Laporan ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manjemen Kinerja
Oleh :
MANAJEMEN 3A
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KUNINGAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
judul "Mengelola Kualitas dan Umpan Balik" tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Manajemen Kinerja. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Mengelola Kualitas dan Umpan Balik. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Endang Maskan Sasmita S.E.,
M.M., AAAIK selaku dosen Manajemen Kinerja yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kita menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................ ii
Pendahuluan............................................................................................
BAB II ........................................................................................................... iii
PENGELOLAAN KUALITAS...................................................................
A. Pengertian Kualitas.............................................................................
B. Kualitas Sebagai Senjata Persaingan..................................................
C. Keterlibatan Pekerja...........................................................................
D. Perbaikan Lanjutan.............................................................................
E. Biaya Kualitas.....................................................................................
F. Total Qualitas Management................................................................
G. Memperbaiki Kualitas Melalui Tqm..................................................
H. Alat Memperbaiki Kualitas Dan Kinerja............................................
I. Quality Circle.....................................................................................
J. Standar Kualitas Internasional............................................................
BAB III ......................................................................................................... vi
UMPAN BALIK...........................................................................................
A. Pengertian...........................................................................................
B. Fungsi Umpan Balik...........................................................................
C. Umpan Balik Nontradisional..............................................................
D. Umpan Balik Yang Baik.....................................................................
E. Reaksi Terhada Umpan Balik.............................................................
F. Umpan Balik Efektif...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN
Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata
co yang artinya bersama dan operation yang artinya bekerja atau berusaha. Jadi
kata cooperation dapat diartikan bekerja bersama-sama atau usaha bersama untuk
kepentingan bersama. Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan
orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan
peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah
perusahaan yang dikelola secara demokratis. Berikut ini adalah beberapa
pengertian koperasi sebagai pegangan untuk mengenal koperasi lebih jauh.
MENGELOLA KUALITAS
Sejak lama setiap organisasi, terutama dalam dunia bisnis, selalu melakukan
perbaikan dalam kegiatan dan kinerjanya untuk dapat mencapal tujuan yang
diharapkan. Hanya dengan melakukan perbaikan cara berkelanjutan, usahanya
dapat bertahan menghadapi persaingan dias atrib keuntungan. Hasil kinerja suatu
organisasi secara kuantitatif dapar diler kan sebagai produktivitas
Namun, ukuran produktivitas saja semakin lama dirasalan tidak cukup tanpa
diikuti peningkatan kualitas sehingga melahirkan konsep-quality management
Total quality management bermaksud melakukan pertsila di semua bidang
pekerjaan dengan orientasi pada kepuan pelanggan
A. Pengertian Kualitas
Pelanggan mengharapkan produk atau jasa yang mereka beli memenuhi arau
melebihi tingkat kualitas tertentu seperti yang diiklankan. Kualitas ditentukan oleh
kesesuaiannya dengan spesifikasi yang ditawarkan. Dalam sistem jasa, kesesuaian
dengan spesifikasi juga perlu, walaupun tidak menghasilkan sesuatu yang dapat
disentuh. Spesifikasi untuk operasi jasa berkaitan dengan pengiriman barang pada
waktunya atau kecepatan dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan
pelanggan.
2. Value (Nilai)
Value atau nilai menunjukkan seberapa baik produk atau jasa mencapai tujuan
yang dimaksudkan pada harga yang pelanggan bersedia membayar. Kualitas
diukur dari harga yang dibayar untuk produk atau jasa. Berapa nilai produk atau
jasa dalam pikiran pelanggan tergantung pada harapan pelanggan sebelum
membelinya.
Sering kali dukungan yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk atau
jasa sangat penting bagi pelanggan, seperti halnya kualitas produk dan jasa itu
sendiri. Dukungan dapat diberikan dalam bentuk pelayanan purna jual Pelanggan
bingung jika neraca keuangan salah, respons atas klaim jaminan terlambat, atau
iklan menyesatkan.
Orang sering mengevaluasi kualitas produk atau jasa atas dasar kesan
psikologis: iklim, citra, atau estetika. Dalam pelayanan, di mana terdapat kontak
langsung dengan penyelenggara, penampilan dan tindakan penyelenggara sangat
penting. Pekerja yang berpakaian baik. sopan, bersahabar, dan simpatik dapat
memengaruhi persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan.
Sementara itu, Russel dan Taylor (2000 79) memisahkan perspektif pelanggan
terhadap produk dan jasa. Dimensi kualitas produk manufaktur menurut perspektif
konsumen adalah sebagai berikut
b. Feature, merupakan fitur tambahan atas fitur dasar, seperti CD stereo atau
lapisan kulit pada mobil
i. Other perceptions, yaitu persepsi subjektif karena merek, iklarla dan lainnya.
berikut:
Menjaga kualitas dalam semua bidang bisnis merupakan tugas berat. Menjadi
lebih sulit lagi apabila pelanggan mengubah persepsinya tentang kualitas.
Perubahan dalam gaya hidup dan kondisi ekonomi secara drastis dapat mengubah
persepsi pelanggan atas kualitas.
C. Keterlibatan Pekerja
1. Perubahan Budaya
2. Pengembangan Individu
Pengupahan dengan sistem merit dan bonus dapat memberi pekerja beberapa
insentif untuk memperbaiki kualitas. Perusahaan dapat mengikat insentif dalam
bentuk uang secara langsung pada perbaikan kualitas
Penghargaan dalam bentuk bukan uang, seperti pengakuan di depan rekan
sekerja, juga dapat memotivasi perbaikan kualitas. Setiap bulan dapat memberi
pengakuan khusus dalam bentuk
D. Perbaikan Berkelanjutan
Manajemen Kualitas tidak dapat dipisahkan dengan usaha terus menerus untuk
melakukan perbaikan. Continuous Improvement atau perbaikan berkelanjutan
didasarkan pada konsep jepang kaizen, yang selalu mencari cara memperbaiki
operasi.
a. melatih pekerja dalam metode proses statistik dan alat lain untuk
memperbaiki kualitas dan kinerja,
b. membuas mesode tersebut menjadi operasi harian,
c. membangun tim kerja dan keterlibatan pekerja
d. memanfaatkan alat pengambilan keputusan dalam tim kerja, dan
e. mengembangkan rasa pemilikan operator dalam proses.
Perbaikan terus-menerus dilakukan melalui suatu siklus, berikut ini.
1. Plan
Pada tahap awal, tim menyeleksi proses (aktivitas, metode, mesin, atau
kebijakan) yang perlu perbaikan. Tim kemudian mendokumentasikan proses yang
terpilih dengan menganalisis data, menetapkan majuan kualitatif dari perbaikan,
dan mendiskusikan berbagai cara mencapai tujuan
2. Do
Pada tahap berikutnya, tim menjalankan rencana dan memonitor progres Data
dikumpulkan secara kontinu untuk mengulan perbaikan dalam proses. Setiap
perubahan dalam proses didokumentasikan dan direvisi selanjutnya sesuai
kebutuhan.
3. Check
4. Act
E. Biaya Kualitas
Untuk mendapatkan kualitas barang yang baik, diperlukan biaya yang dapat
berupa sebagai berikut:
3. Internal Failure Costs, sebagai hasil produk cacat yang ditemukan selama
produksi dari produk atau jasa. Krajewski dan Ritzman menyebutkan ada dua
kategori biaya, yaitu (1) Yield losses, yang terjadi jika barang yang cacat harus
dihapuskan, dan (2) Rework costs, yang terjadi jika harus diproses ulang pada
operasi yang lalu untuk mengoreksi cacat atau jasa harus diberikan lagi.
Sementara itu, Russel dan Taylor menyebutkan adanya scrap costs, rework costs,
process downtime costs, price-downgrading costs.
4. External Failure Costs, timbul ketika produk cacat ditemukan setelah pelanggan
menerima produk atau jasa. External failure cost termasuk Warranty (Krajewski
dan Ritzman). Russel dan Taylor menyebutkan adanya costumer complaints costs,
product return cost,warrant claim cost,product liability costs,lost sales costs.
1. Pengertian
Di lain sist, Chase, Aquilano, dan Jacobs memberikan maknx total quality
management sebagai mengelola keseluruhan organisasi sehingga melampaui
semua dimensi produk dan jasa yang penting bagi pelanggan.
Dari pandangan para pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa total quality
management adalah suatu strategi organisasi untuk memberikan komitmennya
pada peningkatan kepuasan pelanggan secara berkelanjutan memperbaiki proses
organisasional
2. Alasan Penggunaan
Persaingan dalam dunia usaha semakin ketat sehingga untuk mampu bertahan
harus dapat meningkatkan produktivitas melalui efektivitas dan efisiensi. Hanya
dengan cara demikian bisnis mampu mempertahankan competitiveness, yaitu
suatu kemampuan untuk menghadapi pesaingnya
b.finance, perlu mengukur implementasi aliran dana pada program TQM dan
menyediakan laporan keuangan tanpa salah
c.human resources,dalam merekrut pekerja yang menghargai kualitas kerja dan
memotivasi dan melatih
3. Prinsip-prinsip
Pandangan lain menekankan pada aspek kerja sama, metode statistik, pelatihan
dan pendidikan, orientasi pada konsumen, kepemimpinan. perencanaan strategik
tanggung jawab pekerja, dan perbaikan berkelanjutan.
4. Implikasi
1. Benchmarking
d. Action, yaitu membangun cross-functional team yang terdiri dari mereka yang
paling terpengaruh oleh perubahan, mengembangkan rencana tindak dan
penugasan tim, menjalankan rencana, memonitor progres, dan mengkalibrasi
benchmark apabila perbaikan sudah dilakukan.
Proses benchmarking semacam siklus plan-do-check-act, tetapi memfokuskan
pada menetapkan tujuan kuantitatif untuk perbaikan berkelanjutan. Ada beberapa
jenis benchmarking, yaitu sebagai berikut:
3. Process Design
Desain proses yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa sangat
memengaruhi kualitasnya Manajer First National Bank of Chicago mencatat
permintaan pelanggan untuk Letter of Credir memerlukan empat hari melalui
banyak langkah yang menyangkut sembilan pekerja sebelum LC diterbitkan.
5. Purchasing Consideration
Kebanyakan bisnis tergantung pada pemasok luar untuk meteril, jasa atau
peralatan yang digunakan dalam menghasilkan produk dan jasa Kualitas input
dapat memengaruhi kualitas pekerjaan perusahaan, dan barang berkualitas buruk
yang dibeli dapat berpengaruh merusak
Terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas dan
kinerja, antara lain sebagai berikut.
1. Checklist
Checklists merupakan formulir yang digunakan untuk mencatat frekuensi kejadian
karakteristik produk dan jasa yang berhubungan dengan kualitas.
Headliner defects
Gambar : checklist
3. Pareto Charts
Pareto Charts merupakan bar charts dimana faktor di plot dengan urutan
frekuensi menurun sepanjang sumbu horizontal,sedangkan sumbu vertikal
menunjukkan frekuensi.
Gambar: Pareto Chart
4. Scatter Diagrams
6. Graphs
Graphs menunjukkan data pada berbagai variasi format, seperti garis atau pie.
I. Quality Circle
Quality circle adalah suatu kelompok pekerja dan supervisor dal bidang yang
sama yang membicarakan masalah produksi. Quality circle dikembangkan oleh
Kaoru Ishikawa di Jepang tahun 1960-an. Process Improvement Team terdiri dari
anggota funga arau departemen yang saling berhubungan yang mengatur suatu
proses.
Quality circle biasanya dibentuk dari tenaga ahli yang terdapat dalam
organisasi yang dinilai mempunyai kemampuan, dedikasi, dan loyalitas pada
organisasi untuk membantu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
organisasi Quality circle merupakan kelompok kecil yang menjadi gugus tugas
penting dalam organisasi.
ISO 9000 standard tidak berbicara tentang kualitas aktual produk, tetapi
memberikan indikasi kepada pelanggan bahwa perusahaan dapat memberikan
dokumentasi untuk mendukung apabila terdapat klaim terhadap kualitas.
ISO 9000 Standard terdiri dari lima dokumen, yaitu sebagai berikut:
a. ISO 9000, merupakan penjelasan menyeluruh dalam garis besar yang memberi
pedoman untuk seleksi dan menggunakan standar lainnya.
b. ISO 9001, yaitu standar yang memfokus pada 20 aspek program kualitas
perusahaan yang mendesain, menghasilkan, merakit, dan melayani produk. Aspek
ini mencakup tanggung jawab manajemen, dokumentasi sistem kualitas,
pembelian, desain produk, inspeksi, pelatihan, dan tindakan koreksi. Ini
merupakan standar yang komprehensif dan sulit dicapai.
c. ISO 9002, mencakup bidang yang sama bagi perusahaan yang mempunyai
aktivitas di lokasi lain.
d. ISO 9003, mempunyai lingkup terbatas dan ditujukan hanya untuk proses
produksi
BAB III
UMPAN BALIK
Pelaksanaan kinerja dalam proses pencapaian tujuan organisasi perlu
dimonitor dan dikendalikan, untuk dapat mengetahui secara lebih dini apabila
terjadi penyimpangan dari rencana. Untuk keperluan tersebut, diperlukan adanya
umpan balik dari proses pelaksanaan sehingga pemimpin dapat membuat
pertimbangan dan langkah yang diperlukan untuk mengoreksi penyimpangan agar
tujuan organisasi tetap dapat dicapai pada waktunya.
Umpan balik pada awalnya bersifat top-down, di mana a menyampaikan
penilaiannya atas kinerja bawahan sehingga diharapkis bawahan dapat
memperbaiki kinerjanya seperti diharapkan alasan Namur kemudian berkembang
pengertian bahwa umpan balik dapat datams daily semua arah, baik dari atas, dari
samping maupun dari bawah
A. Pengertian
Umpan balik dapat didefinisikan sebagai informasi tentang perilaku masa
lalu, disampaikan sekarang, yang mungkin memengaruhi perilaku di waktu yang
akan datang. Umpan balik menjadi tanggung jawab manajer dan pekerja karena
keduanya memperoleh manfaat dari komunikasi yang jelas dan sedang
berlangsung (Schwartz, 1999: 43).
Pandangan lain mengemukakan bahwa umpan balik adalah merupakan
informasi objektif tentang kinerja individual atau kolektif. Kinerja setiap orang
dimonitor, didata, dan dilaporkan kepada atasan sebagai umpan balik (Kreitner
dan Kinicki, 2001: 273).
Data seperti jumlah barang terjual, jumlah hari mangkir, rupiah dihemnat,
proyek terselesaikan, pelanggan terpuaskan, kualitas barang ditolak, merupakan
contoh data umpan balik objektif. Sementara itu, penilaian bahwa "pekerjaan
Anda jelek", atau "Anda terlalu malas", arau "kami benar-benar menghargai kerja
keras anda", merupakan contoh unapan balik yang bukan bersifat objektif.
Dari pandangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya,
umpan balik adalah informasi tentang proses pelaksanaan kinerja individu,
kelompok, atau organisasi dalam rangka pencapaian tujuan.
Umpan balik pada tingkat organisasi berkenaan dengan monitoring apakah
terjadi deviasi antara rencana dengan pelaksanaan dan memprediksi pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila terjadi deviasi, perlu ditetapkan
tindakan yang harus dilakukan untuk mengoreksinya sehingga tujuan tetap dapat
dicapai.
Umpan balik pada tingkat individu dan kelompok dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan individu atau kelompok tersebut dalam
menyelesaikan tugasnya. Apabila kinerjanya di bawah standar yang telah
ditentukan, dapat dilakukan koreksi terhadap perilaku pekerja atau dengan
meningkatkan kemampuan karyawan melalui pelatihan dan pengembangan.
B. Fungsi Umpan Balik
Umpan balik melakukan dua fungsi bagi mereka yang menerimanya, yaitu
fungsi instruksional dan fungsi motivasional. Umpan balik bersifat instruksional
apabila mengklarifikasi atau memperjelas peran atau mengajarkan perilaku baru.
Misalkan seorang manajer memberikan teguran kepada bawahan yang tidak dapat
memenuhi target pekerjaan yang diberikan kepadanya. Manajer memberikan
petunjuk kepada bawahan tentang bagaimana memperbaiki kinerjanya. Manajer
dapat memberikan coaching kepada karyawannya dan apabila diperlukan
mengirimkan untuk mengikuti pelatihan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Sebaliknya, umpan balik bersifat memotivasi apabila digunakan sebagai
alat untuk memberikan reward atau menjanjikan reward. Fungsi umpan balik
dapat meningkat secara signifikan dengan menyandingkan tujuan spesifik yang
menantang dengan umpan balik spesifik.
Apabila umpan balik positif dihargai, akan meningkatkan motivasi
karyawan untuk lebih berprestasi. Memberi dan menerima umpan balik dalam
pekerjaan sudah merupakan gagasan biasa sekarang ini. Semakin banyak umpan
balik diterima anggota organisasi semakin baik. Pada dasarnya umpan balik
berjalan secara otomatis Pemimpin hanya perlu memotivasi untuk
memberikannya.
Model umpan balik dikemukakan oleh Kreitner dan Kinicki (2001: 274)
dengan menggambarkan hubungan antara sumber umpan balik. penerima umpan
balik dan manfaat perilaku yang diharapkan, sebagaimana digambarkan di bawah
ini.
Gambar: Proses Model Umpan Balik
1. Sumber Umpan Balik
Secara otomatis pekerja akan mendapatkan umpan balik dari rekan sekerja,
supervisor, bawahan dan orang dari luar organisasi seperti pelanggan atau
pemasok. Di samping itu, tugas yang dila kan pekerja sering kali merupakan
sumber umpan balik yang objektif. Tugas yang memerlukan keterampilan seperti
pemrograman komputer atau pendaratan pesawat memberikan umpan balik secara
tetap tentang seberapa baik atau seberapa jelek pekerjaan tersebut dilakukan.
Sumber umpan balik ketiga adalah dirinya sendiri, tetapi sumber ini mengandung
kemungkinan terjadinya masalah bias dan persepsi. Mereka yang memiliki
percaya diri tinggi cenderung percaya pada umpan balik pribadi daripada mereka
yang percaya dirinya rendah. Meskipun situasi sangat bervariasi, pekerja dapat
diberi umpan balik terus-menerus dari ketiga sumber umpan balik tersebutsecara
bersamaan
Umpan balik dapat memberikan tanda positif atau negatif. Pada umumnya,
orang cenderung memersepsikan dan mengingat umpan balik positif lebih akurat
dari pada umpan balik negatif. Akan tetapi, umpan balik dengan tanda negatif
dapat mempunyai dampak motivasi positif. Mereka yang menerima umpan balik
positif kelihatannya kurang termotivasi untuk melakukan dengan lebih baik.
Namun demikian, umpan balik perlu diadministrasikan dengan baik untuk
mencegah timbulnya ketidakamanan dan sikap kepasrahan Self aficacy juga dapat
rusak karena umpan balik negatif Self-aficacy adalah suatu perasaan yang timbul
pada seseorang bahwa dirinya mampu untuk menyelesaikan tugasnya.
c. Evaluasi Kognitif Penerima
Atas penerimaan umpan balik, orang secara kognitif mengevaluasi faktor
seperti akurasinya, kredibilitas sumber, kejujuran sistem, harapan atas reward
kinerja dan standar yang masuk akal. Seriap umpan batik yang gagal memperjelas
satu atau lebih cintangan kognitif tadi akan ditolak. Pengalaman pribadi sebagian
terbesar menentukan bagaimana faktor tersebut dibobot
Umpan balik dari sumber yang menunjukkan favoritisme dan tergantung
pada standar perilaku yang tidak masuk akal akan dicurigal Umpan balik harus
memperkuat usaha kinerja apabila memotivasi perilaku yang diinginkan.
3. Hasil Perilaku Umpan Balik
Umpan balik berhubungan erat dengan proses penetapan tujuan,
menyangkut hasil perilaku yang sama, yaitu berupa: arah, usaha, dan ketekunan
Kemungkinan hasil keempat umpan balik adalah timbulnya resistensi Untuk itu
perlu dilakukan sosialisasi sebelumnya agar penerima umpan balik tidak
berperilaku negatif apabila umpan balik yang diterima kurang menyenangkan.
C. Umpan Balik Nontradisional
Secara tradisional umpan balik berasal dari atasan kepada bawahan, atau
bersifat top-down. Atasan memberikan penilaian kepada bawahan sehingga dapat
dipergunakan bawahan untuk memperbaiki kinerjanya. Akhir-akhir ini
berkembang pendekatan nontradisional yangmenunjukkan bahwa umpan balik
bukan hanya dari atas ke bawah dan adanya beberapa sumber umpan balik.
Kreitner dan Kinicki membahas adanya upward feedback (umpan balik ke atas)
dan 360-Degree Feedback (umpan balik 360 derajat). Greenberg dan Baron lebih
menyoroti 360 Degree Feedback, sedangkan Bacal (1999:149) menyebutkan
adanya empat pendekatan dalam menentukan umpan balik: 360-Degree Feedback,
Bidirectional Evaluation, Effectiveness Enhancement Systems, dan Using your
head no system. Pendekatan 360 Degree Feedback melibatkan banyak sumber
umpan balik. Bukan hanya dari pimpinan tertinggi, tetapi juga dari atasan
langsung, bawahan, rekan kerja, dan bahkan orang luar seperti pelanggan.
Ada enam alasan bagi tumbuhnya umpan balik nontradisional, yaitu
sebagai berikut:
1. Sistem penilaian kinerja tradisional menciptakan ketidakpuasan yang
sangat luas di kalangan pekerja.
2. Struktur organisasi berbasis tim menggantikan struktur hierarki tradisional.
Kecenderungan ini memerlukan manajer yang mempunyai interpersonal
skills baik dan yang paling baik apabila dievaluasi oleh anggota tim
3. Multiple-rater system atau sistem penital jamak dinilai membuat umpan
balik lebih sah atau valid daripada umpan balik bersumber tunggal
4. Teknologi jaringan komputer canggih sangat memfasilitasi pemakaian
multiple rater system
5. Umpan balik dari bawah ke atas berhubungan baik dengan kecenderungan
manajemen partisipatif dan pemberdayaan pekerja
6. Rekan kerja dan bawahan dinyatakan mengetahui lebih banyak tentang
Umpan balik ke atas memberikan kesempatan kepada bawahan memberi
umpan balik tentang gaya dan kinerja manajer, bawahan kekuatan dan
keterbatasan manajer daripada pemimpin tertinggi.
Kunci untuk memahami umpan balik yang anda terima adalah membahas
pengingkaran dan menerima bahwa persepsi orang lain adalah suatu realitas.
Pengalaman menganjurkan bahwa pendekatan paling produktif untuk menangani
umpan balik adalah mengasumsikan bahwa hal tersebut nyata. Setelah melihat
umpan balik yang diterima atas instruksi yang telah dikeluarkan, orang
beranggapan bahwa instruksinya sudah benar dan umpan baliknya salah.
Masalahnya bukan pada instruksinya, tetapi terletak pada yang menerima instruksi
kurang memahami.
2. Balance (Seimbang)
Ketika menerima umpan balik, perilaku reaktif bersifat kontra produktif.
Akan tetapi, perilaku produktif tidak selalu sekadar lawan dari perilaku kontra
produktif Contoh, perilaku kontra produktif adalah rasionalisasi. Ketika orang
terlalu rasional terhadap umpan balik yang mereka terima, mereka meyakinkan
bahwa tidak ada yang salah,
Akan tetapi, perilaku sebaliknya menempatkan umpan balik secara harfiah
juga kontra produktif. Contoh, beberapa orang menerima umpan balik apa adanya
tanpa mempertimbangkan alasan mengapa umpan balik mungkin salah, atau
mereka membaca umpan balik melebihi dari maksud sebenarnya.
Menyeimbangkan reaksi anda yang normal, tetapi kontra produktif
terhadap umpan balik adalah penting dalam menghadapi umpan balik secara
efektif. Seimbang adalah kunci untuk secara efektif menghadapi umpan balik.
Contoh, anda harus dapat menyeimbangkan antara rasionalisasi dan menempatkan
umpan balik terlalu harfiah Menghadapi umpan balik secara efektif memerlukan
rasionalisasi, tetapi juga perlu mengambil hasil seperti apa adanya. Mereka yang
paling efektif menghadapi umpan balik adalah mereka yang menjaga
keseimbangan yang tepat antara perilaku kontra produktif. Bagi kebanyakan
orang, keseimbangan ini sulit dicapai.
Ada empat strategi yang dapat dipergunakan untuk memroses umpan balik
yang memerlukan keseimbangan (Folkman, 2006:7):
a. Rationalization versus literal acceptance (rasional lawan penerimaan
secara harfiah).
Ketika orang merasionalkan hasil dari umpan balik mereka, mereka sering
berusaha membenarkan perilaku mereka, sambil menghindari sumber
pokok masalah. Untuk menerima umpan balik dari orang lain, anda harus
menyeimbangkan antara rasionalisasi dengan menerima umpan balik
terlalu harfiah. Orang tidak selalu menyetujui sepenuhnya arti dari hasil
umpan balik, karena kita merespons secara berbeda pada pengalaman yang
sama. Untuk menerima umpan balik, kita sering perlu menyeimbangkan
apa yang dikatakan orang sebagai perbedaan pendapat dari orang lain.
DAFTAR PUSTAKA