Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MANDIRI

Makalah Ekonomi Pembangunan

Tentang Kondisi Ekonomi Kabupaten Karimun

Dosen : Kiki Herliza,S.T.,M.M

Mata Kuliah : Statistik 1

Nama : ANGGITA SITORUS

Semester : 5 (lima)

Jurusan : MANAJEMEN

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Cakrawala Karimun

STIE CAKRAWALA

TA 2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul: Statistika Inferensial (Populasi dan Sampel, Teknik
Sampling, dan Jenis Hipotesis).
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Statistika 1 dengan
dosen pengampu Kiki Herliza,S.T.,M.M Penyusun mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih banyak
kekurangan baik isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perkembangan
penyempurnaan makalah ini.

Karimun November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .............................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Statistika Inferensial ............................................................................. 3
B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 4
C. Teknik Sampling .................................................................................. 8
D. Jenis Hipotesis ..................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 18
A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai manusia dengan hakikatnya yaitu makhluk sosial, tentu dalam
kehidupan sehari-hari kita berhadapan dengan jutaan bahkan ratusan juta
manusia. Cara terbaik untuk mengetahui bagaimana pendapat masyarakat
adalah dengan menanyakan semua orang, yang dikenal dengan teknik sensus.
Akan tetapi, cara ini hampir tidak mungkin dilakukan untuk mewawancarai
puluhan atau ratusan juta orang dikarenakan membutuhkan waktu berbulan-
bulan. Satu-satunya cara untuk mengetahui pendapat masyarakat dengan cara
yang cepat adalah dengan menarik sampel dari populasi. Kita tidak
mewawancari semua anggota masyarakat, tetapi hanya sebagian saja dari
populasi (masyarakat) itu. Terdapat banyak teknik pengambilan sampel yang
dapat dilakukan. Jika dilakukan dengan teknik dan metode yang benar,
mewawancarai sedikit orang bisa menggambarkan pendapat semua anggota
populasi (masyarakat).
Bertemali dari pemaparan diatas, peranan sampel terlihat begitu sangat
penting. Hal ini juga yang membantu para peneliti melakukan penelitian pada
populasi atau kelompok yang besar. Selain itu, baik data yang didapat pada
populasi ataupun sampel dapat dijadikan hipotesis untuk penelitian. Oleh
karena itu, dalam makalah yang sederhana ini penyusun akan membahas
tentang statistika inferensial (populasi dan sampel, teknik sampling, dan jenis
hipotesis).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian statistika inferensial?
2. Apa pengertian populasi dan sampel?
3. Apa saja teknik sampling?
4. Apa pengertian hipotesis?
5. Apa saja jenis-jenis hipotesis?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami pengertian statistika inferensial
2. Mengetahui dan memahami pengertian populasi dan sampel
3. Mengetahui dan memahami teknik sampling
4. Mengetahui dan memahami pengertian hipotesis
5. Mengetahui dan memahami jenis-jenis hipotesis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Statistika Inferensial
Statistika inferensial yaitu metode yang berhubungan dengan analisis data
pada sampel dan hasilnya dipakai untuk generalisasi pada populasi. Penggunaan
statistika inferensial didasarkan pada peluang (probability) dan sampel yang
dianalisis diperoleh secara acak dan random (Nisfiannoor, 2009: 4). Menurut
Naga dalam Nisfiannoor (2009: 4) menyatakan bahwa tugas dari statistika
inferensial adalah melakukan estimasi, menguji hipotesis, dan mengambil
keputusan.
Menurut Subagyo dan Djarwanto (2005: 2) menyatakan statistika induktif
adalah bagian statistika yang membahas analisis dan penyimpulan dari hasil
analisis ini. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil analisis yang dilakukan
terhadap data yang sudah terkumpul.
Nisfiannoor, (2009: 4) mengemukakan penggolongan statistika inferensial
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Statistika Paramterik
Penggunaan teknik statistika parametrik didasarkan pada asumsi bahwa
data yang diambil mempunyai distribusi normal dan jenis data yang
digunakan interval atau rasio.
2. Statistika non-Parametrik
Penggunaan statistika nonparametrik tidak mengharuskan data yang
diambil mempunyai distribusi normal dan jenis data yang digunakan
dapat nominal dan ordinal.
Cara analisis yang dilakukan bermacam-macam, misalnya estimasi,
pengujian hipotesis, regresi dan korelasi. Secara lebih lengkap, pokok-pokok
pembahasan yang dikemukakan didalam statistika indukatif adalah:
1. Probabilitas
2. Kurva normal
3. Sampling dan distribusi sampling
4. Estimasi (pendugaan) harga parameter

3
5. Uji hipotesis, baik sederhana, perbandingan antara dua nilai, bagi mean
maupun proporsi.
6. Regresi, termasuk pengujian signifikansi dan penggunaanya untuk
prediksi.
7. Korelasi (Subagyo dan Djarwanto, 2005: 2)

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2013:80). Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada
pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup
yang akan diteliti (Nanang, 2012: 74). Populasi adalah wilayah generalisasi
berupa subjek atau objek yang diteliti untuk dipelajari dan diambil
kesimpulan (Neolaka, 2014: 90). Dari penjelasan para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa populasi adalah objek pada suatu wilayah yang
memiliki karakteristik tertentu untuk diteliti.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan
individu penelitian. Supaya lebih obyektif istilah individu sebaiknya diganti
istilah subyek dan atau obyek (Sugiyono, 2013: 80). Sampel merupakan
bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan
diteliti (Nanang, 2012: 74). Sampel adalah sebagian dari populasi yang
diteliti (Neolaka, 2014: 90). Dari penjelasan para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa sampel adalah suatu objek atau kelompok dimana hal
tersebut masih bagian dari populasi.
Untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk
memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian
eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan

4
untuk penelitian survei jumlah sampel minimum adalah 100
(www.scrib.com/doc/78134465/populasi &sampel/06/8/13).
a. Roscoe (dalam Nanang Martono, 2012: 81) memberikan saran
mengenai jumlah sampel untuk penelitian:
1) Ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai 500.
2) Bila sampel dibagi dalam beberapa kategori, maka jumlah sampel
untuk setiap kategori minimal adalah 30.
3) Bila dalam penelitian akan melakukan analisis multivariate (lebih
dari dua variable; variable independen dan dependen), maka jumlah
anggota sampel minimal adalah k10 kali dari jumlah varibel yang
diteliti. Misalnya: jumlah variable adalah 5, maka jumlah sampel
nya adalah 5 x 10 = 50.
4) Untuk penelitian eksperimen sederhana yang menggunakan
kelompok control dan kelompok eksperimen, maka jumlah sampel
untuk setiap kelompok adalah antara 10 sampai 20.
b. Petunjuk-petunjuk untuk Mengambil Sampel
1) Daerah generalisasi
Menentukan terlebih dahulu luas populasi sebagai daerah
generalisasi selanjutnya menentukan sampel sebagai daerah
penelitian.
Contoh: kalau yang diselidiki hanya satu kelas saja, jangan diperluas
sampai kelas-kelas, apalagi sampai menyimpulkan untuk sekolah-
sekolah lain.
2) Penegasan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya
Menentukan terlebih dahulu luas dan sifat-sifat populasi, dan
memberikan batas-batas yang tegas, selanjutnya menetapkan
sampel. Jadi penetapan populasi yang harus lebih dahulu
diutamakan, baru kemudian sampel.
3) Sumber-sumber informasi tentang populasi
Meneliti kembali validitas (kesahihah)nya sumber dan informasi
yang diperoleh.

5
Contoh: Data pada tahun 2000 masih dipakai sebagai sumber untuk
tahun 2017.
4) Besar kecilnya sampel
Seyogianya jumlah sampel harus lebih banyak daripada
sedikit/kurang.
5) Teknik sampling
Menentukan teknik pengambilan sampel yang tepat sesuai dengan
populasi sasaran yang diteliti (Narbuko dan Achmadi, 2013: 108).
c. Metode Pengambilan Sampel
1) Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh
populasi yang diteliti.
2) Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukan
penyimpangan baku dari taksiran yang diperoleh.
3) Sederhana, sehingga, mudah dilaksanakan
4) Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya
serendah-rendahnya (Teken dalam Nanang Martono, 2012: 80).
d. Cara Menentukan Jumlah Sampel
Dalam Neolaka (2014: 91) beberapa rumus untuk menentukan
jumlah sampel adalah sebagai berikut:
1) Jika ukuran populasinya diketahui dengan pasti, dapat digunakan
Rumus Slovin seperti dibawah ini
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 𝑒2
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
ditolerir, misal 5%. Batas kesalahan yang ditolerir untuk
setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%, 5%
atau 10%.
2) Jika ukuran populasinya besar yang didapat dari pendugaan proporsi
populasi, dapat digunakan Rumus Yamene seperti dibawah ini

6
𝑁
𝑛=
𝑁 𝑑2 + 1
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
d = batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang
digunakan. Nilai presesi 95% atau signifikan pada 5%.
3) Penentuan ukuran/jumlah sampel menggunakan Tabel Isaac &
Michael.
Isaac dan Michael (1984) telah menghitung ukuran sampling dari
jumlah populasi 10 sampai 1.000.000. Hasil penghitungan ukuran
sampel tersebut telah diranngkum pada sebuah tabel. Ukuran sampel
ditetapkan pada taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%. Sebagai contoh,
apabila terdapat jumlah populasi (N) sebanyak 1000, pada taraf
kesalahan 1% diperlukan jumlah sampel (s) sebanyak 399
sedangkan pada taraf kesalahan 5% diperlukan jumlah sampel
sebanyak 258.

e. Karakteristik Sampel yang Baik


1) Sebuah sampel yang baik adalah sampel mewakili populasi yang
sesuai dengan sifat-sifatnya.

7
2) Sampel yang baik adalah sampel bebas dari bias, sampel tidak
memunculkan prasangka imajinasi dari peneliti untuk
mempengaruhi pilihan.
3) Sampel yang baik adalah sampel yang objektif, hal ini meliputi
objektivitas dalam memilih prosedur atau tidak adanya unsur-unsur
subjektif dari situasi.
4) Sampel yang baik menjaga akurasi, sampel sebaiknya menghasilkan
perkiraan yang akurat secara statistic dan tidak menimbulkan
kesalahan dalam pengambilan kesimpulan.
5) Sampel yang baik bersifat komprehensif. Karakter ini berhubungan
erat dengan keterwakilan yang benar. Kelengkapan merupakan
kualitas sampel yang ditentukan oleh tujuan khusus penelitian.
6) Sampel yang baik lebih ekonomis dari tenaga, waktu dan biaya
7) Subjek yang menjadi sampel yang baik mudah didekati. Instrument
dapat penelitian dapat diberikan pada sampel sehingga data dapat
dikumpulkan dengan mudah.
8) Ukuran sampel baik adalah sedemikian rupa sehingga menghasilkan
hasil yang akurat sehingga peluang terjadinya kesalahan dapat
diperkirakan.
9) Sampel yang baik membuat penelitian menjadi lebih layak
10) Sampel yang baik memiliki kepraktisan untuk situasi penelitian
(Singh dalam Nanang Martono, 2012: 81-82).

C. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan metode atau cara menentukan sampel dan
besar sampel. Setiap jenis penelitian membutuhkan teknik sampling atau teknik
pengambilan sampel yang tepat sesuai dengan populasi sasaran yang akan
diteliti. Untuk menentukan berapa sampel yang akan diambil, maka dapat
menggunakan beberapa teknik sampling atau teknik pengambilan sampel.
Kegunaan teknik sampling adalah untuk menaksir (estimasi) parameter
statistik, dan mendapatkan data untuk uji hipotesis, serta pengambilan

8
keputusan. Ada dua teknik pengambilan sampel, yaitu teknik Probability
Sampling dan Non-Probability Sampling.
1. Probability Sampling
Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk
menjadi sampel. Pengambilan sampel dimana elemen yang terpilih
berdasarkan “hukum kebetulan”. Ada beberapa teknik probability
sampling, yaitu:
a. Simple Random Sampling
Teknik simple random sampling adalah teknik yang paling sederhana
(simpel). Sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan
yang ada dalam populasi. Simple random sampling dengan
undian/system, table bilangan random.
Contoh: populasi adalah siswa SD Negeri 20 Jakarta yang berjumlah
500 orang. Jumlah sampel ditentukan dengan table Isaac dan Michael
dengan tingkat kesalahan adalah sebesar 5% sehingga jumlah sampel
ditentukan sebesar 205. Jumlah sampel 205 ini selanjutnya diambil
secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia, dan jenis kelamin.
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini hamper sama dengan simple random sampling, namun
penentuan sampelnya memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam
populasi.
Contoh: populasi adalah karyawan PT ABC berjumlah 125. Dengan
rumus slovin dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah
95. Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi,
dan penjualan) yang masing-masing berjumlah: marketing 15 orang,
produksi 75 orang, dan penjualan 35 orang.
Maka jumlah sampel yang diambil berdasarkan masing-masing bagian
tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas/jumlah
populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan.
Marketing : 15 / 125 x 95 = 11,4 dibulatkan 11
Produksi : 75 / 125 x 95 = 57

9
Penjualan : 35 / 125 x 95 = 26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sampel kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 =
95 sampel. Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti
adalah heterogen (tidak sejenis) yang dalam hal ini berbeda dalam hal
bidang kerja sehingga besaran sampel pada masing-masing strata atau
kelompok diambil secara proporsional untuk memperolehnya.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini teknik yang hampir mirip dengan proportionate stratified
random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun
ketidakproporsionalan penentuan sampel didasarkan pada pertimbangan
jika anggota populasi berstrata, namun kurang proporsional
pembagiannya.
Contoh: populasi karyawan PT ABC berjumlah 1000 orang yang
berstrata berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, D3, S1 dan S2.
Namun jumlah nya sangat tidak seimbang yaitu: SMP 100 orang, SMA
700 orang, D3 180 orang, S1 10 orang dan S2 10 orang.
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak
seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga
dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel.
d. Cluster Sampling
Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau
populasi sangat luas misalnya penduduk suatu provinsi, kabupaten, atau
karyawan perusahaan yang tersebar diseluruh provinsi. Untuk
menentukan nama yang dijadikan sampelnya, maka wilayah populasi
terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah
sampel yang digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan
menggunakan teknik proporsional stratatified random sampling
mengingat jumlahnya yang bias saja berbeda.
Contoh: peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar
mengajar di tingkat SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA
seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam
berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan

10
sebagai berikut. Tahap pertama adalah menentukan sampel daerah.
Misalnya ditentukan secara acak 10 provinsi yang akan dijadikan daerah
sampel. Tahap kedua mengambil sampel SMU di tingkat provinsi secara
acak yang selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri
dari kabupaten/kota, maka diambil secara acak SMU tingkat kabupaten
yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut kabupaten sampel), dan
seterusnya, sampai tingkat kelurahan/desa yang akan dijadikan sampel.
Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel
ini diharapkan akan menggambarkan keseluruhan populasi secara
keseluruhan.
e. Multi-Stage Sampling
Dalam penelitian sosial yang sering nyata diterapkan, akan
menggunakan metode pengambilan sampel yang jauh lebih rumit
daripada variasi sederhana. Prinsip yang paling penting di sini adalah
bahwa kita dapat menggabungkan beberapa metode sederhana yang
telah dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu akan sangat berguna dan
membantu memenuhi kebutuhan sampel penelitian social manakala
dibutuhkan penggabungan metode pengambilan sampel, dengan cara
yang paling efisien dan efektif mungkin maka dapat dipilih. Ketika ada
upaya menggabungkan metode pengambilan sampel seperti nini disebut
sampling multi-stage.

2. Non-Probability Sampling
Non-Probability sampling artinya setiap anggota populasi tidak memiliki
kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Pengambilan sampel
dilakukan dengan tidak memperhitungkan “hukum kebetulan”. Ada
beberapa teknik non-probability sampling, yaitu:
a. Sampling Kuota
Adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi
yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.

11
Contoh: akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap
kemampuan mengajar guru. Jumlah sekolah adalah 10, maka sampel
kuota dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa per sekolah.
b. Sampling Sistematis
Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi
baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti
maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan urutan yang seragam
atau pertimbangan sistematis lainnya.
Contoh: akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah
125. Karyawan ini diurutkan dari 1 – 125 berdasarkan absensi. Peneliti
bias menentukan sampel yang diambil berdasarkan nomor genap (2,4,6,
dst) atau nomor ganjil (1,3,5,dst) atau bias juga mengambil nomor
kelipatan (2,4,8,16,dst).
c. Sampling Insidential
Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau
siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang
dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan
dijadikan sampel.
Contoh: penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A.
sampel ditentukan berdasarkan ciri-ciri usia diatas 15 tahun dan baru
pernah ke Mall A tersebut, maka siapa saja yang kebetulan bertemu di
depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan
dijadikan sampel.
d. Sampling Purposive
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.
Contoh: peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin
tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli mesin
yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang
pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang diambil adalah
pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki kompetensi dibidang ini.
Teknik ini biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif.

12
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi.
Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100.
Contoh: akan dilakukan penelitian tentang knerja guru di SMA 3
Yogyakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan
sampel penelitian.
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula
kecil kemudian terus membesar ibarat bola salju (seperti multi level
marketing).
Contoh: akan dilakukan penelitian tentang pola peredaran narkoba
diwilayah A. sampel mula-mula adalah lima orang napi, kemudia terus
berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden
terus berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh
atas permasalahan yang diteliti. Teknik ini juga lebih cocok untuk
penelitian kualitatif.
g. Sampling Kembar
Sampling kembar atau double sampling adalah pengambilan sampling
yang menguasakan adana sampel kembar. Sampling kembar sering
digunakan dalam research atau penelitian yang menggunakan angket
lewat usaha menampung mereka dan mengembalikan dalam angket.

D. Jenis-jenis Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya adalah suatu dugaan sementara yang mungkin
benar dan secara umum oleh para peneliti dijadikan sebagai dasar keputusan
atau pemecahan masalah yang ditindak lanjuti dengan penelitian. Hipotesis
statistic ialah suatu pernyataan atau nilai pada parameter populasi, melalui data
dari sampel. Istilah hipotesis berasal dari bahasa yunani, hupo dan thesis. Hupo
bisa diartikan sebagai sementara, kurang kebenanrannya atau masih lemah
kebenarannya. Sedangkan thesis artinya pernyataan atau teori.
Bertemali dari pemaparan diatas, menurut Hanafiah (2010, hlm. 257)
mengemukakan bahwa “Hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat sementara

13
yang didasari oleh alasan yang kuat dan logis”. Dari pendapat tersebut dapat
dilihat bahwa pendapatnya masih bersifat sementara, oleh karena itu pendapat
tersebut harus dilakukan uji coba melalui berbagai penelitian atau temuan fakta-
fakta empiris sehingga akan menghasilkan suatu kesimpulan baru dimana
kesimpulan ini memiliki dua kemungkinan, bisa mendukung atau menolak dari
pendapat sementara yang telah diajukan.
Dalam penelitian dan statistic terdapat dua macam shipotesis. Menurut
Simbolon (2009) mengemukakan bahwa hipotesis yang pertama memiliki
sombol (H0), maka hipotesis yang kedua adalah hipotesis tandingan atau
alternatif dengan simbolnya yaitu (H1) atau (Ha). Hipotesis pertama bisa
disebut juga sebagai hipotesis nol atau kerja. Menurut Sugiyono (2013)
menyatakan bahwa dalam hipotesis statistik yang diuji adalah hipotesis yang
pertama atau hipotesis nol. Hipotesis nol merupakan hipotesis yang tidak
memiliki perbedaan data antara data sampel dengan data populasi. Selanjutnya
adalah hipotesis alternatif, yaitu lawan dari hipotesis nol sehingga pada
hipotesis ini terdapat perbedaan anatara data sampel dengan data populasi.
Setelah melakukan uji penelitian, suatu hipotesis akan dapat dierima apabila
tidak cukupnya bukti yang menolak dari hipotesis tersebut dan tidak berarti juga
bahwa hipotesis itu benar, sedangkan hipotesis yang ditolak terjadi karena tidak
cukupnya bukti yang menerima dan tidak berarti juga bahwa hipotesis itu salah.
Oleh karena itu secara umum para peneliti mengawali pekerjaan terlebih dahulu
dengan membuat hipotesis yang berharap penolakan, namun pada akhirnya
dapat dibuktikan bahwa pendapatnya akan diterima.
Hipotesis statistik menyatakan hasil observasi tentang populasi manusia
atau benda dalam bentuk kuantitatif. Hipotesis statistik juga digunakan untuk
menyatakan adanya hubungan antara variabel atau lebih dari dua variabel.
Misalnya dapat diselidiki tingkat hubungan antara jumlah kendaraan dan
jumlah kecelakaan lalu lintas. Bila ternyata bahwa jumlah kecelakaan
meningkat dengan bertambahnya jumlah kendaraan, maka dikatakan bahwa
korelasi (r) atau hubungannya positif. Jumlah kendaraan dapat pula dicari
hubungannya dengan misalnya ketenteraman hidup. Bila ternyata ketenteraman
hidup berkurang dengan meningkatnya jumlah kendaraan, maka dikatakan

14
bahwa korelasinya negatif. Tingkat korelasi dinyatakan dengan suatu angka
atau koefisien. Koefisien korelasi berkisar antara -1.00 sampai + l.00.
Hubungan antara dua variabel dilambangkan sebagai Ho : rxy = 0 artinya
hipotesis menyatakan tidak ada korelasi antara variabel X dan Y. Setiap korelasi
yang berbeda dengan 0 jadi H : rxy 0 menunjukkan adanya korelasi yang dapat
dihitung besarnya, yang dapat bersifat negatif atau positif.
Suatu hipotesis dapat terdiri atas lebih dari dua variabel yang dapat dicari
ragam hubungan atau kovariasinya. Hipotesis dengan satu atau dua variabel
disebut hipotesis yang sederhana, sedangkan yang mempunyai lebih dari dua
variabel disebut hipotesis yang kompleks.
Dalam pengujian hipotesis, maka rumusan hipotesis dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam yaitu hipotesis deskriptif (pada satu sampel atau variabel
mandiri/tidak dibandingkan dan dihubungkan), komparatif dan hubungan.
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri,
tidak membuat perbandingan atau hubungan. Dalam perumusan hipotesis
statistik, antara hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) selalu
berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lain pasti diterima sehingga
dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu kalau H0 ditolak pasti Ha diterima.
Hipotesis statistik dinyatakan melalui simbol-simbol. Contoh pernyataan
yang dapat dirumuskan hipotesis deskriptif-statistiknya:
Suatu perusahaan minimum harus mengikuti ketentuan, bahwa salah satu
unsur kimia hanya boleh dicampurkan paling banyak 1%. Dengan demikian
rumusan hipotesis statistik adalah:
𝐻0:𝜇≤0,01
𝐻𝑎:𝜇>0,01
Suatu bimbingan tes menyatakan bahwa murid yang dibimbing di
lembaga itu, paling sedikit 90% dapat diterima di Perguruan Tinggi Negeri.
Rumusan hipotesis statistik adalah:
𝐻0:𝜇≥0,90
𝐻𝑎:𝜇<0,90

15
Seorang peneliti menyatakan bahwa daya tahan lampu merk A = 450 jam
dan B = 600 jam. Hipotesis statistiknya adalah:
Lampu A: Lampu B:
𝐻0:𝜇=450 jam 𝐻0:𝜇=600 jam
𝐻𝑎:𝜇≠450 jam 𝐻𝑎:𝜇≠600 jam
Hipotesis pertama dan kedua diuji dengan uji satu pihak (one tail) dan
ketiga dengan dua pihak (two tail).
2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai
dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda. Contoh rumusan
masalah komparatif dan hipotesisnya:
Apakah ada perbedaan daya tahan lampu merk A dan B?
Rumusan Hipotesis adalah:
a. Tidak terdapat perbedaan daya tahan lampu antara lampu merk A dan B.
b. Daya tahan lampu merk B paling kecil sama dengan lampu merk A.
c. Daya tahan lampu merk B paling tinggi sama dengan lampu merk A.
Hipotesis statistiknya adalah:

3. Hipotesis Hubungan (Assosiatif)


Hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan
tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh rumusan
masalahnya adalah; “Apakah ada hubungan antara Gaya Kepemimpinan
dengan Efektifitas Kerja?”
Rumus dan hipotesis nolnya adalah: Tidak ada hubungan antar gaya
kepemimpinan dengan efektifitas kerja.
Hipotesis statistiknya adalah:
𝐻0:𝜌=0
𝐻𝑎:𝜌≠0 (𝜌 = simbol yang menunjukkan kuatnya hubungan)

16
Dalam pengujian hipotesis harus berdasarkan data empiris, yakni
berdasarkan apa yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus
mencari situasi atau lapangan empiris yang memberi data yang diperlukan.
Tidak selalu mudah memperoleh sampel yang dapat dan rela memberi data.
Misalnya untuk meneliti kesejahteraan buruh suatu perusahaan, harus diperoleh
izin terlebih dahulu dari pemilik atau pemimpinnya. Selain itu tidak selalu ada
kesediaan orang untuk memberikan informasi yang benar secara jujur. Ada lagi
kesulitan-kesulitan lain yang harus diatasi untuk memperoleh lapangan empiris
guna menguji hipotesis kita.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Statistika inferensial yaitu metode yang berhubungan dengan analisis data
pada sampel dan hasilnya dipakai untuk generalisasi pada populasi. Adapun
populasi adalah objek pada suatu wilayah yang memiliki karakteristik tertentu
untuk diteliti. Sedangkan sampel adalah suatu objek atau kelompok dimana hal
tersebut masih bagian dari populasi. Dalam pengambilan sempel terdapat
berbagai teknik dan metode untuk menentukannya, baik itu probability
sampling atau non-probability sampling. Setelah melihat populasi dan sampel
maka didapatlah beberapa data sehingga dapat dibuat hipotesis untuk penelitian.

B. Saran
Sebagai peneliti yang ingin melakukan penelitian induktif atau inferensial
maka sewajarnya memiliki sifat teliti dan bijaksana, terutama dalam
menganalisis karakteritik pupulasi sehingga tepat untuk penelitian dan tepat
dalam pemilihan Teknik sampling.

18
DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto. (2007). Teknik Sampling: Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LkiS


Yogyakarta
Hanafiah, Kemas Ali. (2010). Dasar-dasar Statistika. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Martono, Nanang. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Mulyatiningsih, Endang. (2011). Riset Terapan: Bidang Pendidikan dan Teknik.
Yogyakarta: UNY Press.
Narbuko, C & Achmadi, A. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Nasution, S. (2012). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Neolaka, Amos. (2014). Metode Penelitian dan Statistik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nisfiannoor, Muhammad. (2009). Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Simbolon, Hotman. (2009). Statistika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Subagyo, P & Djarwanto, Ps. (2005). Statistika Induktif. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sunyoto, Danang. (2011). Analisis Regresi Dan Uj Hipotesis. Yogyakarta: CAPS.

19

Anda mungkin juga menyukai