Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN TUTORIAL

Skenario 2
BLOK 6.1

Tutor : dr. Ima Maria


Anggota kelompok tutor 3:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

M. Alif Fahren
(G1A112003)
M. Ridho Rifhansyah
(G1A112004)
Chaesar Abdil Bar
(G1A112066)
Rizki Febriyani
(G1A112067)
M.Heru Nanding K.
(G1A112012)
Frisha Hamda Azwar
(G1A112013)
Rizky Nugrahayu
(G1A112072)
Nurfazillah
(G1A112073)
Resty Dwi Fitri
(G1A112037)
Amanda Novita Dewi
(G1A112038)
Tridesi Hutasoit
(G1A112039)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JAMBI
2015/2016

SKENARIO 2
Shanti , 50 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik obstetri dan ginekologi, karena post
coital bleeding sejak 8 bulan yang lalu. Siklus menstruasi normal. Dokter kemudian melakukan
pemeriksaan ginekologi dan paps smear. Dari hasil pemeriksaan paps smear dokter
menyimpulkan sel cervix shanti mengalami dysplasia ringan. Dokter menjelaskan bahwa
displasia ini dapat berkembang menjadi kanker cervix jika tidak ditangani dengan baik. Dokter
juga menyarankan shanti untuk melakukan pemeriksaan paps smear secara berkala. Dari
anamnesis lebih lanjut dokter mendapatkan informasi bahwa shanti tidak memiliki banyak
pasangan, belum pernah mendapat imunisasi HPV, memiliki 5 orang anak dan pernah mengalami
abortus dua kali dan ternyata saudara perempuan shanti juga ada yang menderita kanker
ovarium.

KLARIFIKASI ISTILAH1
1. Obstetri
Spesialis pembedahan yang menangani pelayanan kesehatan wanita selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas1
2. Gynekology
Ilmu yang mempelajari dan menangani kesehatan alat reproduksi wanita1
3. Post coital gleeding
Perdarahan yang terjadi setelah/selama hubungan seksual, tidak berhubungan dengan
menstruasi2
4. Paps smear
Tes skrining untuk mendeteksi dini perubahan/abnormalitas dalam serviks sebelum selsel tersebut menjadi kanker3
5. Dysplasia
Suatu keadaan dimana terjadi perubahan sel1
6. Imunisasi HPV
Imunisasi yang dapat melindungi wanita terhadap jenis infeksi human papiloma virus
mungkin bisa menurunkan resiko kanker serviks
7. Abortus
Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan
pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram2

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apakah ada hubungan usia 50 tahun dengan keluhan ?
2. Apa penyebab post coital bleeding ?

3. Bagaimana mekanisme terjadinya post coital bleeding ?


4. Apa pemeriksaan penunjang pada post coital bleeding ?
5. Jelaskan siklus menstruasi normal ?
6. Apa saja kelainan pada menstruasi ?
7. Penyakit apa saja yang di tandai dengan post coital bleeding ?
8. Tes lain yang dapat mendeteksi selain pap smear ?
9. Apa tujuan pemeriksaan gynekologi dan paps smear ?
10. Apa indikasi dan kontraindikasi pada pemeriksaan paps smear ?
11. Bagaimana prosedur pemeriksaan gynekologi dan paps smear ?
12. Bagaimana interpretasi paps smear ?
13. Kapan saja jadwal paps smear ?
14. Apa hubungan banyak pasangan dengan kejadian ca. serviks ?
15. Bagaimana histologi serviks yang normal ?
16. Apa penyebab dysplasia serviks ?
17. Bagaimana patofisiologi dysplasia serviks ?
18. Mengapa dysplasia serviks bias menjadi ca. serviks ?
19. Apa saja klasifikasi dysplasia serviks ?
20. Bagaimana tatalaksana agar dysplasia tidak berkembang menjadi kanker serviks ?
21. Bagaimana alur penegakkan alur diagnosis dari kanker serviks?
22. Apa definisi dari kanker serviks ?
23. Apa etiologi dari kanker serviks ?
24. Apa epidemiologi dari kanker serviks ?
25. Apa saja stadium dari kanker serviks ?
26. Bagaimana manifestasi klinis dari kanker serviks ?
27. Bagaimana patofisiologi dari kanker serviks ?
28. Bagaimana tatalaksana dari kanker serviks ?
29. Apa komplikas dari kanker serviks ?
30. Bagaimana pencegahan dan edukasi dari kanker serviks ?
31. Apa prognosis dari kanker serviks ?
32. Apa makna klinis dari hasil anamnesis dari Ny. Shinta ?
33. Apa tujuan dan manfaat imunsasi HPV ?
34. Kapan dilakukan imunisasi HPV ?
35. Apa dampak jika tidak diberikan imunisasi HPV ?
36. Apa etiologi dari abortus ?
37. Apa saja klasifiasi dari abortus ?
38. Apa saja komplikasi dari abortus ?
39. Bagaimana tatalaksana dari abortus ?
40. Bagaimana alur penegakkan diagnosis kanker ovarium ?
41. Apa definisi dari kanker ovarium ?
42. Apa etiologi dari kanker ovarium ?
43. Apa epidemiologi dari kanker ovarium ?
44. Apa saja stadium dari kanker ovarium ?
45. Bagaimana manifestasi klinis dari kanker ovarium ?
46. Bagaimana patofisiologi dari kanker ovarium ?
47. Bagaimana tatalaksana dari kanker ovarium ?
48. Apa saja komplikasi dari kanker ovarium ?

49. Bagaimana pencegahan dan edukasi dari kanker ovarium ?


50. Bagaimana prognosis dari kanker ovarium ?

ANALISIS MASALAH DAN SINTESIS

1. Apakah ada hubungan usia 50 tahun dengan keluhan ?


Ada karena pada umur 50 tahun telah terjadi proses meneposue yang
menyebabkan proliferasi dari dinding mukosa serviks berkurang sehiingga jika terjadi
koitus sebagian besar akan menyebabkan adanya ulserasi.

2. Apa penyebab dari post coital bleeding ?2,3


a. Eksfoliasi jaringan kanker
b. Terbukanya pembuluh darah
c. Dysplasia serviks : merupakan perubahan pra kanker pada leher Rahim
d. Infeksi di vagina atau serviks
e. Polip serviks massa bertangkai pada serviks
f. Kanker leher Rahim
g. Endometriosis terutama adenomiosis
h. Polip Rahim
i. Mioma uteri yaitu tumor jinak yang berasal dari dinding otot Rahim.
3. Bagaimana mekanisme terjdinya post coital bleeding ?4

Pada polip serviks : lesi ini berasal dari peradangan meskipun lesi ini membentuk tumor
yang mungkin menonjol sebagai masa polipoid. Timbul perdangan kronik dapat
menyebabkan metaplasia sel gepeng pembungkus dan ulserasi. Lesi ini dapat berdarah.
Pada keganasan serviks : pada sel-sel neoplasma dimana mitosis tinggi sehingga akan
terbentuk banyak sel-sel muda. Sel-sel muda ini mengalami gangguan dalam maturasi
sehingga rapuh dan mudah mengalami ulserasi yang dapat menyebabkan perdarahan
Pada umur yang sudah tua terjadi penipisan dari mukosa serviks sehingga jika terjadi
koitus akan mudah timbul ulserasi.

4. Apa pemeriksaan penunjang pada pst coital bleeding ?


a. Pap smear
b. IVA Tes
c. Radiologi/USG
5. Jelaskan siklus menstruasi normal ?3
Siklus ovarium
A. Fase pertumbuhan
Pada sekitar permulaan siklus menstruasi konsentrasi FSH dan LH meningkat
yang akan menyebabkan percepatan pertumbuhan sel teka dan sel granulosa dalam
sekitar 20 folikel ovarium setiap bulan. Sel teka dan sel granulosa juga menyekresikan
cairan folikular yang mengandung estrogen. Penimbunan cairan ini dalam folikel
menyebabkan terbentuknya antrum. Setelah antrum terbentuk, sel teka dan sel granulosa
terus mengadakan proliferasi , dan setiap folikel yang sedang tumbuh menjadi folikel
vesicular. Bila folikel ini terus berkembang, sel teka dan sel granulosa terus berkembang
pada satu kutub folikel. Dalam massa ini terletak ovum. Setelah pertumbuhan selama satu
minggu atau lebih, salah satu folikel mulai tumbuh keluar dari semua lumen, sisanya
mulai mengalami involusi (atresia). Hal ini disebabkan folikel yang berkembang pesat
menyekresikan lebih banyak estrogen sehingga menimbulkan penghambatan umpn balik
sekresi hormone gonadotropin FSH. Kekurangan rangsangan FSH pada folikel yang tidak
berkembang inilah yang menyebabkan folikel atresia.
B. Fase ovulasi

Dengan bertambah matang folikel hingga akhirnya matang benar, dan oleh karena
pembentukan cairan folikel makin bertambah, maka folikel makinterdesak ke permukaan
ovarium, malahan menonjol keluar. Sel-sel pada permukaan ovarium menjadi tipis,
folikel pecah dan keluarlah cairan dari folikel bersama-sama ovum yang dikelilingi selsel kumulus oofurus. Ovulasi terjadi pada hari ke 14 setelah timbulnya menstruasi.

C. Fase Luteal
Selama hari terakhir sebelum ovulasi dan diteruskan selama sehari atau lebih
setelah ovulasi dibawah rangsangan hormon luteinisasi, sel-sel teka dan sel granulose
mengalami luteinisasi. Jadi massa sel yang masih tetap pada tempat folikel yang pecah
menjadi korpus luteum yang menyekresikan hormone progesterone dan estrogen. Setelah
itu ia mulai mengalami involusi dan kehilangan fungsi sekresinya serta sifat lipidnya
sekitar 12 hari setelah ovulasi yang kemudian menjadi korpus albikans.
Siklus Endometrium
A. Fase Proliferasi (fase estrogen)
Setelah menstruasi hanya lapisan tipis stroma endometrium tersisa pada basis
endometrium asli, dan satu-satu nya sel epitel yang tertinggal terletak pada bagian dalam
sisa-sisa kelenjar dan kriptus endometrium. Di bawah pengaruh estrogen yang sekresinya
ditingkatkan oleh ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan selsel epitel dengan cepat berproliferasi. Permukaan endometrium mengalami reepitelisasi
dalam 3-7 hari setelah permulaan menstruasi
B. Fase Sekresi (fase progesterone)
Selam separuh terakhir siklus seksual, progesterone dan estrogen disekresikan
dalam jumlah besar oleh korpus luteum. Estrogen menyebabkan proliferasi sel tambahan
dan progesterone menyebabkan pembengkakan hebat dan pembentukan sekresi
endometrium. Kelenjar tambah berkelok-kelok, zat yang disekresikan tertimbun dalam
sel epitel kelenjar, dan kelenjar menyekresikan sedikit cairan endometrium.

C. Fase menstruasi
Menstruasi disebabkan oleh karena penurunan mendadak progesterone dan
estrogen pada akhir siklus haid ovarium. Selama menstruasi normal, sekitar 35 ml darah
dan 35 ml cairan serosa hilang

6. Apa saja kelainan pada siklus menstruasi ?3


Jawab :
Kelainan pada siklus menstruasi , digolongkan dalam :
1) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
a. Hipermenorea atau menoragia.
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau
lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).Penyebab adalah mioma uteri,
polip endometrium, dan lain-lain.
b. Hipomenorea.
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih
kurang dari biasa.Sebab-sebanya terletak pada konstitusi penderita pada
uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan endokrin, dna
lain-lain.
2) Kelainan siklus :
a. Polimenorea.
Polimenorea adalah siklus haid lebih pendek dari biasa ( kurang dari 21
hari).Disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan
ovulasi atau menjadi pendeknya masa luteal.
b. Oligomenorea.
Disini siklusnya lebih panjang lebih dari 35 hari.Pada kebanyakan kasus
oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.
c. Amenorea.
Amenorea adalah keadaan tidak adanya hadi untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut.Dibagi 2 jenis :
o Primer : wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah haid, sebabsebab kelainan lebih berat misalnya kelainan-kelainan kongenital
dan kelainan-kelainan genetik.
o Sekunder : wanita pernah mendapat haid tetapi kemudian tidak
dapat lagi, sebab-sebabnya seperti gangguan gizi, metabolisme,
tumor-tumor, penyakit infeksi dan lain-lain.
3) Perdarahan di luar haid :
a. Metroragia.
4) Gangguan lain yang berhubungan dengan haid :
a. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
b. Mastodinia.
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. Dismenorea.
7. Apa penyakit yang ditandai dengan postcoital bleeding?3

Perdarahan sewatu atau setelah koitus dapat merupakan gejala dini dari karsinoma
serviks uteri, walaupun itu dapat disebabkan pula oleh erosi portio,polip serviksm atau
vulnus traumatikum postkoitum (himen robek disertai perdarahan dari arteri kecil dari
koitus pertama, atau pada permukaan forniks posterior )
8. Tes apa saja yang dilakukan selain paps smear ?2,5
Bagi kelompok perempuan berisiko tinggi (infeksi hPV, HIV, kehidupan seksual
yang berisiko) dianjurkan pemeriksaan tes Pap setiap tahun. Pemastian diagnosis
dilaksanakan dengan biopsi serviks. Diagnosis kanker serviks diperoleh melalui
pemeriksaan klinis berupa anamnesis, pemeriksaan fisik dan ginekologik, termasuk
evaluasi kelenjar getah bening, pemeriksaan panggul dan pemeriksaan rektal. Biopsi
serviks merupakan cara diagnosis pasti dari kanker serviks, sedangkan tes Pap dan/atau
kuret endoserviks merupakan pemeriksaan yang tidak adekuat. Pemeriksaan radiologik
berupa foto paru-paru, pielografi intravena atau CT-scan merupakan pemeriksaan
penunjang untuk melihat perluasan penyakit, serta menyingkirkan adanya obstruksi
ureter.
Pemeriksaan laboratorium klinik berupa pemeriksaan darah tepi, tes fungsi ginjal,
dan tes fungsi hati yang diperlukan untuk mengevaluasi fungsi organ serta menentukan
jenis pengobatan yang diberikan.

9. Apa tujuan dan manfaat pemeriksaan ginekologi?5


1. Ginekologi
a. Untuk mengetahui kesehatan alat reproduksi wanita
b. Untuk membantu dalam menegakkan diagnosis
2. Paps smear
a. Dilakukan untuk kepentingan diagnosis dini dari karsinoma servisis
uteri dan karsinoma korposis uteri.
b. Secara tidak langsung dapat dipakai untuk mengetahui fungsi
hormonal karena pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
perubahan-perubahan khas pada sel-sel selaput vagina.

c. Maturitas kehamilan dapat pula ditentukan dengan cara ini walaupun


hasilnya tidak selalu memuaskan.
d. Deteksi ke arah peradangan seperti servisitis, colpitis bila leukosit dan
limfosit meningkat.

10. Apa indikasi dan kontraindikasi dari pemeriksaan paps smear?5


a. Indikasi :
o Menikah usia <20 tahun
o Pernah koitus
o Melahirkan > 3x
o Pernah menggunakan alat kontrasepsi (IUD>5tahun)
o Mengalami pendarahan setiap koitus
o Mengalami keputihan
b. Kontraindikasi :
o Wanita yang belum pernah koitus
o Wanita dengan histerektomi: skrining rutin tidak dilanjutkan apabila
serviks telah diangkat dan tidak ada riwayat pertumbuhan sel yang
abnormal atau ke arah keganasan

11.

Bagaimana prosedur pemeriksaan gynekologi dan paps smear ?6


Jenis-jenis pemeriksaan ginekologi yakni :
1 Anamnesis.
Secara rutin menanyakan : umur penderita, sudah menikah atau belum, paritas,
siklus haid, penyakit yang pernah diderita, terutama kelainan ginekologik serta
pengobatannya dan operasi yang pernah dialami.
Perlu juga ditanyakan :
a Riwayat penyakit umum : pernah menderita penyakit berat atau
penyakit tuberkulosis, penyakit jantung, penyakit ginjal, darah
b

penyakit diabetes mellitus dan lain-lain.


Riwayat obstetrik : apakah pernah keguguran, apakah persalinannya
normal, diselesaikan dengan tindakan atau dengan operasi (seksio

sesarea) dan bagaimana nasib anaknya.


Riwayat ginekologik : riwayat penyakit/kelainan ginekologik serta
pengobatannya, operasi yang pernah dialami.Jika pernah diperiksa
oleh dokter lain, tanyakan hasil-hasil pemeriksaan dokter itu.

Riwayat haid : Perlu diketahui menarche, siklus haid normal atau


tidak, banyaknya darah keluar drai haid, disertai rasa nyeri atau tidak,
dan menopause.Selalu harus ditanyakan tanggal haid terakhir yang

abnormal.
Keluhan sekarang : mendengar keluhan penderita snagta penting untuk
pemeriksaan.Pertanyaan : untuk apa nyonya datng kemari ? atau

apa keluhan nyonya ?


Perdarahan : perlu ditanyakan apakah perdarahan itu ada hubungannya
dnegan silus haid atau tidak, banyaknya dan lamanya perdarahan.Jadi
eprlu diektahui apakah itu menoragia, hipermenorhea, polimenorhea,

ataukah hipomenorhea, oligomenorea ataukah metroragia.


Fluor albus (leukhorea) : perlu ditanyakan sudah berapa lama keluhan
itu terus-menerus atau pada waktu-waktu tertentu saja, banyaknya,

warnannya, baunya, disertai rasa gatal/nyeri atau tidak.


Rasa nyeri : perlu ditanyakan dimana letak nyerinya, di perut, panggul
atau alat kelamin luar, untuk mengetahui hebatnya rasa nyeri tanyakan
apakah wanita dapat melakukan pekerjaan sehari-hari atau ia sampai
harus berbaring dan minum obat-obatan antinyeri, bagaimana sifat
nyeri yang dirasakan (seperti mulas-mulas, seperi ngilu atau seperti
ditusuk-tusuk).Ditanyakan juga lamanya nyeri, terusmenerus atau

berkala, dan lokalisasinya.


Miksi : perlu ditanyakan rasa nyeri waktu kencing, seringnya kencing,

retensio urine, kencing tidak lancar atau tidak tertahan.


Defekasi : penderita selalu harus ditanya tentang buang air besarnya,
apakah ada kesulitan defekasi (mungkin tumor menekan rektum atau
ada striktula rekti), apakah defekasi disertai rasa nyeri, atau beraknya

2
3

encer atau lendir, nanah, atau darah.


Pemeriksaan umum payudara dan perut.
Pemeriksaan ginekologi.
a Pemeriksaan genitalia eksterna.
b Pemeriksaan dengan spekulum.
c Pemeriksaan bimanual.
d Pemeriksaan rektal.
e Pemeriksaan dalam narkosis.
Pemeriksaan khusus :
a Pemeriksaan laboratorium biasa.

b Pemeriksaan getah vulva dan vagina.


c Pemeriksaan sitologi vagina.
d Percobaan schiller.
e Kolposkopi
f Eksisi percobaan dan konasi.
g Sonografi transvaginal.
h Histeroskopi.
Cara pemeriksaan ginekologi adalah :

No

Langkah
1

Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan dan imformed consent

Persiapkan alat yang dibutuhkan : sarung tangan steril, kapas DTT, pelumas/jelli,

speculum, larutan klorin 0,5 %


Cuci tangan dan kenakan handscoon

Persilahkan pasien berbaring dalam posisi litotomi dan pemeriksa berdiri

didepan vulva
Lakukan tindakan aseptic antiseptic pada vulva dengan menggunakab kapas

sublimat dari arah atas ke bawah


Inspeksi :
7 Nilai kondisi : mons pubis, labia mayora dan minora, klitoris, hymen, anus, dan
perineum (hematoma/ edema, sikatrik, benjolan, tanda radang)
Inspekulo :
8 Beri pelumas/jelli pada speculum , usahakan speculum telah dihangatkan
9

Masukkan speculum dengan ukuran sesuai secara miring, agar tidak mengenai

meatus uretra eksternum


10 Spekullum dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina lalu dibuka hungga
serviks terlihat jelas
11 Kencangkan/kunci speculum
12 Nilai kondisi serviks : warna, ulserasi, tumor, perdarahan, keputihan
13 Sekrup speculum dikendurkan dan speculum diputar kembali pada posisi semula
(miring). Speculum perlahan-lahan ditarik keluar
Pemeriksaan bimanual :
14 Beri jeli pada jari telunjuk dan jari tengah
15 Ibu jari dan telunjuk tanagn kiri membuka labia
16 Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina dengan menekankan kearah
komisura posterior yang kemudian diikuti jari telunjuk
17 Setelah jari tengah dan telunjuk tangan kanan masuk, tangan kiri dipindahkan
keatas sympisis untuk memfiksasi uterus
18 Nilai kondisi serviks: posisi , ukuran, nyeri goyang portio
19 Nilai kondisi uterus: ukuran, bentuk, nyeri tekanm benjolan
20 Letakkan tangan kanan disamping serviks, tangan kiri pada sisi yang sama diatas

Cara pemeriksaan paps smear :


1
2
3
4
5

Beri label nama pada ujung kaca objek.


Masukkan spekulum, dapat diberikan air atau salin jika perlu.
Lihat adanya abnormalitas serviks.
Identifikasi zone transformasi.
Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan zona

transformasi.
Putar spatula 360 disekitar mulut serviks sambil mempertahankan kontak dengan

permukaan epitelial.
Dengan putaran searah jarum jam diawali (dan diakhiri pada jam 9 atau
berlawanan arah jarum jam dari jam 3 ke jam 3), hasil yang terkumpul

dipertahankan horizontal pada permukaan atasnya ketika instrumen dikeluarkan.


Jangan memulas sampel pada saat ini jika belum akan difiksasi.Pegang spatula
antara jari dari tangan yang tidak mengambil sampel (atau letakkan pada kaca
obyek dengan spesimen muka diatas), sementara sampel dari cytobrush

dikumpulkan.
Cytobrush mempunyai bulu sikat sirkumferen yang dapat kontak dnegan seluruh

permukaan mulut serviks ketika dimasukkan.


10 Cytobrush hanya perlu diputar minimal 1-1 putaran searah jaru jam, tergantung
keadaan ostium serviks.
11 Pulas sampel pada spatula pada kaca obyek dengan satu gerakan halus.
12 Kemudian pulas cytobrush tepat diatas sampel sebelumnya dengan memutar
gagangnya berlawanan dengan arah jarum jam.

13 Pulasan harus rata dan terdiri dari satu lapisan, hindari gumpalan besar sebisanya
juga dihindari manipulasi berlebihan yang dapat merusak sel, pindahkan sampel
dari kedua instrumen ke kaca obyek dalam beberapa detik.
14 Fiksasi
12. Bagaimana interpretasi paps smear ?3,4,7
Interpretasi/hasil :
1. Negative : tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitology dalam 1 tahun
lagi
2. Inkonklusif : sediaan tidak memuaskan. Disebabkan fiksasi tidak baik, tidak
ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel. Ulangi
pemeriksaan sitology setelah dilakukan pengobatan radang dan sebagainya
3. Dysplasia : terdapat sel-sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopis. Derajat
ringan, sedang, sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfrimasi dengan
kolposkopi dan biopsy. Lakukan pnanganan lebih lanjut dan harus diamati minimal
6 bulan berikutnya
4. Positif : terdapat sel-sel ganas pada pengamatan mikroskopis. Harus dilakukan
biopsy uantuk memastkian diagnosis. Penanganan harus dilakukan dirumah sakit
rujukan dengan seorang ahli onkologi
5. HPV : pada infeksi virus ini dapat ditemukan sediaan negative atau dysplasia.
Dilakukan pemantauan ketat dengan konfirmasi kolposkopi dan ulangi pap smear.

13.

Kelas I

: Berarti negatif (tidak ditemukan sel-sel ganas)

Kelas II

: Berarti ada sel-sel atipik, akan tetepi tidak mencurigakan

Kelas III

: Berarti ada sel-sel atipik, dicurigai keganasan

Kelas IV

: Ada kemungkinan tumor ganas

Kelas V

: Berarti jelas tumor ganas

Kapan saja jadwal paps smear ?6

Dapat dilakukan pada seorang wanita 3 tahun setelah senggama pertama kali ataua

2
3

tidak melebihi umur 21 tahun.


Pemeriksaan rutin tiap tahun s/d umur 30 tahun.
Dilakukan setiap 2-3 tahun,bila dalam 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil

normal pada usia diatas 30 tahun.


Pada hari 10-20 siklus haid.
Organisasi

Mulai paps smear

Efek

Usia berapa harus

pemeriksaan

berhenti

paps smear

melakukan
pemeriksaan paps

American cancer 3
society 2004

tahun

smear
tahun Total histerektomi

setelah Setiap

hubungan seksual, tidak dengan

pada lesi yang jinak

> 21thn

70 tahun dengan

pengecualian :
Tiap

hasil PAP smear


tahun, jika normal 3 kali, dan
peralatan
tidak ada hasil PAP
berbasis

smear

abnormal

cairan.
dalam 10
Tiap 2-3
terakhir.
tahun jika
3

tahun

kali

berturutturut hasil
tes normal
pada
wanita
United

30 tahun.
States Maksimal 3 tahun dari Setidaknya
3 PAP

Preventative
Services
Force 2004

aktivita seksual pertama tahun


Task atau usia 21 tahun.

smear

di

sekali. rekomendasikan

(tidak ada bukti untuk wanita yang


ilmiah

bahwa berusia > 65 tahun,

setiap tahun lebih jika

dengan

hasil

baik dari setiap 3 skriningnya normal


tahun)

dan tidak ada resiko


kanker serviks.
PAP
smear
direkomendasikan
untuk wanita yang
telah

American College 3

tahun

of Obstertrics and hubungan


Gynecology

histerektomi

total

dengan

yang

lesi

jinak.
tahun Sulit

setelah Setiap
seksual sampai

usia

pertama atau usia 21 tahun.Saat


tahun.

dilakukan

untuk

30 menentukan
awal pada

batas
wanita

30 tahun, jika 3 postmenopause yang


kali

hasil

PAP di skrining selama

tahunannya

2-3 tahun memiliki

normal,

maka resiko yang sangat

pemeriksaan PAP rendah

untuk

dilakukan

paps

setiap berubahnya

2-3 tahun.

smear

menjadi

abnormal.

14.

Apa hubungan banyak pasangan dengan kejadian ca. serviks ?6


Banyak pasangan atau berganti-ganti pasangan merupakan salah satu faktor risiko
minor dari kejadian ca. serviks. Berganti-ganti pasangan akan meningkatkan
kemungkinan virus ini ditularkan dari orang yang sudah terinfeksi ke orang lainnya.

Adapun faktor risiko dari kanker serviks dibagi 2 yakni :


1 Risiko mayor, infeksi Human Papilloma Virus (HPV), terutam tipe 16 dan 18
merupakan penyebab utama kanker serviks HPV sendiri ditransmisikan melalui
2

hubungan seksual.
Risiko minor, dari kanker serviks adalah :
a Menikah usia muda (<20 tahun)
b Memiliki banyak pasangan seksual ( baik perempuan maupun
c

pasangannya)
Terpapar IMS (Infeksi Menular Seksual) antara lain : chlamydia,

d
e
f

gonorhea, dan HIV/AIDS.


Memakai pil kontrasepsi jangka panjang.
Merokok.
Defisiensi vitamin A/C/E.

15. Bagaimana histology serviks yang normal ?6


Serviks terdiri dari epitel dan jaringan stroma dibawahnya.Epitel ektoserviks adalah
epitel gepeng berlapis (skuamosa) dan tidak berkeratin (nonkreatinizing stratified squamous
epithelium).Epitel skuamosa terdiri dari empat lapis sel, yaitu : lapisan basal, parabasal,
intermediate dan superfisial.Lapisam basal terdiri dari satu lapis sel dan berada diatas
membran basalis yang tipis.
Endoserviks ditutupi oleh epitel kolumnar selapis yang mensekresi musin, yang
menutupi permukaan dan kelenjar-kelenjar dibawahnya.Kelenjar ini bukanlah kelenjar
sebenarnya, tetapi merupakan lipatan-lipatan yang mengarah kedalam menyerupai celah
(criptus) dengan sejumlah kolateral-kolateral menyerupai terowongan.
16. Apa yang menyebabkan dysplasia serviks?3
Penyebab :
99% HPV (Human Papiloma Virus), ada 100 tipe. Tipe high risk :
16, HPV 18, HPV 31, HPV 33, HPV 45.
Faktor resiko :
o Aktivitas seksual pada usia kurang dari 18 th
o Sering berganti pasangan seksual, termasuk suami (mediator)
o Ibu yang melahirkan banyak anak
o Kurang kebersihan alat kelamin
o Sering infeksi di daerah kelamin (PMS)
o Merokok
o Polusi

HPV

17. Bagaimana patofisiologi dysplasia serviks?5,8


Servix dilapisi oleh 2 macam epitel yaitu epitel squamosa dan epitel
kolumner.Epitel

squamosa

menutupikanalisservikalis

menutupi
Epitel

serviks

squamosa

bagianluar
dan

dan

epitel

epitel

kolumner

kolumner

bertemu

membentuksambungan squamokolumner (SSK).


Dengan adanya pH vagina yang rendah dapat terjadi perubahan epitel kolumner
menjadi epitel squamosa, perubahan tersebut dinamakan metaplasia.
Prosesmetaplasia ini dianggap sebagai peristiwa normal dan terjadi pada
kebanyakan wanita. Epitel squamosa yang terjadi akibat proses metaplasia disebut epitel
squamosa metaplastik dan daerah yang terjadi akibat metaplasia disebut zone
transpormasi.
Jika terdapat mutagen pada serviks seperti sperma yang mengandung virus HSV
tipe 2, klamidia dan HPV pada saat fase aktif atau fase awal dari metaplasia, maka sel-sel
metaplastik dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas dan dapat menyebabkan
kelainan yang disebut displasia.
18. Mangapa dysplasia serviks bisa menjadi kanker serviks?5,8
Displasia yang terjadi dari yang ringan, sedang, berat dan selanjutnya dapat
berkembang menjadi kanker serviks jika daya tahan tubuh tidak dapat mengatasi sel-sel
tersebut. Perubahan dari displasia ringan ke sedang dan selanjutnya membutuhkan waktu
yang cukup lama sekitar 3 5 tahun sehimgga kita mempunyai waktu untuk melakukan
deteksi dini dengan Pap Smear.
19. Apa saja klasifikasi dysplasia serviks?5,8
Klasifikasi displasia :
o Displasia Ringan

= lapisan basal dengan sel-sel tidak matur lebih menebal

dan disana-sini tampak pleimorfi dan mitosis, tetapi statifikasinya masih teratur.
o Displasia sedang
o Displasia Berat
= lapisan epitel matur tipis, dan lapisan dibawahnya
menunjukkann adanya gangguan maturasi, pleiomorfi dan tampak banyak mitosis

20. Bagaimana tatalaksana dysplasia agar tidak berkembang menjadi kanker serviks?5,8
Tatalaksana dari dysplasia tergantung pada derajat keparahan dysplasianya
o Displasia Ringan

= biasanya dapat sembuh dengan sendirinya, yang sangat

dipengaruhi oleh daya imunitas tubuh, jika imunitas tubuh menurun dysplasia ini
akan dapat berkembang menjadi kanker serviks
o Displasia sedang
= biasanya dengan kemoterapi dan dilaksanakannnya eksisi
pengangkatan jaringan yang terkena dysplasia
o Displasia Berat
= hampir sama dengan yang sedang, namun dilaksanakan
dulu eksisi, dan dikontrol dengan kemoterapi atau radioterpi.
21. Bagaimana alur penegakan diagnosis ?3,5
a. Anamnesis
Pada fase permulaan yang perlu ditelusuri adalah riwayat perjalanan seksual
pasien, kapan pertama kali kontak seksual, pasien dan pasangan apakah dalam
risiko tinggi penyakit seksual dan atau multipartner seksual.Pada fase lanjut yakni
nekrosis dan perubahan proliperatif jaringan serviks timbul beberapa keluhan
yakni :
o Perdarahan pervaginam/bercak-bercak darah abnormal yang tidak teratur
diantara fase menstruasi.
o Timbul setelah kontak seksual.
o Bercak kemerahan atau kekuningan berbau busuk yang keluar dari vagina.
o Lesi nekrotik
o Nyeri pelvik
o Kesulitan berkemih dan defekasi.
o Nyeri punggung.
o Kaki bengkak (khasnya unilateral)
o Nyeri neuropatik.
b. Pemeriksaan fisik.
Selain untuk melihat keadaan umum, staus gizi penderita juga dapat untuk
mencari anak sebar pada kelenjar getah bening (supraklavikula, aksila dan
inguinal) atau metastasis ke organ lain seperti paru-paru,hati jantung.
c. Pemeriksaan ginekologi.
Pada pemeriksaan ginekologi ditemukan adanya lesi abnormal pada serviks yang
ebrsifat nekrotik dan rapuh.Perluasan ke parametrium, dinding samping dan ke
ligamentum

sakrouterina

dapat

ditentuka

melalui

pemeriksaan

rektovaginal.Adanya lesi invansif serviks sering ditemukan dalam 2 bentuk yaitu


eksofitik dan endofitik.Tumor eksofitik tumbuh menyerupai bentuk papiler atau
papiloid, rapuh dan mudah berdarah sedangakan tumor endofitik tumbuh kedalam
stroma serviks sehingga perubahan bentuk pada permukaan serviks sangat
minimal.
d. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk menilai adanya kelainan darah
(darah perifer lengkap, hitung jenis), fungsi hati (SGOT/SGPT), ginjal
(Ureum/Kreatinin/CCT/BNO-IVP), paru (Cest X-ray) serta penyakit penyerta lain
yang timbul sebagai akaibat dari metastase kanker serviks, seperti adany efusi
pleura, coin lession atau proses di tulang belakang.
22. Apa definisi dari kanker serviks ?3
Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada leher rahim.
Kanker serviks sering ini disebut juga dengan kanker leher rahim atau kanker mulut
rahim dimulai pada lapisan serviks.
23. Apa etiologi dari kanker serviks ?3,5
Salah satu penyebab kanker serviks adalah karena infeksi human Papilloma Virus
(hPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Dalam perkembangan
kemajuan di bidang biologi molekulaer dan epidemiologi tentang hPV, kanker serviks
disebabkan oleh virus HPV.
24. Apa epidemiologi dari kanker serviks ?3
Penyakit kanker perempuan yang menimbulkan kematian terbanyak akibat
penyakit kanker terutama di negara berkembang. Diperkirakan di jumpai kanker serviks
baru sebanyak 500.000 orang di seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di negara
berkembang. Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi human Papilloma Virus
(hPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Dalam perkembangan
kemajuan di bidang biologi molekuler dan epidemiologi tentang hPV, kanker serviks
disebabkan oleh virus hPV. Banyak penelitian dengan studi kasus kontrol dan kohort
didapatkan risikorelatif (RR) hubungan antara infeksi hPV dan kanker serviks antara 20
sampai 70%.

25. Apa saja stadium kanker serviks ?3


Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000
Stadium 0
Stadium I
Stadium I A

I A1
I A2
Stadium I B
I B1
I B2
Stadium II
II A
II B
Stadium III

III A
III B
Stadium IV
IV A
IV B

: karsinoma insitu, karsinoma intraepitelial


: karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke
korpus uteri di abaikan)
: invasi kanker ke stroma hanya dapat didagnosis secara
mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara
mikroskopik walau dengan invasi yang superfisial
dikelompokkan pada stadium IB
: invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3,0mm
lebar horizontal lesi tidak lebih 7mm
: invasi ke stroma lebih dari 3mm tapi kurang dari
5mm dan perluasan horizontal tidak lebih dari 7mm
: lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara
mikroskopik lesi lebih luas dari stadium I A2
: lesi yang tampak tidak lebih dari 4cm dari diameter
Terbesar
: lesi yang tampak lebih dari 4cm dari diameter terbesar
: tumor telah mengivasi di luar uterus, tetapi belum
mengenai dinding panggul atau sepertiga distal/ bawah
vagina
: tanpa invasi ke parametrium
: sudah mengivasi parametrium
: tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau
mengenai sepertiga bawah vagina dan/ atau
menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya
ginjal
: tumor telah meluas ke sepertiga bawah vagina dan
tidak invasi ke parametrium tidak sampai dinding
panggul
: tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau
menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya
ginjal
: tumor meluas ke luar dari organ reproduksi
: tumor mengivasi ke mukosa lambung kemih atau
Rektum dan/ atau ke luar dari rongga panggul minor
: metastasis jauh penyakit mikroinvasif : invasi stroma
dengan kedalaman 3mm atau kurang dari membran
basalis epitel tanpa invasi ke rongga pembuluh limfe/
darah atau melekat dengan lesi kanker serviks

26. Bagaimana manifestasi klinis dari kanker serviks?3


Tanda-tanda dini kanker serviks mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda-tanda
dini yang tidak spesifik seperti sekret vagina yang agak berlebihan dan kadang-kadang
disertai dengan bercak perdarahan. Gejala umum yang sering terjadi berupa perdarahan
pervaginam (pascasanggama, perdarahan di luar haid) dan keputihan.
Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar cairan pervaginam yang berbau
busuk, nyeri panggul, nyeri pinggang dan pinggul, sering berkemih, buang air kecil atau
buang air besar yang sakit. Gejala penyakit yang residif berupa nyeri pinggang, edema
kaki unilateral, dan obstruksi ureter
27. Bagaimana patofisiologi dari kanker serviks?5,8
Kausa utama karsinoma serviks adalah infeksi virus Human Papilloma yang
onkogenik. Risiko terinfeksi HPV sendiri meningkat setelah melakukan aktivitas seksual.
Pada kebanyakan wanita, infeksi ini akan hilang dengan spontan. Tetapi jika infeksi ini
persisten maka akan terjadi integrasi genom dari virus ke dalam 21genom sel manusia,
menyebabkan hilangnya kontrol normal dari pertumbuhan sel serta ekspresi onkoprotein
E6 atau E7 yang bertanggung jawab terhadap perubahan maturasi dan differensiasi dari
epitel serviks (WHO, 2008). Menurut Budiningsih (2007) dalam Sawono (2007), lokasi
awal dari terjadinya karsinoma serviks biasanya pada atau dekat dengan pertemuan epitel
kolumner di endoserviks dengan epitel skuamous di ektoserviks atau yang juga dikenal
dengan squamocolumnar junction. Terjadinya karsinoma serviks yang invasif
berlangsung dalam beberapa tahap. Tahapan pertama dimulai dari lesi pre-invasif, yang
ditandai dengan adanya abnormalitas dari sel yang biasa disebut dengan displasia.
Displasia ditandai dengan adanya anisositosis (sel dengan ukuran yang berbedabeda),
poikilositosis (bentuk sel yang berbeda-beda), hiperkromatik sel, dan adanya gambaran
sel yang sedang bermitosis dalam jumlah yang tidak biasa. Displasia ringan bila
ditemukan hanya sedikit sel-sel abnormal, sedangkan jika abnormalitas tersebut mencapai
setengah ketebalan sel, dinamakan displasia sedang. Displasia berat terjadi

bila

abnormalitas sel pada seluruh ketebalan sel, namun belum menembus membrana basalis.
Perubahan pada displasia ringan sampai sedang ini masih bersifat reversibel dan
sering disebut dengan Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN) derajat 1-2. Displasia
berat (CIN 3) dapat berlanjut menjadi karsinoma in situ. Perubahan dari displasia ke
karsinoma in situ sampai karsinoma invasif berjalan lambat (10 sampai 15 tahun). Gejala

pada CIN umumnya asimptomatik, seringkali terdeteksi saat pemeriksaan kolposkopi.


Sedangkan pada tahap invasif, gejala yang dirasakan lebih nyata seperti perdarahan
intermenstrual dan post koitus, discharge vagina purulen yang berlebihan berwarna
kekuning-kuningan terutama bila lesi nekrotik, berbau dan dapat bercampur dengan darah
, sistisis berulang, dan gejala akan lebih parah pada stadium lanjut di mana penderita akan
mengalami cachexia, obstruksi gastrointestinal dan sistem renal.
28. Bagaimana tatalaksana dari kanker serviks?3,7
a) Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker serviks sampai
stadium IIA dan dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi
mempunyai keunggulan dapat meninggalkan ovarium pada pasien usia
pramenopause. Kanker serviks dengan diameter lebih dari 4 cm menurut beberapa
peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi daripada operasi. Histerektomi
radikal mempunyai mortalitas kurang dari 1%. Morbiditas termasuk kejadian
fistel (1-2%), kehilangan darah, atonia kandung kemih yang membutuhkan
kateterisasi intermitten, antikolinergik, atau alfa antagonis
o Stadium I A1 tanpa invasi limfo-vaskuler : Konisasi serviks atau
histerektomi totalis simpel. Resiko metastasis ke KGB / residif 1%.
o Stadium I A1 dengan invasi limfo-vaskuler, stadium I A2. Modifikasi
histerektomia radikal (tipe II) dan limfadenoktomia pelvik. Stadium I A1
dengan invasi limfovaskuler didapati 5% resiko metastasis KGB.
o Stadium I A2 berkaitan dengan 4% sampai 10% resiko metastasis KGB.
o Stadium I B sampai stadium II A : Histerektomi radikal (tipe III) dan
limfadenektomia pelvic dan para-aorta.
o Radiasi ajuvan diberikan pascabedah pada kasus dengan resiko tinggi (lesi
besar, invasi linfo-vaskuler atau invasi stroma yang dalam). Radiasi
pascabedah dapat mengurangi residif sampai 50%.
b) Radioterapi
o Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai
stadium II B sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil
tetapi tidak merupakan kandidat untuk pembedahan. Penambahan

Cisplatin selama radioterapi whole pelvic dapat memperbaiki kesintasan


hidup 30-50%.
o Komplikasi radiasi yang paling sering adalah komplikasi gastrointestinal
seperti proktitis, colitis, dan traktus urinarius seperti sistitis dan stenosis
vagina.
o Teleterapi dengan radioterapi whole pelvic diberikan dengan fraksi 180200 cGy perhari selama 5 minggu sebagai awal pengobatan. Tujuannya
memberikan radiasi seluruh rongga panggul, parametrium, kelenjanr getah
bening iliaka, dan para-aorta.
o Teleterapi kemudian dilanjutkan dengan brakiterapi dengan menginsersi
tandem dan ovoid (dengan dosis total ke titik A 8500 cGy dan 6500 cGy
ke titik B) melalui 2 aplikasi.

Tujuan brakiterapi untuk memberikan

radiasi dosis tinggi ke uterus, serviks, vagina, dan parametrium.


o Titik A adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 2 cm
lateral dari garis tengah uterus. Titik ini berada di parametrium.
o Titik B adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 5 cm
lateral dari garis tengah uterus. Titik ini berada di dinding pelvis.
o Radioterapi ajuvan dapat diberikan pada pasien pascabedah dengan resiko
tinggi.
c) Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi ajuvan
atau untuk terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif adalah
Cisplatin. Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang sama dengan Cisplatin.
Jenis kemoterapi lainnya yang mempunyai aktivitas yang dimanfaatkan dalam
terapi adalah Ifosfamid dan paclitaxel.

29. Bagaimana komplikasi dari kanker serviks?3,5


Dapat mengalami penyebaran (metastasis). Penyebaran kanker serviks ada tiga
macam, yaitu :

Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah bening lainnya.


Melalui pembuluh darah (hematogen)
Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing dan
rectum.

Penyebaran jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe terutama ke paru-paru,
kelenjar getah bening mediastinum dan supraklavikuler, tulang dan hati. Penyebaran ke
paru-paru menimbulkan gejala batuk, batuk darah, dan kadang-kadang nyeri dada.
Kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula terutama sebelah kiri.

30. Bagaimana pencegahan dan edukasi dari kanker serviks ?5


Pencegahan primer
- diri
: menjauhi faktor risiko KS
-sosial
: penyuluhan
Pencegahan sekunder
-diri
: melakukan skrining/deteksi dini. Antara lain
Tes PAP, IVA, Kolposkopi
-sosial
: menhimbau agar melakukan deteksi
Pencegahan tersier
-diri
: mendapatkan pengobatan yang adekuat
-sosial
: dorongan mental/semangat kepada pendarita
kanker, dukungan fasilitas

31. Apa prognosis dari kanker serviks ?3


Faktor yang menentukan prognosis adalah :
1. Umur penderita
2. Keadaan umum
3. Tingkat klinik keganasan
4. Ciri-ciri hitologik sel tumor
5. Kemampuan ahli atau tim ahli yang menangani
6. Sarana pengobatan yang ada
Angka ketahanan hidup 5 tahun:
- Tis : 100%
- T1 : 70 - 80%
- T2 : 40 60%
- T3 : 30 40%
- T4 : <10%

Faktor utama yang menimbulkan residif termasuk invasi limfo-vaskuler,


metastasis kelenjar getah bening, kedalam invasi stroma, batas sayatan
operasi, dan ukuran tumor. Jenis karsinoma sel skuamosa dan

32.

adenokarsinoma tidak berbeda prognosisnya.


Faktor lain untuk timbulnya residif termasuk ploidi DNA tumor dan

ekspresi onkogen khusus.


Apa makna klinis dari hasil anamnesis ?
o Shinta tidak memiliki banyak pasangan menandakan bahwa Ny. Shinta bukanlah
penganut Multiple sexual partners yang merupakan salah satu faktor resiko utama
terjadinya kanker serviks.
o Belum pernah medapatkan imunisasi HPV menandakan bahwa Ny. Shinta akan
beresiko mudah terinfeksi virus HPV dan kanker serviks.
o Memiliki 5 orang anak dan pernah mengalami abortus dua kali.
o Saudara perempuan Shinta juga ada yang menderita kanker ovarium .

33. Apa tujuan dan manfaat imunisasi HPV ?9


1) Tujuan dari imunisasi HPV adalah mencegah infeksi HPV 16, 18 (karsinogen
kanker serviks),namun tidak bertujuan untuk terapi.
2) Manfaat imunisasi HPV adalah Lama proteksi vaksin bivalen 53 bulan, dan vaksin
quadrivalen berkisar 36 bulan, Vaksinasi HPV memberi perlindungan terhadap
infeksi HPV sebesar 89%.
Karena, Vaksinasi HPV merupakan pencegahan primer kanker serviks uterus
(vaksinasi profilaksis HPV 16,18)..Pap smear merupakan bagian dari pencegahan
sekunder. Pencegahan yang terbaik adalah dengan melakukanvaksinasi dan pap
smear untuk menjangkau infeksi HPV risiko tinggi lainnya), karena jangkauan
perlindungan
vaksinasi tidak mencapai 100% (89%).
Selain itu juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi serta
diharapkan kedepannya tidak ditemukan lagi kanker serviks karena infeksi HPV
( Onkologi & Ginekologi sarwono)
34. Kapan imunisasi HPV diberikan?10
Vaksin sebaiknya dilakukan sejak masa remaja, yaitu sejak usia 10 tahun pada
orang Indonesia dengan jadwal vaksinasi bulan ke-0, 1, dan 6. Pada usia ini anak sudah
mulai memasuki masa reproduktif dan belum terkontaminasi oleh virus HPV. Sehingga

dengan vaksinasi, respons titer antibodi yang terbentu jauh lebih tinggi dibandingkan usia
dewasa
Berdasarkan pustaka vaksin diberikan pada perempuan usia antara 9-26 tahun
(rekomendasi FDA-US). Populasi target tergantung usia awal hubungan seksual (di
negara Uni Eropa usia 15 tahun, Italia usia 20 tahun, di Czech 29 tahun, Portugal usia 18
tahun hanya 25% dan di Iceland 72%).
ISGO vaccination guidelines
o Vaksin diberikan pada kelompok 10-55 tahun dan dapat dikelompokkan menjadi
o Kelompok 10-12 tahun (sekolah dasar)
o 13-15 (SMP)
o 16-25 (SMA atau Perguruan Tinggi)
o 26-55
o Pada usia 26-55 tahun dapat diberikan setelahhasil tes pap (-) dan IVA (-)

35. Apa dampak tidak di berikan imunisasi HPV ?9


Pemberian vaksin HPV dapat mencegah penyakit genital dan kanker serviks, apabila
tidak diberikan maka akan beresiko mudah terinfeksi virus HPV dan kanker serviks.
Akan tetapi, jika wanita sudah terinfeksi oleh HPV maka vaksin tidak dapat mencegah
penyakit dari tipe HPV yang terinfeksi.
36. Apa saja etiologi dari abortus?11
a. Aneuploidi
Temuan morfologis tersering pada aborsi spontan dini adalah kelainan
perkembangan zigot, mudigah, janin dini, atau kadang-kadang plasenta dan sering
terdapat kelainan kromosom. Sebagai contoh, 60 % mudigah yang diaborsi
mengalami kelainan kromosom.
b. Infeksi
Herpes simpleks dilaporkan menyebabkan peningkatan peningkatan insidensi
aborsi setelah infeksi genital pada awal kehamilan. Aborsi spontan juga secara
independen berkaitan dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia tipe 1 (HIV1)pada ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina oleh streptokokus
grup B.
c. Kelainan endokrin

Hipotiroidisme klinis tidak berkaitan dengan peningkatan insidensi aborsi.


Akan tetapi, wanita dengan hipotiroidisme subklinis dan dengan atau antibodi
tiroid mungkin memperlihatkan peningkatan resiko.
d. Gizi
Belum ada bukti meyakinkan bahwa defisiensi salah satu nutrien dalam diet
atau defisiensi moderat seluruh nutrien merupakan kausa penting aborsi.
e. Pemakaian Obat
Tidak terdapat bukti yang menyokong bahwa kontrasepsi oral atau bahan
spermisida yang digunakan dalam krim dan gel kontrasepsi menyebabkan
peningkatan insidensi aborsi. Akan tetapi, alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan
dengan peningkatan insidensi aborsi septik setelah kegagalan kontrasepsi.
f. Faktor Lingkungan
Dalam dosis yang memadai, radiasi adalah suatu abortifasien. Bukti-bukti
yang ada sekarang menyatakan bahwa tidak ada peningkatan risiko aborsi dari
dosis radiasi yang kurang dari 5 rad. Akan tetapi, pada sebagian besar kasus, tidak
banyak informasi yang dapat digunakan untuk mendakwa suatu lingkungan
tertentu.
g. Kelainan Imunologik
Penyakit autoimun yang telah dipastikan berkaitan dengan aborsi adalah
sindrom antibodi antifosfolipid. Mekanisme terhentinya kehamilan pada para
wanita ini diperkirakan berkaitan dengan trombosis dan infark plasenta.
h. Trombofilia Herediter
Terdapat banyak laporan tentang keterkaitan aborsi spontan dan berbagai
trombofilia herediter, seperti defisiensi protein C, protein S dan antitrombin III.
Mutasi faktor V Leiden dan hiperhomosistinemia juga dilaporkan berkaitan
dengan aborsi. Heparin dan aspirin dilaporkan berhasil digunakan sebagai terapi
untuk wanita hamil yang mengidap trombofilia herediter.
i. Defek Uterus
Defek uterus dapat berupa cacat perkembangan atau didapat. Kelainan
perkembangan uterus adalah konsekuensi dari pembentukan atau fusi duktus
Mulleri yang abnormal ; atau dapat disebabkan oleh terpajannya janin in utero
dengan dietilstilbestrol.
j. Serviks Inkompeten
Serviks yang inkompeten ditandai oleh pembukaan serviks yang relatif tidak
menimbulkan nyeri pada trimester kedua atau mungkin awal trimester ketiga,

disertai prolaps dan penggelembungan membran ke dalam vagina, diikuti oleh


ruptur membran dan ekspulsi janin imatur.
k. Laparotomi
Tidak ada bukti bahwa pembadahan yang dilakukan pada awal kehamilan
menyebabkan aborsi. Akan tetapi, peritonitis memang meningkatkan resiko
abortus.
37. Apa saja klasifikasi abortus?8,11
Jenis Abortus:
1. Abortus Spontan
Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas
digunakan adalah keguguran (miscarriage). Dibagi menjadi lima subkelompok
diantaranya:
o Abortus Iminens: Apabila terjadi perdarahan per vaginam pada paruh
pertama kehamilan. Sangat sering dijumpai, satu dari empat

atau lima

wanita.
o Abortus Inevitable (Tidak terhindarkan): Ditandai oleh pecah ketuban yang
nyata disertai pembukaan serviks.
o Abortus Inkomplet: Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10
minggu, janin dan plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah
waktu ini keluar secara terpisah. Apabila plasenta seluruhnya atau sebagian
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkomplet.
o Missed Abortion: Retensi hasil konsepsi yang telah meninggal in utero
selama beberapa minggu.
o Abortus Rekuren: Abortus spontan berturut-turut selama tiga kali atau lebih.
2. Abortus Terinduksi
Terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup
(viabel) karena beberapa indikasi.

o Abortus elektif (volunter): Intersi kehamilan sebelum janin mampu hidup


atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan atas alasan penyakit
janin atau gangguan kesehatan ibu.
o Abortus Septik: Penyulit serius pada abortus yang umumnya terjadi akibat
abortus kriminalis. Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal
akut permanen pernah terjadi pada abortus legal tetapi dengan frekuensi
lebih kecil.
o
38. Apa saja komplikasi dari abortus ?7,12
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi,
syok, dan gagal ginjal akut.
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisasisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati dengan teliti. Jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.Perforasi uterus
pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persolan gawat karena
perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih
atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,laparotomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya
mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan
yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi
menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan
diikuti oleh syok.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi
berat (syok endoseptik).
b. Gagal ginjal akut

Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek
infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat
sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium
yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti
terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk memulai dialysis
yang efektif secara dini sebelum gangguan metabolik menjadi berat (Cunningham,
2005).

39. Bagaimana tatalaksana dari abortus ?8,11


Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan
konseling kontrasepsi pasca keguguran.
Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus :
Tatalaksana Khusus Abortus Iminens
o Pertahankan kehamilan.
o Tidak perlu pengobatan khusus.
o Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
o Jika perdarahan berhenti : pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan
antenatal (kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu). Nilai ulang bila
perdarahan terjadi lagi.
o Jika perdarahan tidakberhenti : nilai kondisi janin dengan USG . Nilai
kemungkinan adanya penyebab lain.
Tatalaksana Khusus Abortus Insipiens
o Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidaknya man
selama tindak anevakuasi ,serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi
pasca keguguran.
o Jika usia kehamilan < 16minggu : lakukan evakuasi isi uterus . Jika evakuasi
tidak dapat dilakukan segera :

o Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat di ulang 15 menit kemudian bila perlu)


o Rencanakan evakuasi segera.
o Jika usia kehamilan 16minggu :
o

Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa hasil
konsepsi dari dalam uterus.

o Bila perlu ,berikan infuse 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi
o Berikan misoprostol
Tatalaksana Khusus Abortus Inkomplit
a. Lakukan konseling.
o Jika usia kehamilan < 16minggu dengan perdarahan berat:
o Evakuasi isi uterus . Metode yang di anjurkan adalah aspirasi vakum manual
(AVM) . Kuretta jam dapat di lakukan bila AVM tidak tersedia.
o Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan , berikan ergometrin 0,2 mg IM
(dapat diulang 15menit kemudian bila perlu).
o Jika usia kehamilan < 16minggu dengan perdarahan ringan atau sedang:
o Keluarkan hasil konsepsi yang tampak muncul dari ostium uteri eksterna
dengan jari atau forsepcincin.
o Rekomendasi FIGO : Misoprostol 600g peroral dosis tunggal atau 400g
sublingual dosis tunggal.
o Jika usia kehamilan 16 minggu:
o Berikan infuse 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi.
Tatalaksana Khusus Abortus Komplit

o Tidak di perlukan evakuasi.


o Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran.
o Observasi keadaan ibu.
o Apabila terdapat anemia lihat tatalaksana anemia pada ibu hamil.
o

Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.

Tatalaksana Khusus Missed Abortion


a. Lakukan konseling.
o Jika usia kehamilan < 12minggu:
o Evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.
o Rekomendasi FIGO : Misoprostol 800g pervaginam setiap 3 jam (maksimal
x2 ) atau 600g sublingual setiap 3 jam (maksimal x2)
o Jika usia kehamilan 12minggu namun <16minggu:
o Pastikan serviks terbuka ,bilaperlu lakukan pematangan serviks sebelum
dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan evakuasi dengan tangabortus dan
sendokkuret.
o

Jika usia kehamilan 16-22 minggu:


o lakukan pematangan serviks.
o Lakukan evakuasi dengan infuse oksitosin 20 unit dalam 500 ml NaCl 0,9% /
Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes / menit hingga terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.
o Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi , evaluasi kembali sebelum
merencanakan evakuasi lebih lanjut.

Tatalaksana Khusus Abortus Septik


o Bila terdapat tanda- tanda abortus septic maka berikan kombinasi antibiotika
sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
o Ampicillin 2g IV / IM kemudian 1g diberikan setiap 6 jamGentamicin 5mg /
kgBB IV setiap 24 jam

o Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam


Tatalaksana Pasca Evakuasi
o Lakukan evaluasi tand avital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam . Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu keruang rawat.
o Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
o Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb > 8g / dl, ibu di perbolehkan
pulang.
o Kontrasepsi pasca keguguran dapat dilihat pada materi kontrasepsi
40. Bagaimana alur penegakan diagnosis dari kanker ovarium ?3
a. Di dapatkan hasil anamesis dan pemeriksaan fisik :
Perokok, pecandu alcohol, haid tidak teratur, ketegangan menstrual yang
terus meningkat , menoragia, nyeri tekan pada payudara, menoupose dini, rasa
tidak nyaman pada abdomen, dyspepsia, tekanan pada pelvis, sering berkemih,
fiatulenes, rasa begah setelah makan makanan kecil, lingkar abdomen yang
terus meningkat.
b. Pemeriksaan lanjutan yang dapat di lakukan :
USG dengan Dopler untuk menentukan arus darah. Jika di perlukan CTScan/MRI. Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125, Ca-724, beta HCG dan
alfafetoprotein
41. Apa definisi dari kanker ovarium ?3
Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel yang tidak lazim (kanker)
pada satu atau dua bagian indung telur. Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah
tumor ganas pada ovarium yang paling sering di temukan pada wanita usia 50-70 tahun.
Kanker ovarium biasanya menyebar ke bagian lain, panggul dan perut melalui system
getah bening dan melalui pembuluh darah menyebar ke hati dan paru kanker ovarium
sulit di diagnosis.
42. apa etiologi dari kanker ovarium ?3

Etiologi kanker ovarium dihubungkan dengan beberapa faktor resiko berikut :


1 Factor lingkungan
Insidens kanker ovarium tinggi pada Negara-negara industri. Penyakit ini tidak
ada hubungannya dengan obesitas, minum alcohol, merokok maupun minum kopi.
Juga tidak ada kaitannya dengan penggunaan bedak talcum ataupun intake lemak
2

yang berlebihan
Factor reproduksi
Makin meningkat

siklus

haid

berovulasi

ada

hubungannya

dengan

meningkatnya risiko timbulnya kanker ovarium . hal ini dikaitkan dengan


pertumbuhan aktif permukaan ovarium setelah ovulasi. Induksi siklus ovulasi
mempergunakan klomifen sitrat meningkatkan risiko 2 sampai 3 kali. Kondisi
yang menyebabkan turunnya siklus ovulasi menurunkan risiko kanker seperti pada
pemakaian pil keluarga berencana menurunkan risiko sampai 50%, bila pil
dipergunakan 5 taahun atau lebih; multiparitas dan riwayat pemberian air susu ibu
termasuk menurunkan risiko kanker ovarium. Terlepas dari durasi penggunaan,
perumusan, dosis estrogen, rejimen, jenis progestrin, dan cara pemberian, terapi
3

hormone dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker ovarium.


Factor genetic
5%-10% penyakit ini karena factor herediter ( ditemukan sekurang-kurangnya
dua keturunan dengan kanker ovarium)
Ada 3 jenis kanker ovarium yang diturunkan
1) Kanker ovarium site specific familial
2) Sindrom kanker payudara-ovarium, yang disebabkan oleh mutasi gen BRCA 1
dan berisiko sepanjang hidup sampai 85% timbul kanker payudara dan risiko
lifetime sampai 50% timbul kanker ovarium pada kelompok tertentu.
Walaupun mastektomi profilaksis

kemungkinan menurunkan risiko, tetapi

presentase kepastian delum diketahui. Ooforektomi profilaksis mengurangi


risiko sampai 2%.
3) Sindrom kanker Lynch tipe II, di mana beberapa anggota keluarga timbul
berbagai jenis kanker, termasuk kanker kolorektal nonpoliposis, endometrium
dan ovarium.

43. apa epidemiologidari kanker ovarium ?3


Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi dari kanker alat genital
perempuan. Di USA sekitar 22.220 kasus baru didiagnosis setiap tahun, dan sekitar
16.210 kematian terjadi setiap tahun akibat penyakit ini. Kanker ovarium 6% dari seluruh
kanker pada perempuan dan penyakit ini timbul 1 orang pada setiap 68 perempuan.
44. apa saja stadium dari kanker ovarium ?3
Stadium surgical pada kanker ovarium ( FIGO 1988 )
Tumor terbatas pada ovarium
I A : Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak ada tumor pada permukaan
luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau pada bilasan peritoneum.
II A : Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak terdapat tumor pada
permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau pada bilasan
IC

peritoneum.
: Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan satu dari tanda-tanda sebagai
berikut : kapsul pecah, tumor pada permukaan luar kapsul, sel kanker positif

pada cairan asites atau bilasan peritoneum.


Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan perluasan ke pelvis.
II A : Perluasan dan/implant ke uterus dan/atau tuba fallopii. Tidak ada sel kanker di
II B

cairan asites atau bilasa peritoneum.


: Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel kanker di cairanasites atau

II C

bilasa peritoneum.
: Tumor pada stadium IIA/IIB dengan sel kanker positif pada cairan asites atau

bilasan peritoneum.
Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan metastasis ke peritoneum yang dipastikan
secara mikroskopik di luar pelvis dan/atau metastasis ke kelenjar getah bening regional.
III A : Metastasis peritoneum mikroskopik di luar pelvis
III B : Metastasis peritoneum mikroskopok di luar pelvis dengan diameter terbesar 2
III C
IV

cm atau kurang.
: Metastasis peritoneum mikroskopok di luar pelvis dengan diameter terbesar
lebih 2 cm dan/atau metastasis kelenjar getah bening regional.
: Metastasis jauh di luar rongga peritoneum. Bila terdapat effuse pleura, maka
cairan pleura mengandung sel kanker positif. Termasuk matastasis pada
parennkim hati.

45. Bagaimana manifestasi klinis dari kanker ovarium ?3,13

Sebagian besar pasien tidak merasa ada keluhan (95%) dan keluhan-keluhan yang
timbul tidak spesifik seperti perut membesar / ada perasaan tekanan, dispareunia, berat
badan meningkat karena ada asites atau massa.
Gejala yang tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis, sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti
rasa penuh, mual tidak enak pada perut, cepat kenyang, dan konstipasi. Pada beberapa
perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia
endometrium bila tumor menghasilkan estrogem ; beberapa tumor dapat menghasilkan
testosterone dan menyebabkan virilasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat
timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor, rupture, atao torsi ovarium
46. Bagaimana patofisiologi dari kanker ovarium ?13
Penyebab pasti karsinoma ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Resiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin, dan faktor
genetik. Gen gen supresor tumor seperti BRCA 1 dan BRCA 2 telah
memperlihatkan peranan penting pada beberapa keluarga.
Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium
dikelompokkan dakam 3 kategori besar : 1.) tumor-tumor epitelial, 2.) tumor stroma
gonad, dan 3.) tumor-tumor sel germinal. Tumo-tumor epitelial menyebabkan 60% dari
semua neoplasma ovarium dan diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak. Bentuk
neoplasma epitelial yang ganas menyebabkan 90% dari semua kanker ovarium.
Keganasan epiteliah yang paling sering adalah adenokarsinoma serosa.
Kebanyakan neoplasma epitelial mulai berkembang dari permukaan epitelium, atau
serosa ovarium. Neoplasma epitelial ovarium mencerminkan jenis jenis sel diferensiasi
mullerian yaitu serosa, mirip dengan tuba falopi ; musinosin, mirip dengan endoserviks ;
endometrioid, mirip dengan endometrium ; dan sel terang, mirip dengan endometrium
saat hamil. Tumor lain adalah jenis sel urotrlial, karsinoma campuran, dan karsinoma
tidak diferensiasi.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis dan sel sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen
dan pelvis. Sel sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi dan
pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada permukaan intraperitoneal.

Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel sel
ganas.
47. Bagaimana tatalaksana dari kanker Ovarium?3
1. Kemoterapi
Pasien dengan Stadium I A derajat 1 dan 2 jenis epitel mempunyai kesintasan
hidup 5 tahun 95% dengan atau pemeberian kemoterapi
Beberapa kliniskus akan memberikan kemoterapi pada kanker ovarium derajat 2
stadium I A dan IB derajat 3, stadium II sampai IV : Kemoterapi: paclitaxel (taxol)
dengan carboplatin atau cisplatin.
- Setelah kemoterapi, ada 3 pilihan yang ditetapakn pada pasien:
a. observasi
b. teruskan pengobatan, bila tumor regresi tapi belum hilang seluruhnya
c. terapi konsolidasi dengan kemoterapi lain
2. Untuk menekan residitif diberikan hexamethylmelamine
Untuk kanker ovarium residitif
o Jika residitif lebih dari 6 bulan setelah selesai kemoterapi berbasis platinum,
dapat dipertimbangkan pemberiaan ulang kemoterapi berbasis platinum
o Jika residitif kurang dari 6 bulan setelah kemoterapi berbasis platinum,
dipertimbangkan

kemoterapi

topotecan

dan

doxorubicin,

ifosfamid,

cyclophosphamide atau palclitaxel per minggu


o Operasi (debulking ) sangat tidak efektif

Untuk kanker ovarium sel germinal


o Semua pasien dengan tumor sel germinal perlu mendapat adjuvant kemoterapi
kecuali disgerminoma stadium IA, atau teratoma imatur stadium I derajat 1.
o

Standar pengobatan : pembedahan dilanjutkan dengan kemoterapi bleomycin,


etoposid, dan platinum (BEP) untuk semua stadium.

48. Apa saja komplikasi dari kanker Ovarium?3


Cancer menyebar perkontinuetatum / organ sekitar . Sel kanker menyebar mengikuti
aliran cairan perikonium dan terimplantasi ke organ dalam peritoneum.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi
a

Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsun ke struktur-struktur
yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor

melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.


Efusi pleura
Dari abdomen cairan yang megandung sel-sel ganas melalui saluran limfa menuju
pleura.

Komplikasi lain yang dapat disebaban pengobatan


a
b
c

Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause


Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul
masalah potensial ototoksik, nefrotoksik, neurotoksik
Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitka dengan obstruksi usus, asites fistula
dan edema ekstremitas bawah.

49. Bagaimana pencegahan dan edukasi dari kanker Ovarium?3,12


1 Pencegahan
a Pencegahan Primer
Yaitu upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mecegah orang sehat menjadi sakit. Upaya pencegahan primer dapat dilakukan
dengan pemberian informasi mengenai kanker ovarium, upaya pencegahan
seperti:
1 Pemakaian pil pengontrol kehamilan
2 Operasi sterilisasi atau histerktomi (pengangkatan rahim)
3 Diet

4
b

Olahraga

Pencegahan Sekunder
Bertujuan untuk menghambat progresifitas penyakit, pencegahan ini dapat
dilakukan dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.
Pencegahan Tersier
Bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan

dan

mengadakan

rehabilitasi supaya penderita dapat melakukan aktifitasnya kembali. Upaya


rehabilitasi dilakukan baik secara fisik ataupun psikis, seperti dukungan moril dari
orang-orang terdekat terhadap pasien pasca operasi karena dia akan ketakutan
tidak dapat mempunyai anak bagi yang belum memiliki anak. Selain itu dia akan
merasa kehilangan harga dirinya sebagai seorang wanita.
1. Edukasi
a Menjauhi faktor resiko
b Pada 2 tahun pasca pengobatan pasien harus melakukan evaluasi setiap 3 bulan,
c

dan sebagian besar tumor residif terjadi pada 2 tahun pertama.


Pada tahun ketiga hingga kelima evaluasi setiap 6 bulan, selanjutnya setelah 5
tahun evaluasi dilakukan setiap 1 tahun.

50. Bagaimana prognosis dari kanker Ovarium?3


Faktor yang memperbaiki prognosis termasuk derajat difrensiasi rendah,stadium
awal, tumor ganas potensi rendah, debulking optimal, dan usia muda. Sementara itu
faktor yang meperburuk progonosis termasuk karsinoma sel jernih, jenis serosum, stadim
lanjut, adanya asites, debulking yag tidak optimal, derajat difrensiasi tinggi/buruk, dan
usia tua.

HIPOTESIS
Shanti, 50 tahun menderita kanker serviks et causa post coital bleading dan displasia ringan
padasel serviks.

MIND MAPPING

shinta, 50 tahun ibu


rumah tangga

Anamnesis :

Post coital Bleeding sejak 8


bulan yang lalu.
Siklus menstruasi normal.
Tidak memiliki banyak
pasangan.
Belum pernah mendapatkan
imunisasi HPV.
Memiliki 5 orang anak.
Pernah mengalami abortus
dua kali.
Saudara perempuan shinta
ada yang menderita kanker
ovarium

Etiologi
Epidemiologi
Faktor Resiko

Pemeriksaan Ginekologi & Paps


smear :

Pada paps smear, sel


serviks Tina mengalami
displasia ringan.

Gejala dan Tanda

Kanker serviks,
kankerovarium, abortus

pencegahan
Tata Laksana
Penegakan Diagnosa

Klasifikasi

Komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorlan,W.A.Newman ; alih bahasa , Huriawati, Hartanto, dkk ;editor edisi bahasa


indonesia, Huriawati, Hartanto, dkk; 2002:Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29,Jakarta,
EGC.
2. Desen, Wan. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2011.
3. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan . Edisi keempat. Jakarta : PT Bina
Pustaka
4. Robbin,Stanley. Dkk. Buku Ajar Patologi Volume 2, Edisi 7. Jakarta:EGC. 2007. Hal
771.
5. Nuranna, Laila, dkk. 2011. Buku Acuan untuk Dokter dan Bidan. Jakarta : Female Cancer
Programme
6. Aziz SPOG (K), Prof.Dr.dr.M.Farid,dkk.2009 Buku Acuan nasional: Onkologi
Ginekologi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
7. Mansjoer, Arif. Buku kapita Selekta Kedokterann, Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI. 2000.
8. Sastrawinata, Sulaiman, dkk. 2004. Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
9. Vaccine Human Papiloma Virus. 2012. 50 Lonsdale St, Melbourne. Department of
Health, Diunduh pada kamis 23 Mei 2013, 10.30 di immunisation@health.vic.gov.au
10. Andrijono. Vaksinasi HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks. Maj Kedokt
Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007. Diunduh dari mki.idionline.org.
11. Leveno, J kenneth, dkk. 2009. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC
12. Cunningham. Williams. 2008 Obstetri. The McGraw-Hill Companies volume 1. Edisi
21.
13. Price, Sylvia and Wilson,Lorraine. Patofisiologi, Konsep-konsep Klinis Proses penyakit,
Jilid 2.

Anda mungkin juga menyukai