Semester : 4 (EMPAT)
Jurusan : MANAJEMEN
STIE CAKRAWALA
TA 2018 /2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan Rahmat dan
hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Lokasi Bisnis
Ritel” ini.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Ritel
Program Studi Manajemen STIE CAKRAWALA KARIMUN. Dalam penulisan
makalah ini kami banyak mengucapkan terima kasih kepada Ibu Zulaekah, S.E.,
M.pdi. selaku dosen pembimbing, serta rekan-rekan yang telah banyak membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
2.1 Kesempatan Bagi Peritel Lokal ................................................................ 3
2.2 Pertumbuhan Pasar Ritel .......................................................................... 4
2.2.1 Bidang yang mempengaruhi pertumbuhan pasar ritel ...................... 4
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ritel ................... 5
2.2.3 Pengaruh ritel terhadap pertumbuhan ekonomi ................................ 6
2.3 Peran Pemerintahan dalam Bisnis Ritel ................................................... 7
2.4 Siklus Bisnis Ritel .................................................................................... 8
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kesempatan bagi peritel lokal?
2. Bagaimana pertumbuhan pasar ritel?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam bisnis ritel?
4. Bagaimana siklus bisnis ritel?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kesempatan bagi peritel lokal
2. Mengetahui pertumbuhan pasar ritel
3. Mengetahui peran pemerintah dalam bisnis ritel
4. Mengetahui siklus bisnis ritel
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada para pembaca
berupa Pengetahuan mengenai perkembangan bisnis ritel di indonesia.
2
BAB II PEMBAHASAN
3
2.2 PERTUMBUHAN PASAR RITEL
Indonesia dapat menjadi surga bagi para peritel. Dengan jumlah
penduduk lebih dari 235 juta jiwa, Indonesia menjadi pasar yang sangat
menguntungkan. Tidak aneh jika pendirian ritel terus meningkat dari tahun ke
tahun.
Data AC Nielsen tahun 2008, diketahui bahwa pertumbuhan ritel modern
setiap tahunnya mencatat kisaran angka 10% - 30%.
Ritel sendiri sebenarnya merupakan mata rantai dalam proses distribusi
barang dan menjadi mata rantai terakhir dalam suatu proses distribusi.
Di Indonesia, ritel telah menjadi industri jasa yang sangat penting dalam
perekonomian. Ini terbukti dengan kontribusinya yang sangat besar. Bahkan kini
menempati posisi terbesar kedua terhadap pembentukan Gross Domestic Product
(GDP) setelah industri pengolahan.
Data BPS per Agustus 2011 menunjukkan bahwa sektor ini mampu
menyerap 23,4 juta tenaga kerja. Angka ini menempati posisi kedua setelah sektor
pertanian yang menampung 39,3 juta tenaga kerja usia di atas 15 tahun.
Ritel dalam arti modern, memang sudah lama berdiri di Indonesia. Sejak
runtuhnya orde baru, ritel modern langsung mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Sejak diterapkan kebijakan liberalisasi, pertumbuhan ritel modern
melonjak naik. Namun kebijakan yang dianggap mengancam ekonomi warga
karena tidak dibarengi dengan perlindungan serius kepada usaha kecil masyarakat.
Akibatnya ketimpangan dalam ranah persaingan sulit dihindari.
Pimpinan lembaga persaingan usaha di ASEAN berkumpul di
Yogyakarta untuk meningkatkan komitmen mereka dalam menciptakan wilayah
ekonomi yang berdaya saing tinggi dan bebas dari perilaku anti persaingan.
Peningkatan komitmen tersebut diwujudkan dalam penyelenggaraan kegiatan The
2nd ASEAN High Level Meeting on Competition (AHLMC) yang diadakan oleh
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pada tanggal 25 Juni 2012 di Hotel
Phoenix Yogyakarta.
Pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN terbilang cukup tinggi dan
memberi ruang arus investasi yang luar biasa. Namun kondisi ini membuka
peluang terjadinya penyalahgunaan posisi dominan (abuse of dominant position)
atau berkembangnya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Melalui
pertemuan tersebut, lembaga persaingan di ASEAN dapat menata pasar dengan
baik, sehingga mendapatkan keuntungan dan manfaat terhadap pertumbuhan
ekonomi di tingkat nasional dan daerah.
Pada awal tahun ini proyeksi pertumbuhan pasar ritel naik sebesar 9,5
persen. Peritel diperkirakan akan terus menambah gerainya, seiring dengan
masuknya merek-merek asing dan investor.Pasar ritel terus tumbuh sebagai akibat
dari perkembangan berbagai bidang. Pasar ritel yang tumbuh secara nesional tidak
saja menguntungkan peritel besar atau produsen barang ritel, melainkan juga para
peritel kecil yang melayani masyarakat setempat.
4
b. Pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat membuka lapangan kerja baru
yang cukup besar. Banyaknya karyawan baru diikuti oleh pasar ritel disebabkan
oleh munculnya permintaan akan barang dan jasa.
c. Bidang sosial budaya
Masyarakat yang semakin aktif dalam kehidupan sosial akan
meningkatkan aktivitas pengadaan barang dan jasa guna memfasilitasi kegiatan
mereka. Kegiatan “dugem” atau “dunia gemerlap” sebagai contoh pola kehidupan
sosial yang menuntut untuk selalu tampil fashionable melahirkan tumbuhnya
department store.
d. Kemajuan teknologi
Memberikan kesempatan kepada produsen untuk menawarkan produk
yang lebih memikat dengan cepat. Peritel mempunyai kesempatan menawarkan
produk baru sehingga produk yang baru berusia/berumur 1 tahun atau 6 bulan
setelah diluncurkan ke masyarakat kini menjadi kalah daya pikatnya sehingga
harganya perlu diturunkan. Produk baru menciptakan permintaan baru, sementara
penurunan harga produk model yang kalah bersaing meningkatkan permintaan.
e. Globalisasi
Gaya hidup adalah aspek kehidupan masyarakat yang dipengaruhi oleh
globalisasi, khususnya perkembangan yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat (infrastruktur yang berkembang akan memperbesar kesempatan
tumbuhnya pasar ritel).
f. Bidang hukum dan peraturan
- Dalam arti mendorong, misalnya peraturan tentang pembuatan atau
pembangunan usaha baru yang semakin mudah.
- Dalam arti menghambat, misalnya peraturan besarnya pajak yang
semakin meningkat.
5
pelanggan,oleh karena itu tidak memungkinkan peritel untuk memiliki
keunggulan kompetitif dalam segment menentukan target pasar baik secara
kualitas produk,harga,promosi untuk mendorong dan menarik hati konsumen
memiliki produk dan jasa yang disukainya.
c. Persaingan
Bisnis ritel saat ini berkembang sangat pesat seiring dengan bergesernya
gaya hidup tradisional ke modern oleh karenanya peluang emas ini dimanfaatkan
oleh peritel-peritel yang mempunyai modal besar dan dengan kemampuan
management Ritel modern baik Jaringan maupun sendirian ( stay lone )serta
berkemampuan mencari modal asing seperti jaringan minimarket maupun
Hipermarket asing yang sudah ada saat ini,maka salah satu caranya untuk
menumbuhkan kekuatan persaingan perusahaan ialah dengan mengadopsi suatu
teknologi informasi guna dapat memantapkan dan memastikan kecepatan
informasi sampai pada level top manajemen. Informasi yang didapatkan harus
cepat, tepat dan efisien sehingga mendukung kebijakan-kebijakan strategis yang
diputuskan oleh top manajemen.
d. SDM
Sangat penting untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan di
bidang manajemen ritel yang akan menambah kesiapan pengelola ritel tradisional
maupun ritel modern pada umumnya dalam mengimplementasikan semua
pengetahuan dan konsep manajemen ritel modern secara terintegrasi khususnya
bagi kesiapan dalam mengelola bisnis ritel modern slaka kecil dan menengah
secara mandiri maupun apabila terjun sebagai bagian dari manajemen suatu
perusahaan ritel skala menengah dan besar.
e. Profitabilitas
Peritel mempunyai keuntungan yang berlipat dari bisnis yang peritel
jalankan jika ditekuni dengan sungguh-sungguh.selain faktor keuntungan fakta
membuktikan bahwa bisnis ritel tumbuh dengan pesat sepanjang jaman,bisnis ritel
merupakan mata pencaharian yang paling banyak ditemui dalam kehidupan
sehari-hari,umur bisnis ritel atau berdagang juga paling panjang di banding sektor
lain,orang berdagang sudah ada sejak jaman dahulu sebelum modernisasi.
6
4. Merugikan para produsen grosir di kota maupun daerah.
7
perpasaran swasta. Dalam pasal ini ditentukan mengenai jarak sarana/tempat
usaha sebagai berikut :
a. Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya 100 m2 s.d 200 m2 harus
berjarak radius 0,5 km dari pasar lingkungan dan terletak di sisi jalan
lingkungan/kolektor/arteri;
b. Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 200 m2 harus berjarak
radius 1,0 km dari pasar lingkungan dan letak di sisi jalan kolektor/arteri;
c. Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 1000 m2 s.d 2000 m2
harus berjarak radius 1,5 km dari pasar lingkungan dan letak di sisi jalan
kolektor/arteri;
d. Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 2000 m2 s.d 4000 m2
harus berjarak radius 2 km dari pasar lingkungan dan letak di sisi jalan
kolektor/arteri;
e. Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 4000 m2 harus berjarak
2,5 km dari pasar lingkungan dan harus terletak di sisi jalan kolektor/arteri.
Peraturan yang membatasi operasional pusat perbelanjaan dan toko
modern tersebut secara tidak langsung mengakibatkan terhambatnya kegiatan
berusaha dan berinovasi. Hal ini kurang sejalan dengan misi KPPU ( Komisi
Pengawas Persaiangan Usaha ) yaitu menegakkan hukum persaingan dengan jalan
menjamin kebebasan berusaha dan melakukan inovasi guna bertahan dalam pasar
kompetisi, tidak terkecuali bagi pelaku usaha besar. Salah satu tujuan dibentuknya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (“UU 5/1999”) adalah untuk mewujudkan iklim
usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga
menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha
besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil. Terlebih lagi, persaingan
usaha berasaskan pada demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan
antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.
Nasionalisme penting, namun demokrasi ekonomi lebih penting karena
dijamin oleh konstitusi. Oleh karena itu, penerapan Perpres 112/2007 seyogyanya
sejalan dengan implementasi UU 5/1999. Tidak ada yang salah dengan peraturan
yang bersifat teknis seperti Perpres 112/2007, namun pemerintah perlu
mempertimbangkan seberapa efektif peraturan tersebut dapat diimplementasikan,
siapa pihak yang berwenang melakukan pengawasan, dan seberapa siap pihak
tersebut melakukan pengawasan. Karena dalam praktiknya, beberapa Pemerintah
Daerah (terutama Pemerintah Kabupaten/Kota) sebagai pihak yang terjun
langsung di lapangan belum melakukan tugas dan fungsinya dengan baik sehingga
pelaksanaan Perpres 112/2007 menjadi bias. Sektor industri ritel merupakan
sektor industri yang krusial bagi negara, karena perekonomian nasional banyak
dipengaruhi oleh keberlangsungan industri ini. Terlebih lagi mengingat pasar
Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial dengan jumlah konsumen dan
tingkat konsumsi yang sangat tinggi dan terus meningkat. Pertumbuhan konsumen
dan persaingan usaha merupakan satu-kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga
keduanya perlu dilindungi oleh peraturan perundang-undangan. Hal ini
merupakan konsekuensi logis dari tujuan dibentuknya UU 5/1999, yaitu untuk
menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; serta
mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha
8
yang sehat sehingga menjamin kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi
pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
1 = Departemen store
2 = Discount store
3 = Superstore
4 = Warehouse club
Low margin
Low price
Low Status
9
fasilitas dan perabot toko, serta menambahkan beberapa layanan ke beberapa
konsumen. Meraka memperoleh margin yang tinggi, harga yang tinggi, dan status
peritel yang juga tinggi, dan dengan segera meninggalkan posisi mereka yang
semula low-margin, low-price, dan low-status. Kondisi itu akan terus berputar
sebagaimana siklusnya.
Peputaran usaha ritel seperti ditunjukan pada gambar diatas bisa
menjelaskan perkembangan bisnis retailing seperti supermarket dan toko diskon,
serta menjelaskan bagaimana keduanya harus bersaing menghadapi warehouse
club dan warehouse store. Namum, hipotesis itu tidak bisa menjelaskan evolusi
dan pertumbuhan pusat-pusat perbelanjaan yang ada di daerah sub-urban. Mereka
sudah muncul sebagai institusi ritel yang high-margin, high-price dan high-status.
Hipotesis itu juga tidak bisa digunakan untuk meramalkan secara spesifik jenis
ritel mana yang akan muncul dan kapan mereka muncul sebagai pemain baru
dalam industri retailing.
Indonesia yang memiliki potensi yang sangat besar bagi pasar ritel.
Dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat didunia, tidak heran banyak peritel
asing mengincar pasar ritel di Indonesia. Krisis moneter memberikan peluang
yang sangat besar bagi peritel asing untuk masuk ke Indonesia. Dengan tukar
rupiah yang sangat lemah, mereka memiliki keleluasaan untuk melakukan
ekspansi maupun pembelian saham peritel lokal. Hingga saat ini, setidaknya
tercatat beberapa peritel asing yang gencarmelakukan ekspansi atau menjalin
partnership dengan peritel lokal, misalnya grup carrefour-Promodes yang
mendirikan Paserba Carrefour, Royal Ahold membuka Tops (sebelumnya Ahold
bermitra dengan PSP Food Ritel), Lions dengan Superindo, Dairy Farm dengan
Hero, dan IGA melakukan kerja sama teknis dengan Matahari.
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasar ritel bisa terus tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai
bidang, pasar ritel yang tumbuh secara nasional tidak saja menguntungkan peritel
besar atau produsen barang ritel melainkan juga para peritel kecil yang melayani
mayarakat setempat. Bidang pertama yang memengaruhi pertumbuhan pasar ritel
adalah perkembangan demografi. Jumlah penduduk yang bertambah
menyebabkan semua barang dan jasa meningkat.
Siklus usaha ritel (the wheel of retailing) adalah suatu hipotesis yang
menjelaskan munculnya institusi ritel yang baru, dan mundurnya ritel yang lama,
yang selanjutnya digantikan oleh institusi ritel yang lebih baru lagi. Menurut
hipotesis tersebut, institusi ritel baru akan masuk ke pasar dengan posisi low-
margin, low-price, low-status.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Berman, Barry, & Evan, Joel R., (2006) Retail Management : A Strategic
Approach 10th ed., Pearson International Edition, New Jersey
2. Futrell, Charles M., (2001), Sales Management: Teamwork, Leadership,
and Technology 6th ed., Harcourt College Publishing, Texas.
3. Levy, Michael & Weitz, Barton A (2007), Retailing Management, 6th
Edition. New York: McGraw-Hill
4. Pannen, Paulina & Purwanto, (2005). Penulisan Bahan Ajar. Jakarta:
PAU-PAI, Universitas Terbuka
5. Sopiah & Syihabudhin, (2008), Manajemen Bisnis Ritel. Yogyakarta:
Penerbit Andi
6. Utami, Christina W. (2006), Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi
Ritel Modern, Jakarta: Salemba Empat.
7. Yuniarsih, Tjutju & Suwanto, (2008), Manajemen Sumber Daya Manusia:
Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian, Bandung: Alfabeta
12