Anda di halaman 1dari 17

TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Sekolah Berlabel Internasional

Sejenak mari kita belokkan perhatian. Alih-alih pelengkap keasyikan bergosip video
porno, praksis pemerintahan yang berakhir tanda tanya, dan gegar Piala Dunia 2010.
Lima tahun sudah diselenggarakan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI)
jenjang dasar dan menengah, umum dan kejuruan. Sudah diperoleh sejumlah sekolah bertaraf
internasional (SBI), sudah pula ada yang didrop dari status RSBI ke status sekolah reguler.
Benar kritik RSBI menciptakan kastanisasi sekolah. Benar harapan agar RSBI tidak
dijadikan merek dagang menjual sekolah. Kritik dan harapan sebaiknya tidak dianggap sepi,
tidak digolongkan ekses. Membiarkan berarti menaruh pupuk berkembangnya benih
kecurigaan.
Rencana evaluasi RSBI hendaknya tidak selesai dengan membereskan ekses. Tidak
hanya menyangkut penarikan dana dan kriteria penilaian, tetapi juga maksud dasar kebijakan
RSBI. Setiap era selalu ada eksperimen, di antaranya yang serba unggul dengan beragam
nama, seperti sekolah unggulan, pembangunan atau teladan, dan sekarang bertaraf
internasional.
Era globalisasi menjadi batu sendi dan pemicu kebijakan RSBI. Salah satu cirinya
bahasa pengantar Bahasa Inggris. Muaranya hasil lulusan dan praksis pendidikan setaraf
internasional. Syarat terpenting perbaikan prasarana dan sarana belajar, termasuk faktor guru.
Ujung-ujungnya duit. Perlu droping dana khusus, seperti tahun 2008-2010 setiap SMP
berstatus RSBI Rp 300 juta per tahun dan setiap SMA RSBI Rp 300 juta-Rp 600 juta. Begitu
RSBI dinyatakan SBI, dana dihentikan. Sekolah dianggap sudah memenuhi empat kriteria:
infrastruktur, guru, kurikulum, dan manajemen.
Sekolah ibarat barang dagangan seiring dengan pemberlakuan standar tunggal
manajemen ISO. Dengan standar itu, tanpa disadari, bukan juga ekses, tercipta kastanisasi
sekolah seperti yang dikritik kolumnis Darmaningtyas, mulai dari yang internasional hingga
pinggiran—bersaing dengan swasta internasional yang makin bertebaran di kota besar atas
nama usaha bisnis.
Kita tidak ingin terjebak dalam pola eksperimen masa lalu. Pembukaan UUD 45
mengamanatkan mencerdaskan bangsa. Mencerdaskan bangsa bukan untuk segelintir warga
—yang berkemampuan finansial—melainkan untuk sebanyak mungkin warga bangsa. Kita
dukung kebijakan mengatasi masalah distribusi guru. Sekadar contoh, meskipun tidak mudah,
kemudahan mutasi guru antarprovinsi setidaknya merupakan terobosan, mengingat 68 persen
sekolah di perkotaan kelebihan guru dan 66 persen sekolah di daerah terpencil kekurangan
guru.
Kenyataan hampir 65 tahun merdeka, tetapi masih jutaan anak bersekolah di bawah
cibiran ”kandang ayam”, tentu lebih perlu prioritas daripada membangun sekolah unggulan
bertaraf internasional. Sekalian mencegah, jangan sampai ”bertaraf internasional” menjadi
sekadar ”bertarif internasional”! ***

JUHAIRIYAH

XII-IPS 4
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Rekomendasi BPJS, Mari Lihat Sisi Baiknya


 

MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) baru-baru ini mengeluarkan rekomendasi bahwa


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan belum sesuai dengan syariah. Wajar
jika kemudian banyak reaksi terhadap rekomendasi yang mengejutkan ini, mengingat
program yang diwajibkan untuk tiap warga negara ini, sudah berjalan satu tahun d tengah
masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim.
Dalam wawancara dengan Riau Pos, Wasekjen MUI Pusat Amirsyah Tambunan
menegaskan, menyusul, ijtima’ ulama merekomendasikan dibentuknya semacam BPJS
Kesehatan yang sesuai syariah Islam, serta mendorong pemerintah segera merumuskan
langkah-langkah untuk membuat sistemnya yang sesuai syariah, dengan menyempurnakan
sistem yang kini sudah berjalan.
Di daerah kita sendiri, seperti di Pekanbaru, kendati telah ada rekomendasi seperti itu,
belum memengaruhi minat masyarakat untuk terus mendaftarkan diri sebagai pesertanya.
Simak pula pendapat Kabid Umum dan Teknologi Informasi BPJS Kesehatan Cabang
Pekanbaru Saiban Sidauruk misalnya, yang menilai apa yang disampaikan MUI itu sebagai
saran atau masukan dari pihak internal.
Kita tentu tak menginginkan kontroversi ini berkembang menjadi sesuatu yang justru
membingungkan masyarakat dan tergiring ke situasi yang dilematis. Masyarakat tentunya
tidak begitu saja mengabaikan apa yang direkomendasi MUI sebagai lembaga yang memang
berkewajiban untuk bertindak dengan tetap mengacu kepada kebenaran syariah, yang
berguna untuk panduan umat.
Kita mengapresiasi usulan MUI melalui Wasekjennya Amirsyah Tambunan, bahwa ada
baiknya masyarakat diberi pilihan, sebagaimana perbankan misalnya, ada yang konvensional
dan perbankan yang syariah. Begitu pula BPJS Kesehatan. Kita berharap pemerintah segera
mengambil sikap, mengajak pihak terkait berdialog dan memutuskan langkah terbaik
sehingga masyarakat punya panduan.
Lepas dari ijtima’ tersebut, pemerintah harus mengakui bahwa sistem BPJS masih
memiliki kelemahan. Tudingan unsur gharar, maisir, dan merugikan masyarakat banyak,
semestinya dianggap sebagai masukan untuk memperbaiki produk. Masih banyak keluhan
masyarakat yang terkait dengan BPJS. Soal berbelitnya birokrasi untuk mengurus ketika
sakit, tidak mendapatkan perawatan sebagaimana mestinya, atau pasien yang ditolak rumah
sakit. Ya, banyak yang harus terus disempurnakan dari sistem BPJS Kesehatan ini.
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Mafia Sapi Jangan Hanya Jadi Kambing Hitam

Presiden Jokowi menuduh ada mafia yang bermain di balik makin mahalnya harga
daging sapi di tanah air. Menurutnya, stok daging sapi sengaja ditahan agar pemerintah tidak
mengurangi volume impor yang selama ini telah dilakukan. Saat ini harga daging sapi di
Indonesia dapat mencapai Rp 120.000 per kilogram (kg)-Rp 130.000 per kg. Sedangkan di
negara lain harga daging sapi hanya Rp 50.000 per kg. Padahal, stok daging sapi saat ini
sebetulnya cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Operasi pasar gencar dilakukan untuk menekan lonjakan harga. Pemerintah daerah
dilibatkan memasok daging dengan harga terjangkau ke kota-kota yang sedang mengalami
krisis daging sapi. Diharapkan pasar kembali normal, dengan tersedianya stok daging sapi
yang murah. Jokowi memasang target harga daging sapi di Indonesia kembali ke angka Rp
90.000 atau bahkan turun di bawah angka tersebut. Operasi akan terus dilakukan agar harga
tetap stabil di pasar.
Bulog akhirnya memiliki peran yang sama seperti yang diembannya di masa orde baru,
sebagai penyangga harga. Sebelumnya Bulog dibatasi hanya mengurusi beberapa komoditi
seperti beras. Kini lembaga yang dibentuk pada zaman Soeharto ini ditugasi mengimpor
daging sapi dengan tujuan stabilisasi harga. Rapat koordinasi lintas kementerian telah
mengizinkan Bulog mengimpor 50.000 sapi siap potong. Penyalurannya melalui mekanisme
operasi pasar sehingga diharapkan akan memukul para mafia daging sapi di Indonesia.
Logika Jokowi soal harga sapi sesuai dengan hukum ekonomi. Secara teori, harga
melonjak karena dua hal. Pertama, karena stok yang tersedia di pasar terbatas atau di bawah
pasokan yang biasanya setiap hari. Hal ini yang mengundang kecurigaan pemerintah, sebab
berdasarkan data, stok daging sapi masih aman beberapa bulan ke depan. Berarti ada yang
sengaja bermain agar harga melonjak sehingga memaksa pemerintah tetap membuka keran
impor.
Penyebab kedua adalah meningkatnya permintaan terhadap daging sapi. Ini tak logis
sebab bulan ini bukan momen hari besar, seperti puasa, Lebaran, Natal dan Tahun Baru.
Tidak biasanya saat-saat seperti ini ada lonjakan permintaan daging sapi. Dari analisis ini,
kita bisa memahami mengapa pemerintah menyimpulkan ada mafia yang bermain. Namun,
jangan isu mafia hanya menjadi kambing hitam dari semua gejolak pasar ini. Harus ada aksi
nyata untuk mengungkap dan menangkap pelakunya.
Namanya mafia, tentu saja melibatkan organisasi yang terorganisir. Mereka mempunyai
modal besar dan jaringan yang kuat sehingga bisa mengguncang pasar. Rakyat menunggu
polisi dan instansi terkait bergerak cepat mengusutnya, sama seperti keberhasilan menangkap
pelaku suap di pelabuhan dalam kasus dwelling time. Presiden bisa menugaskan kepolisian
membuat satuan tugas khusus mengungkap kejahatan ekonomi. Jika tidak, aksi mafia akan
merembet ke komoditi lain dan pemerintah akan dicap tak berdaya menghadapi mafia.
Soal menahan stok atau penimbunan diatur dalam UU No.18 tahun 2012 tentang Pangan
dan Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. UU Pangan hanya mengatur
sanksi administratif, sedangkan UU Perdagangan dengan tegas menyebut pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000.000 (lima
puluh miliar rupiah).
Kita berharap krisis daging sapi segera berakhir dan bisa diatasi. Negara mesti kuat
menghadapi serangan para mafia yang telah lama malang melintas di perdagangan dalam
negeri. Saat pasar abnormal sehingga harga gila-gilaan, pemerintah masih diperlukan campur
tangan agar rakyat jangan menderita. Mekanisme pasar harus diawasi supaya tetap berjalan di
relnya dan tidak diselewengkan para mafioso.

HERWINDA YANTI .K

XII-IPS 3
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

NILAI BUDAYA DI MASYARAKAT KIAN LUNTUR

Nilai-nilai budaya lokal dewasa ini kian luntur, bahkan menghilang di masyarakat.
Kecenderungan ini hampir terlihat dalam berbagai peri-kehidupan, baik sosial, politik,
maupun hukum. Diperlukan budayawan tangguh sebagai katalisator perubahan zaman.
Masyarakat kita saat ini tengah mengalami kerusakan dari sisi budaya. Yang lebih
dominan muncul saat ini adalah karakter egois, individualis, konsumtif, kehilangan
nasionalisme, krisis kreatif dalam berseni. Nilai-nilai budaya makin tergeser.
Kita khawatir anekdot yang menyatakan, Jika ingin merusak bangsa, hancurkan saja
budayanya kini betul-betul tengah terjadi. Dulu, Bandung dikenal sebagai kota budaya, kota
intelektual dan kota perjuangan.
Hari ini, itu semua telah berubah. Yang terlihat hanya Bandung kota outlet," lebih
dominannya faktor ekonomi daripada unsur budaya saat ini. Lunturnya budaya secara tidak
langsung dipengaruhi oleh perilaku televisi kita. Budaya di TV mendapatkan porsi yang
sangat minimal dengan alasan rendahnya rating. Dewasa ini, lebih berharga gosip dan
sinetron ketimbang tontonan budaya.
Lebih parah lagi, lunturnya nilai-nilai budaya terjadi pula di kehidupan hukum.
Sekarang, siapa yang merasa apakah yang membaca ini tidak normal, memproses SIM tidak
dengan cara nembak? Inilah ironi budaya hukum kita. Yang tidak nembak, justru dianggap
tidak normal.
Budaya kesadaran hukum masyarakat, kini berada di titik terendah, kalau tidak bisa
dikatakan sudah mati. Para pelanggar ironisnya justru para pembuat hukum. Budaya kita
tidak jalan karena nuansa politiknya lebih kuat.
Kita harus segera keluar dari kondisi seperti ini! Kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara harus segera kembali mengacu kepada Pancasila sebagai salah satu pilar
negara ini. Pancasila harus menjiwai segenap tindakan kita.
Jangan sampai kita terus abai dan menganggap ringan berbagai degradasi perikehidupan
berbangsa dan bernegara yang sedang kita alami. Sebab, dampak paling berat bukan pada
saat ini, melainkan dalam beberapa dekade ke depan ketika era globalisasi yang kian
mengaburkan berbagai batas wilayah, bahkan ideologi, masuk kian dalam di berbagai lini
kehidupan kita.
Kita mengakui, dalam keterpurukan seperti sekarang, upaya ini merupakan usaha maha
berat karena sangat kompleks. Tapi, kita tidak boleh menyerah. Tetap terbuka peluang dari
segenap sisi kehidupan untuk kembali memulihkan kondisi jiwa, kepribadian bangsa, kita
yang oleh sebagian kita sendiri disebut dalam keadaan "sakit".
Upaya perbaikan itu utamanya kita harapkan dari penyelenggara pemerintahan. Mulai
dari level tertinggi hingga terendah. Mereka harus menjadi pionir, teladan, ke arah itu.
Berlebihan? Tidak! Karena, pada satu sisi, mereka menjadi cerminan dari kondisi jiwa bangsa
ini.

ROBERS MAILEO

XII-IPS 4
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Kemelut Manajemen Guru

Data di atas kertas (Kompas, 23/11) menunjukkan, Indonesia kelebihan guru. Ironis
ketika beberapa daerah mengalami kekurangan guru.
Tak hanya di daerah terpencil, seperti Kalimantan dan Papua, di DKI Jakarta, Banten,
dan Jawa Barat juga terjadi kekurangan guru. Distribusi menjadi permasalahan kronis.
Masalah mendasar lain terkait peningkatan profesionalitas, kesejahteraan, dan perlindungan
terhadap guru.
Agar ada kebijakan dan implementasi pada tiga masalah substansial itu, perlu sikap
keberpihakan terhadap profesi keguruan. Unjuk rasa guru untuk memperjuangkan hak
menunjukkan, kekecewaan sudah sampai ke ubun-ubun. Kekecewaan itu akumulasi respons
kritis atas berbagai kebijakan yang sekadar "ninabobo", "lipstik", yang hanya menyentuh
permukaan, tanpa keberpihakan.
Menyatakan tiada pembenahan tidak berarti menegasikan kenyataan adanya berbagai
kebijakan, pembenahan, dan perbaikan. Termasuk di dalamnya pengangkatan dan
penempatan Guru Garis Depan tahun 2015 dan rencana pemusatan penanganan guru mulai
2017.
Selain demi masa depan generasi penerus, membereskan permasalahan manajemen
guru setidaknya satu langkah penting persoalan bernegara. Tidak hanya menyangkut hak
pendidikan yang dijamin undang-undang, tetapi juga pertanggungjawaban kepada publik atas
terselenggaranya hak asasi. Kita dukung pemusatan penanganan guru agar pemerataan
berjalan dan guru tidak jadi alat pemenangan dalam pilkada. Pengangkatan guru honorer,
sebutannya guru tidak tetap, perlu dilakukan secara rasional dengan standar jelas dan sesuai
prioritas anggaran untuk itu.
Untuk membenahi manajemen guru, pertama-tama perlu dibuat peta eksistensi guru,
bukan hanya peta kualitas guru lewat ujian kompetensi guru, melainkan juga keberadaan dan
kebutuhan setiap wilayah. Dengan pemetaan itu, baru bisa dibuat serangkaian kebijakan yang
menyasar hal-hal substansial, seperti peningkatan profesionalitas, kesejahteraan, dan
keamanan bagi guru.
Hari Guru pada 25 November ini kita jadikan momentum keberpihakan pada profesi
guru dan tenaga kependidikan. Implementasi kebijakan harus didasari komitmen dan
kedekatan hati. Syarat untuk pembenahan manajemen guru adalah keberpihakan pejabat
kementerian teknis yang bertanggung jawab di bidang pendidikan dan kebudayaan,
ketenagakerjaan, dan keuangan serta lembaga pemberdayaan masyarakat dan parlemen.
Hari Guru menjadi momentum gerakan pembenahan menyeluruh bagi profesi guru,
biang semua profesi dalam masyarakat. Tak cukup lagi dengan ode, puja-puji, janji, dan
olesan lipstik pemanis bibir.

SANTI ARI
XII-IPS 2
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Perlu Ada Kepastian

Isu mengenai perombakan kabinet mencuat lagi. Pemicu awalnya adalah pernyataan
Partai Amanat Nasional bergabung dengan pemerintah.
Pertemuan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dengan Presiden Joko Widodo
berlangsung pada 2 September 2015. Seusai pertemuan di Istana itu, Zulkifli menegaskan,
PAN bukan hanya mendukung pemerintah, melainkan juga bergabung dengan pemerintah.
Ada tujuan ideal yang disampaikan kepada publik oleh Zulkifli saat itu, dalam situasi sulit di
bidang perekonomian diperlukan persatuan di antara komponen bangsa. Pesan dari Ketua
Umum PAN itu jelas dan tegas: bergabung dengan pemerintahan.
Berbarengan dengan satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wapres Jusuf
Kalla itu, isu perombakan kabinet kembali santer. Popularitas pemerintahan Jokowi-Kalla
dalam tren turun berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga kendati gejala itu juga terjadi
hampir dalam semua pemerintahan.
Ketika berada di Surabaya, seperti dikutip harian ini, Jumat, 6 November, Ketua Umum
PAN Zulkifli Hasan kembali menegaskan, bergabungnya PAN ke dalam pemerintahan bukan
untuk membuat gaduh, melainkan untuk memperkuat kekompakan kabinet.
Isu perombakan kabinet yang mencuat akhir-akhir ini bisa berdampak tidak produktif
jika terus dibiarkan. Momentum baik untuk segera keluar dari jebakan pelambatan ekonomi
bisa kembali terganggu dengan mencuatnya isu tersebut. Kita mencermati berbagai isu
mengenai kinerja menteri mencuat atau dicuatkan dalam dunia maya tanpa kendali. Situasi
seperti ini jelas kurang produktif dan mengurangi konsentrasi menteri dalam mengatasi
berbagai masalah yang sedang dihadapi. Pada 2016, Indonesia akan memasuki era baru
Masyarakat Ekonomi ASEAN yang butuh persiapan.
Merombak kabinet adalah hak presiden. Dalam UUD 1945 dinyatakan, menteri adalah
para pembantu presiden. Tidak ada pertanggungjawaban menteri, yang ada adalah
pertanggungjawaban presiden. Dalam kerangka itulah, kebijakan merombak kabinet
sepenuhnya tanggung jawab Presiden Joko Widodo. Namun, kita memandang situasi penuh
ketidakpastian perlu segera diakhiri. Apakah Kabinet Kerja II mau dirombak atau mau
dipertahankan adalah tanggung jawab dan sepenuhnya hak Presiden. Terlepas dari ada atau
tidak ada perombakan kabinet, koordinasi antarmenteri perlu diperbaiki, etika dan fatsun
politik dalam pemerintahan harus terus dijaga. Tidak perlu ada menteri yang menjadi
"oposisi" di dalam kabinet sendiri. Segala langkah menteri harus dalam kontrol Presiden,
selaku kepala pemerintahan.

SITI NUR AZIZAH


XII-IPS 2
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Kenaikan BBM Memicu Aksi Mahasiswa

Harga BBM resmi dinaikkan sebesar dua ribu rupiah pada hari senin tanggal 17
November 2014. Kenaikan BBM ini memicu protes dari banyak pihak, bagaimana tidak
kenaikan BBM ini otomatis mempengaruh seluruh harga yang ada di masyarakat mulai dari
harga sembako hingga tarif angkutan umum. Bukan hanya para Ibu rumah tangga yang
merasakan dampak kenaikan BBM tersebut, melainkan Pedagang hingga para pelajar pun
merasakan efek dari kenakan BBM ini.
Ibu rumah tangga kini harus pandai-pandai mengatur keuangan keluarga agar tetap
cukup hingga ahir bulan dengan kondisi harga yang semakin mencekik sementara pendapatan
dari suami (PNS) tidak ikut naik seperti BBM. Para pelajar pun baik yang menggunakan
kenadaraan pribadi maupun yang menggunakan angkutan umun untuk ke sekolah harus mulai
mengirit uang jajan mereka karna perlu disisihkan sedikit lebih banyak dari bulan-bulan
sebelumnya.  
Meski Isu kenaikan BBM memang telah tersebar luas sejak terpilihnya bapak
Jokowidodo menjadi Presiden Indonesia yang baru, Isu tersebut membuat masyarak menjadi
resah dan mengambil tindakan dengan cara menaikkan harga sembako padahal kenaikan
BBM tersebut masih belum pasti namun ketika BBM benar-benar naik, Aksi protes dari
mahasiswa pun tak dapat ditahan lagi.
Aksi demo mahasiswa yang menutup jalan ini justru membuat masyarakat menjadi
resah dan merasa tak nyaman, jadi sangat lucu rasanya bla mendengar mahasiswa berorasi
mengenai memperjuangkan kesejahteraan masyarakat karna pada kenyataannya justru sikap
merekalah yang member ketaknyamanan yang nyata dan pasti terhadap masyarakat.
Aksi demo mahasiswa yang menolak kenaikan BBM yang telah terjadi selama tiga hari
beturu-turut ini tidak membuahkan hasil selain kerusuhan dan rasa tak nyaman dari para
masyarakat. Kepada para masyarakat yang memiliki niat yang mulia sebaiknya juga
melakukan tindakan yang mulia. Jangan sampai tujuan mulia justru ditindak lanjuti dengan
tindakan yang justru merugikan banyak pihak terutama masyarakat yang seharusnya
medapatkan dukungan tapi pada kenyataannya justru malah dirugikan.
Akibat bentrok yang terjadi tersebut mengakibatkan universitas terpaksa menutup
seluruh kegiatan akademiknya untuk sementara demi menghindari hal-hal yang tak
diinginkan. Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi mahasiswa yang seharusnya melakukan
kegiatan study namun terhambat karena kejadian yang sangat tidak disiplin tersebut.
Untuk kedepannya harap dipetimbangkan matang-matang tindakan yang lebih pas,
yang lebih
Baik, lebih berkualitas, lebih cerdas dan lebih membuahka hasil ketimbang hanya
melaksanakan aksi demonstrasi yan justru merugikan masyarakat yang seharusnya dilindungi
dari kebuasan pemerintah. Untuk selanjutnya diharapkan berhati-hati dalam mengambil
tindakan jangan sampai niat tulus yang mulia untuk melindungi hak-hak rakyat justru disalah
artikan oleh masyarakat dan justru memberi keuntungan bagi pihak-pihak tertentu yang tidak
bertanggung jawab. Pastikan tindakan yang diambil benar-benar memberi manfaat dan
mencapai tujuan yang diinginkan.

NURUL ISTIQOMAH
XII-IPS 2
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Pengemudi Becak Harus Taat Aturan

Jumlah becak di Kota Solo sangat banyak. Alat transportasi ini masih disukai oleh
warga Solo saat akan bepergian dalam jarak dekat. Selain itu, keberadaan becak juga
mendukung program Solo sebagai Kota Budaya. Wisatawan dapat menggunakan becak untuk
berkeliling kota. Namun begitu, persoalan juga muncul dengan keberadaan becak tersebut.
Lalu lintas Kota Solo menjadi semakin padat. Selain itu, pelanggaran lalu lintas sering
dilakukan oleh para pengemudi becak, yang tentunya menambah padat lalu lintas, bahkan
dapat terjadi kecelakaan.

Pelanggaran lalu lintas itu terjadi karena para pengemudi becak merasa bebas dari
aturan. Sehingga, meski lampu rambu-rambu lalu lintas menyala merah, tetap saja mereka
menerobos. Bahkan bila terjadi kecelakaan ringan, seperti serempetan dengan mobil atau
sepeda motor, biasanya hanya diselesaikan dengan permintaan maaf atau bisa juga dengan
saling ngotot dan umpat.
Pelanggaran peraturan berlalu lintas di jalan raya yang dilakukan pengemudi becak itu
diakui oleh Kepala Dishub Kota Solo, Yosca Herman Soedrajad. Dia merasa kesulitan untuk
menertibkan para pengemudi becak yang melanggar aturan lalu lintas, karena becak tidak
teregistrasi. Meski begitu, pihak terkait, seperti dari kepolisian maupun dari Dishub harus
segera mengatasi persoalan itu. Pelanggaran lalu lintas yang banyak dilakukan pengemudi
becak itu sangat berbahaya bagi yang bersangkutan maupun pengguna jalan lainnya. Bila
karena tak teregistrasi, pengemudi becak tidak bisa dikenai tilang. Maka, harus dicari jalan
lain agar mereka mau menaati aturan lalu lintas.
Misalnya, instansi terkait bisa bekerja sama dengan paguyuban pengemudi becak untuk
memberikan pengertian kepada anggota agar mematuhi aturan. Selain itu, polisi harus bekerja
ekstra untuk menegur para pengemudi becak yang melanggar aturan lalu lintas. Pada saat
mereka melanggar aturan, harus diperingatkan di tempat dan diberi pengarahan untuk selalu
menaati peraturan. Dengan teguran di tempat seperti itu diharapkan pengemudi becak dapat
mengerti dan malu untuk mengulangi kesalahan serupa.
Di sisi lain, pemegang kebijakan perlu membuat peraturan yang mengatur soal
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan pengemudi becak.

EVA NURJANNAH
XII-IIS 3
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Jiwa Ikhlas Beriman dan Berkurban

SENANTIASA haru dan terpesona setiap kali kita menyambut datangnya hari raya Idul
Adha atau Idul Kurban. Haru karena di dalamnya ada teladan jiwa ikhlas penuh pengorbanan,
dan terpesona karena demikian tinggi teladan yang diperlihatkan. Menyongsong ibadah yang
telah berlangsung dari generasi ke generasi, kita tak henti-hentinya tergetar hati mengenang
bagaimana Nabi Ibrahim ikhlas menyampaikan mimpi yang menggetarkan itu kepada
putranya terkasih, Ismail, yang ia banggakan dan hadir setelah ia tunggu sekian lama. Yang
tidak kalah menggetarkan juga sikap Sang Putra, Ismail, yang berserah diri akan mengikuti
yang dikatakan Sang Ayahanda, yang ia yakini merupakan perintah Allah.
Kini, semangat kurban diwujudkan dengan pemotongan hewan, yang dagingnya lalu
dibagikan kepada warga duafa, yang sehari-hari jarang mendapatkan daging yang bisa
dimasak menjadi hidangan nikmat, kaya akan protein. Kita yakin, kaum Muslimin yang
mampu akan ikhlas berkurban di hari yang penuh hikmah dan keteladanan ini. Lebih jauh
lagi, kita berharap itu tidak saja memancar sekali setiap tahun, tetapi mewarnai hidup kita
sehari-hari. Ini karena di kanan dan di kiri kita masih banyak warga yang membutuhkan
uluran tangan saudara yang mampu.
Perayaan hari raya Idul Adha juga bertepatan dengan tibanya puncak ibadah haji, di
mana di sini pun kita melihat peristiwa yang menggetarkan jiwa. Di Tanah Suci, sekitar dua
juta jiwa tengah merasakan kemuliaan Allah SWT, khususnya saat wukuf di Padang Arafah.
Dalam ibadah ini, semua insan ikhlas menanggalkan pelbagai atribut sehari-hari yang ia
banggakan. Baju ihram yang ia kenakan melambangkan kebersahajaan dan kesamaan.
Semuanya adalah hamba Allah yang tengah mengharap rida-Nya menjadi insan yang lebih
berkualitas, baik dari sisi iman maupun sisi perilaku terhadap sesama.
Di sini pula kita melihat betapa tinggi nilai perintah Allah yang menitahkan manusia
dapat menanggalkan kesombongan dan menyadari, mereka di hadapan Allah adalah setara.
Yang membedakan antarmanusia adalah keimanannya kepada Sang Khalik.
Kita memahami, di dalam keimanan terkandung semangat kesalehan dan keikhlasan
berkurban, wujud ibadah yang esok kita rayakan. Implisit di sini tentu pemahaman bahwa
merayakan Idul Kurban seraya mengakui bahwa ada sebagian dari kita yang masih harus kita
santuni.
Dalam kaitan ini, kita perlu mengarahkan dimensi horizontal keimanan, pada setiap
harta yang kita miliki ada sebagian yang merupakan hak saudara yang masih membutuhkan.
Menjadi tidak beriman dan bermoral jika dalam hati masih ada niat buruk untuk tidak
berbagi, apalagi—ini yang jahat—merampas hak tersebut dengan cara yang hari-hari ini kita
saksikan, yakni korupsi. Itu bukan saja mengkhianati, tetapi bertentangan dengan jiwa ikhlas
berkurban yang ingin kita majukan setiap kali kita merayakan hari raya Idul Adha.

NURUL HIKMAH
XII-IIS 3
NO. 26
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

BUDAYAKAN TERTIB LALU LINTAS

Ka. Satlantas Polres Gunung Kidul melantik anggota Patroli Keamanaan Sekolah
(PKS) SMP Negeri 1 Playen. Sebelumnya petugas Polres Gunung Kidul juga memberikan
pelantikan meliputi penjelasan UU lalu lintas, peraturan lalu lintas, gerakan pengaturan lalu
lintas, senam lalu lintas, praktek pengaturan dan peraturan baris berbaris.

Kasat Lantas Gunung Kidul menjelaskan bahwa peranan anggota PKS yang sudah
terbentuk di sejumlah sekolah ikut membantu petugas dalam mensosialisasikan tertib berlalu
lintas. Yang mesti diperhatikan, pengendara bermotor beroda dua harus memakai helm SNI
sebab penting untuk keselamatan. Aturan maupun rambu-rambu lalu lintas juga mesti ditaati
untuk menekan terjadinya kecelakaan.

Instruktur pelatih PKS Brigadir Jurwanto menambahkan, pemberian pelatihan


dimaksudkan agar anggota PKS dapat memahami dan mempraktekan materi-materi yang
sudah di sampaikan, termasuk tugas mereka untuk menjaga ketertiban berlalu lintas di
kompleks SMP Negeri 1 Playen.

Dewasa ini memang sulit untuk bisa membudayakan budaya tertib dalam berlalu
lintas, apa lagi seperti di negara Indonesia sehingga diperlukan adanya penanaman budaya
tertib berlalu lintas sejak dini. Seperti yang dilakukan Satlantas Polres Gunung Kidul.
Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi akhir-akhir ini juga sebagian besar di akibatkan
ketidaktahuan para pengendara dalam menaati peraturan lalu lintas, sehingga banyak korban
berjatuhan yang di akibatkan kelalaian pengendara motor itu sendiri.

Sebaiknya pelantikan anggota PKS tidak hanya diadakan Di Gunung Kidul,


melainkan lebih di galakan lagi di daerah-daerah padat kendaraan sehingga apabila sejak dini
anak-anak sudah di tanamkan budaya tertib berlalu lintas, setidaknya korban kecelakaan yang
sering terjadi akhir-akhir ini bisa di minimalisir.

NURHASANAH
XII-IIS 3
NO. 25
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

China Membayangi Jepang

Kendati masih menduduki peringkat kedua terbesar dunia, posisi Jepang akan segera
tergusur oleh China. Sebenarnya hal itu tidak terlalu mengejutkan. Dengan pertumbuhan rata-
rata hampir 10 persen per tahun dalam tiga decade terakhir, hanya soal waktu bagi China
untuk menyalip, bukan hanya Jepang, tetapi juga AS sebagai Negara dengan perekonomian
terbesar di dunia.

Momentum krisis global yang ditandai keterpurukan negara-negara maju kian


mempercepat terwujudnya prediksi Goldman Sach dan Price Waterhouse Cooper bahwa
China akan menyalip semua Negara maju pada 2030. China sekarang ini ibarat pelari
marathon yang melibas satu per satu pesaing dan negara-negara pendahulunya, dengan
menjadi negara adidaya dan membukukan rekor dalam segala hal.
Tahun lalu China menyalip Jerman sebagai eksportir terbesar dunia. Ia juga menyalip AS
sebagai yang terbesar dalam volume penjualan mobil, awal 2010. Ia bahkan diperkirakan
segera menyalip Jepang sebagai produsen mobil terbesar dunia. China juga pemilik cadangan
devisa terbesar dunia, dan penduduk terbesar, yang berarti juga pasar terbesar untuk berbagai
komoditas penting dunia.

Bagi dunia, hari-hari ke depan ini adalah moment of the truth. China masih akan
bertumbuh dengan pesat menggusur posisi semua negara maju. Kemunduran negara-negara
maju termasuk Jepang, sudah di depan mata. Tanda-tandanya sudah muncul beberapa tahun
terakhir. Daya saing ekonomi Jepang runtuh dan pangsa pasarnya tergerus. Industri, di mana
Jepang semula adalah pemain kuat dunia, kolaps. Korporasi multinasional Jepang tergusur
dari jajaran terbesar dunia oleh pemain-pemain baru, khususnya dari China.

Kudeta posisi Jepang oleh China semakin dipercepat oleh stagnasi ekonomi selama
lebih dari satu decade yang dialami Jepang awal 1990-an sehingga muncul istilah “decade
hilang”. Sebaliknya China terus mencatat pertumbuhan ekonomi spektakuler sejak negara itu
menerapkan sistem ekonomi pasar akhir 1970-an, mencapai dua digit per tahun, tertinggi di
dunia.

Pergeseran kekuatan ini mengubah pula pola geoekonomi dan geopolitik global. Posisi
strategis China ini membuat tak satu Negara pun mengabaikan pengaruh China sebagai
produsen sekaligus pasar terbesar dunia. Bukan hanya Jepang, ini peringatan bagi semua
negara untuk lebih serius mengantisipasi perubahan peta baru global ini, karena
konsekuensinya bukan hanya ekonomi, tetapi juga sosial politik.

Krisis pangan dan melonjaknya harga komoditas dunia pada tahun 2008, yang antara
lain juga akibat faktor China, hanya salah satu contoh. Kita juga sudah merasakannya lewat
gempuran produk-produk China di pasar dalam negeri, yang bakal semakin intens degan
berlakunya Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN – China.

FATIMATUS ZAHROH
XII-IIS 3
NO. 08
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

IMLEK DAN TEKAD BERSAMA

Perayaan Imlek 2011 berlangsung meriah, terbuka, dan penuh kegairahan. Imlek telah
terintegrasi dalam agenda nasional sebagai hari libur.
Dengan perayaan Imlek, peta kusam yang bernuansa diskriminatif terasa semakin jauh
disingkirkan dan dicampakkan. Seiring dengan itu, masyarakat keturunan Tionghoa semakin
leluasa mengekspresikan diri dalam bidang sosial, kebudayaan, dan politik.
Kiprah masyarakat keturunan tidak lagi sebatas bidang ekonomi, berdagang, tetapi juga
mulai merambah bidang lain. Perkembangan ini tidak hanya memberikan kehormatan dan
kepercayaan, tetapi sekaligus memperteguh posisi masyarakat keturunan Tionghoa sebagai
warga negara yang penuh. Bukan hanya hak yang penuh, melainkan juga penuh kewajiban
dan tanggung jawabnya.
Melalui perayaan Imlek, kiprah masyarakat keturunan Tionghoa memperteguh amanat
konstitusi yang menekankan Bhinneka Tunggal Ika. Bangsa Indonesia bersifat majemuk
dalam latar belakang suku, budaya, bahasa, dan agama, tetapi satu sebagai negara-bangsa.
Kebinekaan merupakan keniscayaan alamiah, tetapi yang paling dibutuhkan sebenarnya
tekad hidup bersama sebagai satu bangsa, seperti dikatakan filsuf Perancis, Ernest Renan.
Semua elemen bangsa, termasuk masyarakat keturunan Tionghoa, harus terpanggil untuk
memiliki tekad hidup bersama dengan sesama warga negara.
Segala bentuk eksklusivisme dalam bidang ekonomi dan politik harus diakhiri. Juga
perlu diakhiri praktik bisnis dan perilaku kekuasaan masa lalu yang sarat korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Hadirnya budaya baru yang menekankan kesamaan hak dan kewajiban sangatlah
mendesak.
Kiranya tidak ada lagi keluhan tentang perlakuan diskriminatif sebagai sisa-sisa dan
warisan ketentuan masa lalu. Perlakuan diskriminatif perlu diganti dengan mendorong rasa
setia kawan, solidaritas, dan tekad hidup bersama. Tekad hidup bersama tidak pertama-tama
diperlukan waktu senang atau ketika merayakan kegembiraan, tetapi terutama ketika
menghadapi kesulitan.
Kiranya perlu dikutip pandangan Ernest Renan yang menyatakan, kesan-kesan paling
kuat dalam hidup berbangsa bukanlah dalam kesenangan dan kemenangan, melainkan pada
saat menghadapi kesulitan. Sebab, kesulitan menuntut pengorbanan dan kerja sama.
Bangsa-negara Indonesia sedang menghadapi berbagai persoalan, seperti kemiskinan
dan kesenjangan sosial, yang menuntut kerja sama dan solidaritas. Perayaan Imlek 2011
diharapkan akan menggerakkan masyarakat keturunan Tionghoa dan elemen bangsa lain
untuk bersama-sama mengatasi berbagai persoalan bangsa dalam bidang ekonomi, politik,
keamanan, dan budaya.
Kekompakan dan sinergi semua elemen bangsa tidak hanya dibutuhkan untuk
mengatasi persoalan domestik, tetapi juga sangat diperlukan untuk menghadapi kompetisi
global yang begitu keras dan rumit.

LISTAROFAH
XII-IIS2
NO. 18
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Memaknai Pahlawan di Zaman Modern

PEMERINTAH Indonesia sengaja mengambil tanggal 10 November ini sebagai Hari


Pahlawan untuk mengenang betapa heroiknya perlawanan rakyat Surabaya menghadapi
musuh di tahun 1945. Tentu kita paham, keheroikan tersebut akan diteladani oleh generasi
penerus bangsa. Inilah sesunggguhnya inti dari peringatan Hari Pahlawan yang dilakukan
setiap tahun. Diharapkan, di samping mampu memupuk keberanian itu, generasi muda akan
mampu menumbuhkan jiwa cinta tanah air. Dengan sejarah kepahlawanan itu, kita
mengetahui betapa mahalnya harga sebuah negara, betapa banyaknya pengorbanan yang
dilakukan demi tegaknya kedaulatan negara.
Hanya, kita juga harus tahu dan lincah memahami makna perjuangan tersebut. Di masa
revolusi kemerdekaan, perjuangan itu jelas tujuannya mempertahankan kedaulatan negara. Ini
dilakukan tidak saja dengan strategi dan pikiran tetapi juga fisik. Benar-benar menguras
energi. Bahwa hingga sekarang negara kesatuan Indonesia tetap kokoh berdiri, itu artinya
perjuangan kita telah berhasil.
Perjuangan harus dilakukan dengan semangat yang sama untuk mengisi kemerdekaan
itu di tengah berbagai tantangan globalisasi. Jika di masa lalu peran perjuangan itu terletak
pada generasi muda dengan semangat fisik, maka seharusnya pemuda kita sekarang berjuang
dan berpikir untuk memajukan negara melalui proses kreatif berpikir dan karyanya. Sama
mendasarnya dengan memelihara eksistensi kedaulatan negara, perjuangan di zaman
sekarang sesungguhnya juga mengeksistensikan keberadaan negara. Dunia global sekarang
begitu banyak tantangannya sehingga bisa membuat warga dininabobokan oleh hasil-hasil
karya dari luar kedaulatan negara.
Meski demikian, tanggung jawab generasi tua bukan tidak ada. Mereka itu haruslah
memberikan kesempatan generasi muda untuk mengeluarkan pikirannya sesuai dengan
zaman sekarang tanpa meninggalkan ciri khas karakter dan budaya Indonesia. Artinya,
generasi tua tidak berkutat dengan nilai-nilai masa lalu belaka tetapi memberi kesempatan
pembaruan kepada generasi baru. Dengan cara itulah hasil karya akan bisa memadukan
antara nilai tradisional dan modernisasi. Sekadar contoh, produksi film kartun dengan nilai
tradisional, akan mampu memberikan warna semangat kebangsaan sesuai dengan tradisi-
tradisi Indonesia. Pada konteks Hari Pahlawan ini, semangat nasionalisme akan bisa ditopang
dengan proses berpikir kreatif menuju pembaruan bangsa.
Sesungguhnya kepahlawanan tidak bermakna sempit sekadar mengumbar keberanian
saja. Sebab, di dalamnya juga mengandung kemampuan berstrategi tinggi. Keberanian yang
tidak dilandasi oleh strategi, hanya akan mengakibatkan korban sia-sia tanpa mampu
melahirkan strategi baru yang ditinggalkan untuk generasi berikut. Di masa sekarang,
keberanian untuk melakukan terobosan dengan temuan-temuan baru, baik di bidang teknologi
maupun ilmu pengetahuan tanpa adanya strategi, juga akan bisa merugikan negara. Teroris
yang mempunyai semangat dan strategi tinggi, tentu tidak berguna bagi negara.
Kita sekarang sedang menghadapi tantangan di bidang bencana alam, seperti apa yang
terlihat di Mentawai dan lereng Gunung Merapi. Pada konteks itulah kita memerlukan adanya
keberanian. Kita setuju para relawan itu mempunyai keberanian untuk mencari korban.
Tetapi akan lebih hebat lagi jika kita mampu menciptakan teknik-teknik untuk menyiasati
bencana yang terjadi. Strategi sangat penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

LENI TRINOVIA
XII-IIS 2
NO. 17
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Selamat Tahun Baru Imlek 2559

Sudah beberapa tahun terakhir ini tahun baru Imlek dikategorikan sebagai hari libur
nasional. Bukan hanya kaum tionghwa saja yang bergembira, masyarakat kita secara
keseluruhan bisa menerimanya dengan lega hati tanpa syakwasangka. Kenapa ? Karena
realitas masyarakat kita memang beragam, satu dan lainnya diberikan kesempatan yang sama
untuk mengekspresikannya. Kita tidak usah memutar jarum jam ke belakang karena di sana
yang ada hanyalah catatan-catatan buruk. Sebaliknya, kita membuka lembaran baru yang
lebih putih untuk kemudian kita isi dengan catatan-catatan penuh kegembiraan, kebaikan dan
kebajikan.
Ada kue keranjang yang nikmat dan lezat, ada pembagian angpao, ada pasar tiban, ada
pernik-pernik lampion yang semuanya memberikan gambaran tentang kegembiraan. Seperti
juga tahun baru yang lain, apakah tahun baru Masehi, Islam, atau pun Jawa selalu
memunculkan harapan akan datangnya keadaan yang lebih baik dari sisi kehidupan
masyarakat, melimpahnya rejeki, dan dijauhkannya dari masalah dan malapetaka. Datangnya
tahun yang lebih baik bagi kehidupan di bumi dan langit tentu ditunggu oleh siapa pun.
Tahun Baru Imlek juga bernuansa seperti itu. Setiap individu yang merayakannya
pastiklah akan memohon kepada Thian agar diberikan keselamatan dan dilimpahkan rejeki
yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Permohonan seperti itu akan selalu ada pada setiap
individu berkesadaran yang merasa dirinya butuh akan kehadiran "kekuatan lain" yang bukan
berasal dari dirinya. "Kekuatan lain" itulah yang dimohon bimbingannya agar manusia tidak
terjerumus dan terjerat oleh masalah demi masalah, tetapi diberikan berkat agar terhindarkan
marabahaya di samping diberikan kesentausaan hidup yang lebih baik. Itu sebabnya kenapa
di saat Imlek, orang merasa perlu bergembira dan berbagi untuk sesama.
Berbagi kepada sesama bisa dalam banyak bentuk, apakah berbagi kue, angpao, makan
bersama yang semuanya sebenarnya berpangkal pada kesadaran hidup bersama. Manusia
berkesadaran seperti itulah manusia yang bijaksana. Sedangkan manusia bijaksana adalah
manusia yang selain bisa melihat realita sejati dan dengan demikian memiliki pengetahuan
sejati, juga kesadaran dan keyakinan sejati. Oleh sebab itu manusia harus berpengetahuan
karena itulah yang akan membawanya pada kesadaran dan keyakinan sejati. Bentuk akhir
dari kesadaran hidup bersama itu kemudian diwujudkan dengan amal kebaikan, berbagi
kebajikan dan memahami keberadaan dalam masyarakat.
Amal kebaikan, berbagi kebajikan dan memahami keberadaan itu sebuah bentuk
kesadaran yang bisa diaktualisasikan ke dalam keluarga kecil, keluarga besar, tetangga dan
keluarga bangsa. Jika kesadaran seperti ini ada pada setiap individu dalam masyarakat, maka
secara niscaya akan sumrambah dan mengejewantah dalam kehidupan bersama yang rukun,
damai sekaligus sejahtera.
Kita tentu berharap, Tahun Baru Imlek 2559 ini memberikan inspirasi baru dan segar
untuk kehidupan bersama yang lebih baik. Kehidupan bersama yang terus dipersegar, diberi
isi, dan diaktualisasikan secara konsisten akan memberikan dampak yang luar biasa dalam
menjaga keutuhan rumah tangga besar yang bernama Indonesia. Kini kita dengan lega hati
dan penuh kegembiraan bisa menyaksikan perayaan Imlek di berbagai sudut kota secara
terbuka. Tidak ada lagi batasan dan syakwasangka. Dan, kita pun percaya mereka yang
merayakan akan menggunakannya sebagai momentum untuk terus melakukan perbaikan diri
pribadi dan masyarakatnya. Selamat Tahun Baru Imlek 2559.

NUR MOH. WAEIS AL


XII-IIS 3
NO. 24
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Apa Sich Pahlawan Itu?

10 Nopember setiap tahunnya diperingati sebagai hari pahlawan. Namun ditahun 2007
ini apakah arti pahlawan sesungguhnya ? Karena toh tetap saja negeri ini masih susah untuk
berdiri. Bahkan semakin terpuruk dan ternista dalam pergaulan internasional. Apakah di
negeri ini pahlawan itu sudah tidak ada ? Ini kondisi bangsa abad 21 ini.
Pahlawan memang bukan kata sederhana dalam makna dan aplikasi . Menjadi pahlawan tentu
bukan untuk sembarangan orang. Mereka yang terpilih saja mampu masuk dalam jajaran itu.
Mengapa harus terpilih tentu merek yang mampu berkorban demi bangsa dan tanah airnya.
Rela menyerahkan waktu, air mata, keluarga bahkan nyawa. Memang tak seimbang jika kini
kita yang menikmati hasil perjuangan itu hanya merayakan hari pahlawan sebatas seremoni
saja.
Apa sebenarnya makna dan bagiamana hari pahlawan itu diperingati agar seimbang?.
Tak lain jawabnya adalah bukan hanya seremonial namun mengakomodir dan meniru nilai-
nilai juang apa yang telah dilakukan mereka demi merah putih adalah makna tertinggi.
Menyimak perjalanan bangsa yang dimulai dari era penjajahan, kemerdekaan ,
memepertahankan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan adalah suatu dekade yang
membutuhkan waktu yang panjang. Ini perjalanan bangsa selama 62 tahun yang dimulai
dengan aksi melawan penjahahan. Jadilah RI sebagai bangsa yang berdaulat.
Pahlawan dan pejuang tentu berbeda. Pejuang bisa saja tidak dimasukkan dalam daftar
pahlawan. Namun pahlawan sudah pasti menjadi pejuang. Terlepas dari semua istilah itu
negeri ini dalam usianya yang ke 62 ini ternyata kekurangan pejuang dan pahlawan yang
mempunyai niat dan upaya untuk memerdekaan bangsa ini dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Gawe dan teriak ingat kembali semangat kepahlawanan sudah diteriakkan mahasiswa
dalam menumbangkan rezim Soeharto tahun 98 silam. Saat itu harapan akan muncul
pahlawan yang akan mampu memperbaiki bangsa ini atas keterpurukan di semua sektor.
Istilah reformasi juga berkibar dan berharap istilah itu langgeng dan membawa perubahan
yang lebih baik.
Hampir sepuluh tahun terikan itu berlalu namun sepertinya baru saja terjadi. Itu sama
artinya teriakan itu tidak dibarengi dengan niat kepahlawanan. Apa yang dilakukan elit
politik adalah berebut kekuasaan. Sibuk dengan kursi RI 1 dan sibuk dengan partai mereka.
Wakil rakyat yang tinggal dan duduk di DPR secara umum juga meninggalkan pemilihnya
saat mencapai angan-angan kursi itu. Wajarkah mereka disebut pahlawan?
Rasa tidak karena pola pikir pahlawan bukan hanya pribadi namun lebih jauh menjadi
lilin digelap gulita kendati dirinya akan hancur demi sebuah penerangan. Namun itu adalah
kejadian umum skala nasional. Penyakit itu bukan hanya di level atas saja. Namun juga
hingga kabupaten dan kota penyakit KKN masih terus berlangsung. Tren mengutamakan
kepentingan kelompok terus terjadi sehingga jenis yang terjadi pahlawan kelompok.
Apa sich pahlawan itu ? pelajar dan siswa mengenal nama-nama dan dugaan foto nama-nama
pahlawan dan pejuang. Namun apa sebenarnya yang utama adalah apa yang pantas dipetik
pelajar dari nama dan warisan perjuangan yang telah mereka lakukan. Banyak mengatakan
negara ini dibangun dengan air mata dan cucuran darah. Namun itu cerita tahun 45. Ternyata
memang merebut jauh lebih mudah dibanding mempertahankan dan mengisi kemerderkaan.
Selamat Hari pahlawan 11 November.

NURUL FADILAH
XII-IIS 4
NO. 21
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Perdamaian dan Toleransi

TEMA pesan Hari Natal yang dikumandangkan Paus Fransiskus masih terngiang di
telinga kita. Dari balkon Basilika Santo Petrus di Vatikan, Paus menyerukan suatu dunia yang
lebih baik.

Pesan tersebut aktual karena dewasa ini kekerasan masih berkecamuk di Suriah, juga di
beberapa negara Afrika, sementara perundingan masih terus berlangsung antara Israel dan
Palestina.

Terhadap negara-negara yang masih dilanda konflik, dalam pesan "Urbi et Orbi"
(Kepada Kota dan Dunia) Paus menyerukan dialog. Misalnya kepada pihak-pihak yang
bertikai di Sudan Selatan.

Menarik pula untuk kita catat pandangan Paus, bahwa "perdamaian bukanlah
keseimbangan kekuatan (antara) pihak yang berlawanan. (Hal ini menurut Paus
menyembunyikan konflik dan perpecahan.) Perdamaian mensyaratkan komitmen harian."

Sebelum menjadi komitmen—dan praksis—harian, kita bisa melihat operasionalisasi


pandangan Paus di atas pada momen-momen khusus hari raya. Saat umat Kristiani di
Indonesia merayakan Natal tahun ini dengan melaksanakan ibadah di gereja dan berkumpul
bersama keluarga, sebagian umat beragama lain di beberapa daerah turut membantu
keamanan di gereja, juga saling mengunjungi.

Berlangsungnya perayaan Natal secara damai dan tenteram, tidak dilaporkan adanya
ancaman atau teror apa pun, amat melegakan kita. Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan
Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia Benny Susetyo menyatakan,
"Semakin tumbuh kesadaran, Natal menjadi perayaan bersama bangsa Indonesia.
Sebagaimana hari libur keagamaan lain, hari libur Natal yang bersamaan dengan liburan
akhir tahun menjadi momentum untuk memperkuat kebersamaan." Benny menambahkan,
"Semakin tumbuh kesadaran bahwa kita sebangsa dan setanah air."

Sementara Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Komaruddin


Hidayat, menyebutkan, keikutsertaan umat beragama lain dalam merayakan budaya hari raya
keagamaan satu agama kian menumbuhkan ingatan bawah sadar bagi masyarakat bahwa ada
sejumlah agama di Indonesia yang memiliki hari-hari besar istimewa yang dirayakan.

Kita garis bawahi baik pandangan Paus dalam skala global maupun apa yang
disampaikan, dan dilaksanakan, oleh para tokoh nasional di atas. Jika kita sudah dapat
menyelenggarakan ibadah hari raya setiap agama di Tanah Air dengan lancar dan damai,
tradisi ini juga ingin kita jadikan praksis harian sebagaimana diamanatkan Paus Fransiskus.

Tujuan akhirnya adalah hidup bersama dengan saling menghargai kepercayaan masing-
masing saudara sebangsa dan setanah air. Itulah wujud toleransi.

SUMAIDAH
XII-IIS 4
NO. 31
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA

Media Sosial  Media Jualan

Bisnis online semakin berkembang dan diminati seiring dengan perkembangan


teknologi yang semakin maju. Dengan adanya bisnis online, kini semua orang dapat
berdagang dimana saja tanpa harus memikirkan uang sewa tempat atau modal yang besar.
Adalah MS pemiliki lamborghini Ghallardo yang dibelinya seharnga Rp. 5,5M dari hasilnya
berjualan online. Perempuan kelahiran Lampung ini merupakan anak dari seorang petani.
Kegigihannya untuk sukses membuahkan hasil. Berkat adanya media sosial, sinta lebih
mudah meraih pasar. MS telah terlatih berjualan sejak ia duduk dibangku SMA.
Keterampilan yang ia warisi dari ayahnya yang suka berbisnis menjadi bekal sinta dalam
mengolah bisnisnya.  

MS adalah satu dari banyak pengguna media sosial yang berdampak positif untuk
menghasilkan uang. Senada dengan MS, RM pun memanfaatkan media sosial sebagai media
untuk berjualan. Hanya saja RM menjajakan wanita-wanita muda  yang menjadi wanita
bayaran untuk memuaskan nafsu-nafsu laki-laki hidung belang. Pendapatan RM sungguh
lumayan, ia mendapat 40% dari total pembayaran.

Dulunya RM adalah seorang makeup artis, ia sering mengupload artis-artis (yang


kebanyakan tidak terlalu tenar) di akun media sosialnya. Kemudian banyak pejabat-pejabat
atau laki-laki yang menghubunginya untuk mengorder wanita yang bersamanya. Tak
disangka-sangka RM terjerat dalam praktek prostitusi online. Karena bayaran yang ia terima
lumayan, RM tak berencana untuk menghentikan bisnis onlinenya itu. Sampai saat ini ia
ditahan di kantor kepolisian.

Menurut saya, media sosial adalah media yang banyak memberikan keuntungan.
Banyak hal-hal positif yang dapat didapatkan dari media sosial, seperti yang dilakukan oleh
MS. Sementara itu tak ada yang bisa membatasi aktivitas di media sosial, sehingga tindak
kejahatan serta melenceng seperti yang dilakukan oleh RM adalah salah satu dampau
buruknya. Intinya adalah, kita sendiri yang menciptakan aturan dalam media sosial dan tetap
selalu waspada akan hal-hal yang dapat terjadi.

Dari dua kisah di atas, terbukti bahwa media sosial dapat menjadi tempat media
berjualan yang amat baik. Pasar lebih luas dicapai melalui media sosial, bahkan di media
sosial dapat berjualan tanpa modal dan mendapatkan hasil maksimal. 

LAILATUL QOMARIYAH
XII-IPS 3

Anda mungkin juga menyukai