Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

UJI KORELASI PEARSON DAN SPEARMAN

DISUSUN OLEH :
CHRISTANTI INDRIANI PONTOH
NIM : 16010 010

DOSEN PENGAMPUH : FERDY LAINSAMPUTTY, M.S.,N.s

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES HUSADA MANDIRI POSO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya telah
menyelesaikan Makalah tentang uji korelasi pearson dan spearman tepat waktu.
Makalah ini di selesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biostatistik. Makalah
ini dibuat untuk mempelajari dan mengetahui tentang uji korelasi pearson dan
spearman.
Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa sehingga selama
penyusunan tugas ini saya banyak menemui kesulitan dikarenakan
keterbatasan referensi dan keterbatasan saya sendiri. Sebagai manusia saya
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang dan dapat menambah
pengetahuan tentang uji korelasi pearson dan spearman.

Poso, 5 November 2019

Penyusun
Christanti Indriani Pontoh

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.. ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI. .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Uji Kolerasi...................................................................... 3
B. Arah Korelasi ..................................................................................... 3
C. Peta Korelasi ...................................................................................... 4
D. Langkah-langkah Teknik Analisis Korelasi ...................................... 8
E. Uji Korelasi Pearson .......................................................................... 9
F. Uji Korelasi Rank Spearman ............................................................. 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 22
B. Saran .................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak analisis statistika bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara dua atau lebih peubah. Bila hubungan demikian ini dapat dinyatakan
dalam bentuk rumus matematik, maka kita akan dapat menggunakannya untuk
keperluan peramalan. Kekuatan dan sifat ketergantungan antar variabel
merupakan masalah sentral yang ingin diketahui pada suatu penelitian. Kadang
peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara dua variabel dan
seberapa kuat hubungan kedua variabel tersebut. Uji statistika yang mengukur
keeratan hubungan antara dua variabel ini disebut analisis korelasi (correlation).
Ukuran untuk menentukan kuatnya atau derajat keeratan hubungan antar dua
variabel dinamakan koefisien korelasi (the correlation coefficient).
Dalam statistika parametrik, koefisien korelasi antara dua variabel
(bivariate) yang biasa digunakan adalah koefisien korelasi momen hasil kali
Pearson, yang dinotasikan dengan r . Dimana skala data pengamatan serendah-
rendahnya adalah interval atau rasio. Jika data pengamatan adalah berupa skala
ordinal, dalam hal ini untuk uji korelasi statistika nonparametrik, maka ada
beberapa koefisien korelasi yang dapat digunakan, yaitu koefisien korelasi
peringkat Spearman-rho (ρ), Kendall-tau (τ), Gamma (G), dan Somers (d yx ).
Dari keempat koefisien korelasi ini banyak peneliti yang mungkin ingin tahu
kapan harus menggunakan koefisien korelasi peringkat Spearman-rho (ρ),

Kendall-tau (τ), Gamma (G), dan Somers ( d yx ) dalam suatu penelitian. Untuk

mengetahui penggunaan dari masing- masing koefisien korelasi untuk data


berskala ordinal di atas, maka perlu dipelajari tentang sifat-sifat dari keempat
koefisien korelasi ini. Sehingga nantinya para peneliti dapat mengetahui dan
benar-benar tepat dalam memilih koefisien korelasi mana yang akan digunakan
dalam penelitian.

1
Hubungan antara variable itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu hubungan yang sifatnya satu arah dan hubungan yang
sifatnya berlawanan arah. Hubungan yang sifatnya searah diberi nama korelasi
positif, sedangkan yang berlawanan arah disebut korelasi negative. Disebut
korelasi positif, jika dua variable (atau lebih) yang berkolerasi berjalan parallel,
artinya bahwa hubungan antara dua variable (atau lebih) itu menunjukan arah
yang sama. Jadi apabila variable X mengalami kenaikan atau pertambahan akan
diikuti pula dengan kenaikan atau pertambahan, akan diikuti pula dengan
kenaikan atau pertambahan pada variable Y atau sebaliknya, penurunan dan
pengurangan pada variable X akan akan diikuti pula dengan penurunan dan
pengurangan pada variable Y.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan uji kolerasi ?
2. Bagaimana arah korelasi ?
3. Peta korelasi ?
4. Apa saja Langkah-langkah teknik analisis korelasi ?
5. Apa yang dimaksud dengan uji korelasi pearson ?
6. Apa yang dimaksud dengan uji korelasi rank spearman ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian Uji Kolerasi
2. Untuk mengetahui dan memahami arah korelasi
3. Untuk mengetahui dan memahami peta korelasi
4. Untuk mengetahui dan memahami langkah-langkah teknik analisis korelasi
5. Untuk mengetahui dan memahami uji korelasi pearson
6. Untuk mengetahui dan memahami uji korelasi rank spearman

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Uji Kolerasi
Kata “ korelasi” berasal dari bahasa inggris correlation. Dalam bahasa
indonesia sering diterjemahkan dengan ; “ hubungan” atau “ saling hubungan”
atau “ hubungan timbal balik”. Dalam ilmu statistik istilah”korelasi” diberi
pengertian sebagai hubungan antardua variabel atau lebih” Selain itu, Korelasi
juga dapat diartikan sebagai salah satu teknik statistik yang digunakan untuk
untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif.
Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik
pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Uji korelasi yang
dikembangkan oleh Charles Spearman (1863-1945), yakni sebuah uji statistik
yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif dua variabel dengan data yang
berskala ordinal. Uji ini dilakukan untuk data nonparametrik atau tidak
berdistribusi normal dan tanpa memerhatikan linieritasnya. Data yang diuji
berskala ordinal, maka harus dibuat perankingan datanya terlebih dahulu sebelum
diuji.
B. Arah Korelasi
Hubungan antarvariabel itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu hubungan yang sifatnya satu arah yang disebut
korelasi positif dan hubungan yang sifatnya berlawanan arah yang disebut
korelasi negatif. Disebut korelasi positif, jika dua variabel (atau lebih) yang
berkorelasi, berjalan paralel; artinya bahwa hubungan antardua variabel (atau
lebih) itu menunjukkan arah yang sama. Contoh : kenaikan harga BBm yang
diikuti dengan kenaikan ongkos angkutan.
Disebut korelasi negatif, jika dua variabel (atau lebih) yang berkorelasi itu
berjalan dengan arah yang berlawanan, bertentangan, atau berkebalikan. Contoh :

3
makin meningkatnya kesadaran hukum di kalangan masyarakat diikuti dengan
makin menurunnya angka kejahatan atau angka pelanggaran.

Bagan korelasi

Korelasi Positif Korelasi Negatif

Var X Var Y Var X Var Y

C. Peta Korelasi
Arah hubungan variabel yang kita cari korelasinya, dapat kita amati melalui
sebuah peta atau diagram yang dikenal dengan nama Peta Korelasi. Menurut
Sudijono (1987), Ciri yang terkandung pada peta korelasi itu adalah:
 Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi positif
maksimal, atau korelasi positif tertinggi, atau korelasi positif sempurna, maka
pencarian titik yang terdapat pada peta korelasi apabila dihubungkan antara
satu dengan yang lain, akan membentuk satu buah garis lurus yang condong
ke arah kanan.

Diagram Korelasi Positif Maksimal

4
 Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi negatif
maksimal atau korelasi negatif tertinggi atau korelasi negatif sempurna maka
pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi akan membentuk satu garis
lurus dengan yang condong ke arah kiri.

Diagram Korelasi Negatif Maksimal

 Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif yang
tinggi atau kuat, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi sedikit
atau beberapa mulai menjauhi garis lurus, yaitu titik-titik tersebut terpencar
atau berada di sekitar garis lurus tersebut dengan kecondongan ke arah kanan.

5
Diagram Korelasi Positif Tinggi

 Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi negatif yang
tinggi atau kuat, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi itu
sedikit menjauhi garis lurus dengan kecondongan ke arah kiri.

Diagram Korelasi Negatif Tinggi

6
 Korelasi positif atau korelasi negatif yang menunjukkan korelasi yang rendah
atau kecil, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi akan semakin
jauh tersebar atau menjauhi dari garis lurus

Diagram Korelasi Positif Lemah

Diagram Korelasi negatif Lemah

7
D. Langkah-langkah Teknik Analisis Korelasi
Pada dasarnya, penelitian korelasi baik relasional, prediktif, maupun
multivariat, melibatkan perhitungan korelasii antara variabel yang kompleks
(variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan
(variabel prediktor). Untuk menguji hubungan tersebut, langkah-langkah yang
ditempuh sama meski detail masing-masing langkah untuk keduanya berbeda,
terutama dalam pengumpulan dan analisis data.
1. Penentuan Masalah
Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harus dilakukan
peneliti adalahmenentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus
studinya. Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus
mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks
yang memrlukan pemahaman.Disamping itu, variabel yang dimasukkan
dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis
maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu.Hal ini
biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu atau
terdahulu.
2. Penentuan Subyek
Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam
variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian.Subyek tersebut harus relatif
homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin
dapat mempengaruhi variabel terikat.Bila subyek yang dilibatkan mempunyai
perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel
yang diteliti menjadi kabur.Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti
dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan

8
tingkat faktor tertentu dan, kemudian menguji hubungan antar variabel
penelitian untuk masing-masing kelompok.
3. Pengumpulan data Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur
dan mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes,
pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan
kebutuhan.Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut
harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian relasional, pengukuran variabel
dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama.
4. Analisis Data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara
mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran
variabel lain. Dalam penelitian relasional, teknik korelasi bivariat, sesuai
dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara
vaiabel yang satu dngan yang lain. Bila melibatkan lebih dari dua variabel,
misalnya untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat
digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada bila
digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple
regresion atau analisis kanonik dapat digunakan.Hasil analisis tersebut
biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien
regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang
disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
E. Uji Korelasi Pearson
1. Pengertian
Korelasi Pearson merupakan salah satu ukuran korelasi yang
digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linier dari dua
variabel. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan salah satu
variabel disertai dengan perubahan variabel lainnya, baik dalam arah yang
sama atau pun arah yang sebaliknya. Harus diingat bahwa nilai koefisien
korelasi yang kecil (tidak signifikan) bukan berarti kedua variabel tersebut

9
tidak saling berhubungan. Mungkin saja dua variabel mempunyai keeratan
hubungan yang kuat namun nilai koefisien korelasinya mendekati nol,
misalnya pada kasus hubungan non linier. Koefisien korelasi hanya
mengukur kekuatan hubungan linier dan tidak pada hubungan non
linier. Harus diingat pula bahwa adanya hubungan linier yang kuat di antara
variabel tidak selalu berarti ada hubungan kausalitas, sebab-akibat. Manfaat
korelasi pearson adalah mencari hubungan variabel bebas (X) dengan
variabel terikat (Y) dan data berbentuk interval dan ratio.
2. Koefisien Korelasi
Korelasi dinyatakan dalam % keeratan hubungan antar variabel yang
dinamakan dengan koefisien korelasi, yang menunjukkan derajat keeratan
hubungan antara dua variabel dan arah hubungannya (+ atau -).
3. Batas-Batas Koefisien Korelasi
Nilai koefisien korelasi berkisar antara –1 sampai dengan +1. Kriteria
pemanfaatannya sebagai berikut:
a) Jika, nilai r > 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu
semakin besar nilai variabel X maka semakin besar pula nilai variabel Y
atau semakin kecil nilai variabel X maka semakin kecil pula nilai
variabel Y. Jika, nilai r < 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier
negatif, yaitu semakin besar nilai variabel X maka semakin kecil nilai
variabel Y atau semakin kecil nilai variabel X maka semakin besar pula
nilai variabel Y .
b) Jika, nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel
X dan variabel Y.
c) Jika, nilai r =1 atau r = -1, maka dapat dikatakan telah terjadi hubungan
linier sempurna, berupa garis lurus, sedangkan untuk r yang makin
mengarah ke angka 0 (nol) maka garis makin tidak lurus. Batas-batas
nilai koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai berikut :

10
 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah.
 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah.
 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat.
 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat.
 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat sekali.
 1.00 berarti korelasinya sempurna.
4. Asumsi
Asumsi untuk analisis korelasi adalah sebagai berikut :
a. Sampel data berpasangan (x, y) berasal dari sampel acak dan merupakan
data kuantitatif.
b. Pasangan data (x, y) harus berdistribusi normal.
Harus diingat bahwa analisis korelasi sangat sensitif terhadap data
pencilan (outliers). Asumsi bisa dicek secara visual dengan menggunakan:
1. Boxplots, histograms & univariate scatterplots untuk masing-masing
variable
2. Bivariate scatterplots, Apabila tidak memenuhi asumsi misalnya data
tidak berdistribusi normal (atau ada nilai data pencilan), kita bisa
menggunakan korelasi Spearman (Spearman rank correlation), korelasi
untuk analisis non-parametrik.
5. Koefisien Determinasi
Koefisien korelasi, r, hanya menyediakan ukuran kekuatan dan arah
hubungan linier antara dua variabel. Akan tetapi tidak memberikan informasi
mengenai berapa proporsi keragaman (variasi) variabel dependen (Y) yang
dapat diterangkan atau diakibatkan oleh hubungan linier dengan nilai variabel
independen (X). Koefisien Determinasi bisa didefinisikan sebagai nilai yang
menyatakan proporsi keragaman Y yang dapat diterangkan/dijelaskan oleh
hubungan linier antara variabel X dan Y. Untuk menentukan besar kecilnya

11
sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien
determinan sebagai berikut :
KP = r2 x 100%
dimana : KP adalah besarnya koefisien penentu (diterminan) r adalah
koefisien korelasi.
6. Analisis Korelasi Pesrson (PPM)
Berikut adalah sebuah contoh kasus : Ingin diketahui hubungan antara
pemberian pupuk bokashi cair (cc) terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit
di prenursery selama dua bulan. Peneliti mengambil sampel sebanyak 12
tanaman, dengan taraf signifikansi (α = 0.05), data sebagai berikut :
Tabel 1. Data

Sampel Bibit Dosis (X) Pertumbuhan (Y)


1 10 5
2 15 7
3 15 8
4 20 11
5 25 14
6 20 10
7 10 4
8 10 5
9 25 16
10 20 9
11 25 14
12 30 21
Jumlah 225 124

Pertanyaan :
1. Berapakah besar hubungan variabel X dan Y ?
2. Berapakah besar sumbangan (kontribusi) variabel X dengan Y ?
3. Buktikan apakah ada hubungan yang signifikan antara pemberian pupuk bokashi
dengan pertumbuhan bibit ?

12
Jawab :

a) Hipotesis bentuk kalimat :

Ha : Terdapat hubungan antara pemberian pupuk bokashi dengan pertumbuhan


bibit.

H0 : Tidak terdapat hubungan antara pemberian pupuk bokashi dengan


pertumbuhan bibit.

b) Hipotesis dalam bentuk statistik:

Ha: r  0

H0 : r = 0

c) Tabel penolong untuk menghitung nilai korelasi :

Tabel 2. Tabel Penolong

No. X Y X2 Y2 XY
1 10 5 100 25 50
2 15 7 225 49 105
3 15 8 225 64 120
4 20 11 400 121 220
5 25 14 625 196 350
6 20 10 400 100 200
7 10 4 100 16 40
8 10 5 100 25 50
9 25 16 625 256 400
10 20 9 400 81 180
11 25 14 625 196 350
12 30 21 900 441 630

13
∑ X = 225 ∑ Y = 124
∑ X2 = ∑ Y2 = ∑ XY =
4.725 1.570 2.695

d) Masukkan angka-angka statistik dari tabel penolong dengan rumus sebagai


berikut :

n. XY    X 
. Y 
r
n. X 2

  X  . n. Y 2   Y 
2 2

12.2.695  225
. 124
r
(12).(4.725)  (225) . (12).(1.570)  (124) .
2 2

32.340  27.900 4.440


r 
56.700  50.625. 18.840  15.376 6.075. 3.464
4.440 4.440
r   0,97
21.043.800 4.587,35

Jadi hubungan antara pemberian pupuk bokashi dengan pertumbuhan bibit


kelapa sawit di prenursery sebesar (r = 0,97) tergolong sangat kuat (jawaban
no.1

e) Menentukan besarnya sumbangan (koefisien diterminan koefisien penentu)


variabel X terhadap variabel Y dengan rumus:
KP  r 2 .100%  0,97 2.100%  94,09%
Artinya : Pengaruh pemberian pupuk bokashi terhadap pertumbuhan bibit
kelapa sawit di prenursery sebesar 94,09% dan sisanya 5,91% ditentukan oleh
variabel lain (jawaban no.2)
f) Menguji signifikansi dengan rumus thitung sebagai berikut ini :

14
r n2 0,97 12  2 3,067
t hitung     51,98
1 r 2
1  0,97 2 0,059

Kaidah pengujian :
Jika thitung  dari ttabel maka signifikan
Jika thitung  dari ttabel maka tidak signifikan

Berdasarkan perhitungan diatas, dengan ketentuan tingkat kesalahan   0,05


yaitu db = n – 2 <=> 12 – 2 = 10, sehingga didapat nilai dari ttabel = 1,812 ternyata
thitung > dari ttabel yaitu 51,98 > 1,812.
Kesimpulannya adalah korelasi variabel X dengan Y atau hubungan pemberian
pupuk bokashi terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di prenursery adalah
signifikan (jawaban no.3)
F. Uji Korelasi Rank Spearman
Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk
menguji signifikansi hipotesis asosiatif. Dengan syarat bila masing-masing
variabel yang dihubungkan berbentuk Ordinal.
Contoh:
Ada 10 orang responden yang diminta untuk mengisi daftar pertanyaan tentang
Motivasi dan Prestasi dalam sebuah kantor. Jumlah responden yang diminta
mengisi daftar pertanyaan itu 10 karyawan, masing-masing diberi nomor 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Nilai yang diberikan oleh kesepuluh responden tentang
Motivasi dan Prestasi itu diberikan pada contoh berikut. Yang akan diketahui
adalah apakah ada hubungan antara Motivasi dengan Prestasi.
Berdasarkan hal tersebut maka:
1. Judul penelitian adalah : Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi.

2. Variabel penelitiannya adalah : nilai jawaban dari 10 responden tentang

Motivasi (Xi) dan Prestasi (Yi)

15
3. Rumusan masalah: apakah ada hubungan antara variabel Motivasi dan

Prestasi?

4. Hipotesis:

· Ho: tidak ada hubungan antara variabel Motivasi dan Prestasi.

· Ha: ada hubungan antara variabel Motivasi dan Prestasi

5. Kriteria Pengujian Hipotesis

· Ho ditolak bila harga ρ hitung > dari ρ tabel

· Ho diterima bila harga ρ hitung ≤ dari ρ tabel

Penyajian data

Jawaban responden yang telah terkumpul ditunjukkan pada Tabel. 1 berikut

ini:

Tabel 1. Nilai Motivasi dan Prestasi

Nomor responden Jumlah Skor Jumlah skor


1 9 8
2 6 7
3 5 6
4 7 8
5 4 5
6 3 4
7 2 2
8 8 9
9 7 8
10 6 6

6. Perhitungan untuk pengujian Hipotesis

16
Data tersebut diperoleh dari sumber yang berbeda yaitu Motivasi (Xi) dan

Prestasi (Yi). Karena sumber datanya berbeda dan berbentuk ordinal, maka untuk

menganalisisnya digunakan Korelasi Rank yang rumusnya adalah:

ρ = 1 – ( 6Σbi 2 : N ( N2 – 1 )

ρ = koefisien korelasi Spearman Rank

di = beda antara dua pengamatan berpasangan

N = total pengamatan

Korelasi Spearman rank bekerja dengan data ordinal. Karena jawaban

responden merupakan data ordinal, maka data tersebut diubah terlebih dahulu dari

data ordinal dalam bentuk ranking yang caranya dapat dilihat dalam Tabel 2.

Bila terdapat nilai yang sama, maka cara membuat peringkatnya adalah:

Misalnya pada Xi nilai 9 adalah peringkat ke 1, nilai 8 pada peringkat ke 2,

selanjutnya disini ada nilai 7 jumlahnya dua. Mestinya peringatnya kalau diurutkan

adalah peringkat 3 dan 4. tetapi karena nilainya sama, maka peringkatnya dibagi dua

yaitu: (3 + 4) : 2 = 3,5. akhirnya dua nilai 7 pada Xi masing-masing diberi peringkat

3,5. Selanjutnya pada Yi disana ada nilai 8 jumlahnya tiga. Mestinya peringkatnya

adalah 2, 3 dan 4. Tetapi karena nilainya sama maka peringkatnya dibagi tiga yaitu:

(2 + 3 + 4) : 3 = 3. Jadi nilai 8 yang jumlahnya tiga masing-masing diberi peringkat 3

pada kolom Yi. Selanjutnya nilai 7 diberi peringkat setelah peringkat 4 yaitu

peringkat 5.

Tabel 2. Tabel penolong untuk menghitung koefisien korelasi Spearman Rank

17
Nilai Nilai
Nomor Motivasi Prestasi Peringkat Peringkat
bi bi2
Responden Resp. I dari Resp. (Xi) (Yi)
(Xi) II (Yi)
1 9 8 1 3 -2 4
2 6 7 5,5 5 0,5 0,25
3 5 6 7 6,5 0,5 0,25
4 7 8 3,5 3 0,5 0,25
5 4 5 8 8 0 0
6 3 4 9 9 0 0
7 2 2 10 10 0 0
8 8 9 2 1 1 1
9 7 8 3,5 3 0,5 0,25
10 6 6 5,5 6,5 -1 1
0 7

Selanjutnya harga bi2 yang telah diperoleh dari hitungan dalam tabel kolom

terakhir dimasukkan dalam rumus korelasi Spearman Rank:

ρ = 1 – 6.7 : ( 10 x 102 -1 ) = 1 – 0,04 = 0,96

Sebagai interpretasi, angka ini perlu dibandingkan dengan tabel nilai-nilai ρ(dibaca:

rho) dalamTabel 3. Dari tabel itu terlihat bahwa untuk n = 10, dengan derajat

kesalahan 5 % diperoleh harga 0,648 dan untuk 1 % = 0,794. Hasil ρ hitung ternyata

lebih besar dari ρ tabel

Derajat kesalahan 5 %….. 0,96 > 0,648

Derajat kesalahan 1 %….. 0,96 > 0,794

Hal ini berarti menolak Ho dan menerima Ha.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam ilmu statistik istilah”korelasi” diberi pengertian sebagai hubungan
antardua variabel atau lebih” Uji ini dilakukan untuk data nonparametrik atau
tidak berdistribusi normal dan tanpa memerhatikan linieritasnya. Data yang diuji
berskala ordinal, maka harus dibuat perankingan datanya terlebih dahulu sebelum
diuji. Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harus dilakukan
peneliti adalah menentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus
studinya. Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam
variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian.
Pengumpulan data Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur
dan mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman
interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan.
Korelasi Pearson merupakan salah satu ukuran korelasi yang digunakan untuk
mengukur kekuatan dan arah hubungan linier dari dua variabel. Dua variabel
dikatakan berkorelasi apabila perubahan salah satu variabel disertai dengan
perubahan variabel lainnya, baik dalam arah yang sama atau pun arah yang
sebaliknya. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau
untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif. Dengan syarat bila masing-masing
variabel yang dihubungkan berbentuk Ordinal.
B. Saran
Makalah ini kami susun agar memberikan manfaat yang besar bagi para
pembaca. Kami berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian
sehingga dapat memberikan lebih kejelasan bagi para pembaca tentang sub bab
yang telah kami bahas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta: Fikom


Universitas Mercubuana Jakarta

Emzir.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT


Raja Grafindo Pergoda.

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008.How to Design and Evaluate research in
Education. New York: McGraw-Hill.

McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York: Longman.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi
ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Ruseffendi. 1993. Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi.

Sukardi.2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: Bumi Aksara.

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan


Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai