat. Untuk mengikis habis sisa-sisa G 30 S/PKI dilakukan operasi-
operasi penumpasan, yakni sebagai berikut.
 Operasi Merapi di Jawa Tengah dilakukan RPKAD dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi
Wibowo.
 Operasi Trisula di Blitar Selatan dilakukan Kodam VIII/Brawijaya yang dipimpin Mayjen
M. Yasin dan Kolonel Witarmin.
 Operasi Kikis di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
9. Di Bandung terjadi sebuah gerakan yang menamakan diri sebagai “Angkatan Perang Ratu
Adil” mereka memberikan ultimatum kepada pemerintah RIS dan Negara Pasundan untuk
diakui sebagai Tentara Pasundan. Mereka juga menolak rencana penggabungan Negara
Pasundan dengan Republik Indonesia. Ultimatum itu tidak ditanggapi pemerintah RIS. Pada
pagi hari tanggal 23 Januari 1950, gerombolan APRA menyerang kota Bandung dengan
membunuh TNI. Pemimpin gerombolan ini adalah Kapten Raymond Westerling. Ternyata
tokoh di balik gerakan ini adalah Sultan Hamid II.
10. Latar belakang dari pemberontakan Andi Azis adalah sikap Andi Azis yang menolak
masuknya pasukan APRIS dari TNI Jawa ke Sulawesi Selatan. Ia menentang dan menghalangi
masuknya pasukan APRIS dari TNI dari Jawa yang dipimpin Mayor Worang. Ia juga
menyatakan bahwa Negara Indonesia Timur harus tetap dipertahankan. Bersama pasukan
yang dipimpinnya, Andi Azis menawan Letkol Achmad Yusuf Mokoginta (Pejabat Panglima
Teritorium Indonesia Timur) beserta seluruh stafnya. Oleh karena itu, pemerintah pusat
mengirim pasukan untuk menangkap Andi Azis. Pasukan itu dipimpin Kolonel A.E.
Kawilarang. Akhirnya, pada bulan April 1950 Andi Azis menyerahkan diri kepada
pemerintah RIS.
11. Pada tanggal 25 April 1950 diproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS) yang
terlepas dari Negara Indonesia Timur dan RIS oleh Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil.
Soumokil berhasil memindahkan pasukan KNIL dan pasukan Baret Hijau yang ikut dalam
pemberontakan Andi Azis ke Ambon. Pada awalnya, pemerintah ingin menyelesaikan
masalah RMS secara damai. Pemerintah mengirimkan misi damai yang dipimpin Dr.
Leimena. Namun, upaya damai ini gagal. Selanjutnya, digelar Gerakan Operasi Militer III.
Operasi ini dipimpin oleh Kolonel Kawilarang. Dalam perebutan benteng Victoria, Letkol
Slamet Riyadi gugur. Pada Tanggal 2 Desember 1963, Soumokil tertangkap. Ia diajukan ke
Mahmilub, kemudian dijatuhi hukuman mati.
12. Pemberontakan PRRI dan Permesta terjadi di tengah-tengah situasi politik yang sedang
bergolak, pemerintahan yang tidak stabil, masalah korupsi, perdebatan-perdebatan dalam
konstituante. Penyebab langsung terjadinya pemberontakan adalah pertentangan antara
pemerintah pusat dan beberapa daerah mengenai otonomi serta perimbangan keuangan
antara pusat dan daerah. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan dewan-
dewan daerah, yaitu:
 Dewan Banteng di Sumatera Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.
 Dewan Gajah di SumatUtara yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolon.
 Dewan Garuda di Sumatera Selatan yang dipimpin oleh Letkol.Barlian.
Pada tanggal 15 Februari 1958, Achmad Husein memproklamirkan berdirinya Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Untuk mengatasi gerakan ini, TNI melancarkan
operasi gabungan AD, AL, dan AU dikenal dengan nama Operasi 17 Agustus. Operasi ini
dipimpin oleh Kolonel Akhmad Yani. Di Sumatera Utara, Operasi Sapta Marga dilaksanakan
di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Jatikusumo. Di Sumatera Selatan, Operasi Sadar
dipimpin Letnan Kolonel Dr. Ibnu Sutowo. Tujuan operasi militer ini adalah menghancurkan
kekuatan pemberontak dan mencegah campur tangan asing.
13. Pada tanggal 17 Februari 1958, Letkol D.J. Somba (Komandan Daerah Militer Sulawesi Utara
dan Tengah) memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat dan mendukung PRRI. Para
tokoh militer di Sulawesi memproklamasikan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta). Pelopor Permesta adalah Letkol Vence Sumual dengan mendirikan Dewan
Manguni yang berpusat di Sulawesi Utara. Untuk menghancurkan gerakan ini pemerintah
membentuk Komando Operasi Merdeka. Misi ini dipimpin oleh Letkol Rukminto
Hendraningrat.
14. Konsep Negara Federal dan “Persekutuan” Negara Bagian (BFO/Bijeenkomst Federal
Overleg) mau tidak mau menimbulkan potensi perpecahan di kalangan bangsa Indonesia
sendiri setelah kemerdekaan. Persaingan yang timbul terutama adalah antara golongan
federalis yang ingin bentuk negara federal dipertahankan dengan golongan unitaris yang
ingin Indonesia menjadi negara kesatuan.
15. Ignatius Slamet Rijadi, pahlawan nasional yang lahir pada tanggal 26 Juli 1927, dalam
perjalanan karirnya pernah menjabat sebagai Brigadir Jenderal (Anumerta) di tubuh TNI. Ia
punya jasa besar di dalam pembentukan Komando Pasukan Khusus atau Kopassus. Pada
tanggal 4 November 1950, ketika Slamet Riyadi dan pasukannya sedang berusaha menumpas
pemberontakan RMS di gerbang benteng Victoria, Ambon, ia tertembak dan gugur. Atas jasa-
jasanya, Slamet Riyadi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui SK Presiden : Keppres
No. 066/TK/2007, Tgl. 6 November 2007.
16. Jenderal Gatot Subroto lahir di Banyumas 10 Oktober 1909. Tentara yang aktif dalam tiga
zaman ini pernah menjadi Tentara Hindia Belanda (KNIL) pada masa pendudukan Belanda,
anggota Pembela Tanah Air (Peta) pada masa pendudukan Jepang dan Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) setelah kemerdekaan Indonesia serta turut menumpas PKI pada tahun 1948. Ia
juga menjadi penggagas terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(AKABRI). Berpendirian tegas dan memiliki solidaritas yang tinggi, merupakan ciri khas dari
Jenderal Gatot Subroto. Pria lulusan Sekolah Militer Magelang masa pemerintahan Belanda,
ini paling tidak bisa mentolerir setiap tindak kezaliman, walau oleh siapapun dan kapanpun.
Gatot Subroto akhirnya meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1962, pada usia 55
tahun. Atas jasa-jasanya yang begitu besar bagi negara, seminggu setelah kematiannya,
Jenderal Gatot Subroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang dikuatkan
dengan SK Presiden RI No.222 Tahun 1962, tgl 18 Juni 1962.
17. Ahmad Yani dilahirkan tanggal 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo, Jawa Tengah. Ahmad Yani
telah mengorbankan nyawanya untuk kepentingan bangsa dan negara, terutama untuk
mempertahankan Pancasila dari rongrongan PKI. Pemerintah menghargai jasa-jasa dan
pengabdiaannya. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 111/ Koti/1965 tanggal 5
Oktober 1965, Letnan Jenderal Ahmad Yani ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi.
Pangkatnya dinaikkan secara anumerta menjadi Jenderal. Ia juga memiliki tiga belas tanda
jasa.
18. Jendral Abdul Haris Nasution lahir di Kotanopan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada
tanggal 3 Desember 1918, beliau merupakan peletak dasar sistem gerilya pada masa revolusi
mempertahankan kemerdekaan melawan Belanda. Pada peringatan hari ABRI 5 Oktober
1997, Nasution dianugerahi Pangkat Kehormatan Jenderal Besar bersama Soedirman dan
Soeharto. Jenderal Besar Abdul Haris Nasution wafat pada 6 September 2000 di Rumah Sakit
Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Nasional Kalibata, Jakarta. Atas jasa dan perjuangannya Jenderal Abdul Haris Nasution
dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional dengan SK. Presiden RI. No. 073/TK/2002 tanggal 6
November 2002 .
RANGKUMAN MATERI BAB II

1. Pada awal kemerdekaan, bangsa Indonesia mengalami kekacauan dalam bidang politik dan
ekonomi yang diakibatkan oleh beberapa faktor, terutama masih adanya campurtangan
Belanda yang berusaha untuk mengancurkan Republik Indonesia yang baru saja terbentuk.
2. Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan penandatanganan pengakuan kedaulatan,
sehingga Belanda secara resmi mengakui kedaulatan pemerintah RI. Upacara
penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan dilakukan pada tanggal 27 Desember 1949.
3. Dengan disetujuinya hasil-hasil Konferensi Meja Bundar pada tanggal 2 November 1949 di
Den Haag, maka terbentuklah negara Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari 16
negara bagian. Kepala negara RIS yang pertama adalah Ir. Soekarno dengan Perdana Menteri
Drs. Mohammad. Hatta. Ketua DPR RIS adalah Mr. Sartono.
4. Dalam waktu kurang dari setahun, pamor RIS di mata rakyat jatuh. Rakyat di negara-negara
bagian mengadakan demonstrasi untuk membubarkan RIS dan menuntut kembali ke dalam
NKRI. Faktor-faktor yang mengakibatkan RIS kembali ke Negara Republik Indonesia adalah:
 Bentuk negara RIS tidak mendapatkan dukungan dari sebagian besar rakyat Indonesia,
 Sebagian besar anggota-anggota Kabinet RIS adalah golongan nasionalis pendukung
Negara Kesatuan Republik Indonesia,
 Sistem negara federal oleh rakyat dianggap sebagai alat pihak Belanda untuk memcah
belah bangsa Indonesia supaya Belanda dapat berkuasa kembali di Indonesia,
 Dasar pembentukan RIS sangat lemah,
 RIS tidak didukung oleh ideology yang kuat,
 Tujuan ketatanegaraan RIS tidak jelas,
 Bentuk negara federal dianggap bertentangan dengan cita-cita sumpah pemuda dan
proklamasi Indonesia,
 Bentuk negara federal bertentangan dengan Pancasila terutama sila ke tiga.
5. Ketika Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, UUD yang digunakan sebagai landasan
hukum Republik Indonesia bukan kembali UUD 1945, sebagaimana yang ditetapkan oleh
PPKI pada awal kemerdekaan, namun menggunakan UUD Sementara 1950 (UUDS 1950).
Sistem pemerintahan negara menurut UUD Sementara 1950 adalah sistem parlementer.
Artinya, kabinet disusun menurut perimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen dan
sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh wakil-wakil partai dalam parlemen. Presiden hanya
sebagai Kepala Negara yang merupakan lambang kesatuan saja, sedangkan Kepala
Pemerintahan dipegang oleh seorang Perdana Menteri. Hal ini dinamakan pula Demokrasi
Liberal, sehingga era ini dikenal sebagai zaman Demokrasi Liberal.
6. Pada masa pemerintahan demokrasi liberal, di tanah air muncul banyak partai. Partai-partai
tersebut antara lain PNI, Masyumi, NU, PKI, PSI, Murba, PSII, Partindo, Parkindo, dan Partai
Katolik. Sistem multi partai tersebut menimbulkan persaingan antargolongan. Persaingan itu
menjurus ke arah pertentangan golongan. Akibatnya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara menjadi terganggu, sehingga terjadi ketidakstabilan politik yang diwarnai
oleh jatuh bangunnya cabinet, yaitu:
 Kabinet Natsir (6 September 1950 – 20 Maret 1951).
 Kabinet Sukiman (26 April 1951 - Februari 1952).
 Kabinet Wilopo (April 1952 - Juni 1953).
 Kabinet Ali Sastroamijoyo I (Juli 1953 – Agustus 1955).
 Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955- Maret 1956)
 Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956 -Maret 1957).
 Kabinet Juanda (Maret 1957 - Juli 1959).
7. Pada masa Demokrasi Liberal terjadi pemilihan umum pertama di Indonesia pada tahun
1955, Pelaksanaan pemilihan umum 1955 bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang
akan duduk dalam Parlemen dan Dewan Konstituante. Pemilu I yang diselenggarakan pada
tahun 1955 dilaksanakan dua tahap, yaitu:
 tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau
Parlemen,
 tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Dewan Konstituante (Dewan
Pembentuk Undang-Undang Dasar).
8. Tujuan Pemilu tahun 1955 adalah membentuk DPR dan Konstituante. Salah satu tugas
Konstituante adalah menyusun atau merumuskan Rancangan Undang-Undang Dasar
(Rancangan UUD) sebagai pengganti UUDS 1950. Dalam perkembangannya, para anggota
Konstituante terpecah menjadi dua kelompok utama, yaitu kelompok Islam dan kelompok
non Islam (nasionalis dan sosialis). Ternyata, antara kedua kelompok tersebut tidak pernah
tercapai kata sepakat mengenai isi Rancangan UUD. Dengan demikian, tidak mengherankan
apabila Konstituante, akhirnya gagal melaksanakan tugasnya. Untuk mengatasi permasalah
yang terjadi di dalam tubuh dewan konstituante, Soekarno dan TNI tampil untuk mengatasi
krisis yang sedang melanda Indonesia dengan mengeluarkan Dekrit Presiden tahun 1955,
yang berisi:
 Pembubaran Konstituante.
 Berlakunya UUD 1945.
 Akan dibentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).
9. Perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal tidak menunjukkan arah yang stabil.
Anggaran pemerintah mengalami defisit. Defisit itu disebabkan antara lain oleh beberapa hal
berikut ini.
 Pengeluaran pemerintah yang semakin meningkat karena tidak stabilnya situasi politik.
 Pemerintah tidak berhasil meningkatkan produksi dengan menggunakan sumber-sumber
yang masih ada.
 Politik keuangan dirancang di Belanda sebagai akibat dari politik kolonial Belanda. Kita
tidak diwarisi ahli-ahli ekonomi yang cukup.
10. Beberapa kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi ekonomi pada masa
Demokrasi Liberal, adalah sebagai berikut:
 Gunting Syafruddin
 Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
 Rencana Soemitro
 Nasionalisasi De Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia
 Sistem Ali Baba
 Devaluasi nilai mata uang
 Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas)

Anda mungkin juga menyukai