Anda di halaman 1dari 8

UJI HIPOTESIS KORELATIF

JENIS-JENIS UJI HIPOTESIS KORELATIF

Variabel 1 Variabel 2 Uji Korelasi

Nominal Nominal
Koefisien Kontingensi, Lambda
Nominal Ordinal

Ordinal Ordinal Spearman, Gamma, Somers’d

Ordinal Numerik Spearman

Pearson
Numerik Numerik
(Untuk uji alternatif digunakan uji Spearman)

1. Koefisien Kontingensi :
 Digunakan untuk uji korelasi antara variabel nominal dan nominal.
 Digunakan untuk menguji korelasi antara dua variabel yang setara
(hubungan simetris).
2. Uji Lambda :
 Digunakan untuk uji korelasi antara variabel nominal dan nominal.
 Digunakan untuk menguji korelasi antara dua variabel yang tidak setara
(satu variabel dianggap bebas/independent dan variabel yang lain
dianggap bergantung/dependent).
3. Uji Spearman:
 Digunakan untuk uji korelasi antara variabel numerik dan ordinal
 Digunakan sebagai alternatif uji Pearson, jika syarat uji Pearson tidak
terpenuhi.
4. Uji Gamma
 Digunakan untuk uji korelasi variabel ordinal dengan ordinal, dimana
kategori variabel ordinal tersebut sedikit, sehingga dapat dibuat tabel
silang B x K
 Digunakan untuk menguji korelasi antara dua variabel yang setara
(hubungan simetris)
5. Uji Somers’d :
 Digunakan untuk uji korelasi variabel ordinal dengan ordinal , dimana
kategori variabel ordinal tersebut sedikit, sehingga dapat dibuat tabel silang
B x K.
 Digunakan untuk menguji korelasi antara dua variabel yang tidak setara
(satu variabel dianggap bebas/independent dan variabel yang lain dianggap
bergantung/dependent).
6. Uji Pearson
Digunakan untuk uji korelasi antara variabel numerik dan numerik.
Syarat : memiliki sebaran data yang normal.

INTERPRETASI HASIL UJI KORELATIF

Parameter Nilai Interpretasi

Terdapat korelasi yang bermakna


P < 0,05
Nilai P antara dua variabel yang diuji

(Sig.) Tidak terdapat korelasi yang


P > 0,05 bermakna antara dua variabel yang
diuji

Interpretasi Kekuatan dan Arah Korelasi (nilai r)

Parameter Nilai Interpretasi


0,00 – 0,199 Sangat lemah

0,20 – 0,399 Lemah

Kekuatan Korelasi ( r ) 0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Parameter Nilai Interpretasi

Searah. Semakin besar nilai satu


r positif variabel, semakin besar pula nilai
variabel lainnya
Kekuatan Korelasi ( r )
Berlawanan arah. Semakin besar
r negative nilai satu variabel, semakin kecil
nilai variabel lainnya.

KASUS 1
Adakah korelasi antara skor depresi dengan skor ansietas?

Kasus tersebut menghubungkan variable numeric (skor depresi) dan variable


numeric (skor ansietas), sehingga jenis pengujian yang digunakan ialah uji Pearson
jika memenuhi syarat.

UJI NORMALITAS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Skor depresi .046 348 .078 .991 348 .026


Skor ansietas .046 348 .078 .991 348 .026

a. Lilliefors Significance Correction


Berdasarkan table tersebut, nilai p yang didapatkan untuk skor depresi dan skor
ansietas masing-masing 0,078 (P > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data
kasus tersebut memiliki sebaran yang normal dan memenuhi syarat untuk dilakukan
uji Pearson.

UJI PEARSON

Correlations

Skor depresi Skor ansietas

Skor depresi Pearson Correlation 1 .862**

Sig. (2-tailed) .000

N 348 348

Skor ansietas Pearson Correlation .862** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 348 348

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa

a. Skor depresi dan skor ansietas masing-masing memiliki nilai P = 0,000,


sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara
kedua variable.
b. Nilai korelasi Pearson sebesar 0,862 yang menunjukkan bahwa
arah.korelasi kedua variable positif dengan kekuatan sangat kuat.

KASUS 2
Adakah korelasi antara skor gangguan somatic dan skor gangguan social?

Kasus tersebut menghubungkan variable numeric (skor gangguan somatik) dan


variable numeric (skor gangguan sosial), sehingga jenis pengujian yang digunakan
ialah uji Pearson jika memenuhi syarat.

UJI NORMALITAS
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

SOMATIC COMPLAINT .132 374 .000 .908 374 .000


SOCIAL PROBLEM .139 374 .000 .956 374 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan table tersebut, nilai p yang didapatkan untuk skor gangguan somatik
dan skor gangguan social masing-masing 0,000 (P < 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa data kasus tersebut memiliki sebaran yang tidak normal dan tidak memenuhi
syarat untuk dilakukan uji Pearson. Sebagai alternative, pengujian dapat dilakukan
dengan uji Spearman.

UJI SPEARMAN

Correlations

SOMATIC SOCIAL
COMPLAINT PROBLEM

Spearman's rho SOMATIC Correlation Coefficient 1.000 .351**


COMPLAINT Sig. (2-tailed) . .000

N 374 374

SOCIAL PROBLEM Correlation Coefficient .351** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 374 374

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa:

a. Skor gangguan somatik dan skor gangguan sosial masing-masing memiliki


nilai P = 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang
bermakna antara kedua variable.
b. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,351 yang menunjukkan bahwa
arah.korelasi kedua variable positif dengan kekuatan lemah.

KASUS 3
Adakah korelasi antara tingkat penilaian pasien terhadap mutu pelayanan
keperawatan (buruk, sedang, baik) dengan mutu pelayanan rumah sakit
(buruk, sedang, baik)?

Kasus tersebut menghubungkan variable ordinal (tingkat penilaian pasien terhadapa


mutu pelayanan keperawatan) dan variable ordinal (tingkat penilaian pasien
terhadapa mutu pelayanan rumah sakit), sehingga jenis pengujian yang digunakan
ialah uji Gamma dan Somers’ d.

UJI GAMMA DAN SOMERS’ D


Directional Measures

Approxi
Asymptotic Approxi mate
Standardized mate Significa
Value Errora Tb nce

Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric .025 .144 .171 .864

Mutu pelayanan
rumah sakit .028 .166 .171 .864
Dependent

Pelayanan
keperawatan .022 .127 .171 .864
Dependent

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa:

a. Nilai P = 0,864, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi


yang bermakna antara kedua variable.
b. Nilai variable tingkat penilaian pasien terhadapa mutu pelayanan
keperawatan sebesar 0,022 dan nilai variable tingkat penilaian pasien
terhadapa mutu pelayanan rumah sakit sebesar 0,028. Hal ini menunjukkan
bahwa arah korelasi kedua variable negative dan kekuatan korelasi sangat
lemah.
Symmetric Measures

Asymptotic
Standardized Approximate
Value Errora Approximate Tb Significance

Ordinal by Ordinal Gamma .052 .302 .171 .864


N of Valid Cases 92

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Berdasarkan hasil uji Gamma di atas, diketahui bahwa nilai korelasi kedua variable
sebesar 0,052 yang menunjukkan bahwa kedua variable kekuatan korelasinya
sangat lemah.

KASUS 4
Apakah terdapat korelasi antara perilaku merokok (merokok dan tidak
merokok) dengan status fertilitas seorang pria (subur dan tidak subur)?

Kasus tersebut menghubungkan variable nominal (perilaku merokok) dan variable


nominal (status fertilitas), sehingga jenis pengujian yang digunakan ialah uji
Lambda karena variable status fertilitas pria dependent terhadap perilaku merokok.

UJI LAMBDA

Directional Measures

Approxim
Asymptotic ate
Standardized Approxi Significan
Value Errora mate Tb ce

Nominal by Nominal Lambda Symmetric .263 .116 2.050 .040

perilaku merokok
.300 .112 2.294 .022
Dependent

Status fertilitas
.222 .139 1.429 .153
Dependent

Goodman and Kruskal tau perilaku merokok


.091 .057 .003c
Dependent
Status fertilitas
.091 .057 .003c
Dependent

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on chi-square approximation

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa:

a. Variabel status vertilitas sebagai sebagai variable dependent memiliki nilai


P = 0,153 (P > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
korelasi yang bermakna antara kedua variable.
b. Nilai korelasi Lambda sebesar 0,222 yang menunjukkan bahwa kekuatan
korelasi kedua variable lemah.

Anda mungkin juga menyukai