Disusun Oleh :
Melinda Krisnawati
Moch. Bayu Kresna S.
Nimas Aki Pertiwi
Rahayu Fibriana
Rizka Pujining Tyas
Silvi Pertiwi
Siti Nova Erlinda
Tety Yunistri
Tya Widha Agustina
11.1.02.02.0054
11.1.02.02.0058
11.1.02.02.0065
11.1.02.02.0070
11.1.02.02.0077
11.1.02.02.0084
11.1.02.02.0085
11.1.02.02.0091
11.1.02.02.0093
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan Rahmat dan
hidayahNya,
sehingga
kami
dapat
menyelesaikan
makalah
tentang
Penulis
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
ritel,
suatu
produk
dapat
bertemu
langsung
dapat
dikatakan
tidak
terbendung.
Jika
diamati
lebih
lanjut
maka persaingan bisnis ritel atau eceran itu makin tidak sehat. Pemerintah
cenderung mengobral ijin terhadap pemain besar, bahkan hypermarket, meskipun
sebenarnya pasarnya sudah jenuh. Akibatnya di beberapa kota mulai ada gerai
ritel besar yang tutup, sedangkan di perumahan perumahan dan kampungkampung pedagang kelontong terancam oleh waralaba mini market.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kesempatan bagi peritel lokal
2. Mengetahui pertumbuhan pasar ritel
3. Mengetahui peran pemerintah dalam bisnis ritel
4. Mengetahui siklus bisnis ritel
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada para pembaca
berupa Pengetahuan mengenai perkembangan bisnis ritel di indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
pemerintah
dapat
merusak
keberuntungan
mereka
dengan
memberlakukan pembatasan.
Tahun lalu, ledakan sektor pertambangan berakhir, sebagian karena
pemerintah memberlakukan aturan kepemilikan asing, pajak-pajak dan lapisan
tambahan birokrasi yang baru untuk industri. Perubahan-perubahan tersebut, yang
bertujuan mendorong investasi domestik dalam pemurnian mineral, melukai
perusahaan tambang dan eksplorasi kecil.
Sekarang, pembuat kebijakan membidik sektor ritel dan konsumsi yang
sedang tumbuh untuk mendapatkan pemasukan pajak sekaligus mengembangkan
investasi dan manufaktur lokal.
Pemerintah telah membuat aturan-aturan yang membatasi jumlah gerai
yang dapat dikontrol oleh waralaba asing seperti Starbucks, dan lapisan birokrasi
untuk impor telepon selular telah ditambah. Pihak berwenang ingin peritel
menjual lebih banyak produk lokal.
Aturan telah diberlakukan bahwa toko dan restoran waralaba harus
memiliki konten lokal 80 persen sebuah tim akan mengawasi kepatuhan
terhadap aturan ini dan pemerintah mempertimbangkan kebijakan tersebut
kepada semua peritel. Hal itu mungkin membantu mengatasi ketidakseimbangan
perdagangan ekonomi namun dapat menjadi masalah bagi merek-merek yang
diproduksi di luar negeri, kecuali mereka mendapat keringanan.
atau berkembangnya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Melalui
pertemuan tersebut, lembaga persaingan di ASEAN dapat menata pasar dengan
baik, sehingga mendapatkan keuntungan dan manfaat terhadap pertumbuhan
ekonomi di tingkat nasional dan daerah.
Pada awal tahun ini proyeksi pertumbuhan pasar ritel naik sebesar 9,5
persen. Peritel diperkirakan akan terus menambah gerainya, seiring dengan
masuknya merek-merek asing dan investor.Pasar ritel terus tumbuh sebagai akibat
dari perkembangan berbagai bidang. Pasar ritel yang tumbuh secara nesional tidak
saja menguntungkan peritel besar atau produsen barang ritel, melainkan juga para
peritel kecil yang melayani masyarakat setempat.
2.2.1 Bidang yang mempengaruhi pertumbuhan pasar ritel antara lain :
a. Perkembangan demografi
Jumlah penduduk yang bertambah menyebabkan meningkatnya barang
dan jasa, membuat ragam produk mengalami peningkatan baik dalam jumlah
maupun jenis.
b. Pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat membuka lapangan kerja baru
yang cukup besar. Banyaknya karyawan baru diikuti oleh pasar ritel disebabkan
oleh munculnya permintaan akan barang dan jasa.
c. Bidang sosial budaya
Masyarakat
akan
e. Globalisasi
Gaya hidup adalah aspek kehidupan masyarakat yang dipengaruhi oleh
globalisasi, khususnya perkembangan yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat (infrastruktur yang berkembang akan memperbesar kesempatan
tumbuhnya pasar ritel).
f. Bidang hukum dan peraturan
-
konsumen
c. Persaingan
Bisnis ritel saat ini berkembang sangat pesat seiring dengan bergesernya
gaya hidup tradisional ke modern oleh karenanya peluang emas ini dimanfaatkan
oleh peritel-peritel yang mempunyai modal besar dan dengan kemampuan
management Ritel modern baik Jaringan maupun sendirian ( stay lone )serta
berkemampuan mencari modal asing seperti jaringan minimarket maupun
Hipermarket asing yang sudah ada saat ini,maka salah satu caranya untuk
menumbuhkan kekuatan persaingan perusahaan ialah dengan mengadopsi suatu
teknologi informasi guna dapat memantapkan dan memastikan kecepatan
informasi sampai pada level top manajemen. Informasi yang didapatkan harus
cepat, tepat dan efisien sehingga mendukung kebijakan-kebijakan strategis yang
diputuskan oleh top manajemen.
d. SDM
Sangat penting untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan di
bidang manajemen ritel yang akan menambah kesiapan pengelola ritel tradisional
maupun ritel modern pada umumnya dalam mengimplementasikan semua
pengetahuan dan konsep manajemen ritel modern secara terintegrasi khususnya
bagi kesiapan dalam mengelola bisnis ritel modern slaka kecil dan menengah
secara mandiri maupun apabila terjun sebagai bagian dari manajemen suatu
perusahaan ritel skala menengah dan besar.
e. Profitabilitas
Peritel mempunyai keuntungan yang berlipat dari bisnis yang peritel
jalankan jika ditekuni dengan sungguh-sungguh.selain faktor keuntungan fakta
membuktikan bahwa bisnis ritel tumbuh dengan pesat sepanjang jaman,bisnis ritel
merupakan mata pencaharian yang paling banyak ditemui dalam kehidupan
sehari-hari,umur bisnis ritel atau berdagang juga paling panjang di banding sektor
lain,orang berdagang sudah ada sejak jaman dahulu sebelum modernisasi.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
2007, peraturan ini juga mengundang kontroversi. Pada peraturan ini bertujuan
untuk menciptakan keserasian dalam penyelenggaraan bisnis ritel antara modern
dan tradisional. Namun dalam implementasinya ketentuan ini sulit terealisasikan
karena sulitnya melakukan pengawasan atas pelaksanaan ketentuan perpres
tersebut.
Perpres 112/2007 mengatur secara teknis mengenai pembagian usaha
antara pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Pada beberapa
ketentuan pasal, Perpres 112/2007 terlalu mengatur dengan sangat rinci. Misalnya,
terdapat pengaturan mengenai lokasi dan syarat-syarat pendirian, luas bangunan,
jam operasi, ketentuan pemasokan barang, perizinan, serta pembinaan dan
pengawasan untuk pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern.
Peraturan ini dibuat dengan maksud untuk melindungi dan mengembangkan usaha
kecil serta sebagai suatu upaya pembinaan terhadap usaha kecil supaya bisa maju
dan berkembang. Namun jika dilihat dari sisi persaingan, pengaturan yang rinci
seperti itu justru menghambat pelaku usaha untuk berusaha dan berinovasi,
terutama bagi pusat perbelanjaan dan toko modern.
Dalam peraturan ini , pemerintah menetapkan zona/luas wilayah usaha
pasar tradisional (toko, kios, dan toko modern. Batas luas lantai penjualan toko
modern adalah sebagai berikut :
a. Minimarket, kurang dari 400 m2;
b. Supermarket, 400 m2 s.d 5000 m2;
c. Hypermarket, di atas 5000 m2;
d. Department store, di atas 400 m2;
e. Perkulakan, di atas 5000 m2.
Pendirian toko modern juga wajib memperhatikan jarak lokasi usahanya
misalnya dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya. Peraturan yang
mengatur mengenai jarak antara toko modern dengan pasar tradisional di atur
dalam peraturan daerah. Misalnya untuk wilayah DKI jakarta, hal ini diatur dalam
pasal 10 peraturan daerah provinsi DKI jakarta no. 2 tahun 2002, tentang
perpasaran swasta. Dalam pasal ini ditentukan mengenai jarak sarana/tempat
usaha sebagai berikut :
a. Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya 100 m2 s.d 200 m2 harus
berjarak radius 0,5 km dari pasar lingkungan dan terletak di sisi jalan
lingkungan/kolektor/arteri;
b. Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 200 m2 harus berjarak
radius 1,0 km dari pasar lingkungan dan letak di sisi jalan kolektor/arteri;
c. Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 1000 m2 s.d 2000 m2
harus berjarak radius 1,5 km dari pasar lingkungan dan letak di sisi jalan
kolektor/arteri;
d. Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 2000 m2 s.d 4000 m2
harus berjarak radius 2 km dari pasar lingkungan dan letak di sisi jalan
kolektor/arteri;
e. Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 4000 m2 harus berjarak
2,5 km dari pasar lingkungan dan harus terletak di sisi jalan kolektor/arteri.
Peraturan yang membatasi operasional pusat perbelanjaan dan toko
modern tersebut secara tidak langsung mengakibatkan terhambatnya kegiatan
berusaha dan berinovasi. Hal ini kurang sejalan dengan misi KPPU ( Komisi
Pengawas Persaiangan Usaha ) yaitu menegakkan hukum persaingan dengan jalan
menjamin kebebasan berusaha dan melakukan inovasi guna bertahan dalam pasar
kompetisi, tidak terkecuali bagi pelaku usaha besar. Salah satu tujuan dibentuknya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU 5/1999) adalah untuk mewujudkan iklim
usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga
menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha
besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil. Terlebih lagi, persaingan
usaha berasaskan pada demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan
antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.
Nasionalisme penting, namun demokrasi ekonomi lebih penting karena
dijamin oleh konstitusi. Oleh karena itu, penerapan Perpres 112/2007 seyogyanya
sejalan dengan implementasi UU 5/1999. Tidak ada yang salah dengan peraturan
yang bersifat teknis seperti Perpres 112/2007, namun pemerintah perlu
mempertimbangkan seberapa efektif peraturan tersebut dapat diimplementasikan,
siapa pihak yang berwenang melakukan pengawasan, dan seberapa siap pihak
10
11
1 = Departemen store
2 = Discount store
3 = Superstore
4 = Warehouse club
Low margin
Low price
Low Status
12
13
3.1 Kesimpulan
Pasar ritel bisa terus tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai
bidang, pasar ritel yang tumbuh secara nasional tidak saja menguntungkan peritel
besar atau produsen barang ritel melainkan juga para peritel kecil yang melayani
mayarakat setempat. Bidang pertama yang memengaruhi pertumbuhan pasar ritel
adalah
perkembangan
demografi.
Jumlah
penduduk
yang
bertambah
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Berman, Barry, & Evan, Joel R., (2006) Retail Management : A Strategic
Approach 10th ed., Pearson International Edition, New Jersey
2.
5.
15