NAMA KELOMPOK:
Silviana Dewi
Islamiyatul .H
Ajeng Restu .T
Siti Nasiroh
Rifky Hanani .A
KELAS XII-MIPA 4
SMA NEGERI 3 BANGKALAN
TAHUN PELAJARAN 2016-2017
DI BIDANG IDEOLOGI
1. PKI DI MADIUN
Peristiwa Madiun (atau Madiun Affairs) adalah sebuah konflik kekerasan yang tejadi di Jawa
Timur bulan September – Desember 1948. Peristiwa ini diawali dengan diproklamasikannya
negara Soviet Republik Indonesia pada tanggal 18 September 1948 di Madiun oleh Muso,
seorang tokoh Partai Komunis Indonesia dengan didukung pula oleh Menteri Pertahanan saat
itu, Amir Sjarifuddin.Pada saat itu hingga era Orde Lama peristiwa ini dinamakan Peristiwa
Madiun (Madiun Affairs), dan tidak pernah disebut sebagai pemberontakan Partai Komunis
Indonesia (PKI). Baru di era Orde Baru peristiwa ini mulai dinamakan pemberontakan PKI.
2. DI/TII
A. DI/TII Jawa Barat
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan ditandatanganinya Persetujuan
Renville pada 17 Januari 1948 .Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI)
bersama pasukannya yang terdiri atas Hizbullah dan Sabillah(kurang lebih sebanyak 4000
orang . Ia menolak untuk membawa pasukannya ke Jawa Tengah dan tidak mengakui lagi
keberadaan RI. dan tujuannya juga menentang penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi,
setelah makin kuat, S.M.Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 di Desa Cisayong,Jawa Barat dan tentaranya
dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) saat itu lah tidak sedikit rakyat yang menjadi
korban. Upaya pemerintah untuk menghadapi gerakan DI/TII pemerintah bekerja sama
dengan rakyat setempat.Dan dijalankan lah taktik dan strategi baru yang disebut Perang
Wilayah.Pada 1 April 1962 dilancarkan Operasi Bharatayuda yaitu operasi penumpasan
gerakan DI/TII. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962, S.M.Kartosuwiryo
beserta para pengikutnya berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber,
Majalaya, Jawa Barat.Ia sempat mengajukan grasi kepada Presiden,tetapi di tolak. Akhirnya
S.M.Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati di hadapan regu tembak dari keempat angkatan
bersenjata RI 16 Agustus 1962.
B. DI/TII Jawa Tengah
Gerakan DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu
di bagian utara, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes dan Pekalongan. Inti kekuataanya
adalah pasukan Hizbullah yang dibentuk di Tegal,1946 dan pada 23 Agustus 1949, Amir
Fatah memproklamasikan berdirinya Darul Islam dan menyatakan brgabung dengan DI/TII
S.M.kartosuwiryo.Pasukannya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) dengan sebutan
Batalion Syarif Hidayat Widjaja Kusuma(SHWK).Untuk menghancurkan gerakan ini, Januari
1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng Negara (GBN) dibawah Letkol Sarbini.
Pemberontakan di Kebumen dilancarkan oleh Angkatan Umat Islam (AUI) yang dipimpin
oleh Kyai Moh. Mahfudh Abdurrahman (Kyai Sumolanggu) Gerakan ini berhasil
dihancurkan pada tahun 1957 dengan operasi militer yang disebut Operasi Gerakan Banteng
Nasional dari Divisi Diponegoro. Gerakan DI/TII itu pernah menjadi kuat karena
pemberontakan Batalion 426 di Kedu dan Magelang/ Divisi Diponegoro. Didaerah Merapi-
Merbabu juga telah terjadi kerusuhan-kerusuhan yang dilancarkan oleh Gerakan oleh
Gerakan Merapi-Merbabu Complex (MMC). Gerakan ini juga dapat dihancurkan. Untuk
menumpas gerakan DI/TII di daerah Gerakan Banteng Nasional dilancarkan operasi Banteng
Raiders.
D. DI/TII Aceh
Adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah, pertentangan
antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi daerah yang tidak lancar menjadi penyebab
meletusnya pemberontakan DI/TII di Aceh.Daerah Aceh sebelumnya menjadi daerah
istimewa diturunkan statusnya menjadi daerah Karasidenan di bawah provinsi Sumatera
Utara. Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh yang pada tanggal 21
September 1953 memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari Negara Islam
Indonesia dibawah pimpinan S.M.Kartosuwiryo dan memutuskan hubungan dengan Jakarta.
Pemberontakan DI/TII di Aceh diselesaikan dengan diadakannya musyawarah Kerukunan
Rakyat Aceh pada tanggal 17 – 28 Desember 1962 atas inisiatif Pangdam I Bukit Barisan,
Kolonel Jasin. Dalam musyawarah ini, dibicarakan berbagai permasalahan yang dihadapi dan
kesalahpahaman yang terjadi.Akhirnya dari musyawarah bersama tersebut ialah pulihnya
kembali keamanan di daerah Aceh.
3. G30S/PKI
Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu
(Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa
yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana
enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu
usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota partai komunis.
Sebab-sebab G30S/PKI
a. PKI merupakan partai terbesar di Indonesia
b. Politik luar negeri Indonesia yang lebih condong pada blok timur
c. Konsep Naskom (Nasionalis, Agama, Komunis)
Pelaksanaan APRA
Tentara APRA juga mengadakan aksi di depan Hotel Preanger. Mereka menyerang
sebuah truk berisi tiga orang TNI. Perlawanan dari TNI baru terjadi di Jalan Merdeka,
sekalipun tidak seimbang. Setelah tembak-menembak sekitar 15 menit, 10 orang TNI
gugur. Tentara APRA juga menyerang truk yang dikendarai 7 orang serdadu TNI di
perempatan Suniaraja-Braga. Truk itu ditembaki dari depan dan belakang.
Perlawanan yang cukup hebat terjadi di Kantor Kwartir Divisi Siliwangi Oude
Hospitaalweg. Satu regu stafdekking TNI terdiri dari 15 orang dipimpin Letkol (Overste )
Sutoko dikepung tentara APRA yang jumlahnya lebih banyak. Benar-benar pertempuran
sampai peluru terakhir. Letkol Sutoko, Letkol Abimanyu dan seorang opsir lainnya dapat
menyelamatkan diri. Lainnya tewas. Markas itu diduduki dan tentara APRA merampok
brandkas sebesar F150.000.
Pertempuran juga terjadi di kantor stafkwartier Divisi Siliwangi Jalan Lembang. Satu
rgu stafdekking TNI terdiri dari 15 orang dipimpin Overste Sutoko dengan tiba2 dikerubungi
oleh ratusan APRA. Pertempuran berlangsung kurang lebih setengah jam. Pertempuran
dilakukan hingga peluru terakhir. Everste Sutoko, Abimanyu, dan seorang opsir lainnya dapat
menyelamatkan diri, lainnya tewas. APRA kemudian berhasil menduduki stafkwartier dan
membongkar brandkast yang isinya Rp. 150.000, jumlah yang cukup besar untuk saat itu.
Selain itu, mayat-mayat dari TNI dan sipil pun bergelimpangan antara jalan Braga hingga
jalan Jawa. Di antara orang-orang sipil yang tewas, kabarnya menjadi korban karena mereka
berani menjawab “Jogja”, ketika ditanyakan “Pilih Pasundan atau Jogja?” oleh pasukan
APRA.
2. RMS
Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada
25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu
Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS
dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas
pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan di pengasingan,
Belanda.
LATAR BELAKANG
Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung
jawab pasukan bekas KNIL saja.
Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat) terhadap konflik di Sulawesi Selatan.
Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.
PELAKSANAAN
Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi
yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan
dua brigade dan satu batalion di antaranya adalah Brigade Mataram yang dipimpin oleh
Letnan Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan Militer di Yogyakarta
untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara dan
ada pula yang mengatakan bahwa andi aziz telah meninggal dunia karena di tembak oleh
Suharto tetapi untuk sebahagian masyarakat Sulawesi Selatan ada pula yang mempercayai
bahwa beliau tidak di tangkap dan tidak di tembak mati.
Dengan anggapan sudah merasa kuat pada tanggal 5 April 1950, setelah menangkap
dan menawan Letnan kolonel Mokoginta, Panglima Territorium Sulawesi, Kapten Andi Aziz
mengeluarkan pernyataan yang ditujukan kepada pemerintah pusat di Jakarta. Adapun isi
pernyataan itu adalah sebagai berikut :
Negara Indonesia Timur harus tetap dipertahankan agar tetap berdiri menjadi bagian dari
RIS.
Tanggung jawab keselamatan daerah NIT agar diserahkan kepada pasukan KNIL yang
telah masuk menjadi anggota APRIS. TNI yang bukan berasal dari KNIL tidak perlu turut
campur.
Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Hatta supaya tidak mengizinkan NIT dibubarkan
dan bersatu dengan Republik Indonesia.
Upaya Pemerintahan Mengatasi Pemberontakan Andi Azis
1. Memberikan ultimatum kepada Andi Azis untuk ke Jakarta guna mempertanggung
jawabkan perbuatannya, namun ultimatum tersebut tidak dilaksanakan.
2. Setelah ultimatum kepada Andi Azis untuk meghadap ke Jakarta guna
mempertanggung jawabkan perbuatannya tidak dipenuhi maka pemerintah mengirim
pasukan untuk menupas pemberontakan tersebut. pemerintah mengirimkan ekspedisi
dibawah Kolonel Alex Kawilarang dan terdiri dari berbagai kesatuan dari ketiga
angkatan dan kepolisian.
DI BIDANG SISTEM PEMERINTAHAN
Pemberontakan Permesta
Para tokoh militer di Sulawesi mendukung PRRI di Sumatera. Pada tanggal 17 Februari
1958, Letkol D.J. Somba (Komandan Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah)
memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat dan mendukung PRRI. Para tokoh militer di
Sulawesi memproklamasikan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Pelopor
Permesta adalah Letkol Vence Sumual. Pemberontak Permesta menguasai daerah Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Utara. Untuk menghancurkan gerakan ini pemerintah membentuk
Komando Operasi Merdeka. Misi ini dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat. Pada
bulan April 1958, Operasi Merdeka segera dilancarkan ke Sulawesi Utara. Ternyata dalam
petualangannya, Permesta mendapat bantuan dari pihak asing. Hal ini terbukti saat ditembak
jatuhnya sebuah pesawat pada tanggal 18 Mei 1958 di atas Ambon. Ternyata pesawat itu
dikemudikan A. L. Pope seorang warga negara Amerika Serikat.
Di bulan Agustus 1958 pemberontakan Permesta dapat dilumpuhkan walaupun sisa-
sisanya masih ada sampai tahun 1961. Pemerintah memberi kesempatan kepada pengikut
PRRI/Permesta untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi.