Anda di halaman 1dari 88

HUBUNGAN SIKAP PSN DENGAN KEJADIAN DBD PADA

MASYARAKAT DI KECAMATAN MATRAMAN


JAKARTA TIMUR DAN TINJAUANNYA MENURUT
PANDANGAN ISLAM

SKRIPSI

N SINTA FAUZIAH ULFAH

NPM 1102017160

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

JULI, 2021
HUBUNGAN SIKAP PSN DENGAN KEJADIAN DBD PADA
MASYARAKAT DI KECAMATAN MATRAMAN
JAKARTA TIMUR DAN TINJAUANNYA MENURUT
PANDANGAN ISLAM

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

N SINTA FAUZIAH ULFAH

NPM 1102017160

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

JULI, 2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : N Sinta Fauziah Ulfah
NPM : 1102017160
Program Studi : Kedokteran Umum
Judul Skripsi : Hubungan Sikap PSN dengan Kejadian DBD Pada Masyarakat di
Kecamatan Matraman dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam

Disetujui untuk diujikan di hadapan Komisi Penguji ujian skripsi pada 26 Februari
2021 dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI

Mengesahkan

Pembimbing Ilmu Pembimbing Agama

Ambar Hardjanti S.Si M.Si Drs. M. Arsyad, M.A


NIK. 5311111195072 NIK. 531101189003

Penguji

dr. Dian Mardhiyah, M.KK., Sp.KKLP


NIK: 531111108187

Mengetahui:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI

Prof.dr.Hj. Rika Yuliwulandari, M.Hlt.Sc., Ph.D., Sp.KKLP


NIK. 531111100087
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : N Sinta Fauziah Ulfah


NPM : 1102017160
Program Studi : Kedokteran
Judul Skripsi : Hubungan Sikap PSN dengan Kejadian DBD Pada
Masyarakat di Kecamatan Matraman dan Tinjauannya
Menurut Pandangan Islam

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar karya saya sendiri dan
bukan merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di suatu Perguruan Tinggi serta dari yang saya ketahui bukan pula karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang menjadi
rujukan di dalam naskah ini dan disebut daftar pustaka.

Cianjur, 26 Februari 2021


Yang menyatakan,

N Sinta Fauziah Ulfah

iii
ABSTRAK

Nama : N Sinta Fauziah Ulfah


Program Studi : Kedokteran
Judul Skripsi : Hubungan Sikap PSN dengan Kejadian DBD pada Masyarakat di
Kecamatan Matraman Jakarta timur dan Tinjauannya Menurut
Pandangan Islam
Latar belakang: Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dengan vektor nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini
sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada
bulan September 2019, IR DBD di Kecamatan Matraman Kota Jakarta Timur cukup
tinggi yaitu 150,31%. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya DBD adalah
faktor ekstrinsik yaitu sikap. Menurut Pandangan Islam, sikap dapat mempengaruhi
tindakan seseorang dalam mengobati penyakit atau mencegah kejadian DBD.
Namun sikap setiap orang dapat berbeda didasarkan pemahaman dan keyakinan
setiap individu.
Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan sikap PSN dengan kejadian DBD
pada masyarakat di Kecamatan Matraman Kota Jakarta Timur dan tinjauannya
menurut pandangan Islam.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan rancangan
penelitian cross-sectional. Populasi yang digunakan adalah masyarakat berusia ≥
18 tahun yang berdomisili di Kecamatan Matraman. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 100 orang yang terdiri dari 50 orang dari Kelurahan Utan Kayu Selatan
(Jumlah kasus DBD tertinggi) dan 50 orang dari Kelurahan Palmeriam (Jumlah
kasus DBD terendah). Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
dengan menggunakan purposive sampling. Pengambilan data dilakukan pada bulan
November – Desember 2020 dengan menyebarkan kuesioner dalam bentuk google
form. Data yang diperoleh diuji menggunakan exact fisher dengan level of
significant (alfa) 5%.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan responden dengan sikap PSN baik yang tidak
mengalami kejadian DBD yaitu sebanyak 44 responden (95,57%), sedangkan sikap
PSN baik yang mengalami kejadian DBD adalah 2 responden (4,3%). Sementara
responden yang mempunyai sikap PSN buruk tidak mengalami kejadian DBD
adalah 54 responden (100,0%) dan yang mengalami kejadian DBD adalah 0
responden (0,0%). Hasil uji statistik exact fisher didapatkan nilai P = 0,209
(P>0,05).
Simpulan: Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap PSN dengan kejadian
DBD pada masyarakat di Kecamatan Matraman.

Kata Kunci: Sikap, PSN, Kejadian DBD

iv
ABSTRACT

Name : N Sinta Fauziah Ulfah


Study Program : Medicine
Thesis Title : Association between PSN Attitude with Incidence of DHF to The
Community in Matraman District, East Jakarta and its Review from
Islamic Viewpoint
Background: Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an infectious disease caused by
dengue virus through the vector of Aedes aegypti mosquitoes. Until now it is one of
the public health problems in Indonesia. Based on data which came from Jakarta
Health Service, the Incident Rate of DHF in Matraman district was still high, it was
150,31%. One of the factors that influence the occurrence of DHF is an extractive
factor such as an attitude. According to the Islamic view, attitudes can influence
human actions in treating illness or preventing the incidence of DHF. However,
each human attitudes can be different based on the understanding and beliefs of
each individual.
Purpose: The purpose of this study is to find the association between PSN attitudes
and the incidence of DHF in the community in Matraman District, East Jakarta
City and its review from Islamic viewpoint.
Method: The study used is a survey with a cross sectional research design. The
population used in this study was people aged 18 years and over in the Matraman
district. The total sample were 100 people consisting of 50 from Kelurahan Utan
Kayu Selatan (The highest number of DHF cases) and 50 from Kelurahan
Palmeriam (The Lowest number of DHF cases) in Matraman District. Samples
were selected based on inclusion and exclusion criteria using purposive sampling.
Data was collected from November to December 2020 by distributing
questionnaires via google form. The data in this research were tested with exact
fisher which has level of significant (alfa) 5%.
Result: This study found that there were 44 respondents (95,57%) with good
attitudes or supporting the program of removing breeding places of mosquitoes who
did not experience DHF incidence while 2 respondents (4.3%) with good attitudes
who had experienc DHF incidence. Meanwhile, 54 respondents (100.0%) with a
bad attitude who did not experience DHF incidence and 0 respondents (0.0%) who
experienced DHF incidence. The results of the exact fisher statistical test obtained
the value of P = 0.209 (P> 0.05).
Conlusion: there was no significant relationship between PSN attitudes and the
incidence of DHF

Keywords: Attitude, PSN, DHF incidence

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT


atas rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Sikap PSN dengan Kejadian DBD pada Masyarakat di
Kecamatan Matraman Kota Jakarta Timur dan Tinjauannya Menurut
Pandangan Islam”. Skripsi ini berguna untuk menyelesaikan tugas akhir saya
sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. Dalam penyusunan
skripsi ini saya menyadari bahwa masih terdapat kesulitan, namun kesulitan
tersebut dapat diatasi karena dibantu oleh beberapa pihak. Saya mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan
skripsi ini. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada:

1. Ambar Hardjanti S.Si. M.Si selaku dosen pembimbing


2. Drs. M. Arsyad, M.A selaku dosen pembimbing agama
3. dr. Dian Mardhiyah M.K.K., Sp.KKLP selaku dosen penguji
4. Prof. dr. Hj. Rika Yuliwulandari M.Hlt,Sc, Ph.D., Sp.KKLP selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI beserta jajarannya.
5. dr. H. Zwasta Pribadi Mahardhika, M.MedEd selaku Ka. Prodi Akademik
Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
6. dr. H. Lilian Batubara, M.Kes selaku ketua komisi skripsi yang telah
menyetujui judul skripsi ini.
7. Kedua orang tua saya tercinta H. Ujang Romli dan Hj. Imas Nuraeni serta
kakak saya dr. Lia Laelatul serta adik adik saya yang tersayang Aldila St
Rahayu dan St Salwa Nabila yang selalu memberikan doa serta
dukungannya selama ini

vi
8. Terima kasih untuk teman-teman skripsiku Riska Sania, Rindra Diandra,
Salsabila Azmi yang selalu memberikan motivasi dalam pembuatan skripsi
ini, semoga kelak kita menjadi dokter muslim yang bersahaja
9. Terima kasih untuh sahabat saya Mentari Fajariah yang selalu
menyemangati via online dan mengingatkan untuk selalu berdoa kepada
Allah
10. Terima kasih untuk sahabat saya Luthfi Hidayat yang membantu kelancaran
penyelesaian tugas skripsi penulis
11. Teruntuk teman-temanku tersayang Bismillah S.Ked yang telah menemani
dan menyemangati saya selama saya menjalani perkuliahan dan Menyusun
tugas akhir saya
12. Teman-teman AVANTE angkatan 2017 dan teman-teman yang selalu
menyemangati dan menghibur dalam pembuatan skripsi ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan namun kedepannya saya akan terus berusaha dan belajar untuk menjadi
lebih baik lagi. Saya berharap dengan kekurangan ini saya mendapat kritik dan
saran yang dapat membangun dan membantu saya dalam penyempurnaan
penyusunan dan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Cianjur, 26 Februari 2021

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
BAB I 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.3 Pertanyaan Penelitian............................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 6
2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD) ............................................ 6
2.2 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) .................................. 18
2.3 Sikap ..................................................................................... 21
2.4 Hubungan Sikap PSN terhadap Kejadian DBD ...................... 24
2.5 Profil Populasi ....................................................................... 25
2.6 Kerangka Teori ...................................................................... 26
2.7 Kerangka Konsep .................................................................. 26
2.8 Perumusan Hipotesis ............................................................. 27
2.9 Definisi Operasional .............................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 29
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................... 29
3.2 Rancangan Penelitian............................................................. 29
3.3 Populasi ................................................................................. 29
3.4 Sampel .................................................................................. 29
3.5 Cara Penetapan Sampel ......................................................... 30
3.6 Penetapan Besar Sampel ........................................................ 30
3.7 Jenis Data dan Sumber Data .................................................. 31

viii
3.8 Cara Pengumpulan Dan Pengukuran Data .............................. 31
3.9 Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 31
3.10 Analisa Data .......................................................................... 31
3.11 Alur Penelitian ....................................................................... 32
3.12 Jadwal Penelitian ................................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 33
4.1 Hasil Penelitian...................................................................... 33
4.2 Pembahasan .......................................................................... 38
BAB V TINJAUAN AGAMA ........................................................................ 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 52
6.1 Kesimpulan ........................................................................... 52
6.2 Saran ..................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 54
ANGGARAN PENELITIAN ............................................................................. 57
BIODATA PENELITI ....................................................................................... 57
LAMPIRAN ...................................................................................................... 59
Lampiran 1 : Surat Kelayakan Etik .................................................. 58
Lampiran 2 : Penjelasan Penelitian Bagi Responden ........................ 59
Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden ................... 63
Lampiran 4 : Informed Consent ....................................................... 64
Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian ................................................... 65
Lampiran 6 : Hasil Kuesioner Penelitian .......................................... 68
Lampiran 7 : Hasil Uji Statistik ........................................................ 72

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Definisi operasional ......................................................................... 27

Tabel 3.2. Jadwal penelitian ............................................................................. 32

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Sikap PSN pada Masyarakat di Kecamatan


Matraman Kota Jakarta Timur................................................................................36

Tabel 4.2. Hubungan Sikap PSN dengan Kejadian DBD pada Masyarakat
Kelurahan Utan Kayu Selatan.................................................................................37

Tabel 4.3. Hubungan Sikap PSN dengan Kejadian DBD pada Masyarakat
Kelurahan Palmeriam.............................................................................................37

Tabel 4.4. Hubungan Sikap PSN dengan Kejadian DBD pada Masyarakat
Kecamatan Matraman.............................................................................................38

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Sikap pada Individu ...................................... 21

Gambar 2.2 Kerangka Teori .............................................................................. 26

Gambar 2.3 Kerangka Konsep .......................................................................... 26

Gambar 3.4 Protokol Penelitian......................................................................... 32

Gambar 4.5 Karakteristik responden di Kecamatan Matraman menurut Jenis


Kelamin..................................................................................................................34

Gambar 4.6 Karakteristik responden di Kecamatan Matraman menurut Kelompok


Usia........................................................................................................................34

Gambar 4.7 Karakteristik responden di Kecamatan Matraman menurut status


dalam keluarga.......................................................................................................34

Gambar 4.8 Karakteristik responden di Kecamatan Matraman menurut


pendidikan..............................................................................................................34

Gambar 4.9 Karakteristik responden di Kecamatan Matraman menurut


pekerjaan................................................................................................................35

xi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit
menular yang masih menjadi masalah kesehatan umum bagi masyarakat Indonesia.
Demam Berdarah Dengue (DBD) kerap menjadi hal yang menakutkan dan
mengkhawatirkan, sebab DBD dapat muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang berIsiko tinggi menyebabkan kematian serta penyebarannya sangat cepat
(Suryani, 2018).

Cepatnya penyebaran DBD terjadi karena virus dengue semakin mudah dan
banyak menulari manusia. Meningkatnya DBD dalam 15 tahun terakhir disebabkan
oleh beberapa faktor penting, yaitu 1) Tidak terencana dan tidak terkontrolnya
urbanisasi serta pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan padatnya penduduk
yang tinggal di pusat-pusat kota tropis dengan kondisi higiene yang kurang baik, 2)
sikap dan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit yang masih
kurang, 3) Kurang efektifnya program pengawasan terhadap nyamuk vektor,
perubahan gaya hidup dan semakin memburuknya sistem air minum sehingga
menghasilkan perluasan dan peningkatan densitas nyamuk vektor utama. 4)
Rendahnya tingkat sosial ekonomi yang mengakibatkan orang tidak mempunyai
kemampuan untuk menyediakan rumah yang layak dan sehat, pasokan air minum
dan pembuangan sampah yang benar (Parulian Manalu and Munif, 2016).

Kementerian Kesehatan RI melaporkan bahwa jumlah kejadian DBD


mengalami peningkatan dari tahun 2011-2013. Pada tahun 2011 sebanyak 65.725
dengan 597 kasus meninggal (Incidence Rate 27,67 per 100.000 penduduk dan
CFR= 0,91%). Pada tahun 2012 jumlah kasus DBD sebanyak 90.245 dengan 816
kasus meninggal (Incidence Rate 37,11 per 100.000 penduduk dan CFR= 0,90%).
Pada tahun 2013 jumlah kasus DBD sebanyak 112.511 dengan 871 kasus
meninggal (Incidence Rate 45,85 per 100.000 penduduk dan CFR= 0,77%)
(Zarkasyi, Martini dan Hestiningsih, 2015).

1
DKI Jakarta yang merupakan ibu kota Indonesia dengan penduduk yang
sangat banyak, lingkungan yang padat dan arus urbanisasi yang tinggi, sehingga
Jakarta menjadi kota yang memiliki permasalahan lingkungan serius. Hal ini sangat
mendukung Jakarta menjadi daerah endemik DBD bahkan sering mengalami KLB
(Kejadian Luar Biasa) DBD. DKI Jakarta selalu menduduki angka insiden DBD
tertinggi pada kurun 2005-2009. Terdapat 12.254 kasus DBD dengan 7 diantaranya
meninggal dunia. Jakarta Timur merupakan area yang memiliki insiden tertinggi
DBD. Angka insiden DBD di wilayah Jakarta Timur adalah 134 per 100.000
penduduk, dengan angka mortalitas tertinggi yaitu 0,08% dan kematian 3 orang
(Ernawati, 2018). Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK) dan Sumber Daya
Kesehatan (SDK) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada bulan September
(2019) bahwa IR DBD di Jakarta Pusat sebesar 51,93% ; Jakarta Utara 48,43% ;
Jakarta Barat 84,33% ; Jakarta Selatan 83,90% ; dan Jakarta Timur 99,60%.
Sementara untuk data IR per kelurahan di DKI Jakarta diurutkan dari yang tertinggi
adalah 208,14% di Cipayung, 178,88% di Kalideres, 150,31% di Matraman,
134,19% di Pesanggrahan, dan 71,04% di Cempaka Putih (PPSDMK dan SDK,
2019).

Upaya yang dilakukan pemerintah yaitu menciptakan gerakan Pemberantasan


Sarang Nyamuk (PSN) untuk mengendalikan virus dengue. Cakupan program
pemberantasan DBD meliputi 11 provinsi, dan salah satunya adalah DKI Jakarta
(Ernawati, Bratajaya and Martina, 2018). Program Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) merupakan program yang dilakukan secara rutin oleh pemerintah daerah
DKI Jakarta. PSN melibatkan para kader kesehatan yang disebut sebagai Kader
Jumantik (Juru Pemantau Jentik) yang ada di RT dan RW. Profil Kesehatan
Indonesia (2017) menunjukan bahwa hingga tahun 2017, Angka Bebas Jentik
(ABJ) secara nasional masih belum mencapai target program yang sebesar ≥ 95%,
dan ABJ merupakan output yang diharapkan dari kegiatan Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik (Kementerian kesehatan Indonesia, 2018). Sehingga walaupun program
ini merupakan program di bawah pembinaan pihak Puskesmas setempat, namun
keaktifan peran serta masyarakat untuk membasmi DBD sangatlah penting
(Ernawati, Bratajaya and Martina, 2018). Peran masyarakat akan muncul setelah

2
adanya perubahan perilaku masyarakat untuk bertindak dan hal tersebut
dipengaruhi oleh sikap masyarakat (Ipa et al., 2009).

Demam Berdarah Dengue (DBD) dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor ekstrinsik ini salah satunya yaitu sikap manusia. Menurut Theory
of Reasoned Action sikap berada pada posisi sentral dalam kaitannya dengan
tindakan manusia dan sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak
(Purnama, Satoto and Prabandari, 2013). Sikap masyarakat terhadap DBD dapat
mempengaruhi perilaku dan tindakan masyarakat dalam pencegahan DBD.

Sebagaimana Allah menyukai kebersihan, kesucian, dan keindahan


dijelaskan dalam Al-Quran :“ Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
bertobat dan ia mencintai orang-orang yang suci (bersih, baik dari jasmani
maupun rohani)”. (Terjemah Q.S al-Baqarah (2): 222).
Menurut imam Ibnul-Qayyim Al-Jauzy, upaya Islam dalam menciptakan
kesehatan terdiri dari tiga macam kegiatan yaitu; (1) memelihara kesehatan, (2)
mencegah komplikasi atau keadaan yang lebih berat, (3) menghindari faktor yang
menyebabkan sakit (Boesri, 2012).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Purnama et al (2013) di Kecamatan


Denpasar Selatan, Bali menunjukan adanya hubungan antara sikap dengan kejadian
DBD. Sehingga berdasarkan teori, penelitian terdahulu dan data di atas peneliti
ingin mengetahui hubungan antara sikap masyarakat tentang DBD dengan tingkat
kejadian DBD pada tingkat rumah tangga di suatu wilayah. Adapun lokasi yang
dipilih oleh peneliti untuk pengambilan sampel dan populasi yaitu di Kecamatan
Matraman kota Jakarta Timur karena Jakarta Timur memiliki angka Incidence Rate
(IR) DBD tertinggi di DKI Jakarta yaitu 99,60 per 100.000 penduduk dan jumlah
kasus yaitu 2.930. Dan IR DBD di Kecamatan Matraman yaitu 150,31% menjadi
ke-2 tertinggi di Jakarta Timur serta memiliki jarak tempuh tidak begitu jauh
dengan kampus YARSI .

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan IR DBD yang tinggi di Jakarta Timur yaitu 99, 60% dan IR DBD
per kelurahan di Kecamatan Matraman yaitu 150, 31 % yang cukup tinggi peneliti

3
perlu untuk mengetahui hubungan sikap PSN dengan kejadian DBD pada
masyarakat di Kecamatan Matraman Jakarta Timur.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka diajukan


pertanyaan penelitian sebagai berikut,

1.3.1 Bagaimana sikap PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) pada masyarakat


di Kecamatan Matraman Jakarta Timur?
1.3.2 Bagaimana Kejadian DBD (Demam Berdarah Dengue) pada masyarakat di
Kecamatan Matraman Jakarta Timur?
1.3.3 Bagaimanakah hubungan antara sikap PSN dengan kejadian DBD pada
masyarakat di Kecamatan Matraman Jakarta Timur?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sikap
PSN dengan kejadian DBD pada masyarakat di Kecamatan Matraman Kota Jakarta
Timur dan tinjauannya menurut pandangan islam

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Mengetahui bagaimana sikap PSN pada masyarakat di Kecamatan


Matraman Kota Jakarta Timur
1.4.2.2 Mengetahui bagaimana kejadian DBD pada masyarakat di Kecamatan
Matraman Kota Jakarta Timur
1.4.2.3 Mengetahui bagaimana hubungan sikap PSN dengan kejadian DBD pada
masyarakat di Kecamatan Jakarta Timur

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan


serta kemampuan dalam menggali hubungan antara sikap PSN dengan kejadian
DBD pada masyarakat di Kecamatan Matraman Kota Jakarta Timur.

4
1.5.2 Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat


tentang hubungan sikap PSN dengan kejadian DBD. Dengan demikian diharapkan
masyarakat dapat meningkatkan kesadarannya bahwa perannya sangat penting
dalam mempengaruhi kejadian DBD.

1.5.3 Bagi Ilmu Pengetahuan

Sebagai sarana acuan bagi peneliti lain agar penelitian selanjutnya dengan
tema atau judul yang serupa dapat lebih berkembang.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1 Pengertian

Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue. DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis
perdarahan yang menimbulkan syok yang berujung kematian (Sukohar, 2014).

2.1.2 Etiologi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue


yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae.
DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti
atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Virus
dengue memiliki 4 serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dimana DEN-
3 merupakan serotipe dengan jumlah terbanyak di Indonesia (Sudoyo et al., 2009).

2.1.3 Epidemiologi

Di Indonesia Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah


kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi
peningkatan persebaran jumlah Provinsi dan Kabupaten / Kota yang endemis
Demam Berdarah Dengue (DBD), dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan
382 (77%) kabupaten/kota pada tahun 2009. Provinsi Maluku, dari tahun 2002
sampai tahun 2009 tidak ada laporan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD),
pada tahun 1968 hanya 58 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 (Ariani,
2016).

6
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di
daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan permukiman di Brazil dan bagian
lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang
terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di
rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun; diperkirakan 2,5
miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis DBD
yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk setempat
(Candra, 2010).

Menurut data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia pada tahun 2013, telah terjadi 112.511 kasus demam dengue di 34
provinsi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, tercatat ada 871 penderita yang
meninggal dunia. Pada tahun 2014, kasus demam dengue di Indonesia mengalami
penurunan. Menurut data yang dikumpulkan hingga pertengahan desember 2014,
telah terjadi 71.668 kasus dengan 641 orang di antaranya meninggal dunia. Data di
atas menempatkan Indonesia sebagai negara nomor 1 di Asia Tenggara terkait kasus
penyakit demam dengue. Sedangkan di dunia, Indonesia adalah nomor 2 setelah
Brasil.

Dalam lima tahun terakhir (2005-2009) 5 provinsi dengan Angka Insiden (AI)
tertinggi. Provinsi DKI dan Kalimantan Timur selalu berada dalam 5 Provinsi AI
tertinggi dengan DKI Jakarta selalu menduduki AI yang paling tinggi setiap
tahunnya. Hal ini terjadi karena pengaruh kepadatan penduduk, mobilitas penduduk
yang tinggi dan sarana transportasi yang lebih baik dibanding daerah lain, sehingga
penyebaran virus menjadi lebih mudah dan lebih luas. Berbeda dengan Kalimantan
Timur hanya 12 orang/km2 (DKI Jakarta 13.344 orang/km2).

Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga


epidemiologi, yaitu adanya agen, pejamu dan lingkungan.

1. Agent (Virus Dengue)

Agen penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang tergolong


Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae. Dikenal ada

7
empat serotipe virus dengue yaitu DEN-1. DEN2, DEN-3, dan DEN-4. Virus
dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari,
dimana virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita
merupakan sumber penular penyakit DBD.

2. Host (Penjamu)

Faktor-faktor yang mempengaruhi manusia dalam penyakit Demam Berdarah


Dengue (DBD), yaitu:

a) Umur
Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, bahkan pada bayi baru lahir
sekalipun.
b) Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan Demam
Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan perbedaan jenis kelamin (gender).
c) Nutrisi
Teori nutrisi ini ada hubunganny dengan teori imunologi, dimana pada gizi yang
baik mempengaruhi peningkatan antibodi, sehingga rentan untuk terkena infeksi
virus dengue, begitupun sebaliknya pada gizi yang buruk.
d) Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus
dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden
kasus Demam berdarah Dengue (DBD).
e) Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi
virus dengue.

3. Lingkungan (Environment)
a) Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus Dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara
terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30° C Lintang Utara
dan 40°C Lintang Selatan seperti, Asia Tenggara, pasifik Barat dan Caribbean
dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta setiap tahunnya.

8
b) Musim
Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya
dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan
aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk
masa inkubasi (Ariani, 2016)

2.1.5 Cara Penularan

Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk


subgenus Stegomyia yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus sebagai vektor
primer dan Ae. polynesiensis, Ae.scutellaris serta Ae (Finlaya) niveus sebagai
vektor sekunder, selain itu juga terjadi penularan transsexual dari nyamuk jantan
ke nyamuk betina melalui perkawinan serta penularan transovarial dari induk
nyamuk ke keturunannya. Ada juga penularan virus dengue melalui transfusi darah
seperti terjadi di Singapura pada tahun 2007 yang berasal dari penderita
asimtomatik. Dari beberapa cara penularan virus dengue, yang paling tinggi adalah
penularan melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. Masa inkubasi ekstrinsik (di dalam
tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi intrinsik (dalam
tubuh manusia) berkisar antara 4-6 hari dan diikuti dengan respon imun (Candra,
2010).
2.1.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dibedakan berdasar Klasifikasi kasus DBD yang disepakati


oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2009, yaitu:

1. Dengue dengan / tanpa tanda bahaya (dengue with/without warning signs)

Dengue probable:

a. Bertempat tinggal di /bepergian ke daerah endemik dengue


b. Demam disertai 2 dari hal berikut : Mual, muntah, ruam, sakit dan nyeri, uji
torniquet positif, leukopenia, adanya tanda bahaya
c. Tanda bahaya adalah : Nyeri perut atau kelembutannya, muntah
berkepanjangan, terdapat akumulasi cairan, perdarahan mukosa, letargi, lemah,
pembesaran hati > 2 cm, kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah
trombosit yang cepat

9
Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasma tidak
jelas).

2. Dengue berat (severe Dengue)


a. Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok atau Dengue Shock
Syndrome (DSS), akumulasi cairan dengan distress pernafasan.
b. Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi
c. Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran,
gangguan jantung dan organ lain)

Untuk mengetahui adanya kecenderungan perdarahan dapat dilakukan uji


tourniquet, walaupun banyak faktor yang mempengaruhi uji ini tetapi sangat
membantu diagnosis, sensitivitas uji ini sebesar 30 % sedangkan spesifisitasnya
mencapai 82 %.

Secara umum gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase
febris, fase kritis dan fase pemulihan.

1. fase febris,
Biasanya demam mendadak tinggi 2 – 7 hari, disertai muka kemerahan,
eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa
kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva, anoreksia, mual
dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti petekie,
perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan
perdarahan gastrointestinal.
2. Fase kritis
Fase ini terjadi pada hari 3 – 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu
tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma
yang biasanya berlangsung selama 24 – 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului
oleh leukopenia progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat
terjadi syok.
3. Fase pemulihan
Bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler
ke intravaskuler secara perlahan pada 48 – 72 jam setelahnya. Keadaan umum

10
penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik stabil dan diuresis
membaik (KemenKes RI, 2010).
2.1.7 Faktor yang Berhubungan dengan DBD
Menurut Ariani (2016), Demam Berdarah Dengue (DBD) dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari
ketahanan tubuh dan stamina. Jika memiliki stamina dan ketahanan tubuh baik
maka akan terjadi dari penularan penyakit DBD.

Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang datang dari luar tubuh manusia.
Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan dengan pengetahuan,
lingkungan dan perilaku manusia baik di tempat tinggal, lingkungan sekolah atau
tempat bekerja.

Salah satu faktor yang dapat dilihat adalah kondisi tempat perkembangbiakan
nyamuk seperti di Tempat Penampungan Air (TPA). Faktor ini mudah
menyebabkan seseorang menderita DBD karena TPA masyarakat Indonesia
umumnya lembab serta kurang sinar matahari dan sanitasi atau kebersihannya.

Selain itu faktor ekstrinsik lainnya meliputi lingkungan, umur dan sikap.
Lingkungan sendiri terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan
lingkungan sosial.

1. Lingkungan Sosial
a. Kepadatan hunian rumah
Nyamuk Aedes aegypti dapat menggigit banyak orang dalam waktu yang
pendek. Oleh karena itu bila dalam satu rumah ada penghuni yang
menderita DBD maka penghuni lain mempunyai risiko untuk tertular
penyakit DBD.
b. Dukungan petugas kesehatan
Penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada masyarakat
akan mempengaruhi pengetahuan baik dan sikap positif yang akhirnya
akan terjadi suatu perilaku pemberantasan sarang nyamuk DBD.
c. Pengalaman mendapat penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara memberikan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

11
masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
berkaitan dengan praktik PSN DBD.
d. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja cenderung melakukan PSN DBD dengan baik,
sebaliknya seseorang yang tidak bekerja tidak melakukan PSN DBD
dengan baik, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran akan pentingnya
PSN dan bahaya DBD. Seharusnya seseorang yang tidak bekerja akan
memiliki waktu luang yang lebih banyak untuk melakukan praktik PSN
DBD sehingga lingkungan tempat tinggal tidak menjadi tempat
perkembang biakkan nyamuk.
e. Pendidikan
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan formal yang tinggi memiliki
tingkat pengetahuan dan wawasan yang lebih baik serta memiliki
kepribadian sikap yang lebih dewasa. Wawasan dan pemikiran yang lebih
luas di bidang kesehatan akan mempengaruhi perilaku individu dalam
menyikapi suatu masalah. Pendidikan yang baik dapat memotivasi,
memberi contoh, dan mendorong anggota keluarga untuk melakukan
pemberantasan sarang nyamuk DBD.
f. Pengalaman sakit DBD
Pengalaman pribadi atau anggota keluarga yang pernah terserang penyakit
DBD dapat menjadi pelajaran dan akan menimbulkan sikap antisipasi.
Perubahan sikap yang lebih baik akan memberikan dampak yang lebih
baik dan pengalaman tersebut dijadikan bahan pembelajaran bagi
seseorang yang akhirnya dapat mengubah perilaku untuk mencegah
kembali anggota keluarga dari serangan penyakit DBD.
g. Kebiasaan menggantung pakaian
Nyamuk Aedes aegypti senang beristirahat di pakaian yang digantung.
Tempat yang disukai nyamuk adalah benda-benda yang tergantung di
dalam rumah seperti gorden, kelambu dan pakaian. Maka untuk
mengendalikan populasi nyamuk, kegiatan PSN DBD ditambah dengan
cara menghindari kebiasaan menggantung pakaian.

12
2. Umur
Semakin dewasa seseorang akan memiliki vitalitas optimum, perkembangan
intelektual yang matang pada taraf operasional dan penalaran yang tinggi,
sehingga akan memberikan corak perilaku individu. Dapat diasumsikan bahwa
semakin tua seseorang, maka akan memiliki kematangan intelektual sehingga
mereka dapat berperilaku seperti yang diharapkan.
3. Pengetahuan
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi baik
dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan,
maupun media cetak dan elektronik. Responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik ternyata memang banyak yang melakukan praktik PSN DBD
dengan baik bila dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang. Pada umumnya responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik merasa takut akan penularan penyakit DBD, sehingga
responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih tanggap dan rajin
dalam melaksanakan kegiatan PSN DBD. Dapat dilihat bahwa semakin banyak
orang yang berpengetahuan tinggi tentang DBD dan PSN DBD, maka semakin
banyak orang yang akan melaksanakan praktik PSN DBD dengan baik dan
berkesinambungan.
4. Sikap
Sikap merupakan faktor yang berperan dalam perilaku kesehatan. Semakin
positif sikap atau pandangan seseorang terhadap sesuatu hal, maka semakin
baik pula tindakan yang dilakukan dalam hal tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengalaman pribadi, orang lain
yang dianggap penting, dan pengaruh kebudayaan.

2.1.8 Diagnosis

Langkah penegakkan diagnosis suatu penyakit seperti anamnesis,


pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang tetap berlaku pada penderita infeksi
dengue. Riwayat penyakit yang harus digali adalah saat mulai demam/sakit, tipe
demam, jumlah asupan per oral, adanya tanda bahaya, diare, kemungkinan adanya
gangguan kesadaran, output urin, juga adanya orang lain di lingkungan kerja, rumah
yang sakit serupa.

13
Pemeriksaan fisik selain tanda vital, juga pastikan kesadaran penderita, status
hidrasi, status hemodinamik sehingga tanda-tanda syok dapat dikenal lebih dini,
adalah takipnea/pernafasan Kusmaul/efusi pleura, apakah ada
hepatomegali/asites/kelainan abdomen lainnya, cari adanya ruam atau petekie atau
tanda perdarahan lainnya, bila tanda perdarahan spontan tidak ditemukan maka
lakukan uji torniquet. Sensitivitas uji torniket ini sebesar 30 % sedangkan
spesifisitasnya mencapai 82 %.

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan


hematokrit dan nilai hematokrit yang tinggi (sekitar 50 % atau lebih) menunjukkan
adanya kebocoran plasma, selain itu hitung trombosit cenderung memberikan hasil
yang rendah.

Diagnosis konfirmatif diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium, yaitu


isolasi virus, deteksi antibodi dan deteksi antigen atau RNA virus. Immunoglobulin
M (IgM) biasanya dapat terdeteksi dalam darah mulai hari ke-5 onset demam,
meningkat sampai minggu ke-3 kemudian kadarnya menurun. Ig M masih dapat
terdeteksi hingga hari ke-60 sampai hari ke-90. Pada infeksi primer, konsentrasi
IgM lebih tinggi dibandingkan pada infeksi sekunder. Pada infeksi primer,
Imunoglobulin G (IgG) dapat terdeteksi pada hari ke-14 dengan titer yang rendah
(<1:640), sementara pada infeksi sekunder IgG sudah dapat terdeteksi pada hari ke-
2 dengan titer yang tinggi (> 1 : 2560) dan dapat bertahan seumur hidup.

Dikembangkan pemeriksaan Antigen protein NS-1 Dengue (Ag NS-l)


diharapkan memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan pemeriksaan serologis
lainnya karena antigen ini sudah dapat terdeteksi dalam darah pada hari pertama
onset demam. Selain itu pengerjaannya cukup mudah, praktis dan tidak
memerlukan waktu lama. Dengan adanya pemeriksaan Ag NS-l yang spesifik
terdapat pada virus dengue ini diharapkan diagnosis infeksi dengue sudah dapat
ditegakkan lebih dini. Ag NS-l dapat terdeteksi mulai hari ke-0 (onset demam)
hingga hari ke-9 dalam jumlah yang cukup tinggi. Didapatkan sensitivitas deteksi
Ag NS-l sebesar 88,7% dan 91% sedangkan spesifisitas mencapai 100%,
dibandingkan terhadap pemeriksaan isolasi virus dan RT-PCR dengan kontrol
sampel darah infeksi non-dengue. Penelitian lainnya di Singapura pemeriksaan

14
NS1- antigen secara Elisa memberikan sensitivitas sampai 93,3 % (Kemenkes,
2010).

2.1.9 Derajat Demam Berdarah

Untuk menentukan penatalaksanaan pasien infeksi virus dengue, perlu


diketahui klasifikasi derajat penyakit
a. Derajat I: Demam disertai 2 atau lebih tanda: sakit kepala, nyeri retro-orbital,
mialgia, artralgia ditambah uji bendung positif
b. Derajat II: Gejala di atas ditambah perdarahan spontan
c. Derajat III: Gejala di atas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan
lembab serta gelisah
d. Derajat IV: Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur
(Suhendro et al., 2017).

2.1.10 Tatalaksana

Tatalaksana untuk penderita Demam Berdarah Dengue bersifat simptomatik


dan suportif yaitu dengan cara:

a. Penggantian cairan tubuh.


b. Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter - 2 liter dalam 24 jam (air teh dan
gula sirup atau susu).
c. Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit), kalau
perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit. Apabila cairan oral tidak dapat
diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan
intravena perlu diberikan.

Medikamentosa yang bersifat simptomatis :

a. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak, inguinal.


b. Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, kinin atau dipiron.
c. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.

Sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk mencegah penyakit
Demam Berdarah belum tersedia (Sukohar, 2014).

15
2.1.11 Pencegahan

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,


yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:

1. Lingkungan Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara


lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
a. Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
b. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
c. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
d. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan
lain sebagainya.
2. Biologis Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi Cara pengendalian ini antara lain dengan:
a. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna
untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
b. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut “3M plus”, yaitu menutup,
menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara
ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent,
memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala dan disesuaikan dengan kondisi
setempat (Sukohar, 2014).

16
2.1.12 Bionomik Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Daur hidup nyamuk

Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna: telur – larva – pupa – dewasa.


Stadium telur, larva dan pupa hidup di dalam air sedangkan stadium dewasa hidup
di darat/udara. Nyamuk dewasa betina biasanya menghisap darah manusia dan
binatang. Telur yang baru diletakan berwarna putih, tetapi sesudah 1-2 jam berubah
menjadi hitam. Pada Aedes telur diletakan satu per satu terpisah dan diletakan di
dinding wadah air. Setelah 2-4 hari telur menetas menjadi larva. Larva terdiri dari
4 sub stadium (instar) dan mengambil makanan dari tempat perindukannya.
Pertumbuhan larva stadium I sampai dengan stadium IV berlangsung 6-8 hari.
Kemudian larva berubah menjadi pupa yang tidak makan, tetapi masih memerlukan
oksigen yang diambilnya melalui tabung pernapasan (breathing trumpet). Untuk
tumbuh menjadi dewasa diperlukan waktu 1-3 hari sampai beberapa minggu. Pupa
jantan menetas lebih dahulu. Nyamuk jantan biasanya tidak pergi jauh dari tempat
perindukan, menunggu nyamuk betina untuk berkopulasi. Nyamuk betina
kemudian menghisap darah yang diperlukannya untuk pembentukan telur (Hoedojo
and Zulhasril, 2013).

2. Tempat perindukan nyamuk


Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang tertampung
di suatu tempat.
a) Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti, drum,
bak mandi/WC, tempat ember dan lain-lain.
b) Tempat penampungan air bakuan untuk keperluan sehari-hari seperti, tempat
minum burung, vas bunga, bak bekas, kaleng bekas, botol-botol bekas dan lain-
lain.
c) Tempat penampungan air alami seperti, lubang pohon, lubang batu, pelepah
daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan lain-lain.
3. Perilaku menggigit

Nyamuk betina biasa menghisap darah manusia pada siang hari baik di dalam
rumah maupun di luar rumah. Aktivitas menghisap darah biasanya dimulai dari pagi

17
sampai petang hari dengan puncak waktu aktivitasnya antara pukul 09.00-10.00 dan
16.00-17.00 berbeda dengan nyamuk yang lainnya, Aedes aegypti mempunyai
kebiasaan menghisap darah berulang kali.

4. Perilaku Istirahat

Nyamuk Aedes aegypti beristirahat di dalam atau di luar rumah yang


berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Tempat istirahatnya berupa
semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang terdapat di
halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda yang tergantung di
dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan lain-lain. Biasanya di tempat
tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan
proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di
dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit diatas permukaan air. Pada
umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang 2 hari
setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan
telur sebanyak 100 butir, telur tersebut dapat bertahan sampai berbulan-bulan bila
berada di tempat kering dengan suhu 2 ̊ C dan bila menetas lebih cepat (Ariani,
2016).

2.2 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)


2.2.1 Pengertian

Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) adalah


kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes
aegypti) di tempat-tempat perkembanngbiakannya (Departemen Kesehatan RI,
2005).

2.2.2 Tujuan

Tujuan umum program pemberantasan sarang nyamuk adalah menurunkan


populasi nyamuk penular DBD serta jentiknya dengan meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk dengan gerakan 3 M plus. Tujuan
khusus yaitu :

1. meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk,

18
2. memotivasi masyarakat dalam memperhatikan tempat-tempat yang berpotensi
untuk perkembangbiakan nyamuk penular DBD,
3. Untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk penular DBD secara berkala dan
terus menerus sebagai indikator keberhasilan PSN DBD oleh masyarakat
(Fauzi and Winarni, 2018).

2.2.3 Sasaran

Sasarannya adalah semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD


menurut (Departemen Kesehatan RI, 2005) yaitu:
a) Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti, drum,
bak mandi/WC, tempat ember dan lain-lain.
b) Tempat penampungan air bakuan untuk keperluan sehari-hari seperti, tempat
minum burung, vas bunga, bak bekas, kaleng bekas, botol-botol bekas dan lain-
lain.
c) Tempat penampungan air alamiah seperti, lubang pohon, lubang batu, pelepah
daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan lain-lain

2.2.4 Ukuran Keberhasilan

Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur pada keberadaan vektor
yaitu dengan mengukur Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama
dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Rini, Efendi
and Misbahatul M Has, 2012).
2.2.5 Cara PSN DBD

Kegiatan PSN telah diintensifkan sejak tahun 1992 dan pada tahun 2000
dikembangkan menjadi 3M Plus. Teknik dasar 3M Plus yang telah disosialisasikan
antara lain:

2.2.5.1 Menutup
Menutup adalah memberi tutup yang rapat pada tempat air ditampung seperti
bak mandi, kendi, gentong air, botol air minum dan tempat penampungan air
lainnya.

19
2.2.5.2 Menguras
Menguras adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat
penampungan air seperti kolam renang, bak mandi, ember air, tempat air minum,
penampung air di belakang kulkas, penampungan air tetesan dispenser, dan tempat
penampungan air lainnya.

2.2.5.3 Mengubur
Mengubur adalah memendam di dalam tanah untuk sampah plastik atau
benda bekas yang memiliki potensi menampung air hujan sehingga dapat menjadi
tempat nyamuk vektor DBL) bertelur.

Plus Kegiatan Pencegahan


a. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk sesuai dosis dan petunjuk
pemakaian pada kemasan
b. Menggunakan kelambu saat tidur (baik siang hari maupun malam hari)
c. Menanam tanaman pengusir nyamuk (Lavender, Zodia, dan sebagainya)
d. Memelihara ikan yang dapat memakan jentik nyamuk pada kolam atau bak
mandi
e. Menghindari daerah gelap di dalam rumah agar tidak ditempati nyamuk dengan
mengatur ventilasi dan pencahayaan.
f. Memberi bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan
(Pratamawati, Irawan and Widiarti, 2012).
2.2.6 Pelaksana

Pelaksana kegiatan PSN DBD 3M Plus ini bisa dilakukan di rumah dan yang
melakukan bisa oleh anggota keluarga dan tempat-tempat umum dilaksanakan oleh
petugas yang ditunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat-tempat umum, seperti:
1) Kantor oleh petugas kebersihan kantor
2) Sekolah oleh petugas kebersihan sekolah
3) Pasar oleh petugas kebersihan pasar
4) Dan lain-lain (Departemen Kesehatan RI, 2005).

20
2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah respon tertutup dari individu terhadap suatu rangsangan yang
dibuat oleh individu lain sehingga sikap tidak dapat dilihat langsung (Gambar 2.1).
Sikap merupakan suatu faktor yang mendorong individu untuk melakukan
tindakan, sehingga sikap belum merupakan tindakan akan tetapi merupakan
predisposisi perilaku. Apabila situasi memungkinkan, maka sikap akan terwujud
dalam bentuk tindakan (Notoatmodjo, 2014b).

Stimulus rangsangan Organisme Reaksi Tingkah Laku


(Terbuka)

Sikap
(tertutup

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Sikap pada Individu

Bagan: Notoatmodjo (2014a), Ilmu Perilaku Kesehatan

Menurut allport (1945) dalam Ariani (2016) menjelaskan bahwa sikap


mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:

1. kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.


2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk suatu sikap yang utuh
(total attitude) dan dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi.

Sehingga dapat dikatakan, bahwa sikap setiap individu terhadap rangsangan


itu akan memiliki output yang berbeda baik sikap positif ataupun negatif
berdasarkan atas komponen yang membentuknya (Ariani, 2016).

21
2.3.2 Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku Notoadmodjo (2003,
p.34) adalah:
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan itu dalam hubungannya dengan objeknya.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat
berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari, atau
berubah senantiasa berkaitan dengan suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.
d. Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang
membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki orang.
2.3.3 Tingkatan Sikap

Sikap menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang


dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap terdiri dari 4 tingkatan, yaitu:

1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
objek.
2. Merespon (responding)
Merespon diartikan bahwa subjek dapat memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan bahwa subjek dapat mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)

22
Bertanggung jawab diartikan bahwa subjek bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala risiko (Lestari, 2015).
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar S (2011, p.30) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman
tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif berpengaruh terhadap
sikap konsumennya.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.

23
2.4 Hubungan Sikap PSN terhadap Kejadian DBD

Pada dasarnya sikap merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku. Thurstone menggambarkan sikap sebagai derajat afek positif atau afek
negatif terhadap sebuah objek psikologis. Sikap dapat digolongkan setidaknya
menjadi tiga kerangka pemikiran. Pertama, kerangka pemikiran yang dimana sikap
adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi dari perasaan yang dimiliki, baik itu sikap
seseorang favorable maupun unfavorable. Kedua, kerangka sikap merupakan
semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap sebuah objek dengan suatu cara
tertentu. Ketiga, berorientasi pada skema triadik (triadic schema). Menurut
kerangka pemikiran ini suatu sikap adalah gabungan komponen kognitif, afektif
dan konatif yang saling berinteraksi di dalam memahami, merasakan dan
berperilaku terhadap sebuah objek (Azwar, 2011).
Sikap merupakan faktor yang berperan dalam perilaku kesehatan. Semakin
positif sikap atau pandangan seseorang terhadap sesuatu hal, maka semakin baik
pula tindakan yang dilakukan dalam hal tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap yaitu pengalaman pribadi, orang lain yang
dianggap penting, dan pengaruh kebudayaan (Ariani, 2016).

Dalam Theory of Reasoned Action yang diusulkan oleh Ajzen dan Fishbein
(1980) dikatakan bahwa sikap sebagai fungsi keyakinan tindakan manusia yang
ditentukan oleh keyakinan pribadi (behavior believe) dan keyakinan kelompok
(group believe). Seseorang yang yakin bahwa tindakan yang akan dilakukan
menimbulkan dampak positif pada dirinya, ia akan bersikap cenderung melakukan
tindakan tersebut. Demikian pula sebaliknya jika ia yakin tindakan yang akan
dilakukan berdampak negatif pada dirinya, ia bersikap menolak melakukan
tindakan tersebut. Hal ini disebut behavior belief.

Apabila orang tersebut yakin bahwa tindakannya itu akan disetujui oleh
kelompoknya atau lingkungan sosialnya, maka dia akan melakukannya. Sebaliknya
jika ia yakin bahwa lingkungan sosialnya tidak akan mendukungnya maka ia tidak
bermaksud melakukan tindakan tersebut. Hal ini disebut group believe.

24
Bila individu benar-benar bebas dari segala tekanan atau hambatan yang bisa
mengganggu ekspresi sikapnya, maka dapat diharapkan bentuk perilaku yang
tampak sebagai bentuk ekspresi yang sebenarnya. Timbulnya kemauan atau
kehendak adalah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap
objek dalam hal ini adalah praktik PSN DBD. Kemauan atau kehendak merupakan
kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan (Ariani, 2016).

Salah satu komponen pokok yang terdapat pada sikap adalah kecenderungan
tend to behave. Hal ini tentunya menunjukan korelasi yang erat antara sikap dan
perilaku ataupun tindakan, sikap yang mendukung PSN dapat meningkatkan
kecenderungan untuk melakukan tindakan pemberantasan sarang nyamuk
(Wowiling, Rompas dan Karundeng, 2014).
Sehingga dapat dikatakan, orang yang tidak setuju dengan upaya pencegahan
dan pemberantasan sarang nyamuk baik dipengaruhi dirinya sendiri maupun
kelompok akan lebih cenderung tidak peduli dengan kegiatan kebersihan
lingkungan dan program 3M (menguras, menutup dan mengubur tempat
penampungan air) sehingga akan beresiko tinggi untuk meningkatkan kejadian
DBD. Begitupun sebaliknya, seseorang yang setuju dengan upaya pencegahan dan
pemberantasan sarang nyamuk akan lebih cenderung peduli dengan kegiatan
kebersihan lingkungan dan program 3M (Menguras, menutup dan mengubur tempat
penampungan air) sehingga dapat menekan tingkat kejadian DBD.

2.5 Profil Populasi


Kecamatan Matraman merupakan salah satu kecamatan di Kota Jakarta
Timur Kecamatan Matraman merupakan salah satu kecamatan di Kota Jakarta
Timur yang terletak antara 106°49’35” Bujur Timur dan 6°10’37” Lintang Selatan,
memiliki luas wilayah 4,88 Km2 atau 2,60 persen dari luas wilayah Kota Jakarta
Timur yang sebesar 188,03 Km2, Kecamatan Matraman terdiri atas 6 kelurahan. 62
Rukun Warga (RW) dan 796 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk
151.827 jiwa. Dua diantaranya adalah Kelurahan Utan Kayu Selatan dan Kelurahan
Palmeriam.
Kelurahan Utan Kayu Selatan memiliki luas wilayah 1.12 km2 (22,95%)
dengan jumlah RW sebanyak 14 RW dan jumlah RT sebanyak 173 RT. Kelurahan

25
Utan Kayu Selatan memiliki jumlah penduduk yaitu sebanyak 37.979 jiwa dengan
perincian jumlah laki-laki yaitu sebanyak 19.034 jiwa dan perempuan yaitu
sebanyak 18.945 jiwa dan laju pertumbuhan penduduk per tahun dari 2018-2019
yaitu 0,21%. Sementara Kelurahan Palmeriam memiliki luas wilayah 0.65 km2
(13,32%) dengan jumlah RW sebanyak 10 RW dan jumlah RT sebanyak 128 RT.
Kelurahan Palmeriam memiliki jumlah penduduk yaitu sebanyak 19.174 jiwa
dengan perincian jumlah laki-laki yaitu sebanyak 9.570 jiwa dan perempuan yaitu
sebanyak 9.604 jiwa dan laju pertumbuhan penduduk per tahun dari 2018-2019
yaitu 0,16%. (Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur, 2020).
2.6 Kerangka Teori

KEBERADAAN
VEKTOR NYAMUK
Aedes aegypti
FAKTOR PREDISPOSISI
KEJADIAN
-PENGETAHUAN DEMAM
BERDARAH
-SIKAP
DENGUE
-PERILAKU

-HOST FAKTOR
LINGKUNGAN

Gambar 2.2 Kerangka Teori

2.7 Kerangka Konsep


Berdasarkan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

SIKAP
Kejadian DBD

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

26
2.8 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis yang berhubungan dengan pokok permasalahan
maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah:

Hipotesis nol (H0): Tidak ada hubungan antara sikap dengan kejadian DBD pada
tingkat rumah tangga di Kelurahan Matraman.

Hipotesis alternatif (H1): Ada hubungan antara sikap dengan kejadian DBD pada
tingkat rumah tangga di Kelurahan Matraman.

2.9 Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi operasional

No. Variabel Definisi Alat ukur Cara Hasil ukur Skala


pengukuran

1. Kejadian Responden yang pernah Kuesioner Wawancara 1=Ya: Apabila Nominal


DBD sakit DBD dalam 1 tahun Online pernah
terakhir (Januari– mengalami DBD
November 2020) dalam 1 tahun
terakhir (Jan-
Nov 2020)

0=Tidak:
Apabila tidak
pernah

2. Sikap Sikap responden dalam Kuesioner Wawancara 1.Sikap baik ≥ Nominal


PSN melakukan PSN DBD Online nilai Mean
DBD Dengan cara 3M plus
seperti: 2.Sikap buruk <
nilai Mean
1. Menutup
Menutup adalah (Nilai Mean =
memberi tutup yang 33.0400)
rapat pada tempat air
ditampung seperti bak Nilai butir
mandi, kendi, gentong jawaban nomor
air, botol air minum 1, 3, 4, 5 dan 10
dan tempat adalah sangat
penampungan air setuju: 1, setuju:
lainnya. 2, tidak setuju:
2. Menguras 3, sangat tidak
Menguras adalah setuju: 4.
membersihkan tempat

27
yang sering dijadikan Nilai butir
tempat penampungan jawaban nomor
air seperti kolam 2, 6, 7, 8 dan 9
renang, bak mandi, adalah sangat
ember air, tempat air setuju: 4, setuju:
minum, penampung 3, tidak setuju:
air di belakang kulkas, 2, sangat tidak
penampungan air setuju: 1.
tetesan dispenser, dan
tempat penampungan
air lainnya.
3. Mengubur
Mengubur adalah
memendam di dalam
tanah untuk sampah
plastik atau benda
bekas yang memiliki
potensi menampung
air hujan sehingga
dapat menjadi tempat
nyamuk vektor DBL)
bertelur.
a. Menggunkan obat
nyamuk atau anti
nyamuk sesuai dosis
dan petunjuk
pemakaian pada
kemasan
b. Menggunakan
kelambu saat tidur
(baik siang hari
maupun malam hari)
c. Menanam tanaman
pengusir nyamuk
(Lavender, Zodia, dan
sebagainya)
d. Memelihara ikan
yang dapat memakan
jentik nyamuk pada
kolam atau bak mandi
e. Menghindari daerah
gelap di dalam rumah
agar tidak ditempati
nyamuk dengan
mengatur ventilasi
dan pencahayaan.
f. Memberi bubuk
larvasida pada tempat
penampungan air
yang sulit dibersihkan

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei dengan pendekatan


kuantitatif.

3.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional yang berarti pada penelitian


peneliti mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung
(korelasi) dengan melakukan pengukuran sesaat dan tidak ada prosedur tindak
lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.

3.3 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah penduduk Kecamatan Matraman, Kota


Jakarta Timur yang memiliki enam kelurahan, dari enam kelurahan tersebut dipilih
dua kelurahan yaitu Kelurahan Utan Kayu Selatan karena memiliki jumlah kejadian
DBD tertinggi di Kecamatan Matraman periode Januari-November 2020 yaitu
dengan jumlah penduduk 37.979 dan Kelurahan Palmeriam sebagai kelurahan
dengan jumlah kejadian DBD terendah periode Januari-November 2020 dengan
jumlah penduduk 19.174.
3.4 Sampel

Masyarakat (anggota keluarga) di Kecamatan Matraman Kota Jakarta Timur


yang telah memenuhi kriteria sebagai berikut:

3.4.1 Kriteria inklusi:

1) Warga kelurahan Utan Kayu Selatan dan kelurahan Palmeriam


Kecamatan Matraman Kota Jakarta Timur
2) Dewasa berusia ≥ 18 tahun
3) Bersedia menjadi responden

29
3.5 Cara Penetapan Sampel

Penetapan sampel menggunakan Purposive Sampling yang diambil dari 2


Kelurahan di Kecamatan Matraman yaitu 50 sampel dari Kelurahan Utan Kayu
Selatan karena memiliki jumlah kejadian DBD tertinggi dan 50 sampel diambil dari
Kelurahan Palmeriam dengan jumlah kejadian DBD terendah. Jumlah total sampel
adalah 100 orang.

3.6 Penetapan Besar Sampel

Sampel adalah responden yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh


populasi. Adapun besar sampel dalam penelitian ini didapat dengan menggunakan
rumus Slovin:

n = Besar sampel
N = Besar populasi
e = Batas toleransi kesalahan, ditetapkan 10%
N

n=

1 + Ne2

57.153

n=

1 + 57.153 (0,1)2

57.153

n=

572,53

n = 99,82

n = 100 sampel

Berdasarkan perhitungan dengan rumus slovin tersebut maka peneliti menetapkan


jumlah sampel minimal yang diambil dengan margin of error 10% adalah sebanyak
100 unit untuk sampel.

30
3.7 Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif sehingga akan
ditampilkan data berupa angka. Sumber data berupa data primer diperoleh dari hasil
kuesioner pada responden yang menjadi subyek penelitian dan data sekunder yang
diperoleh secara tidak langsung, dalam hal ini adalah angka kejadian DBD yang
diperoleh dari bagian PPSDMK dan SDK Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan
Puskesmas Kecamatan Matraman Jakarta Timur.

3.8 Cara Pengumpulan Dan Pengukuran Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner oleh ketua
RW (Rukun Warga) dalam bentuk google form kepada sampel penelitian mengenai
Sikap PSN DBD dengan kejadian DBD melalui platform media sosial seperti line,
whatsapp, dll. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data
dengan menguji variabel-variabel yang akan diteliti menggunakan program SPSS.
Hasil akan diolah dan disusun dalam bentuk tabel, dan penjelasannya.
3.9 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa instrumen untuk membantu proses
pengambilan dan pengolahan data yaitu,
1. Informed Consent
Lembar Informed Consent adalah lembar yang berisi pernyataan bahwa
subjek bersedia menjadi subjek penelitian dan penjelasan tentang penelitian.
2. Kuesioner
Kuesioner adalah alat pengumpulan data primer dengan metode survei
untuk memperoleh opini responden. Kuesioner yang digunakan dalam bentuk
online atau kuesioner melalui google form.
3.10 Analisa Data
Data penelitian dianalisis dengan bantuan program SPSS versi 23. Kegiatan
analisis data tersebut dilakukan secara bivariat yang digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara variabel dependen dan independen. Adapun statistik
uji yang digunakan adalah uji Exact Fisher.

31
3.11 Alur Penelitian

Persiapan penelitian

Penentuan tema dan judul

Penyusunan Proposal dan Revisi

Pengajuan Proposal

Pengajuan Izin Penelitian dan Informed Consent

Pengolahan Data yang akan diteliti

Pengajuan Hasil Penelitian dan Pembuatan Laporan

Gambar 1.4 Protokol Penelitian

3.12 Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal penelitian

Kegiatan Tahun
Penelitian 2019 2020 2021
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
Persiapan
proposal
Pelaksana
an dan
Pengumpu
lan Data
Pengolaha
n dan
Analisa
Data
Penulisan
dan
Publikasi

32
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
Berikut ini adalah hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan
Matraman Kota Administratif Jakarta Timur pada Januari – November 2020.
Analisis data yang dilakukan adalah analisis data univariat dan bivariat.
Variabel independen adalah sikap PSN dan variabel dependen adalah kejadian
DBD. Pada analisis univariat dilakukan analisis deskriptif, dengan perhitungan
distribusi frekuensi dan persentasenya, sedangkan pada analisis bivariat
menggunakan tabulasi silang (cross tabulation), dan uji kemaknaan dengan uji
Exact Fisher.

4.1.1 Karakteristik Responden dan Lokasi Penelitian

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 100 sampel yang berasal dari 2
kelurahan yaitu 50 sampel dari Kelurahan Utan kayu Selatan sebagai kelurahan
dengan jumlah kejadian DBD tertinggi dan 50 sampel dari Kelurahan Palmeriam
sebagai kelurahan dengan jumlah kejadian DBD terendah periode Januari-
November 2020 di Kecamatan Matraman.
Sebagian besar responden pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan
yaitu sebanyak 96 responden (96 %) (Gambar 4.5). karakteristik responden
berdasarkan usia dibuat dalam beberapa kelompok, kelompok usia responden
paling banyak pada penelitian ini adalah kelompok usia 46-65 tahun yaitu sebanyak
51 responden (51%), sedangkan paling sedikit adalah kelompok usia 18-25 tahun
yaitu sebanyak 3 responden (3%) (Gambar 4.6). Karakteristik responden
berdasarkan status dalam keluarga pada penelitian ini sebagian besar adalah suami
atau istri yaitu sebanyak 92 responden (92%) (Gambar 4.7). Karakteristik
responden berdasarkan pendidikan pada penelitian ini dibuat dalam beberapa
kelompok yaitu sebagian besar responden mendapatkan pendidikan menengah
yaitu Sekolah Menengah Umum/Sederajat sebanyak 64 responden (64%) (Gambar
4.8). Dan sebagian besar responden pada penelitian ini bekerja sebagai ibu rumah
tangga yaitu sebanyak 74 responden (74%) (Gambar 4.9).

33
Jenis Kelamin Kelompok Usia

4% 3%

51% 46%

96%

Perempuan Laki-laki 18-25 26-45 46-65

Gambar 4.5 Karakteristik Gambar 4.6 Karakteristik


Responden Kecamatan Matraman responden Kecamatan Matraman
menurut Jenis Kelamin menurut Kelompok Usia

Status dalam Keluarga Pendidikan

8%
10% 13%
13%

64%

92%
SLTP
SMU
Akademik/D1, D2, D3
ibu rumah tangga pelajar
Sarjana/S1, S2, S3

Gambar 4.7 Karakteristik Gambar 4.8 Karakteristik responden


Responden Kecamatan Kecamatan Matraman menurut
Matraman menurut Status Pendidikan
Keluarga

34
Pekerjaan

8%
12%
5%
1%

74%

ibu rumah tangga pelajar


Wiraswasta Swasta
Lainnya

Gambar 4.9 Karakteristik Responden Kecamatan matraman menurut


Pekerjaan

4.1.2 Analisis Deskriptif

Analisis data deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai


objek penelitian berdasarkan data dan variabel yang diperoleh dari kelompok
subjek yang diteliti. Analisis data responden dibutuhkan untuk mengetahui
informasi mengenai latar belakang responden. Informasi tersebut dapat dijadikan
bahan untuk menjelaskan hasil penelitian yang diperoleh.

4.1.3 Analisis Univariat

Pada penelitian ini responden di Kelurahan Utan Kayu Selatan yang


menyatakan tidak mengalami kejadian DBD periode Januari-November 2020 yaitu
sebanyak 49 responden dari 50 responden (98,0%) dan jumlah responden yang
menyatakan mengalami kejadian DBD periode Januari-November 2020 yaitu
sebanyak 1 responden (2,0%). Begitupun di Kelurahan Palmeriam yang
menyatakan tidak mengalami kejadian DBD periode Januari-November 2020 yaitu
sebanyak 49 responden dari 50 responden (98,0%) dan jumlah responden yang
menyatakan mengalami kejadian DBD periode Januari-November 2020 yaitu
sebanyak 1 responden (2,0%).
Pada penelitian ini diketahui bahwa di Kelurahan Utan Kayu Selatan tingkat
sikap PSN responden dengan kategori yang tertinggi berada pada tingkat sikap

35
buruk yaitu sebanyak 26 responden (52%), dan yang terendah dengan tingkat sikap
baik sebanyak 24 responden (48%) (Tabel 4.1). Pada Kelurahan Palmeriam tingkat
sikap PSN dengan kategori yang tertinggi juga berada pada tingkat sikap buruk
yaitu sebanyak 28 dari 50 responden (56%), dan yang terendah dengan sikap baik
sebanyak 22 responden (44%) (Tabel 4.1). Jika dilihat secara keseluruhan dari
kedua kelurahan, maka sikap buruk berada pada tingkat tertinggi yaitu sebanyak 54
responden dari 100 responden (54%) (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Sikap PSN pada Masyarakat di Kecamatan


Matraman Kota Jakarta Timur

Sikap PSN
Kelurahan Baik Buruk
N % n %
Utan Kayu Selatan 24 48,0 26 52,0
Palmeriam 22 44,0 28 56,0
Total 46 46,0 54 54,0

4.1.4 Analisis Bivariat

Pada penelitian di Kelurahan Utan Kayu Selatan sebagai Kelurahan dengan


jumlah kejadian DBD tertinggi di Kecamatan Matraman Kota Jakarta Timur,
menunjukkan bahwa sikap PSN baik yang tidak mengalami kejadian DBD
sejumlah 23 responden (95,58%), sedangkan sikap PSN baik yang mengalami
kejadian DBD adalah 1 responden (4,2%). Sementara responden yang mempunyai
sikap PSN buruk tidak mengalami kejadian DBD adalah 26 responden (100,0%)
dan sikap PSN buruk yang mengalami kejadian DBD adalah 0 responden (0,0%).
Hasil uji statistik diketahui nilai P adalah 0,480 dengan signifikansi nilai p > 0,05
dan nilai Odds Ratio (OR) adalah 0,958 dengan Confidence Interval (CI) 95%
(Tabel 4.2).

36
Tabel 4.2 Hubungan Sikap PSN dengan Kejadian DBD pada Masyarakat di
Kelurahan Utan Kayu Selatan (N=50)

P OR 95% Confidence
Sikap Kejadian DBD
Interval
PSN
Tidak Ada Lower Upper
Buruk 26 (100,0%) 0 (0,0%)
Baik 23 (95,8%) 1 (4,2%) 0,480 0,958 0,882 1,042
Total 49 (98,0%) 1 (2,0%)

Pada penelitian di Kelurahan Palmeriam sebagai Kelurahan dengan jumlah


kejadian DBD terendah dalam waktu 1 tahun terakhir (Januari-November 2020) di
Kecamatan Matraman Kota Jakarta Timur, terlihat bahwa sikap PSN baik yang
tidak mengalami kejadian DBD sejumlah 21 responden (95,5%), sedangkan sikap
PSN baik yang mengalami kejadian DBD adalah 1 responden (4,5%). Sementara
responden yang mempunyai sikap PSN buruk tidak mengalami kejadian DBD
adalah sejumlah 28 responden (100,0%) dan sikap PSN buruk yang mengalami
kejadian DBD adalah 0 responden (0,0%). Hasil uji statistik diketahui nilai P adalah
0,440 dengan signifikansi nilai p > 0,05 dan nilai Odds Ratio (OR) adalah 0,955
dengan Confidence Interval (CI) 95% (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Hubungan Sikap PSN dengan Kejadian DBD pada Masyarakat di
Kelurahan Palmeriam Kecamatan Matraman (N=50)

Sikap Kejadian DBD P OR 95% CI


PSN
Tidak Ada Low Upper
Buruk 28 (100,0%) 0 (0,0%)
0,440 0,955 0,871 1,046
Baik 21 (95,5%) 1 (4,5%)
Total 49 (98,0%) 1 (2,0%)

Hasil penelitian antara hubungan sikap PSN dengan kejadian DBD secara
keseluruhan dari dua kelurahan di Kecamatan Matraman diketahui bahwa sikap
PSN baik yang tidak mengalami kejadian DBD yaitu sebanyak 44 responden

37
(95,57%), sedangkan sikap PSN baik yang mengalami kejadian DBD adalah 2
responden (4,3%). Sementara responden yang mempunyai sikap PSN buruk tidak
mengalami kejadian DBD adalah 54 responden (100,0%) dan yang mengalami
kejadian DBD adalah 0 responden (0,0%). Hasil uji statistik diketahui nilai P adalah
0,209 dengan signifikansi nilai p > 0,05 dan nilai Odds Ratio (OR) adalah 0,957
dengan Confidence Interval (CI) 95% (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Hubungan Sikap PSN dengan Kejadian DBD pada Masyarakat di
Kecamatan Matraman (N=100)
Sikap Kejadian DBD P OR 95% CI
PSN
Tidak Ada Low Upper
Buruk 54 (100,0%) 0 (0,0%)
0,209 0,957 0,899 1017
Baik 44 (95,7%) 2 (4,3%)
Total 98 (98,0%) 2 (2,0%)

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Matraman Kota
Jakarta Timur, Kelurahan Utan Kayu Selatan adalah lokasi kelurahan yang
memiliki jumlah kejadian DBD tertinggi di Kecamatan Matraman yaitu sebanyak
36 kasus dengan jumlah penduduk 38.137 dan Kelurahan Palmeriam sebagai
kelurahan dengan jumlah kejadian DBD terendah periode Januari-November 2020
yaitu sebanyak 4 kasus dengan jumlah penduduk 19.237. Prevalensi angka kejadian
DBD dari kedua Kelurahan tersebut masing-masing adalah Kelurahan Utan Kayu
Selatan sebesar 0,094% dan Kelurahan Palmeriam sebesar 0,02%. Berdasarkan data
tersebut peneliti mengambil sebanyak sampel 100 orang responden dari kedua
kelurahan tersebut, masing-masing sebanyak 50 orang responden dari tiap
kelurahan.
Hasil analisis secara statistik Kelurahan Utan Kayu Selatan memperoleh nilai
p = 0,480 dan Odds Ratio (OR) = 0,958 dengan confidence interval 95% didapatkan
nilai p lebih besar dari α (0,480 > 0,05) dan Kelurahan Palmeriam memperoleh nilai
p = 0,440 dan Odds Ratio (OR) = 0,955 dengan confidence interval 95% didapatkan
nilai p lebih besar dari α (0,440 > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada

38
dua kelurahan di Kecamatan Matraman tersebut Ho diterima yang artinya tidak
didapatkan hubungan yang bermakna antara sikap tentang Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan kejadian Demam Berdarah dengue (DBD). Dan responden
yang bersikap buruk tentang PSN lebih mendominasi pada penelitian ini yaitu
sebanyak 54 responden dari 100 responden. Dimana dengan hasil OR yang didapat
yaitu OR pada kelurahan Utan Kayu selatan lebih besar dari Kelurahan Palmeriam
maka sikap buruk responden tentang PSN lebih berisiko pada responden di
Kelurahan Utan Kayu Selatan. Hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan karena
sikap responden tentang PSN pada dua kelurahan di Kecamatan Matraman tersebut
menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan karakteristik responden. Responden
yang didominasi oleh sikap PSN yang buruk pada penelitian ini tidak sesuai dengan
sebagian besar kelompok umur responden, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin.
Dilihat berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin maka sebagian besar pada
penelitian ini adalah perempuan atau ibu-ibu dengan kematangan umur yang sangat
dewasa yang akan memiliki kematangan intelektual sehingga dapat memperoleh
sikap yang baik. Selain itu dilihat dari segi pendidikan, sebagian besar responden
berpendidikan SMU. Hal ini menunjukkan responden telah memiliki pengetahuan
yang cukup baik dalam tentang PSN DBD yang dapat membentuk sikap PSN dan
tindakan yang baik. Menurut Ariani (2016) yang menjelaskan bahwa umur dan
pendidikan adalah faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi DBD, semakin
dewasa seseorang akan memiliki vitalitas optimum, perkembangan intelektual yang
matang pada taraf operasional dan penalaran yang tinggi, sehingga akan
memberikan corak perilaku individu. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian (Putri
and Naftassa, 2018) di Desa Kemiri, Kecamatan Jayakerta, Karawang tahun 2016
yang menjelaskan bahwa tingkat pendidikan turut berpengaruh pada pengetahuan
seseorang, pengetahuan kesehatan akan berpengaruh pada perilaku sebagai hasil
jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan, selanjutnya
perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan
masyarakat sebagai keluaran dari pendidikan kesehatan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan tinjauan teori yang menjelaskan
bahwa salah satu komponen pokok yang terdapat pada sikap adalah kecenderungan
untuk bertindak (tend to behave) sehingga sikap yang positif akan mempermudah

39
perilaku sehat yaitu praktik PSN DBD yang baik sehingga dapat menurunkan
kejadian DBD (Wowiling, Rompas dan Karundeng, 2014).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Iskandar et al (2020) di wilayah
kerja Puskesmas Candi Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo tentang keberadaan
jentik dan perilaku PSN terhadap kejadian DBD dan penelitian Pantouw (2016) di
Kelurahan Tuminting tentang hubungan sikap dengan tindakan pencegahan DBD.
Pada kedua penelitian tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap
dengan kejadian DBD. Hal ini dikarenakan responden yang bersikap baik namun
tidak dibarengi dengan praktik PSN yang baik karena kurang terpantaunya kegiatan
jumantik mandiri oleh koordinator jumantik. Menurut Theory of Reasoned Action
yang diusulkan oleh Ajzen dan Fishbein (1980) bahwa sikap belum merupakan
suatu tindakan tetapi merupakan predisposisi tindakan dan selama hal tersebut
belum diwujudkan, tentu tidak akan ada perubahan yang terjadi. Oleh karena itu,
tindakan masyarakat terhadap pencegahan DBD bisa saja bertentangan dengan
sikap masyarakat karena ada ada faktor lain yaitu dukungan dari masyarakat dan
lingkungan sekitar, dan dipengaruhi oleh situasi atau kondisi yang memungkinkan
keluarga melakukan atau tidak melakukan praktek pencegahan DBD (Ariani,
2016).
Hasil penelitian ini juga kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi pandemi
COVID-19 yang terjadi sekitar awal tahun 2020 bersamaan dengan pengambilan
data penelitian ini yaitu periode Januari-November 2020, yang menyebabkan
meningkatnya perhatian responden terhadap kebersihan rumah dan lingkungan
sekitar rumah, membatasi mobilitas responden sebab berlakunya aturan
Pembatasan Sektor Berskala Besar dan atau karantina selama COVID-19 sehingga
menekan transmisi infeksi virus dengue. Kondisi ini berkaitan dengan konsep
segitiga epidemiologi yaitu faktor Agent, penjamu (Host) dan Environment
menjadi faktor yang mempengaruhi timbulnya suatu kejadian penyakit. DBD
adalah kejadian dengan multifaktorial sehingga sikap tidak menjadi faktor tunggal
yang mempengaruhi kejadian DBD. Responden yang memiliki sikap yang buruk
terhadap praktik PSN namun dibarengi dengan kondisi tindakan PSN yang baik
serta dapat menjaga penyebaran infeksi virus dengue dengan mobilitas responden
yang terbatas kemungkinan dapat mencegah kejadian DBD.

40
BAB V
TINJAUAN AGAMA

HUBUNGAN SIKAP PSN DENGAN KEJADIAN DBD PADA


MASYARAKAT DI KECAMATAN MATRAMAN DAN TINJAUANNYA
MENURUT PANDANGAN ISLAM

5.1 Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam Pandangan Islam


Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue. DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis
perdarahan yang menimbulkan syok yang berujung kematian. Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue. DBD ditularkan melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Firman Allah SWT :

‫ضةا فَ َما فَ ۡوقَ َهاؕ فَا َ َّما الَّذ ِۡينَ ٰا َمنُ ۡوا‬ َ ‫ب َمثَ اًل َّما بَعُ ۡو‬ َ ‫َّض ِر‬ ۡ ‫ـى اَ ۡن ي‬ ٖۤ ‫ّٰللاَ ََل يَ ۡستَ ۡح‬
‫ا َِّن ه‬
‫ڪفَ ُر ۡوا فَيَقُ ۡولُ ۡونَ َماذَآ اَ َرادَ ه‬
ۘ ‫ّٰللاُ بِهٰ ذَا َمثَ اًل‬ َ َ‫ـق ِم ۡن َّربِ ِه ۡمۚ َواَ َّما الَّذ ِۡين‬ ُّ ‫فَيَعۡ لَ ُم ۡونَ اَنَّهُ ۡال َح‬
َ‫ض ُّل بِ ٖۤه ا ََِّل ۡال ٰف ِس ِق ۡين‬ِ ُ‫ِى بِه َكثِ ۡي اراؕ َو َما ي‬ ۡ ‫ڪثِ ۡي ارا َّويَهۡ د‬
َ ‫ض ُّل بِه‬ ِ ُ‫ي‬
Artinya:

"Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau


yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin
bahwa perumpamaan itu benar dari Rabb mereka, tetapi mereka yang kafir
mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?"
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada
yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik." (QS. Al-Baqarah (2): 26).

41
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT dapat menjadikan apapun di
langit dan di bumi ini sebagai pelajaran bagi manusia seperti seekor nyamuk yang
dianggap lemah oleh manusia ternyata bisa menjadi sumber penyebab dari penyakit
DBD yang angka kejadiannya terus meningkat setiap tahunnya.
Dalam konsep Islam, sakit dan penyakit merupakan peristiwa yang selalu
menyertai manusia sejak zaman Nabi Adam. Kita memahami apapun yang
menimpa adalah takdir, sakit pun merupakan takdir yang dialami manusia agar
dapat mengambil hikmah daripadanya sebagai pembelajaran.

Firman Allah SWT:

Artinya:
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya, "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kami pun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua
yang menyembah Allah” (QS. Al-Anbiya (21): 83-84).

Ayat tersebut mengisahkan Nabi Ayyub a.s. yang sedang ditimpa penyakit
hampir di seluruh tubuhnya kecuali dua organ yaitu lidah dan hati yang terus
digunakan untuk berdzikir kepada Allah SWT. Hingga Allah SWT
menyembuhkannya serta mengembalikan harta dan keluarganya.

Kisahnya memberikan pelajaran bagi manusia agar tidak selalu berprasangka


buruk kepada Allah SWT, tidak berputus asa akan rahmat Allah serta bersabar
dalam menerima takdir Allah. Begitu pun jika Allah menakdirkan kesembuhan
maka tidak ada satu pun yang dapat menolaknya.

42
Islam memandang Kejadian Demam Berdarah Dengue ini merupakan Takdir
dari allah SWT. Takdir terbagi menjadi dua yaitu takdir muallaq dan takdir
mubram. Takdir muallaq adalah takdir yang dapat diubah oleh perilaku, tindak
tanduk, dan perbuatan manusia yang semuanya itu tergantung dari pada pilihan
manusia, contohnya manusia memilih untuk mau bersikap positif terhadap PSN
DBD atau bersikap negatif. Dan Takdir mubram adalah takdir yang tidak dapat
diubah contohnya orang meninggal ditakdirkan karena penyakit DBD (Wahyudi
and Marwiyanti, 2017).

Penyakit DBD ini merupakan takdir Allah SWT, namun ketika berada dalam
kondisi sakit manusia tidak seharusnya menjadi pribadi yang lemah dan berputus
asa sehingga umat Islam seharusnya menghadapi dengan takdir Allah yang lain,
seperti Sayyidina umar, “Nafirru min qadarillah ila qadarillah”, maka umat Islam
harus mengahadapi DBD ini dengan melakukan pencegahan seabgai takdir Allah
yang lain.

Sehingga penting peran pemuka agama dan umat Islam, mengingat penyakit
DBD ini erat hubungannya dengan lingkungan sehingga membutuhkan peran dalam
program pemberantasan penyakit DBD seperti :

a. Penyuluhan tentang kebersihan dengan cara bergotong royong


b. Pengawas kebersihan lingkungan
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat Islam tentang bahaya penyakit DBD
(Boesri, 2012).

Firman Allah SWT:

“(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan
Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit,
Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan

43
menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat ku inginkan akan mengampuni
kesalahanku pada hari kiamat.” (QS. As-Syu’ara (26): 78-82).

Islam pun memaknai penyakit sebagai peringatan dan ujian keimanan dari
Allah, jika kita mampu melaluinya dengan baik maka kita akan berada dalam
kedudukan yang mulia.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri dan dari Abu Hurairah radhiyallahu’ anhuma, dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:

‫ب َو ََل ه ٍَم َو ََل ُح ْز ٍن َو ََل أَذاى َو ََل غ ٍَم َحتَّى‬ َ ‫ب َو ََل َو‬
ٍ ‫ص‬ َ َ‫يب ْال ُم ْس ِل َم ِم ْن ن‬
ٍ ‫ص‬ ُ ‫ص‬ِ ُ‫َما ي‬
ُ‫طايَاه‬ َّ ‫ش ْو َك ِة يُشَا ُك َها إِ ََّل َكفَّ َر‬
َ ‫ّٰللاُ بِ َها ِم ْن َخ‬ َّ ‫ال‬

Artinya:

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau


kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya
melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya” (HR. Al-
Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573.

Bahkan Allah SWT menjanjikan kepada umatnya yang bersabar dalam sakitnya dan
berikhtiar akan dihapuskan dosa-dosanya.

Rasulullah SAW bersabda:

ُّ ‫س ِيئَا ِت ِه َك َما تَ ُح‬


‫ط‬ َّ ‫ط‬
َ ‫ّٰللاُ ِب ِه‬ َّ ‫ض فَ َما ِس َواهُ ِإ ََّل َح‬
ٍ ‫صيبُهُ أَذاى ِم ْن َم َر‬
ِ ُ‫َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم ي‬
‫ش َج َرة ُ َو َرقَ َها‬
َّ ‫ال‬

Artinya:

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan


Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang
menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

44
5.2 Sikap Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam Pandangan Islam
Dalam penelitian (Monintja, 2015) terdapat hubungan yang signifikan antara
sikap dengan tindakan PSN DBD. Dimana sikap merupakan variabel yang paling
dominan. Terciptanya tindakan pencegahan DBD salah satunya PSN ini diperoleh
dari masyarakat yang mempunyai sikap PSN yang baik.
Islam membahas aspek sikap dan pola tingkah laku dalam akhlak. Dimana
Rasulullah SAW menjadi contoh terbaik mengenai akhlak, sehingga dalam hadis
dijelaskan bahwa beliau memiliki amanah dari Allah mengenai akhlak umat.
Rasulullah SAW bersabda :

َ ‫ِإنَّ َما بُ ِعثْتُ ِِلُتَ ِم َم‬


ِ ‫صا ِل َح ْاِل َ ْخ ًَل‬
‫ق‬

Artinya :

“Sesungguhnya aku (Rasulullah SAW) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang


baik” (HR. Ahmad 2/381).

Akhlak adalah sistem nilai berupa ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran
dan Hadist yang sudah meresap dalam jiwa dan mengatur pola sikap dan tindakan
manusia di muka bumi sehingga muncul secara spontan. Ada istilah akhlakul
karimah (budi pekerti baik), akhlakul madzmumah (budi pekerti buruk). Pola sikap
dan tindakan yang dimaksud mencakup pola-pola hubungan dengan Allah (hablmu
minallah), sesama manusia (hablum minannas) termasuk dirinya sendiri dan
dengan alam (Nurdin, 1993).

Semua aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat Islam akan berdasarkan


keimanan kepada Allah SWT, karena kepercayaan kepada Allah akan membentuk
konsep-konsep keimanan lainnya. Dengan kata lain sikap dan pola tingkah laku
atau akhlakul itu terwujud dari sinergi antara aqidah dan syariah, jika konsep
kepercayaan kepada Allah diyakini dengan baik, maka pelaksanaan syari’ahnya
berlangsung pula dengan baik dan menciptakan sikap dan pola tingkah laku yang
baik atau akhlakul karimah, namun jika sebaliknya akan melahirkan sikap dan pola
tingkah laku yang buruk atau akhlakul madzmumah (Hamali, 2011).

45
Sikap yang mencakup pola hubungan dengan lingkungan dan masyarakat itu
bukan berupa sikap yang apatis atau egois melainkan Islam mengindahkan sikap
peduli, saling tolong menolong, bermusyawarah dalam kepentingan bersama,
menunaikan amanah yang telah diberikan oleh masyarakat kepada kita untuk
menuju kemaslahatan bersama (Habibah, 2015).
Namun dari angka kejadian DBD yang terus mengalami peningkatan,
sebagaimana yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan RI bahwa jumlah
kejadian DBD mengalami peningkatan dari tahun 2011-2013. Pada tahun 2011
sebanyak 65.725 dengan 597 kasus meninggal (Incidence Rate 27,67 per 100.000
penduduk dan CFR= 0,91%). Pada tahun 2012 jumlah kasus DBD sebanyak 90.245
dengan 816 kasus meninggal (Incidence Rate 37,11 per 100.000 penduduk dan
CFR= 0,90%). Pada tahun 2013 jumlah kasus DBD sebanyak 112.511 dengan 871
kasus meninggal (Incidence Rate 45,85 per 100.000 penduduk dan CFR= 0,77%)
(Zarkasyi, Martini dan Hestiningsih, 2015). Hal ini menggambarkan masih
rendahnya sinergi aqidah dan syariah dalam umat Islam yang didalamnya ada pola
hubungan antara manusia dengan tuhannya, manusia dengan lingkungannya dan
manusia dengan makhluk lainnya sehingga belum terwujud sikap dan tingkah laku
yang baik atau akhlakul karimah dalam melakukan hidup sehat bersama (Boesri,
2012). Perilaku manusia yang buruk seperti tidak menjaga kebersihan lingkungan
merupakan penyimpangan dari hadis yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di
dalam Al-Ausath (11/2 dari Al-Jam'u Baina Zawaidil-Mu'jamain).

Sabda Nabi SAW:

‫ط ِه ُر أَ ْف ِن َيتَ َها‬
َ ُ ‫ط ِه ُر ْوا أَ ْف ِن َيتَ ُك ْم فَإِ َّن ْال َي ُه ْودَ َلَ ت‬
َ

Artinya :

“Maka bersihkanlah pekaranganmu dan ruang tempat tinggalmu dan


janganlah kamu seperti orang Yahudi yang menumpuk sampah-sampah di
rumahnya”.

Bahkan Allah pun memberi peringatan kepada kita bahwa dampak yang
diakibatkan dari sebagian orang yang tidak menjaga kebersihan lingkungan dan
kesehatan diri yaitu penyakit DBD juga dapat berdampak kepada seluruh umat yang

46
menjalankan hidup bersih dan sehat karena berada dilingkungan yang sama dengan
mereka.

Firman Allah SWT :

ُ‫شد ِۡيد‬ ‫اعلَ ُم ٖۡۤوا اَ َّن ه‬


َ َ‫ّٰللا‬ ۡ ‫صةا ۚ َو‬ َ َ‫ص ۡيبَ َّن الَّذ ِۡين‬
َّ ٓ ‫ظلَ ُم ۡوا ِم ۡن ُك ۡم َخا‬ ِ ُ ‫َواتَّقُ ۡوا فِ ۡتنَةا ََّل ت‬
ِ ‫ۡال ِعقَا‬
‫ب‬
Artinya :

“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang
yang zhalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya”
(QS. Al-Anfal (8) : 25).

Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ashz meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda:

‫ار ُك ْم أَ َحا ِسنُ ُك ْم أ َ ْخ ًَلقاا‬


َ َ‫ِإ َّن ِخي‬
Artinya :
“ Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya”
(HR. Al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no. 2321).
Sehingga menurut pandangan Islam sikap PSN termasuk sikap yang terpuji
atau akhlakul karimah, dalam hal ini bersikap setuju terhadap segala program PSN
dalam mencegah DBD untuk mendatangkan kebaikan dan mencapai kemaslahatan
bersama yang mana Islam juga sangat memperhatikan hukum maslahah mursalah
dalam bersikap dan bertindak.
5.3 Kebersihan dan Kesehatan dalam Pandangan Islam
5.3.1 Kebersihan dalam Pandangan Islam

Kebersihan menurut bahasa, artinya kebersihan atau bersih dari berbagai


kotoran, baik yang bersifat hissiyah (nyata), seperti najis berupa air seni dan yang
lainnya, maupun yang bersifat maknawiyah, seperti aib dan perbuatan maksiat. At-
Tathir bermakna tanzhif (membersihkan), yaitu pembersihan pada tempat yang
terkotori.

47
Menurut pengertian syari’at (terminologi) thaharah berarti tindakan
menghilangkan hadats dengan air atau debu yang bisa mensucikan. Juga berarti
upaya melenyapkan najis dan kotoran. Berarti, thaharah menghilangkan sesuatu
yang ada di tubuh yang menjadi penghalang bagi pelaksanaan shalat dan ibadah
semisalnya.
Kebersihan menurut ajaran Islam dinamakan Thaharah (suci). Thaharah
sendiri bermakna kesucian dan kebersihan dari segala kotoran yang nyata, seperti
suci dari hadas (hal-hal yang membatalkan wudhu), najis , dan juga kotoran yang
tidak nyata, seperti suci dari penyakit-penyakit hati. Jadi dapat dikatakan bahwa
thaharah merupakan membersihkan jasmani dan rohani. kebersihan jasmani yang
meliputi kebersihan tubuh atau fisik seperti kebersihan lingkungan dan ada
kebersihan rohani yang meliputi kebersihan hati yang meliputi niat dan pikiran
untuk menciptakan sikap dan perbuatan yang baik dan buruk (Halid, Setyono and
Sunarto, 2014).
Firman Allah SWT:
َ َ‫ّٰللا يُ ِحبُّ التَّ َّوا ِب ۡينَ َويُ ِحبُّ ۡال ُمت‬
َ‫ط ِه ِر ۡين‬ َ ‫ا َِّن ه‬
Artinya :
“ Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan ia mencintai
orang-orang yang suci (bersih, baik dari jasmani maupun rohani)” (QS. Al-
Baqarah (2): 222).
5.3.2 Kesehatan dalam Pandangan Islam

Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling sempurna dan paling
dimuliakan sehingga dapat merasakan berbagai nikmat termasuk nikmat kesehatan.
Allah SWT dan Nabi Muhammad memberi perhatian yang serius di dalam Al-
Quran dan Hadits sebab menganggap keselamatan dan kesehatan adalah hal yang
patut disyukuri (Hariyanto, 2015).
Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-shihhah” yang
berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan.
Kata sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap bada serta bagian-
bagiannya (bebas dari sakit) dan waras, (2) mendatangkan kebaikan pada badan, (3)
sembuh dari sakit.

48
Firman Allah SWT:

َ َ‫ش َك ْرت ُ ْم َِل َ ِزيدَنَّ ُك ْم ۖ َولَئِن َكفَ ْرت ُ ْم إِ َّن َعذَابِى ل‬


‫شدِيد‬ َ ‫َوإِ ْذ تَأَذَّنَ َربُّ ُك ْم لَئِن‬

Artinya:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS.
Ibrahim (14): 7).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa semakin manusia mensyukuri nikmat Allah
maka akan semakin ditambah dengan nikmat-nikmat Allah yang lainnya. Menjaga
kesehatan adalah salah satu cara untuk mensyukuri nikmat Allah sehingga dapai
mencapai 5 tujuan dari pada syariat Islam yang disebut dengan Maqasidus Syari’ah,
yaitu memelihara agama (hifzh al-dîn), akal (hifzh al-‘aql), jiwa (hifzh al-nafs),
harta (hifzh al-mâl), dan keturunan umat manusia (hifzh al-nasl) (Efendy,
Hafidhuddin and Tanjung, 2016).

Sebagaimana konsep kesehatan dalam Islam dikenal adanya istilah Shihhah


yaitu keadaan jasmani atau seluruh anggota tubuh nya berfungsi dengan baik. Dan
istilah aafiyah adalah keadaan yang berdampak pada kebahagiaan manusia di dunia
dan di akhirat. Menurut imam Ibnul-Qayyim Al-Jauzy, upaya Islam dalam
menciptakan kesehatan terdiri dari tiga macam kegiatan yaitu; (1) memelihara
kesehatan, (2) mencegah komplikasi atau keadaan yang lebih berat, (3)
menghindari faktor yang menyebabkan sakit (Boesri, 2012).

Hadis Nabi SAW:

Artinya:

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang
lemah (HR. Muslim).

49
Kalimat ‘mukmin yang kuat’ pada hadis ini bermakna sebagai kuat bathin dan
lahiriyahnya taau fisiknya. Kuat fisik diperoleh dari jasmani dan rohani yang sehat
atau terbebas dari berbagai penyakit.

5.4 Hubungan Sikap dengan Kejadian DBD dalam Pandangan Islam


DBD adalah kejadian multifaktorial, adapun faktornya seperti pengetahuan,
sikap, perilaku, tindakan, lingkungan, dan lain-lain. Di dalam Islam sikap dijelaskan
dengan istilah Akhlak.

sikap merupakan faktor yang berperan dalam perilaku kesehatan. Karena


sikap seseorang itu tergantung sinergi antara aqidah dan syariah yang dimilikinya,
jika konsep kepercayaan kepada Allah diyakini dengan baik, maka pelaksanaan
syari’ahnya berlangsung pula dengan baik dan menciptakan sikap dan pola tingkah
laku yang baik atau akhlakul karimah, atau pun sebaliknya. Sehingga Hal ini
tentunya menunjukan korelasi yang erat antara sikap dan perilaku ataupun tindakan,
sikap PSN yang baik dapat meningkatkan kecenderungan untuk melakukan
tindakan pemberantasan sarang nyamuk sehingga yang diharapkan adalah angka
kejadian DBD dapat ditekan penyebarannya (Wowiling, Rompas dan Karundeng,
2014).

Sebagaimana Pada penelitian Purnama et al (2013) di Kecamatan Denpasar


Selatan, Bali menunjukan adanya hubungan antara sikap dengan kejadian DBD
bahwa sikap seseorang akan mempengaruhi kecenderungan perilaku untuk
bertindak. Orang yang tidak setuju dengan upaya pembasmian sarang nyamuk lebih
cenderung tidak peduli dengan kegiatan kebersihan lingkungan. Sikap responden
mengenai pembasmian sarang nyamuk mempengaruhi perilakunya dalam menjaga
kebersihan lingkungan sehingga dapat meningkatkan kepadatan nyamuk dan risiko
terinfeksi DBD (Purnama et al., 2013).
Namun berbeda dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Suyasa et al
(2007) di Denpasar yang mempunyai hubungan tidak bermakna antara sikap PSN
dengan kejadian DBD.
Sehingga sepatutnya manusia sebagai makhluk Allah yang diciptakan
dengan sempurna dan memiliki akal sepantasnya menyadari pentingnya peran

50
mereka dalam segala aspek kehidupan terutama dalam menjaga kebersihan
lingkungan yang erat hubungannya dengan prinsip sehat-sakit manusia.

51
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan sikap PSN


dengan kejadian DBD pada masyarakat di Kecamatan Matraman Kota Jakarta
Timur maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Masyarakat di Kecamatan Matraman memiliki tingkat sikap PSN yang buruk.


2. Kejadian DBD pada masyarakat di Kecamatan Matraman adalah sebanyak 2
responden (2,0%).
3. Tidak terdapat hubungan sikap PSN masyarakat dengan kejadian DBD di
Kecamatan Matraman.
4. Sikap PSN buruk lebih berisiko pada responden di Kelurahan utan Kayu
Selatan.
5. Menurut tinjauan Islam bahwa keimanan dapat membentuk sikap atau akhlak
yang baik atau buruk sehingga mempengaruhi tindakan seseorang dalam
mengobati penyakit atau mencegah kejadian DBD.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan di atas, maka
peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Peneliti
a. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian serupa yang
dilengkapi dengan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian DBD,
b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan
sampel yang lebih banyak, sehingga dapat mewakili seluruh populasi untuk
melihat secara pasti hubungan sikap PSN dengan kejadian DBD
2. Masyarakat

a. Masyarakat diharapkan untuk lebih memperhatikan kebersihan lingkungan


rumah dan sekitarnya, menerapkan gaya hidup yang sehat, sering melakukan
kegiatan 3M plus secara tepat dan teratur.

52
b. Masyarakat diharapkan untuk meningkatkan pemberian abate sebagai salah
satu kegiatan PSN dan pencegahan DBD.
3. Dinas Kesehatan Jakarta Timur dan Puskesmas di Kecamatan Matraman

a. Meningkatkan kegiatan penyuluhan atau program-program untuk pencegahan


terjadinya penyakit DBD seperti penyebaran bubuk abate, penyebaran pamflet,
meningkatkan penyuluhan mengenai program PSN serta memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai DBD dan cara pencegahannya
terutama untuk Kelurahan Utan Kayu Selatan yang lebih berisiko karena
memiliki sikap PSN yang cenderung lebih buruk.
b. Meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat sebagai pencegahan penyakit
DBD melalui media massa, sekolah, kader atau kelompok masyarakat lainnya.
c. Perlu dilakukan pengawasan terhadap faktor lingkungan yang berhubungan
dengan keberadaan jentik nyamuk penular DBD

53
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, ayu putri (2016) Demam Berdarah Dengue (DBD). Yogyakarta: Nuha Medika.
Azwar (2011) Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur (2018) Statistik Daerah Kota Jakarta Timur
2018, 2018. Jakarta Timur.
Candra, A. (2010) ‘Dengue Hemorrhagic Fever Epidemiology, Pathogenesis, and Its
Transmission Risk Factors’, Aspirator: Journal of Vector Borne Diseases
Studies, 2(2), pp. 110–119.doi:10.22435/aspirator.v2i2.2951.
Departemen Kesehatan RI (2005) Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ernawati, Bratajaya, C. N. and Martina, S. E. (2018) ‘Gambaran Praktik Pencegahan
Demam Berdarah Dengue.’, Ejounal Keperawatan, 9(1), pp. 17– 24.
Fauzi, M. and Winarni, F. (2018) ‘Efektivitas Program Pemberantasan Sarang Nyamuk
Melalui Gertak PSN Di Desa Banguntapan Kecamatan Banguntapan Bantul’,
7(4), pp. 443–457.
Hoedojo, R. and Zulhasril (2013) Parasitologi kedokteran. 4th edn. Jakarta: balai
penerbit FKUI.
Ipa, M. et al. (2009) ‘Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Masyarakat Serta
Hubungannya Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan
Pangandaran Kabupaten Ciamis’, Aspirator, 1(1), p. 21. Available
at: https://media.neliti.com/media/publications/53166-ID-gambaran-
pengetahuan-sikap-dan tindakan.pdf.
Iskandar, F. F. et al. (2020) ‘Keberadaan Jentik Dan Perilaku PSN Terhadap Kejadian
DBD (Studi Pada Wilayah Kerja Puskesmas Candi Tahun 2019)’, 18(1), pp.
53–57.
Kemenkes (2010) ‘Demam Berdarah Dengue’, Buletin Jendela Epidemiologi, 2, p. 48.
Kementerian kesehatan Indonesia (2018) ‘Data dan Informasi Departemen Kesehatan
RI Tahun 2017’, Profil Kesehatan Indonesia, p. 100.

54
Lestari, T. (2015) Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Monintja (2015) ‘Hubungan Antara Karakteristik Individu, Pengetahuan Dan Sikap
Dengan Tindakan PSN DBD Masyarakat Kelurahan Malalayang I Kecamatan
Malalayang Kota Manado’, Universitas Sam Ratulangi Manado, 5, pp. 503–
519.
Notoatmodjo, S. (2014a) Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2014b) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Parulian Manalu, H. S. and Munif, A. (2016) ‘Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat
dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jawa Barat dan
Kalimantan Barat’, ASPIRATOR, 8(2), pp. 69–76. doi:
10.22435/aspirator.v8i2.4159.69-76.
PPSDMK dan SDK (2019) ‘Wilayah dengan Penderita DBD terbanyak di Provinsi
DKI Jakarta Tahun 2019’. DKI Jakarta: Dinas Kesehatan.
Pratamawati, D. A., Irawan, A. S. and Widiarti (2012) ‘Hubungan Antara Pengetahuan
Tentang Vektor Dengan Perilaku Penggunaan Insektisida Rumah Tangga Pada
Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Di Provinsi Bali’, vektora, 4(2).
Purnama, S., Satoto, T. and Prabandari, Y. (2013) ‘Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
Pemberantasan Sarang Nyamuk Terhadap Infeksi Dengue Di Kecamatan
Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali’, Archive of Community Health, 2(1),
pp. 20–27.
Putri, R. and Naftassa, Z. (2018) ‘Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan
Masyarakat dengan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah dengue di Desa
Kemiri,Kecamatan Jayakerta, Karawang tahun 2016’, MAGNA MEDICA:
Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan, 1(4), p. 1. doi:
10.26714/magnamed.1.4.2017.1-7.
Rini, A. S., Efendi, F. and Misbahatul M Has, E. (2012) ‘Hubungan Pemberdayaan Ibu
Pemantau Jentik (Bumantik) Dengan Indikator Keberhasilan Pemberantasan

55
Sarang Nyamuk (Psn) Di Kelurahan Wonokromo Surabaya ’, Indonesian
Journal of Community Health Nursing, 1(1).
Sudoyo, A. et al. (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III. v. Jakarta: interna
publishing.
Suhendro et al. (2017) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edited by S. Setiati. Sukohar,
A. (2014) ‘Demam Berdarah Dengue (DBD’, Medula unila, 2(2), p. 15. doi:
10.35952/jik.v1i2.80.
Suryani, E. T. (2018) ‘The Overview of Dengue Hemorrhagic Fever Cases in Blitar
City from 2015 to 2017’, Jurnal Berkala Epidemiologi, 6, pp. 260–267. doi:
10.20473/jbe.v6i3.2018.260-267.
Wowiling, M. Rompas, S. and Karundeng, M. (2014) 'Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Keluarga Dengan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Kelurahan Mogolaing’, Jurnal Keperawatan UNSRAT, 2(2), p. 109281
Zarkasyi, L., Martini and Hestiningsih, R. (2015) ‘Hubungan Faktor Host (Umur6
Bulan-14 Tahun) Dan Keberadaan Vektor Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang’, Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 3(3), pp. 176–185.

56
ANGGARAN PENELITIAN
A. Penyusunan Proposal Penelitian
No Jenis Pengeluaran Jumlah
Pengeluaran

1. Soft file Rp 0

Total Pengeluaran Rp 0

B. Pelaksanaan Penelitian

No Jenis Pengeluaran Jumlah


Pengeluaran

1 Penghargaan untuk responden Rp. 2.500.000,00


(Pulsa 25000/responden)

Total Pengeluaran Rp. 2.500.000,00

C. Pelaporan Hasil Penelitian

No Jenis Pengeluaran Jumlah


Pengeluaran
1 Penyusunan laporan akhir Rp. 100.000,00

2 Penggandaan laporan akhir Rp. 300.000,00

Total Pengeluaran Rp. 400.000,00

TOTAL ANGGARAN PENELITIAN: Rp. 2.900.000,00

57
BIODATA PENELITI

Nama Lengkap : N Sinta Fauziah Ulfah

Nomor Pokok Mahasiswa : 1102017160

Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 10 Maret 1997

Fakultas/Program Studi : Fakultas Kedokteran/Kedokteran Umum

Alamat Rumah : Jl.Rancagoong Ds.Sukawangi Kp.Menak Rt.02/04


Kec.Warungkondang Kab.Cianjur-43261

Riwayat Pendidikan : SDN Sukawangi I (2003 –2009)

PONPES Al Basyariyah MTS-MA (2009 – 2017)

Universitas YARSI (2017 – Sekarang)

Alamat e-mail : sintafauziahulfah@yahoo.com

58
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Kelayakan Etik

59
Lampiran 2 : Penjelasan Penelitian Bagi Responden

Judul Penelitian: Hubungan Sikap PSN dengan Kejadian DBD pada


Masyarakat di Kecamatan Matraman Jakarta Timur dan Tinjauannya menurut
Pandangan Islam.
Tujuan Penelitian:

a. Tujuan Umum

Mengidentifikasi hubungan sikap PSN DBD dengan kejadian DBD pada


masyarakat di Kecamatan Matraman Jakarta Timur dan tinjauannya
menurut pandangan islam.

c. Tujuan Khusus
1. Mengetahui bagaimana sikap PSN DBD pada masyarakat di
Kecamatan Matraman Kota Jakarta Timur
2. Mengetahui bagaimana kejadian DBD pada masyarakat di Kecamatan
Matraman Kota Jakarta Timur
3. Mengetahui bagaimana hubungan sikap PSN DBD dengan kejadian
DBD pada masyarakat di Kecamatan Jakarta Timur

Perlakuan yang diterapkan pada responden:

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu mengukur


hanya satu kali pada satu saat tanpa adanya tindak lanjut atau follow up. Adapun
variabel yang diukur terdiri dari dua variabel. Variabel dependen yaitu sikap PSN
DBD dan variabel independen yaitu kejadian DBD. Di awal penelitian akan
dilakukan:

1. Peneliti menemui responden untuk memberikan penjelasan mengenai


tujuan dan prosedur penelitian. Jika masyarakat tersebut bersedia
menjadi responden, masyarakat diminta untuk mengisi informed
consent penelitian.

60
2. Setelah itu, responden diminta untuk mengisi kuesioner.
3. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti mengumpulkan
kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden.

Manfaat Penelitian:

1. Manfaat bagi Peneliti


Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan
pengetahuan serta kemampuan dalam menggali hubungan antara
sikap PSN DBD dengan kejadian DBD di Kecamatan Matraman Kota
Jakarta Timur.

2. Manfaat bagi Masyarakat


Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang hubungan sikap terutama dalam hal program PSN
dengan kejadian DBD. Dengan demikian diharapkan masyarakat
dapat meningkatkan kesadarannya bahwa perannya di tingkat rumah
tangga sangat penting dalam mempengaruhi kejadian DBD.

3. Manfaat bagi Ilmu pengetahuan


Sebagai sarana acuan bagi peneliti lain agar penelitian selanjutnya
dengan tema atau judul yang serupa dapat lebih berkembang.

Hak untuk Undur Diri

Keikutsertaan responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan


responden berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan
konsekuensi yang merugikan responden.

Adanya Intensif untuk Responden

Seluruh responden penelitian tidak mendapatkan intensif berupa uang


tetapi akan memperoleh cenderamata sebagai ucapan terima kasih sudah bersedia
menjadi responden.

61
Jaminan Kerahasiaan Data

Peneliti berjanji akan selalu menghargai dan menjunjung tinggi hak


responden dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diperoleh
selama proses pengumpulan, pengolahan data dan penyajian data hasil penelitian.

Informasi Tambahan

Responden dapat menanyakan semua hal yang berkaitan dengan penelitian


ini dengan menghubungi peneliti:

Nama : N Sinta Fauziah Ulfah

Telp : 082127250808

Email : sintafauziahulfah@yahoo.com

Id line : sintafauziahulfah

Demikian penjelasan dari saya selaku peneliti, dengan penjelasan ini besar
harapan saya agar saudara/i dapat berpartisipasi dalam penelitian yang saya
laksanakan. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kesediaan dan partisipasi
Saudara/i dalam penelitian ini.

Jakarta,

Hormat saya,

(N Sinta Fauziah Ulfah)

62
Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


(Information Sheet)
Jakarta, ....................................
Kepada Yth
Responden Penelitian
Di tempat

Dengan segala hormat,


Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : N Sinta Fauziah Ulfah
NPM : 1102017160
Fakultas : Kedokteran Umum
Pembimbing : Ambar Hardjanti S.si M.si
Dalam rangka pelaksanaan penelitian saya yang berjudul: Hubungan Sikap PSN
DBD dengan Kejadian DBD Pada Masyarakat di Kecamatan Matraman
Jakarta Timur dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam”.
Persetujuan ini saya buat dengan sadar serta tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Jakarta,
Hormat saya,

(N Sinta Fauziah Ulfah)

63
Lampiran 4 : Informed Consent

INFORMED CONSENT

(LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia menjadi responden
pada penelitian yang dilakukan oleh N Sinta Fauziah Ulfah, mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi yang berjudul: “Hubungan Sikap PSN dengan
Kejadian DBD pada Masyarakat di Kecamatan Matraman dan
Tinjauannya Menurut Pandangan Islam”.

Persetujuan ini saya buat dengan sadar serta tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Jakarta,

Yang membuat pernyataan

( )

64
Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian

HUBUNGAN SIKAP PSN DENGAN KEJADIAN DBD PADA


MASYARAKAT DI KECAMATAN MATRAMAN DAN TINJAUANNYA
MENURUT PANDANGAN ISLAM

Nama :…………………………………..
Alamat :…………………………………..
Umur :…………………………………..
Status dalam keluarga :…………………………………..
Pekerjaan :…………………………………..
Pendidikan terakhir :…………………………………..
a. Tidak sekolah/buta huruf
b. Sekolah Dasar (SD) atau sederajat
c. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama(SLTP) atau sederajat
d. Sekolah Menengah Umum(SMU) atau sederajat
e. Akademi (D1, D2, D3)
f. Sarjana (S1, S2, S3)
Kejadian DBD

Pilihlah salah satu jawaban dari pertanyaan di bawah ini:

Apakah Anda pernah/sedang mengalami sakit DBD dalam 1 tahun terakhir (Januari-
November 2020)

A. Ya
B. Tidak

65
Sikap tentang PSN DBD

Pilihlah salah satu jawaban dari pernyataan di bawah ini sesuai dengan pendapat
dan pandangan Saudara dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom :

 SS : Sangat Setuju
 S : Setuju
 TS : Tidak Setuju
 STS : Sangat Tidak Setuju

I. SIKAP
No Sangat setuju Tidak Sangat
setuju setuju tidak
setuju
1 Pakaian lebih baik digantung
didalam ruangan atau kamar
2 menutup tempat penampungan
air merupakan salah satu cara
mencegah penyebaran penyakit
DBD (Demam Berdarah
Dengue)
3 Genangan air di lingkungan
rumah sebaiknya dibiarkan saja
4 Mengubur barang bekas hanya
dilakukan jika keberadaanya
sudah sangat mengganggu
lingkungan
5 Pemakaian lotion anti nyamuk
hanya perlu digunakan pada
malam hari saja
6 Pengawasan terhadap jentik
nyamuk perlu dilakukan
7 Penanggulangan penyakit
demam berdarah merupakan
tanggung jawab masyarakat

66
8 Diadakan upaya pencegahan
penyakit demam berdarah
secara berkala / rutin di
lingkungan tempat tinggal
9 Memberikan contoh tentang
cara melakukan 3M (Menguras,
menutup, mengubur) pada
anggota keluarga, karena 3M
merupakan tanggung jawab
bersama
10 Melaksanakan tindakan 3M
(Menguras, menutup,
mengubur) setiap minggu
hanya jika ada anggota
keluarga yang telah menderita
DBD

67
Lampiran 6 : Hasil Kuesioner Penelitian

HASIL KUESIONER PENELITIAN

Tabel 1. Hasil Kuesioner penelitian

No.Urut Skor Klasifikasi Status DBD


Responden Sikap PSN
1 40,00 baik tidak
2 36,00 baik tidak
3 28,00 buruk tidak
4 34,00 baik tidak
5 32,00 buruk tidak
6 29,00 buruk tidak
7 32,00 buruk tidak
8 37,00 baik tidak
9 33,00 buruk tidak
10 35,00 baik tidak
11 28,00 buruk tidak
12 28,00 buruk tidak
13 36,00 baik tidak
14 30,00 buruk tidak
15 30,00 buruk tidak
16 32,00 buruk tidak
17 33,00 buruk tidak
18 34,00 baik tidak
19 30,00 buruk tidak
20 28,00 buruk tidak
21 38,00 baik tidak
22 35,00 baik tidak
23 40,00 baik tidak
24 33,00 buruk tidak
25 33,00 buruk tidak
26 31,00 buruk tidak
27 30,00 buruk tidak
28 36,00 baik tidak
29 32,00 buruk tidak
30 29,00 buruk tidak
31 37,00 baik tidak

68
32 34,00 baik tidak
33 35,00 baik iya
34 36,00 baik iya
35 35,00 baik tidak
36 29,00 buruk tidak
37 30,00 buruk tidak
38 36,00 baik tidak
39 27,00 buruk tidak
40 30,00 buruk tidak
41 32,00 buruk tidak
42 37,00 baik tidak
43 37,00 baik tidak
44 27,00 buruk tidak
45 29,00 buruk tidak
46 30,00 buruk tidak
47 29,00 buruk tidak
48 25,00 buruk tidak
49 39,00 baik tidak
50 39,00 baik tidak
51 37,00 baik tidak
52 34,00 baik tidak
53 37,00 baik tidak
54 30,00 buruk tidak
55 40,00 baik tidak
56 37,00 baik tidak
57 29,00 buruk tidak
58 39,00 baik tidak
59 34,00 baik tidak
60 32,00 buruk tidak
61 27,00 buruk tidak
62 40,00 baik tidak
63 27,00 buruk tidak
64 31,00 buruk tidak
65 29,00 buruk tidak

69
66 33,00 buruk tidak
67 28,00 buruk tidak
68 36,00 baik tidak
69 29,00 buruk tidak
70 37,00 baik tidak
71 33,00 buruk tidak
72 30,00 buruk tidak
73 29,00 buruk tidak
74 33,00 buruk tidak
75 37,00 baik tidak
76 33,00 buruk tidak
77 34,00 baik tidak
78 33,00 buruk tidak
79 35,00 baik tidak
80 35,00 baik tidak
81 31,00 buruk tidak
82 34,00 baik tidak
83 31,00 buruk tidak
84 33,00 buruk tidak
85 38,00 baik tidak
86 30,00 buruk tidak
87 29,00 buruk tidak
88 30,00 buruk tidak
89 36,00 baik tidak
90 29,00 buruk tidak
91 35,00 baik tidak
92 36,00 baik tidak
93 37,00 baik tidak
94 38,00 baik tidak

70
95 39,00 baik tidak
96 33,00 buruk tidak
97 34,00 baik tidak
98 35,00 baik tidak
99 28,00 buruk tidak
100 35,00 baik tidak

71
Lampiran 7 : Hasil Uji Statistik

HASIL UJI STATISTIK

Tabel 1. Hasil Uji Exact Fisher Sikap PSN dengan Kejadian DBD pada
Masyarakat di Kelurahan Utan Kayu Selatan

Hipotesis Exact Sig. Exact Sig. a Keterangan


(2-sided) (1-sided)
Hubungan antara Tidak Terdapat
Kejadian DBD 0,480 0,480 0,05 Hubungan
berdasarkan Sikap
PSN

Tabel 2. Hasil Uji Exact Fisher Sikap PSN dengan Kejadian DBD pada
Masyarakat di Kelurahan Palmeriam

Hipotesis Exact Sig. Exact Sig. a Keterangan


(2-sided) (1-sided)
Hubungan antara Tidak Terdapat
Kejadian DBD 0,440 0,440 0,05 Hubungan
berdasarkan Sikap
PSN

Tabel 3. Hasil Uji Fisher Exact Sikap PSN dengan Kejadian DBD pada
Masyarakat di Kecamatan Matraman

Exact Sig. Exact Sig. a


Hipotesis Keterangan
(2-sided) (1-sided)

Hubungan antara
Kejadian DBD Tidak Terdapat
0,209 0,209 0,05
berdasarkan Sikap Hubungan
PSN

72
Tabel 4.Statistics

total_sikap
N Valid 100

Missing 0

Mean 33,0400

Median 33,0000

Tabel 5. Total_sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 25,00 1 1,0 1,0 1,0
27,00 4 4,0 4,0 5,0
28,00 6 6,0 6,0 11,0
29,00 11 11,0 11,0 22,0
30,00 11 11,0 11,0 33,0
31,00 4 4,0 4,0 37,0
32,00 6 6,0 6,0 43,0
33,00 11 11,0 11,0 54,0
34,00 8 8,0 8,0 62,0
35,00 9 9,0 9,0 71,0
36,00 8 8,0 8,0 79,0
37,00 10 10,0 10,0 89,0
38,00 3 3,0 3,0 92,0
39,00 4 4,0 4,0 96,0
40,00 4 4,0 4,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Tabel 6. Case Processing Summary (Kelurahan Utan Kayu Selatan)


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sikap_uk * DBD_uk 50 98,0% 1 2,0% 51 100,0%

73
Tabel 7. sikap_uk * DBD_uk Crosstabulation
Count
DBD_uk
tidak ya Total
sikap_uk Baik 23 1 24

buruk 26 0 26

Total 49 1 50

Tabel 8. Chi-Square Tests


Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,105 1 ,293
b
Continuity Correction ,002 1 ,968
Likelihood Ratio 1,490 1 ,222
Fisher's Exact Test ,480 ,480
Linear-by-Linear 1,083 1 ,298
Association
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,48.
b. Computed only for a 2x2 table

Tabel 9. Risk Estimate


95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort DBD_uk = tidak ,958 ,882 1,042

N of Valid Cases 50

Tabel 10. Case Processing Summary (Kelurahan Palmeriam)


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sikap_pm * DBD_pm 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

Tabel 11. sikap_pm * DBD_pm Crosstabulation

74
Count
DBD_pm
tidak ya Total
sikap_pm Baik 21 1 22

Buruk 28 0 28

Total 49 1 50

Tabel 12. Risk Estimate


95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort DBD_pm = tidak ,955 ,871 1,046

N of Valid Cases 50

Tabel 13. Case Processing Summary (Kecamatan Matraman)


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sikap_ok * kejadian_DBD 100 100,0% 0 0,0% 100 100,0%

Tabel 14. sikap_ok * kejadian_DBD Crosstabulation


Count
kejadian_DBD
tidak iya Total
sikap_ok baik 44 2 46

buruk 54 0 54

Total 98 2 100

Tabel 15. Chi-Square Tests


Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2,396a 1 ,122
b
Continuity Correction ,691 1 ,406
Likelihood Ratio 3,154 1 ,076
Fisher's Exact Test ,209 ,209
N of Valid Cases 100

75
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,92.
b. Computed only for a 2x2 table

Tabel 16. Risk Estimate


95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort kejadian_DBD = tidak ,957 ,899 1,017

N of Valid Cases 100

76

Anda mungkin juga menyukai