UJI KORELASI
(Uji Korelasi Pearson)
(Disusun guna memenuhi tugas Biostatistika Inferensial kelas B)
Dosen Pengampu :
Dwi Martiana Wati, S. Si., M. Si
Oleh : Kelompok 11
2.1.7 Hipotesis............................................................................................ 6
i
BAB 1. PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa Uji Korelasi Pearson
2. Untuk mengetahui bagaimana cara pengerjakan secara manual Uji
Korelasi Pearson
3. Untuk mengetahui bagaimana mengaplikasikan Uji Korelasi Pearson
dalam SPSS
3
BAB 2. TEORI
2.1 Uji Korelasi Pearson
2.1.1 Pengertian
Korelasi pearson merupakan salah satu ukuran korelasi yang
digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linier dari dua
variabel. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan salah satu
variabel disertai dengan perubahan variabel lainnya, baik dalam arah yang
sama atau pun arah yang sebaliknya. Harus diingat bahwa nilai koefisien
korelasi yang kecil (tidak signifikan) bukan berarti kedua variabel tersebut
tidak saling berhubungan. Mungkin saja dua variabel mempunyai keeratan
hubungan yang kuat namun nilai koefisien korelasinya mendekati nol,
misalnya pada kasus hubungan non linier. Koefisien korelasi hanya
mengukur kekuatan hubungan linier dan tidak pada hubungan nonlinier.
Harus diingat pula bahwa adanya hubungan linier yang kuat di antara
variabel tidak selalu berarti ada hubungan kausalitas, sebab-akibat.
2.1.2 Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam uji ini yaitu:
1. Data merupakan sampel acak hasil
2. Data homogen
3. Data berdistribusi nornal
4. Bersifat linier
5. Skala data interval atau ratio
4
2.1.5 Batas-Batas Koefisien Korelasi
Nilai koefisien korelasi berkisar antara +- 1 sampai dengan +1.
Kriteria pemanfaatannya sebgai berikut:
1. Jika nilai r > 0, artinya telah terjadi hubungan yang linear positif,
yaitu semakin besar nilai variabel X maka semakin besar pula nilai
variabel Y tau semakin kecil nilai variabel X maka semakin kecil
pula nilai variabel Y. Jika, nilai r < 0, artinya telah terjadi
hubungan yang linear negatif, yaitu semakin besar nilai varibel X
maka semakin kecil nilai variabel Y atau semakin kecil nilai
variabel X maka semakin besar pula niali variabel Y.
2. Jika, nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali anatara
variabel X dan variabel Y.
3. Jika, nilai r = 1 atau r = -1, maka dapat dikatakan telah terjadi
hubungan linear sempurna, berupa garis lurus, sedangkan untuk r
yang makin mengrah ke angkah 0 maka garis makin lurus. Batas-
batas nilai koefisein korelasi diinterpretasikan sebagai berikut:
a. 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah
b. 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah.
c. 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat.
d. 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat.
e. 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat
sekali.
f. 1.00 berarti korelasinya sempurna.
Tabel batas-batas koefisien korelasi
5
Tebel pedoman umum dalam menentukan kriteria korelasi
Dimana:
n = jumlah data (responden)
X = variabel bebas
Y = variabel terikat
2.1.7 Hipotesis
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
7
Dimana:
n = jumlah data (responden)
X = variabel bebas
Y = variabel terikat
b) Menentukan nilai ttabel
Nilai ttabel dapat dicari dengan menggunakan tabel t, t(α,db)
5. Membandingkan nilai thitung dengan ttabel
6. Membuat kesimpulan
Menentukan apakah Ho diterima ataukah ditolak disesuaikan dengan
kaidah pengujian yang sebelumnya sudah ditentukan
8
BAB 3. APLIKASI
Pertanyaan:
a) Berapa besar hubungan (korelasi) antara variabel X dan Y ?
b) Berapa besar sumbangan variabel X terhadap variabel Y dan
apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y ?
Gunakan taraf nyata alfa = 0,05
9
3.1.1 Aplikasi Uji Korelasi Pearson Secara Manual
a. Membuat hipotesis
Ho : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara berat
badan dan Hb pada ibu hamil
Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan dan
Hb pada ibu hamil
b. Menentukan taraf nyata uji (signifikansi) α
Dalam penelitian ini menggunakan α = 5%
c. Menentukan kaidah pengujian
Ho diterima : – t ≤ t hitung ≤ t tabel
Ho ditolak : – t > t hitung > t tabel
d. Menghitung thitung dan ttabel
1) Membuat tabel penolong
Responden X (BB) Y (hb) XY X2 Y2
1 80 12 960 6400 144
2 75 11 825 5625 121
3 78 10 780 6084 100
4 66 9 594 4359 81
5 70 10 700 4900 100
6 72 11 792 5184 121
7 68 9 612 4624 81
8 65 9 585 4225 81
9 80 11 880 6400 121
10 75 11 825 5625 121
11 64 10 640 4096 100
12 69 9 621 4761 81
13 74 11 814 5476 121
14 71 10 710 5041 100
15 61 9 549 3721 81
Total x=1068 Σy=152 Σxy=10887 Σx2= Σy2=1554
76518
10
2) Menghitung nilai thitung
Rumus:
Dimana:
n = jumlah data (responden)
X = variabel bebas
Y = variabel terikat
11
Artinya : pengaruh variabel X (berat badan) terhadap Y
(HB pada ibu hamil) sebesar 64 % dan 54% di tentukan
oleh variabel lainnya.
12
3. Klik Analyze Correlate Bivariate
13
5. Muncul output
6. Analisis data
Dari tabel correlation diatas diperoleh data Sig = 0,00 maka sig < α,
dengan nilai 0,00 < 0,05 maka kesimpulannya Ho di tolak yang
artinya terdapat hubungan yang siginifikan antara berat badan dan Hb
pada ibu hamil.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. (2012, September 26). Penjelasan dan Uji Koefisien Cramer. Dipetik
Januari 30, 2019, dari https://www.statiskian.com/2012/09/koefisien-
cramer.html
Siregar, Syofian. 2015. Statistika Terapan Untuk Perguruan Tinggi Edisi Pertama.
Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Sujarweni, V. W. (2015). SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Baru Press.
15