Anda di halaman 1dari 122

HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN KEPATUHAN

MINUM OBAT PADA PASIEN TB PARU DI


PUSKESMAS SALEMBARAN JAYA
KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Disusun Oleh:
RYAN NUR FEBRIANA
17.14.201.035

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2021
HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT PADA PASIEN TB PARU DI
PUSKESMAS SALEMBARAN JAYA
KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi sarjana
keperawatan

Disusun Oleh:
RYAN NUR FEBRIANA
17.14.201.035

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2021

2
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Ryan Nur Febriana
NIM : 1714201035
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Skripsi : “Hubungan Peran Kader Dengan Kepatuhan
Miunum Obat Pada Pasien TB Paru Di Puskesmas
Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang
Tanggal Sidang Skripsi : Senin 18 Oktober 2021

Telah berhasil dipertahankan dihadapan sidang penguji dan diterima, sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Serjana Keperawatan
pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Tangerang, 18 Oktober 2021


Tanda tangan
Pembimbing 1
Ns.Hera Hastuti,S.Kep,.M.Kep,Sp.Kep.kom (…………..…..)
NIK : 041051.74.09.2.401

Pembimbing 2
Rizkiyani Istifada,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom (…………...….)
NIK : 041051.90.21.074

Penguji 1
Ns.Hera Hastuti,S.Kep,.M.Kep,Sp.Kep.kom (…………..…..)
NIK : : 041051.74.09.2.401

Penguji 2
Rizkiyani Istifada,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom (…………...….)
NIK : 041051.90.21.074

Penguji 3
Ns. Shieva N. A.,S.Kep.,M.Kep (…………..…..)
NIK : 041051.90.13.2.421

Mengesahkan,

Dekan FIKes UMT Kaprodi Sarjana Keperawatan

i
Dr. Ns.Hj.Rita Sekarsari.,MHSM.,Sp.KV.,FISQUa Ns. Kartini, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.,Mat
NIK : 041051.62.02.2.398 NIK : 041051.79.09.2.402

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ryan Nur Febriana

NIM : 1714201035

Program studi : S1-Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Hubungan


Peran Kader Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB paru
Di Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang” adalah karya
saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi maupun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya
tulis yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian
akhir.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat Di :
Pada Tanggal :

Yang Menyatakan

Ryan Nur Febriana


NIM: 1714201035

ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI

Sebagai Civitas Akademika Universitas Muhammadiyah Tangerang, saya yang


bertandatangan dibawah ini

Nama : Ryan Nur Febriana

NIM : 1714201035

Program studi :S1 Keperawatan

Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Muhammadiyah Tangerang hak bebas Royalty Non-Eksklusif Atas
karya ilmiah saya yang berjudul : “Hubungan Peran Kader Dengan Kepatuhan
Minum Obat Pada Pasien TB paru Di Puskesmas Salembaran Jaya
Kabupaten Tangerang”.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Royalty Non-Eksklusif ini
Universitas Muhammadiyah Tangerang berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pengakalan data (database), merawat,
dam mempublikasikan tugas akhir saya selama mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya .

Dibuat di :
Pada tanggal :

Yang Menyatakan

iii
Ryan Nur Febriana
NIM : 1714201035

Hubungan Peran Kader dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tb


Paru Di Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang

ABSTRAK
Pasien TB paru akan lebih cepat sembuh dengan cara didampingi oleh PMO
selama 6 bulan secara teratur dan jika tidak patuh minum obat secara rutin maka
dosis obat TB yang diberikan semakin tinggi yang mengakibatkan beresiko
terhadap kekebalan tubuhnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya
hubungan peran kader terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TB paru. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian analitik
korelasional dengan metode total sampling. Subjek penelitian berjumlah 45
responden. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner. Uji hipotesis
dengan menggunakan uji statistik Chi Square. Karakteristik gambaran Peran
Kader oleh masyarakat Aktif sebanyak 31 responden (68,9%) dan kepatuhan
minum obat sebanyak 27 responden (60,0). Hasil penelitian ini didapatkan adanya
hubungan peran kader dengan kepatuhan minum obat TB paru di Puskesmas
Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang dengan nilai p-value = 0,004 (p< 0,05).
Bahwa peran kader itu sangat berpengaruh terhadap kesembuhan penyakit TB
paru dengan cara patuh terhadap minum obat. Saran dari hasil penelitian ini
diharapkan peran PMO lebih memperhatikan kepatuhan minum obat untuk
meningkatkan kesembuhan penderita TB paru di Puskesmas Salembaran Jaya
Kabupaten Tangerang.

Kata kunci : Kader,Kepatuhan Minum Obat,TB

iv
The Relationship of the Role of Community Health Workers (CHW) with
Compliance with Taking Drugs in Pulmonary TB Patients at the Salembaran
Jaya Public Health Center, Tangerang Regency

ABSTRAK
Pulmonary TB patients will recover faster by being accompanied by PMO for 6
months on a regular basis and if they do not comply with taking medication
regularly, the higher dose of TB drugs given will put their immune system at risk.
The purpose of this study was to determine the relationship between the role of
cadres on medication adherence in pulmonary TB patients. This type of research
is quantitative research with correlational analytical research method with total
sampling method. The research subjects amounted to 45 respondents. Data
collection was done using a questionnaire. Test the hypothesis by using the Chi
Square statistical test. Characteristics of the description of the role of cadres by
the active community as many as 31 respondents (68.9%) and adherence to taking
medication as many as 27 respondents (60.0). The results of this study found that
there was a relationship between the role of cadres and adherence with taking
pulmonary TB medication at the Salembaran Jaya Public Health Center,
Tangerang Regency with a p-value = 0.004 (p<0.05). That the role of cadres is
very influential on the healing of pulmonary TB disease by being obedient to
taking medication. Suggestions from the results of this study are expected to be
more concerned about PMO's role in taking medication compliance to improve
the healing of pulmonary TB patients at the Salembaran Jaya Health Center,
Tangerang Regency.

Keywords : Community Health Workers (CHW), Compliance with Medication, TB

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb, Puji syukur khadirat Allah SWT, yang telah


memberikan curahan nikmat iman, islam dan sehat yang telah dikaruniai kepada
kita semua, dan yang lebih utama adalah Allah SWT telah memberikan manusia
akal untuk berfikir yang membedakan kita dengan makhluknya yang lain.
Dengan mengucap Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi keperawatan yang berjudul “Hubungan Peran Kader Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB Paru Di Puskesmas Salembaran
Jaya Kabupaten Tangerang”.
Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan tugas
akademik S1 Keperawatan. Dalam membuat riset ini peneliti tidak yakin bisa
berhasil jika tanpa bantuan orang lain yaitu pihak yang telah mendukung dan
memberikan motivasi dan kesempatan kepada penulis. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. H Ahamad Amarullah. S.Pd, M.Pd selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Tangerang.
2. Dr. H. Desri Arwen, M.Pd selaku Wakil Rektor I bidang Akademik dan
Al-islam Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Tangerang.
3. Dr. H. M. Bay Masruri, MM selaku Wakil Rektor II Bidang Keuangan dan
Kepegawaian Universitas Muhammadiyah Tangerang.
4. Dr. Ns. Hj. Rita Sekarsari, S.Kp., MHSM., Sp.KV.,MHSM.,FISQua
selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas
Muhammadiyah Tangerang.

vi
5. Imas Yoyoh., S.Kp., M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Kesehatan (FIKes) Universitas Muhammadiyah Tangerang
6. Fauzan Hakim, SE., MM selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Kesehatan
(FIKes) Universitas Muhammadiyah Tangerang
7. Ns. Kartini, M.Kep.Mat Selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang
8. Hera Hastuti, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku Dosen Pembimbing I
yang telah menyediakan waktu, tenaga untuk membimbing saya dengan
sabar, teliti dan menyediakan arahan serta masukan dengan penuh
perhatian
9. Rizkiyani Istifada, M.Kep.,Ns. Sp.Kep.Kom selaku sebagai dosen
Pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga untuk membimbing
saya dengan sabar, teliti dan memberikan arahan masukan dengan penuh
perhatian.
10. Ns. Shieva N.A.,S.Kep.,M.Kep selaku dosen penguji yang telah
menyediakan waktu, tenaga untuk menguji dengan sabar, teliti dan
memberikan arahan masukan dengan penuh perhatian
11. Teristimewa ucapan terimakasih kepada kedua Orang Tuaku (H.Supardi
dan Hj.Rohaenah) yang selalu memberiakan kasih sayang yang tiada tara,
dan dukungan baik moril maupun materil dengan tulus demi kelancaran
studi penulis yang selalu memberikan doa dan semangat.
12. Teman-taman angkatan tahun 2017 (Nurse A) yang berjuang bersama
untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.kep).
13. Kepada orang-orang yang saya sayangi yang selalu memberikan support
dan nasehatnya sehingga peneliti menjadi semangat dalam menyelesaikan
penelitian ini.
14. Kepada teman-teman sahabat kaum minoritas (Oktarianto Bengkulu,
Kurniawan, Muhhidn, Rizky Okki, Zainal Arifin, Agus, Rahman, Edwardo
Palembang, M.Riesaldi ,M.Hafiz) yang selalu menghibur saat proses
skripsi dijalankan.

vii
15. Kepada abang-abang BROTHER fikes yang selalu memberikan waktu dan
membantu untuk mengerjakan dan menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang tentu saja


membuat skripsi ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan
saran maupun kritik dari semua pihak guna menyempurnakan skripsi ini,
semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat
Wassalamualaikum Wr.Wb
Tangerang, 02 Mei 2021

viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN………..……………………………………………………..1
A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Identifikasi masalah............................................................................................6
C. Batasan masalah..................................................................................................7
D. Rumusan masalah................................................................................................7
E. Tujuan penelitian ................................................................................................7
1. Tujuan umum...............................................................................................7
2. Tujuan khusus...............................................................................................8
F. Manfaat penelitian...............................................................................................8
1. Manfaat Teoritis .............................................................................................8
2. Manfaat Praktis................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………12
A. Landasan Teori..................................................................................................12
1. Tuberkolosis Paru...........................................................................................12
a) Definisi Tuberkolosis.................................................................................13
2. Kepatuhan Minum Obat TBC Paru.................................................................14
a) Pengertian Kepatuhan Minum Obat TBC Paru..........................................14
b) Pengukuran Tingkat Kepatuhan ................................................................14
c) Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kepatuhan .........................................16
3. Demografi .......................................................................................................17
a) Usia.............................................................................................................17
b) Jenis Kelamin..............................................................................................18
c) Pendidikan...................................................................................................19
d) Pekerjaan.....................................................................................................21
4. Konsep Kader...................................................................................................22
a) Definisi Kader................................................................................................22
b) Peran Kader...................................................................................................24
c) Kader TB.......................................................................................................25
d) Peran Kader TB.............................................................................................25

ix
B. Penelitian terkait................................................................................................26
C. Kerangka Teori .................................................................................................28
D. Kerangka Konsep..............................................................................................29
E. Hipotesis Penelitian ..........................................................................................29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………………30


A. Jenis dan Desain Penelitian.............................................................................30
1.Jenis Penelitian ………………………………………………………………30
2. Desain Penelitian.............................................................................................30
B. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................30
1.Tempat Penelitian.............................................................................................30
2. Waktu Penelitian..............................................................................................31
C. Populasi dan Sample.........................................................................................31
1. Populasi.........................................................................................................31
2. Sampel...........................................................................................................31
D. Definisi Operasional..........................................................................................32
E. Instrumen Penelitian.........................................................................................32
F. Kisi-Kisi Instrument..........................................................................................34
1. Variable Independen......................................................................................34
2. Variable Dependen........................................................................................35
G. Pengujian Instrument penelitian......................................................................36
1. Uji Validitas ..................................................................................................36
2. Uji Reabilitas.................................................................................................38
H. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................40
1. Langkah-langkah pengumpulan data………………………………………...41
2. Teknik Pengolahan Data..................................................................................42
3. Pengelolahan Data...........................................................................................44
I. Etika Penelitian .................................................................................................45
1. Otonomi.........................................................................................................45
2. Kebermaanfaatan...........................................................................................46
3. Tidak Merugikan ..........................................................................................46
4. Keadilan ........................................................................................................46
5. Kejujuran ......................................................................................................46
6. Kerahasian data..............................................................................................47
L .Kerja dan Jadwal Penelitian ………………………………………………… 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN ...............................................51
A. Hasil Penelitian ………………………………………………………………51
1. Analisis Deskriptif Data...............................................................................51
2. Pengujian Persyaratan Analisis....................................................................52
3. Pengujian Hipotesis......................................................................................53
B. Pembahsan Penelitian .....................................................................................57

x
1....................................................................Karateristik Demografi ( Univariat)
.........................................................................................................................57
2..................................................................................................Variabel Bivariat
.........................................................................................................................63
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................65

BAB V KESIMPULAN ...............................................................................................66


A. Kesimpulan.................................................................................................66
B. Saran ...........................................................................................................68
DAPTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

PMO : Pengawas Menelan Obat

TB :Tuberkolosis

UPK : Unit Pelayanan Kesehatan

MMD : Musyawarah Masyarakat Desa

xii
DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL HAL


2.1 Tabel Penelitian Terkait 42
3.1 Tabel Definisi Oprasional 51
4.1 Nilai Uji Normalitas 49
4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia Responden 50
4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin Responden 50
4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pendidikan Responden 51
4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerjaan Responden 51
4.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Peran Kader 52
Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Kepatuhan Minum 52
4.7
Obat
Analisis Chi-Square Test Hubungan Peran Kader Dengan 53
4.8
Kepatuhan Minum Obat

xiii
DAFTAR GAMBAR

TABEL JUDUL HAL

2.1 27
Kerangka Teori
2.2 Kerangka Konsep 28

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN JUDUL

1 Surat Permohonan Data Awal


2 Surat Permohonan Menjadi Responden
3 Kuesioner Penelitian
4 Hasil Uji Normalitas
5 Hasil Analisis Univariat
6 Hasil Analisis Bivariat
7 Daftar Bimbingan Skripsi
8 Daftar Riwayat Hidup

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kuman

TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

paru dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. TB paru juga dapat

menular dari orang ke orang melalui percikan dahak (droplet). Ketika

penderita TB paru aktif batuk,bersin,bicara,atau tertawa. Kuman TB dapat

disembuhkan dengan cara meminum obat anti tuberculosis dengan patuh

(Hilman et,al 2020).

Menurut data World Health Organization (WHO), pada tahun

2020 diseluruh Dunia masih terdapat jumlah penderita TB paru mencapai

sekitar 10 juta orang (WHO,2020). Secara Global TB Report tahun 2020,

10 juta orang di dunia menderita tuberkulosis (TBC) dan menyebabkan

1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya dan Indonesia merupakan salah

satu negara dengan beban TBC tertinggi di dunia dengan perkiraan

jumlah orang yang jatuh sakit akibat TBC mencapai 845.000 dengan

angka kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam

(Global TB Report, 2020).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Banten tahun 2020

menyebutkan bahwa Kabupaten Tangerang menempati urutan pertama

angka kasus TB paru dari 8 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Banten.

Kabupaten Tangerang memiliki jumlah penduduk sebesar 358.770 jiwa

1
dan insiden penemuan kasus TB paru (3.838 kasus TBC). Dari kelurahan

Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang dan insiden penemuan kasus TB

paru di Puskesmas salembaran jaya 45 Kasus.

Kepatuhan minum obat obat anti tuberculosis adalah tingkat pasien

dalam melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh

dokternya atau orang lain (Smet, 2016). Kepatuhan adalah sceara

sederhana sebagai perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan

minum obat, mengikuti diet dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan

petunjuk medis (Niven, 2017).

Penderita yang patuh dalam berobat adalah yang menyelesaikam

pengobatan dengan secara teratur dan lengkap dan tanpa terputus selama

minimal 6 bulan samapi dengan 9 bulan .penderita dikatakan lalai jika

tidak datang lebih dari 3 hari sampai 2 bulan dari tanggal perjanjian dan

dikatakan Droup Out jika lebih dari 2 bulan berturut-turut tidak datang

berobat setelah dikunjungi petugas kesehatan (Muttaqin,2017).

Keberhasilan pengobatan tubercolusis tergantung pada

pengetahuan pasien dan dukungan dari keluarga, karena tidak ada upaya

dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga yang kurang memberikan

dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi kepatuhan

pasien untuk mengkonsumsi obat. apabila ini diberikan dampak yang

akan muncul jika penderita berhenti minum obat maka kuman tersebut

terus menyebar pengendalian obat tuberculoisi akan semakin sulit

dilaksanakan dan meningkatnya angka kematian terus bertambah akibat


penyakit, tuberculosis (Sirait et al, 2020). Secara umum, sebagai suatu

bentuk perilaku, ada tiga fakor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu

predisposing factors meliputi pengetahuan, pendidikan dan sikap,

reinforcing factors yang meliputi dukungan keluarga, motivasi keluarga

dan dukungan masyarakat, serta enabling factors yang meliputi

ketersediaan fasilitas, sosial ekonomi dan jarak tempat tinggal (Istiawan et

al, 2016).

Kader adalah hubungannya dengan Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat (UKBM), merupakan salah satu indikator keberhasilan

penyampaian pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat, keberhasilan

kader dalam pempengaruhi masyarakat yang tinggal di lingkungan yang

sama (Maryunani, 2013). Peran kader dalam memberikan penyuluhan

diantaranya adalah memberikan informasi yang dimiliki pada pasien

Tuberkulosis Paru, sehingga penderita mampu meningkatkan pemahaman

dan kemandirian pada dirinya (Umah et al, 2018)

Pemenuhan tanggung jawab sebagai kader memerlukan adanya

prinsip sehingga hambatan yang didapatkan di lapangan tidak akan

menghalangi kader melaksanakan tugas, prinsip utama yang harus

dipegang kader bahwa pasien TB harus diobati, tidak diabaikan harus

disembuhkan, kehadiran kader TB menginduksi modifikasi perilaku

masyarakat dengan destinasi pengimplementasian pola hidup bersih dan

sehat (Harris, et,al 2017).


Signifikansi pemberdayaan masyarakat terhadap jangkauan deteksi

kasus TB, dikarenakan adanya kader sebagai elemen yang memberikan

kontribusi positif. Kader kesehatan merupakan anggota masyarakat yang

sudah dilatih dan bekerja secara sukarela dalam membantu program

penanggulangan TB. Penemuan kasus TB di lingkup wilayah kerjanya

serta menjalankan fungsi pendampingan di masyarakat, merupakan tugas

kader TB (Departemen Kesehatan,2016).

Peran kader kesehatan dalam penanggulangan TB dilingkungannya

antara lain memberikan informasi terkait TB dan upaya pencegahan TB.

Membantu anggota masyarakat yang sakit TB atau diduga sakit TB,

membantu peran petugas kesehatan dalam memberikan motivasi dan

bimbingan ke Pengawas Minum Obat/PMO (Mulyati et,al 2020). Peran

kader kesehatan dalam pengendalian penyakit TB sangat penting karena

kader merupakan orang yang dekat dengan masyarakat. Kedekatan kader

dapat menjadi motivasi pasien TB untuk menyelesaikan pengobatannya

agar tidak terjadi putus obat karena pengobatan penyakit TB memerlukan

waktu yang lama (Sukartini et,al 2019).

Tindakan penanggulangan TB dapat dilakukan oleh Kader TB

yang berperan sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) dengan cara

mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan, memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur,

mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan, memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang


mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan

diri ke unit pelayanan kesehatan.(Erni et,al 2021). Adanya kader TB yang

mendampingi masyarakat bertujuan agar dapat menekan angka pasien

yang putus berobat, meningkatkan penemuan kasus tuberkulosis dan

meningkatkan kesembuhan penderita serta menghapuskan stigma negatif

masyarakat terhadap penderita tuberkulosis yang memungkinkan

terhambatnya program pengendalian tuberculosis (Yani et,al 2018).

Menurut penelitian sebelumnya (Hilmawan 2020), bahwa ada

hubungan yang sangat berpengaruh terhadap peran kader puskesmas

sebagai pemberi motivasi terhadap kesembuhan pasien tuberkolosis paru,

dan penelitian selanjutnya yaitu menurut penelitian selanjutnya menurut

(Netty 2018 ), hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara peran petugas kesehatan dengan tingkat kepatuhan

minum obat pada penderita tuberculosis (TB) paru BTA positif di wilayah

kerja UPT Puskesmas Martapura 1 (Ayu ,et al 2018). Menurut penelitian

selanjutnya hasil tabulasi silang peran PMO dengan kepatuhan minum

obat TB menunjukkan, sebagian besar PMO berperan baik dengan

kepatuhan tinggi, dengan hasil dari penelitian ini adalah terdapat adanya

hubungan yang kuat antara peran PMO dengan kepatuhan minum obat

penderita TB (Ririn et,al 2020).

Fenomena yang ada di masyarakat masih banyak Kurangnya

pengetahuan PMO mengenai pentingnya keberadaan mereka bagi

penderita TB, serta kurangnya intensitas penyuluhan TB menyebabkan


masih rendahnya peran PMO dalam pengawasan menelan obat dan

kontrol secara teratur pada pendertia TB. Selain itu sikap dan motivasi

dari para PMO masih belum maksimal karena pelaksanaan kewajiban

yang hanya bersifat suka rela juga menjadi salah satu penyebab rendahnya

peran PMO dalam proses pengobatan TB (Rahmi et al, 2017). Rendahnya

peran PMO dalam pengawasan minum obat, jangka waktu pengobatan

yang lama hingga mencapai enam bulan, serta fakta bahwa beberapa

penderita yang mengalami efek samping dari obat anti TB menyebabkan

penderita TB memutuskan untuk berhenti berobat. Kondisi tersebut

menyebabkan kekebalan ganda kuman TB terhadap obat (multidrug

resistance) dan akan menyebabkan terjadinya epidemic TB yang lebih

sulit dikendalikan (Willy, 2019).

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwasannya dari 45

pasien TB yang dilakukan pengawasan oleh pihak puskesmas terdapat 15

pasien TB yang tidak patuh minum obat karena peran kader kurang

memberikan penyuluhan tentang penyakit TB paru dan juga tidak ada

jadwal dalam memberikan penyuluhan. Berdasarkan uraian diatas peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian hubungan peran kader terhadap

kepatuhan minum obat pada pasien tb paru di puskesmas salembaran jaya

kabupaten Tangerang.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan fenomena semakin meningkatnya kejadian TB paru di

puskesmas salembaran jaya dan salah satu faktor penyebab adalah

tidak patuh minum obat, peneliti ingin mengetahui hubungan peran

kader terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TB di Puskesmas

Salembaran jaya Kabupaten Tangerang 2021.

1. Dari 45 pasien TB yang dilakukan pengawasan oleh pihak

puskesmas terdapat 15 pasien TB yang tidak patuh minum obat

karena peran kader kurang memberikan penyuluhan tentang

penyakit TB paru.

2. Rendahnya peran kader dalam mengingatkan kepatuhan minum

obat yang tidak efektif merupakan faktor yang memperlama

penyembuhan pasien TB paru.

3. Fenomena yang ada di masyarakat masih banyak ditemukan

penderita TB yang tidak mematuhi aturan minum obat sesuai

anjuran petugas kesehatan. Pada umumnya mereka merasa jenuh

karena proses pengobatan yang lama.


C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti

membatasi masalah sebagai berikut yaitu :

1. Penelitian ini mencakup tentang peran kader dengan kepatuhan

minum obat pada pasien TB paru di puskesmas Salembaran jaya

kabupaten Tangerang

2. Variabel yang akan diteliti ini sebagai berikut :

a. Variabel dependen penelitian ini adalah kepatuhan minum obat

b. variabel indenpenden pada penelitian ini adalah peran kader

3. Lokasi peneliti di puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten

Tangerang.

D. Rumusan Masalah

Maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada

hubungan peran kader dengan kepatuhan minum obat pada pasien

TB paru di Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang’’ ?

E. Tujuan Peneliti

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan peran kader

dengan kepatuhan minum obat dengan kejadian penyakit TB paru

di Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang.


2. Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi hubungan peran

kader dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB paru Di

Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang.

a. Mengindentifikasi gambaran demografi responden seperti

usia,jenis kelamin,Pendidikan dan pekerjaan

b. Mengindentifikasi gambaran peran kader di Puskesmas

Selembaran Jaya dengan kepatuhan minum obat pasien TB

c. Mengindentifikasi gambaran kepatuhan minum obat pada

pasien TB paru di Puskesma Selembaran Jaya

d. Menganalisis hubungan peran kader dengan kepatuhan minum

obat pada pasien TB paru

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi bagi

dunia kesehatan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam

perpustakaan.

c. Penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan dan

pemikiran terhadap konsep mengenai peran kader kepatuhan

minum obat pada pasien Tb paru

d. Hasil dari penelitian ini juga dapat dijadikan masukan bahan

perbandingan bagi dunia kesehatan yang ini kesehatan yang


lebih lanjut dalam meneliti tentang peran kader terhadap

kepatuhan minum obat pada pasien Tb Paru.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapakan berguna bagi masyarakat dalam

meningkatkan kepatuhan minum obat yang dapat mempercepat

penyembuhan penyakit TB paru.

b. Bagi Pendidikan

1) Sebagai referensi ilmu tambahan dan jadikan bahan untuk

mengetauhi teori yang bersangkutan.

2) Dapat dijadikan bahan ajar dan referensi bagi mahasiswa

dalam penelitian dan yang membutuhkan.

3) Dapat dijadikan bahan acuan dalam penelitian yang

berkaitan

c. Bagi Puskemas

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan

bagi petugas kesehatan puskesmas untuk memantau dan

meningkatkan peran kader puskemas dalam kesembuhan

tuberkulosis paru.

d. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perawat dalam

menambah pengetahuan terkait dengan pentingnya hubungan


peran kader terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TB

paru dan mengingkatnya penyembuhan penyakit TB paru.

e. Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan rujukan dasar untuk melakukan penelitian

selanjutnya. Penelitian yang berkesinambungan serta

berkelanjutan sangat diperlukan dibidang keperawatan agar

dapat menambah wawasan dalam mengatasi penyakit TB paru

di masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tuberculosis Paru (TB paru)

a. Definisi Tuberkolosis

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) sebagian besar kuman TB

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman

ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap

asam pewarnaan, oleh karena itu disebut pula Basil Tahan Asam atau

BTA (Suharyo, 2016). Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular

langsung yang disebabkan karena kuman TB yaitu Myobacterium

Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan tetapi

kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya

(Werdhani, 2017).

Penyebab Tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium

tuberculosis. Kuman tersebut merupakan kelompok bakteri gram

positif, berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 μ dan tebal 0,3-

0,6 μ. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid

inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan tahan

terhadap gangguan kimia dan fisik. Oleh karena itu, disebut pula

sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman tersebut dapat tahan hidup

pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan

12
bertahun-tahun dalam lemari es), hal ini terjadi karena kuman berada

dalam sifat dormant. Kuman yang bersifat dormant dapat bangkit

kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi (Somantri, 2017).

Patofisiologi Tuberkulosis seseorang dicurigai menghirup basil

Micobacterium tuberkulosis akan menjadi terinfeksi. Bakteri

menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, dimana pada daerah tersebut

bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini bisa

juga melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain

(ginjal, tulang, korteksserebri) dan area lain dari paru-paru (lobus

atas) (Somantri, 2018).

Gejala dan Diagnosis Tuberkulosis (TBC) gejala utama pasien

tuberkulosis paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau

lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak

bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan

menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari

tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Nisa,

2017).

Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakan

dengan ditemukannya BTA (Basil Tahan Asam) pada pemeriksaan

dahak secara mikroskopis selain tidak memerlukan biaya mahal,

cepat, mudah dilakukan dan akurat. Pemeriksaan mikroskopik

merupakan teknologi diagnostik yang paling sesuai karena

mengidentifikasikan derajat penularan. Hasil pemeriksaan dinyatakan


positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS (sewaktu-pagi-

sewaktu) BTA hasilnya positif (Widmann, 2015).

2. Kepatuhan Minum Obat TBC Paru

a. Pengertian Kepatuhan Minum Obat TBC Paru

Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat

pasien dalam melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang

disarankan oleh dokternya atau orang lain (Smet, 2016),.Kepatuhan

adalah sceara sederhana sebagai perluasan perilaku individu yang

berhubungan dengan minum obat, mengikuti diet dan merubah gaya

hidup yang sesuai dengan petunjuk medis. Kepatuhan pasien sebagai

sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan

oleh professional kesehatan (Niven, 2017).

Penderita yang patuh dalam berobat adalah yang

menyelesaikam pengobatan dengan secara teratur dan lengkap dan

tanpa terputus selama minimal 6 bulan samapi dengan 9

bulan.Penderita dikatakan lalai jika tidak datang lebih dari 3 hari

sampai 2 bulan dari tanggal perjanjian dan dikatakan Droup Out jika

lebih dari 2 bulan berturut-turut tidak datang berobat setelah dikunjungi

petugas kesehatan (Muttaqin,2017).

b. Pengukuran Tingkat Kepatuhan

Keberhasilan pengobatan pada pasien TBC paru dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu peran aktif pasien dan kesediaanya untuk

memeriksakan ke dokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan serta


kepatuhan dalam meminum obat TBC paru. Kepatuhan pasien dalam

mengonsumsi obat dapat diukur menggunakan berbagai metode, salah

satu metode yang dapat digunakan adalah metode MMAS-8

(ModifedMorisky Adherence Scale) (Yulianto, 2014).

Morisky secara khusus membuat skala untuk mengukur

kepatuhan dalam mengkonsumsi obat dengan delapan item yang berisi

pernyataan-pernyataan yang menunjukan frekuensi kelupaan dalam

minum obat, kesengajaan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan

dokter, kemampuan untuk mengendalikan dirinya untuk tetap minum

obat (Morisky dan Muntner, 2016).

Karena jangka waktu yang ditetapkan lama maka terdapat

beberapa kemungkinan pola kepatuhan penderita yaitu penderita

berobat teratur dan memakai obat secara teratur, penderita tidak berobat

secara teratur (defaulting) atau penderita sama sekali tidak patuh dalam

pengobatan yaitu putus berobat atau droup out (Sugianto, 2016). Oleh

karena itu menurut Cramer (2018) kepatuhan penderita dapat dibedakan

menjadi:

1) Kepatuhan penuh (Total compliance)

Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur

sesuai batas waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh

memakai obat secara teratur sesuai petunjuk.

2) Penderita yang sama sekali tidak patuh (Non compliance)


Yaitu penderita yang putus berobat atau tidak menggunakan obat

sama sekali.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Skiner (2016) bahwa kepatuhan penderita TBC minum

obat secara teratur adalah merupakan Tindakan yang nyata dalam

bentuk kegiatan yang dapat dipengaruhi oleh factor dalam diri penderita

(faktor internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu

umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan,

sikap dan kepercayaan. Sedangkan faktor eksternal yaitu, dukungan

keluarga, peran petugas, lama minum obat, efek samping obat,

tersedianya obat serta jarak tempat tinggal yang jauh.

Permatasari dalam Sahat (2016) mengemukakan selain faktor

medis, faktor sosial ekonomi dan budaya, sikap dan perilaku yang

sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan sebagaimana diuraikan

di bawah ini:

2) Faktor Sarana: (1) Tersedianya obat yang cukup dan kontinu. (2)

Dedikasi petugas kesehatan yang baik. (3) Pemberian regiment

OAT yang adekuat.

Faktor Penderita: (1) Pengetahuan penderita yang cukup

mengenai penyakit TB paru. Cara pengobatan dan bahaya akibat

berobat tidak adekuat. (2) Cara menjaga kondisi tubuh yang baik

dengan makanan bergizi. Cukup istirahat, hidup teratur dan tidak

minum alkohol atau merokok. (3) Cara menjaga kebersihan diri


dan lingkungan dengan tidak membuang dahak sembarangan, bila

batuk menutup mulut dengan saputangan, jendela rumah cukup

besar untuk mendapat lebih banyak sinar matahari. (4) Sikap

tidak perlu merasa rendah diri atau hina karena TB paru adalah

penyakit infeksi biasa dan dapat disembuhkan bila berobat

dengan benar. (5) Kesadaran dan keinginan penderita untuk

sembuh.

3. Demografi

a. Usia

Hasil penelitian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh

Fransiska et,al (2019) dimana penelitian tersebut menunjukkan

adanya hubungan antara variable umur dengan kejadian

tuberculosis paru. Dikatakan bahwa responden yang umurnya

kurang dari 15 tahun atau lebih dari 65 tahun berisiko 5,926 kali

untuk terkena penyakit tuberculosis dibandingkan dengan

responden yang umurnya ≥15 tahun atau ≤ 65 tahun.

Hasil penelitian Damayanti et,al (2018) menyatakan bahwa

75% pasien tuberculosis adalah kelompok usia produktif secara

ekonomis (15-50) tahun. Hal ini terjadi kemungkinan karena

seseorang yang berada pada usia tersebut memiliki aktifitas tinggi

dan bertemu dengan banyak orang baik di sekolah maupun di

tempat kerja sehingga memudahkan tertular penyakit

tuberculosis.
Hal tersebut didukung oleh penelitian Sarce et,al (2016)

tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru di

RSUD Makassar, didapatkan hasil bahwa kelompok umur

responden yang terbanyak mengalami TB Paru adalah 35-49

tahun, sehingga pada umur tersebut perlu adannya support system

untuk melakukan segala aktivitas diataranya nutrisi dan

kebersihan diri.

Sedangkan menurut Erika et,al (2016). Dengan judul “Faktor

yang Mempengaruhi Efikasi Diri pada Pasien TB Paru” bahwa

umur pasien TB paru terbanyak pada usia 50-59 tahun Pada lanjut

usia (lansia) dengan penyakit TBC merupakan populasi yang

perlu mendapat perhatian dari pemberi pelayanan kesehatan

karena dampak dari TBC dapat menimbulkan permasalahan bagi

lansia dan berpotensi menimbulkan beban bagi keluarga dan

masyarakat. Jumlah lansia yang banyak mengalami TBC tersebut,

perlu mendapatkan perhatian yang besar terutama oleh keluarga.

b. Pendidikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan

antara tingkat pendidikan dengan tuberculosis paru. Dikatakan

bahwa individu dengan tingkat pendidikan rendah berisiko 5,665

kali lebih besar menderita tuberculosis paru dibandingkan dengan

individu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi. Demikian juga

hasil Literatur Review yang ditulis Muhammad EY (2019)


menunjukkan perbedaan dengan hasil penelitian ini, dimana

dikatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu factor yang

mempengaruhi kejadian tuberculosis. Semakin tinggi tingkat

pendidikan maka semakin berkembang pula potensi ketrampilan

yang ada serta mempengaruhi pola pikir untuk mempelajari

penyakit tuberculosis paru. Hasil penelitian lain yang

menunjukkan perbedaan dengan hasil hasil penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Handriyo et, al (2019).

Bahwa menemukan ada hubungan antara pendidikan dengan

kejadian tuberculosis. Hasil penelitian Handriyo RG, dkk

menunjukkan pendidikan kurang dari 9 tahun memiliki risiko 3,3

kali lebih besar terkena tuberculosis paru dari pada yang

berpendidikan lebih dari 9 tahun dalam penelitiannya yang

mengatakan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan dengan

kejadian tuberculosis paru, Muhammad (2019). Selanjutnya

Jadgal,et al (2015) menuliskan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah dapat mempengaruhi pengetahuan di bidang kesehatan,

maka secara langsung maupun tidak langsung dapat

mempengaruhi lingkungan fisik, biologis dan social yang

merugikan kesehatan dan memicu terjadinya penyakit

tuberculosis paru.

c. Jenis kelamin
Dikatakan bahwa tuberculosis paru lebih banyak mengenai

laki-laki dibanding wanita karena laki-laki mempunyai kebiasaan

buruk merokok sehingga daya tahan tubuh menurun dan rentan

dengan kejadian tuberculosis paru. Marleni (2020) juga

menemukan hasil yang menyatakan bahwa laki-laki mempunyai

kemungkinan 6 kali lebih besar untuk terkena penyakit

tuberculosis paru dibandingkan dengan perempuan. Demikian

juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi IS, dkk,

mendapatkan hasil yang berbeda dengan penelitian ini yaitu

terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian

tuberculosis paru. Budi et,al (2020) dalam penelitiannya juga

menemukan bahwa laki-laki mempunyai kemungkinan 1,8 kali

untuk terkena penyakit tuberculosis paru dibandingkan dengan

wanita.

Hasil penelitian ini seperti yang diungkapkan oleh Naga

(2012) bahwa pada laki-laki penyakit TB Paru lebih tinggi

dibandingkan perempuan karena kebiasaan laki-laki yang sering

merokok dan peminum alkohol sering disebut sebagai agen

penyakit TB paru. Perbedaan insiden penyakit menurut jenis

kelamin seperti yang dapat timbul karena bentuk anatomis,

bentuk fisilogis dan sistem hormonal yang berbeda. Menurut

Margareth (2015) banyaknya jumlah kejadian TB paru yang

terjadi pada laki-laki disebabkan karena laki-laki memiliki


mobilitas yang tinggi dari pada perempuan, sehingga

kemungkinan untuk terpapar lebih besar, selain itu kebiasaan

seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol yang dapat

menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga wajar bila

sebagai perokok dan peminum alkohol yang sering disebut

sebagai agen dari penyakit TB Paru. Laki-laki lebih berat beban

kerjanya, kurang istirahat, gaya hidup yang tidak sehat. Penelitian

yang dilakukan oleh Yunianti (2014) menujukkan hasil bahwa

jumlah penderita laki-laki lebih tinggi dari perempuan, yaitu

sebesar 54%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tentang

tampilan kelainan radiologik pada orang dewasa yang

menyatakan bahwa laki-laki mempunyai kecenderunganlebih

rentan terhadap faktor risiko TB paru. Hal tersebut dimungkinkan

karena lakilaki lebih banyak melakukan aktifitas sehingga lebih

sering terpajan oleh penyebab penyakit ini.

d. Pekerjaan

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mardjo,

et,al (2017) dimana dalam penelitiannya dijelaskan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan

kejadian tuberkulosis pada di Wilayah Kerja Puskesmas

Tuminting Kota Manado. Status pekerjaan dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki pekerjaan secara

langsung juga memiliki pendapatan yang digunakan selama


kehidupannya dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Sejalan

dengan penelitian Siregar, et,al (2015) di Desa Bandar Khalipah

Kecamatan Percut Sei Tuan yang meneliti tentang hubungan

kondisi fisik rumah, pekerjaan dengan kejadian tuberkulosis paru,

disebutkan bahwa faktor pekerjaan responden berhubungan

dengan kejadian tuberkulosis paru. Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian Lestari (2019) yang menghasilkan

kesimpulan ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian

tuberkulosis paru. Orang yang tidak bekerja lebih rentan terhadap

kejadian tuberkulosis karena tingkat penghasila ekonomi yang

buruk menyebabkan orang tersebut tidak bisa layak untuk

memenuhi syarat-syarat kesehatan.

4. Konsep Kader

a. Definisi Kader

Peran dapat ditafsirkan sebagai karakter yang ditugaskan atau

diasumsikan, atau dari aspek bersosialisasi sebagai pola perilaku

yang diharapkan secara sosial dan umum ditentukan oleh status

individu dalam masyarakat tertentu atau fungsi atau bagian yang

dilakukan terutama dalam operasi atau proses tertentu (Merriam-

Webster, 2019). Kader dalam asuhan keperawatan komunitas

adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan

pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi

dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal


melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemeliharaan rehabilitas dengan menjami keterjangkauan

pelayanan kesehatanyang dibutuhkan dan melibatkan klien

sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, danevaluasi

pelayanan keperawatan di Indonesia dikenal dengan sebutan

perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS).

Asuhan keperawatan (Askep) komunitas dilakukan dengan

pendekatan proses keperawatan. Penerapan dari

proseskeperawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi

prosesnya memiliki kesamaan. Sedangkan asumsi dasar

keperawatan komunitas menurut American Nurses Assicoation

(ANA, 1980) didasarkan pada asumsi:

1) Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks

2) Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier

merupakan komponen pelayanan kesehatan

3) Keperawatan merupakan subsistem pelayanan kesehatan,

dimana hasil pendidikan dan penelitian melandasi praktek

4) Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga

keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan

kesehatan utama

Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada

asumsi-asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat,

yaitu:
1) Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya

keperawatan;

2) Merupakan bidang khusus keperawatan;

3) Gabungan dari ilmu keperawatan,ilmu

kesehatanmasyarakat dan ilmu sosial (interaksi sosial

dan peran serta masyarakat)

4) Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok

khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit;

5) Ruan lingkup kegiatan adalah upaya promotif,

preventif,kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan

penekanan pada upaya preventif dan promotive

6) Melibatkan partisipasi masyarakat

7) Bekerja secara team (bekerjasama)

8) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku

9) Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan

ilmiah

10) Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat

dan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

b. Peran kader

1) Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan data-data,

melaksanakan survey mawas diri,membahas hasil survey

menyajika dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD),

menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat,


menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan ada

bersama-sama masyarakat, membahas pembagian tugas

menurut jadwal kerja.

2) Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi, kunjungan

dengan menggunakan alat peraga dan percontohan.

3) Melakukan komunikasi: mendorong masyarakat untuk

bergotong royong, memberikan informasi dan mengadakan

kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain

4) Memberikan pelayanan yaitu:

a) Membagi obat dan membantu mengumpulkan bahan

pemeriksaan

b) Mengawasi pendatang didesanya dan melapor

c) Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya.

5) Peran aktif yaitu upaya pencegahan penularan dan pengobatan

TB dapat dilakukan melalui masyarakat berupa kader kesehatan,

penderita TB, keluarga penderita TB. Kader kesehatan

merupakan perpanjangan tangan dari tenaga kesehatan yang ada

di masyarakat dan mempunyai peran penting terutama dalam

menyebarluaskan program-program kesehatan di masyarakat.

Kader kesehatan mempunyai peran dalam penanggulangan TB di

wilayahnya dengan cara memberikan penyuluhan tentang TB dan

penanggulangannya kepada masyarakat, membantu menemukan

orang yang dicurigai sakit TB dan pasien TB di wilayahnya,


membantu puskesmas atau sarana kesehatan lainnya dalam

membimbing dan memberikan motivasi kepada Pengawas

Menelan Obat (PMO) untuk selalu melakukan pengawasan

menelan obat, dan menjadi PMO (Depkes RI, 2009).

6) Peran kader kurang aktif adalah anggota masyarakat yang

bekerja secara sukarela dalam membantu dalam pengendalian TB

paru sesuai dengan kemampuannya. Dalam penelitian ini

ditemukan kader belum dapat menjalankan perannya sebagai

kader TB. Sehingga belum maksimal capaian suspek seperti yang

diharapkan yakni meningkatnya cakupan suspek yang terperisa

dan terkonfirmasi laboratorium, Penelitian yang berkaitan dengan

partisipasi masyarakat dalam penangulangan TB Paru yaitu. Di

puskesmas kecamatan sawah besar Bahwa setelah diterapkan

optimalisasi kader dengan metode partisipasif dapat

meningkatkan cakupan temuan suspek dan meningkatkan angka

kesembuhan pada penderita TB paru ( Erni et,al 2019).

c. Kader TB

1) Definisi

Anggota masyarakat yang bekerja secara sukarela dalam

membantu program penanggulangan TB paru

2) Syarat Menjadi kader TB paruPendapat lain yang dikemukakan

oleh Dr. Ida Bagus mengenai persyaratan bagi seorang kader

antara lain
a) Berasal dari masyarakat setempat

b) Tinggal di desa tersebut

c) Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama

d) Diterima oleh masyarakat setempat

e) Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping

mencari nafkah

f) Mampu membaca dan menulis

d. Peran Kader TB

1) Memberikan penyuluhan tentang TB paru dan

penanggulangannya kepada masyarakat

2) Membantu menemukan orang yang yang di curigai sakit TB

dan pasien TB diwilayahnya (suspek TB)

3) Memotivasi suspek untuk melakukan pemeriksaan dahak ke

pelayanan kesehatan (UPK) terdekat untuk memastikan apakah

suspek tersebut menderita TB atau tidak

4) Menjadi PMO, yaitu seseorang yang ditunjuk dan dipercaya

untuk mengawasi dan memantau penderita TB dalam

meminum obatnya sesuai dengan dosis dan jadwal seperti yang

di tetapkan dimana tugas seorang PMO selesai pengobatan dan

dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan, memberi dorongan

kepada pasien agar mau berobat secara teratur, mengingatkan

pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah di

tentukan,member penyuluhan pada anggota pasien TB yang


mempunyai gejala-gejala yang mencurigakan TB untuk segera

memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan (Depkes,

2009).

B. Penelitian Terkait

Penelitian yang di lakukan merupakan buah karya asli dari

penulis, dengan mengacu kepada:

Tabel 2.1 Penelitian Terkait


N Nama Judul
Metode Hasil Penelitian
O Peneliti Penelitian
1. Nita Peran Kader Jenis penelitian Bahwa Peran kader kesehatan
Yulianti Kesehatan ini cross- dalam upaya pencegahan
Ratnsari dalam sectional study kejadian tuberkulosis sangat
(2018) Pencegahan dengan Teknik besar, dimana kunci
Kejadian sampling yang keberhasilan penanggulangan
Tuberkulosis digunakan adalah tuberkulosis tidak lepas dari
di Wonogiri purposive keaktifan kader di
sampling, dimana masyarakat. Kader kesehatan
responden dipilih diharapkan mampu
berdasarkan berkontribusi dalam
sejumlah kriteria pencegahan kejadian
yang ditetapkan tuberkulosis melalui
peneliti penemuan kasus baru TB
sejak dini.
2. Khoiroh Dukungan jenis penelitian Bahwa ada hubungan yang
Et,Al kader kuantitatif berarti ada pengaruh
(2020) terhadap dengan desain dukungan kader kesehatan
kemandirian quasi terhadap kemandirian fisik
fisik pasien eksperimental pada pasien
Tuberkulosis menggunakan
Paru pendekatan
pretest-posttest
with control
group design.
3. Rikky Peran kader Jenis penelitian bahwa peran kader
Et,Al puskesmas ini menggunakan puskesmas sebagai penemu
(2020) terhadap cross sectional suspek terhadap kesembuhan
kesembuhan dimana sampel pasien tuberculosis paru
pasien yang digunakan Terdapat pengaruh peran
tuberculosis adalah total kader puskesmas sebagai
paru di sampling penyuluh terhadap
puskesmas kesembuhan pasien
sukalaksana tuberculosis paru
Tasikmalaya
4. Ririn Hubungan Jenis penelitian Bahwa ada hubungan antara
Et,Al peran ini cross peran PMO dengan
(2020) pengawas sectional dengan kepatuhan minum obat
menelan Teknik penderita TBC. Hal ini
obat (PMO) pengambilan disebabkan PMO menjamin
dengan sampel purposive dan memastikan penderita
tingkat sampling TBC patuh menjalani
kepatuhan pengobatan sesuai dengan
minum obat dosis dan jadwal yang telah
penderita ditetapkan. Semakin baik
TBC di PMO berperan dalam
wilyah kerja melakukan pengawasan,
puskesmas semakin tinggi pula tingkat
kepanjen kepatuhan penderita TB
kabupaten
malang
5 Iceu Hubungan penelitian ini bahwa Terdapat hubungan
Et,Al antara peran menggunakan yang signifikan antara peran
(2018) pengawas correlational PMO terhadap keberhasilan
menelan research dengan pengobatan TB di Puskesmas
obat (PMO) pendekatan Tarogong Garut
dengan retrospektif
keberhasilan dengan
pengobatan menggunakan uji
penderita chi square.
Tuberkulosis
paru di
Puskesmas
Tarogong
Garut

C. Kerangka teori

Kerangka teori merupakan suatu model yang menerangkan

bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang

telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.Kerangka teori

disusun berdasarkan tinjauan pustaka (Notoatmodjo, 2014).

Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Peran Kader Dengan


Kepatuhan Minum Obat

Demografi Peran kader


Kepatuhan Minum Obat
TBC Paru  Merencanakan kegiatan , data-
-Usia
data, dan melaksanakan survey.
- Kepatuhan penuh
- Jenis kelamin  Melakukan komunikasi
(Total compliance)
kunjungan dengan
- Pendidikan - Penderita yang sama
menggunakan alat peraga dan
sekali tidak patuh percontohan.
- Pekerjaan (Non compliance)
Kejadian TB Paru
Tingkat Kesembuhan

D. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visiualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang

lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain

dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo, 2014). Kerangka

konsep dalam penelitian ini adalah

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen(X) Variabel Dependen (Y)

Peran Kader Kepatuhan Minum Obat


E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian,

patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam

penelitian ini adalah Ha : Ada hubungan peran kader dengan

kepatuhan minum obat pada pasien TB paru di Puskesmas

Salembaran 2021
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitia

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif menggunakan metode penelitian Deskriptif korelasional,yang

bertujuan mencari hubungan antar variable yang diteliti dan ditentukan

berdasarkan uji stastistik (Dharma,2011).

2. Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan penelitian (cros sectional) yaitu

desain penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar varibel

independen dan dependen pada satuan waktu (Dharma ,2011). Pada

penelitian ini peneliti ingin mengindentifikasi dan mengetauhi ada

tidaknya Hubungan Peran Kader Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada

Pasien TB Paru di Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang

Tahun 2021.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di wilayah Salembaran Jaya Kabupaten

Tangerang.

32
33

2. Waktu Penelitian

Penlitian ini telah dilakukan mulai masalah sampai dapat ditarik

kesimpulan,yang dimulai dari bulan jubi samapi juli 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Hidayat ,2007).

Menurut Dharma (2012)populasi dibagi menjadi 2 :

a. Populasi target

Populasi target adalah unit dimana hasil penelitian sudah diterapkan

(digenalisir). Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien yang

menderita TB paru di wilayah Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten

Tangerang 45 pasien.

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah populasi yang harus memperhatikan

kondisi populasi target yang luas baik karakteristik maupun kondisi-

kondisi lainnya.Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien

yang mengalami TB paru di wilayah Puskesmas Salembaran Jaya

Kabupaten Tangerang 45 pasien.


34

2. Sampel

Sampel adalah unit yang terkecil atau sekelompok individu yang

merupakan bagian dari populasi terjangkau dimana peneliti

langsung mengumpulkan data atau melakukan

pengamatan/pengukuran pada unit ini (Dharma,2011)

a) Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 orang

dengan Teknik total sampling. Adapun alesan mengambil total

sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh

populasi dijadikan sampel ditentukan juga dengan

menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi

b) Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi

Kreteria inklusi adalah kriteria yang harus dimiliki oleh

individu dalam populasi (Dharma, 2011).

1. Yang terdiognosa penyakit TB paru

2. Pasien TB paru yang sedang pengobatan 6 bulan

terakhir

2) Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah kriteria yang tidak boleh dimiliki

oleh sampel yang akan digunakan untuk penelitian

(Dharma,2011).
35

1. Putus obat

2. Pasien TB yang sudah diputuskan sembuh

D. Definisi Operasiaonal

Definisi operasional merupakan suatu variable secara

opersional, sehingga mempermudah peneliti dalam

mengembangkan instrument penelitian secara menentukan jenis

data skala pengukuran (Dharma,2011). Dalam penelitian ini

definisi operasional variable penelitiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
Demografi Operasional dan cara Ukur
ukur
Responden Usia adalah Kuesioner 1= masa Dewasa Ordinal 36
Usia angka dan demografi akhir (36-45)
lama waktu Usia 2=Masa lansia
hidup responden awal
(46-55)

Jenis Gendrr Kuesioner 1= Laki-laki Nominal


Kelamin responden demografi 2= Perempuan
terdiri dari Jenis
laki-laki dan Kelamin
perempuan

Pendidikan Pendidikan 1=Tidak Tamat Ordinal


adalah Kuesioner SD
pengetuhan demografi 2=SD
dan kebiasaan Pendidikan 3=SMP
sekelompok 4=SMA
orang yang
diturunkan
dari satu
generasi ke
generasi
berikutnya

Tidak bekerja
Pekerjaan lebih rentan Kuesioner 1=Tidak bekerja Ordinal
terhadap demografi 2=Petani
kejadian TB Pekerjaan 3=Buruh/Wirasw
paru karena asta
tingkat
penghasilan
ekonomi
yang buruk
menyebabkan
orang
tersebut tidak
bisa
memenuhi
syarat
kesehatan
Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
Indenpend Operasional dan cara Ukur
en (X) ukur

Peran Peran Kader Menggunaka 1.Di katagorikan Ordinal


Kader adalah untuk n skala likert kurang aktif jika(
memberikan 12 pertanyaan <32) mean.
penyuluhan akan dijawab
diantaranya dengan 2.Di katagorikan
dalam pilihan Aktif jika(>32)
memberikan jawaban mean.
imformasi -Tidak pernah
yang dimiliki -Kadang-
pada pasien kadang
Tuberkulosis -Sering
paru,sehingga -Selalu
penderita 1.
mampu
meningkatkan
pemahaman
dan
kemandirian
pada dirinya
Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
Dependen( Operasional dan cara Ukur
Y) ukur
37

E. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Data yang

diperoleh dari suatu pengukuran kemudian dianalisis sehingga

instrument atau alat ukur merupakan bagian yang penting dalam suatu

penelitian (Dharma, 2011).Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

lembar kuesioner. Lembar kuesioner yang diajukan pada responden

meliputi : nama, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan responden

dan lembar kuesioner Peran Kader. Peneliti menggunakan varian

instrumen adalah lembar kuesioner sebagai berikut:

a. Kuesioner A :

Berisi data demografi dari responden mencakup Nama, Usia, Jenis

Kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

b. Kuesioner B :

Berisi pertanyaan tentang Peran Kader sebanyak 12 pertanyaan.

Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan kriteria sebagai

berikut:

Tidak pernah ;1

Kadang-kadang : 2

Sering :3

Selalu :4

c. Kuesioner C :
38

Berisi pertanyaan Lembar Kuesioner tentang kepatuhan minun

obat dengan 8, pertanyaan. Kuesioner ini menggunakan skala

linkert dengan kriteria sebagai berikut:

Tidak pernah :1

Kadang-kadang : 2

Sering :3

Selalu :4

F. Kisi-kisi instrumen

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan oleh

peneliti untuk mengobservasi, mengukur, atau menilai suatu

fenomena. Data yang diperoleh dari suatu pengukuran kemudian

dianalisis dan dijadikan sebagai bukti (evidence) dari suatu peneliti.

Sehingga instrument atau alat ukur merupakan bagian yang penting

dalam suatu penelitian (Dharma, 2011).

1. Variabel independen (X) Peran Kader

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

atau angket. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

Peran Kader. Kuesioner Peran Kader berupa daftar pernyataan

terbuka. Pernyataan terbuka artinya responden diberi kebebasan

untuk menjawab, yang sudah disediakan dan responden tinggal

memilih jawaban yang sudah ada. Instrumen dalam bentuk

kuesioner yang digunakan dan terdiri 1 pertanyaan dengan 4


39

katagori skala likert Mulai dari pertanyaan Tidak pernah,Kadang

-kadang ,Sering,Selalu dengan jawaban Tidak Pernah ( 1)

Kadang- Kadang (2) Sering (3) Selalu(4).

2. Variabel dependen(Y) Kepatuhan Minum Obat

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

atau angket. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

kejadian penyakit TB paru. Kuesioner kejadian TB paru yang di

ambil dari Lembar kuesioner pasien berupa daftar pernyataan

terbuka. Pernyataan terbuka artinya responden diberi kebebasan

untuk menjawab, jawaban sudah disediakan dan responden

tinggal memilih jawaban yang sudah ada. Instrumen dalam

bentuk kuesioner yang digunakan terdiri dari 1 pertanyaan

dengan 4 katagori dengan skala linkert dengan pernyataan. Untuk

jawaban Tidak pernah, Kadang -kadang ,Sering,Selalu dengan

jawaban Tidak Pernah (1) Kadang- Kadang (2) Sering (3)

Selalu(4).

G. Pengujian instrument penelitian

1. Uji Validitas

Validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar

dapat digunakan dalam suatu pengukuran (Dharma, 2011).

Uji validitas dilakukan untuk menguji validitas setiap

pertanyaan angket, teknik uji ini yang digunakan adalah


40

korelasi product Moment. Skor setiap pertanyaan yang diuji

validitasnya dikorelasikan dengan skor total seluruh

pertanyaan dengan rumus berikut:

n ( ∑ XY ) . (∑ X ) .(∑Y )
rxy= 2 2 2
√{ n. ∑ X −( ∑ X ) } . {n . ∑ y −( ∑ y ) 2}
Keterangan :

rxy = Koefisien Korelasi Product Moment

X = Skor Pertanyaan tiap nomor

Y = Jumlah skor total pertanyaan

N = Jumlah responden

koefisien korelasi antar skor butir dengan skor total yang

diperbolehkan lebih besar daripada koefisien di tabel nilai-

nilai r (r table) pada a = 0,05 maka butir tersebut

dinyatakan valid lebih bila lebih kecil dari r table

(Notoatmodjo, 2011).

Sebelum akan dilakukan penelitian peneliti berencana

untuk mengukur ketetapan varibel adalah Peran Kader dan

terdapat 12 pertanyaan tentang Peran Kader dan pilihan

jawaban menggunakan skala linkert

Setelah mendapatkan data, peneliti akan melakukan

Analisa data dengan menggunkan perangkat komputerisasi.


41

Item kuesioner dalam uji validitas dikatakan valid jika hasil

r hitung > r table dengan nilai tingkat signipikan 5%, dapat

disimpulkan bahwa item pertanyaan pada kuesioner ini

valid dan dapat digunakan sebagai instrument penelitian.

Pertanyaan jika tidak valid peneliti akan merubah atau

memodifikasi pertanyaan.

Peneliti melakukan uji validitas yang dilakukan

pada tanggal 25 September 2021 di Puskesmas Tegalangus

Kabupaten Tangerang. Sampel yang digunakan 30

Responden hal ini sesuai dengan minimal uji coba

kuesioner dengan jumlah minimal 30 Responden maka

distribusi nilai akan lebih mendekati kurva normal

selanjutnya Item kuesioner dalam uji validitas dikatakan

valid jika r tabel sebesar 0,361 atau hasil r hitung > 0,361

dengan nilai tingkat signifikan 5%, sebaliknya item

dikatakan tidak valid jika hasil r hitung < 0,361 pada nilai

signifikan 5% (Sugiyono, 2016).

Kemudian data yang sudah di dapatkan lalu di

analisis menggunakan menggunakan perangkat

komputerisasi didapatkan hasil yaitu 12 pertanyaan valid

semua, dengan itu dapat disimpulkan bahwa item

pertanyaan pada kuesioner penelitian ini valid dan dapat

digunakan sebagai instrumen penelitian.


42

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu

pengukuran (Dharma, 2011). Reliabilitas menunjukan

apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika

intrumen digunakan kembali secara berulang (Dharma,

2013).

Setelah semua item pertanyaan valid semua

dilanjutkan uji reliabilitas dengan cara membandingkan r

tabel dengan r hasil dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05)

sehingga item kuesioner dikatakan valid jika r alpha diatas

(0,8) maka pertanyaan tersebut reliabel. Dan jika tidak

reliabel jika r alpha dibawah 0,8 dan akan dilakukan uji

ulang (Dharma, 2011).

r= [𝑘][1−Σσ2]
(𝑘−1) σ2
Keterangan :

r = Koefisien reliabilitas instrument (Cronbach


Alpha)

k = Banyak butir pertanyaan

𝞢σ2 = Total varian butir

σ2 = Total varian

Setelah semua instrument dinyatakan valid, analisis

dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Untuk intrumen pada


43

kuesioner peran kader dan kepatuhan minum obat dengan

hasil realiabelitas Alpha Cronbach yaitu sebesar

(0.813).Dapat disimpulkan bahwa kuesioner ini reliabel dan

dapat digunkan.

H. Teknik pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dengan

metode kuesioner. Metode kuesioner adalah metode pengumpulan

data dengan cara memberikan daftar-daftar pertanyaan tertulis

dengan beberapa pilihan jawaban kepada responden

(Dharma,2011).

1. Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

langsung dari lembar kuisioner Peran kader lembar kuisioner

ini berisi beberapa pertanyaan yang dapat di gunakkan

sebagai acuan dalam penelitian

2. Data sekunder

Data sekunde dalam penelitian ini merupakan di ambil dari

data rekam medik pasien yang ada di Puskesmas Salembaran

Jaya.

1. Langkah-langkah pengumpulan data


44

a) Tahap persiapan

1) Peneliti membuat surat permohonan data awal dari

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Tangerang yang ditunjukan kepala Puskesmas Salembaran

Jaya Kabupaten Tangerang.

2) Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian

dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Tangerang yang di tunjukan kepada kepala ruangan

Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang.

3) Setelah mendapat surat persetujuan dari kepala ruangan

Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang, peneliti

menentukan waktu penelitian.

b) Tahap Pelaksanaan

1) Peneliti bertemu dan meminta bantuan kepada petugas

kesehatsan yang ada di wilayah kerja Salembaran Jaya

atau yang bertanggung jawab ditempat penelitian untuk

mengumpulkan data dan saat memberikan kusioner

dibantu oleh pihak puskesmas dan menggunakan

protokol kesehatan yang lengkap.

2) Penelitian mengidentifikasi responden yang memenuhi

kriteria inklusi dan kemudian menjelaskan kepada

responden dengan memberikan lembar kuesioner lembar

persetujuan responden lembar kuesioner demografi


45

(usia,jenis kelamin,pedidikan dan pekerjaan), kusioner

Peran kader dan kepatuhan minu obat..

3) Selanjutnya responden membaca lembar informed

consent sehingga calon responden bersedia menjadi

responden dimita untuk menceklis (√) setuju menjadi

responden.

4) Pengumpulkan data pada penelitian ini menggunkana

metode lembar kuesioner diisi oleh responden, peneliti

memeriksa dan melihat kelengkapannya.

5) Setelah lembar kuesioner diisi oleh responden kemudian

peneliti mengelompokan hasil kuseioner lalu diolah dan

dianalisis mengelompokan data-data dengan tujuan

penelitian.

2. Teknik Pengolahan data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan

melalui suatu proses tahapan sebagai berikut :

a. Analisa Data

1) Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable

penelitian, sehingga menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentase dari tiap variable (Notoadmodjo, 2012).

Analisis univariat dilakukan dengan tujuan untuk


46

melihat kecendrungan data melalui proposal

(persentase) terhadap masing-masing variable data

yang diperoleh kemudian dihitung jumlah dan

persentase masing-masing variable dan kelompok dan

disajikan dengan menggunakan table dan di

interpretasikan.

Rumusnya yaitu :

F
P= x 100
N

Keterangan:

P = Persentase

F = Jumlah frekuensi dari setiap alternatif jawaban

N = Jumlah responden

1) Analisa Bivariat

Analisa bivariat dapat dilakukan apabila telah

melakukan analisis univariat. Analisis bivariat dilakukan

terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau

berkorelasi (Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian ini

analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

peran kader terhadap kepatuhan minum obat pada pasien

TB paru di Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten

Tangerang. Uji statistic yang digunakan adalah Chi


47

Square. Uji Chi Square ini digunakan untuk menganalisa

hubungan kategorik antara variable X dan variable

3. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dengan menggunakan

langkah-langkah (Notoatmodjo 2012) sebagai berikut :

a) Editing data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil

jawaban responden apakah telah terjawab dengan lengkap

atau belum. Pada penelitian ini tahap editing dilakukan

bertujuan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner

yang sudah ada di peneliti. Selain itu terdapat kendala

dimana pengolahan data penelitian ini terhambat

dikarenakan terdapat 1 data yg di missing dikarenakan

pengisian kuesioner yang tidak lengkap, sehingga dilakukan

data ulang

b) Coding Data

Setelah data sudah lengkap peneliti melakukan pemberian

kode atau coding dengan cara mengubah data berbentuk

kalimat (huruf) menjadi angka yang bertujuan

mempermudah peneliti menganalisis memasukan data

(entry data) dengan perangkat komputerisasi. Pada

penelitian ini coding dilakukan seperti jenis kelamin = 1


48

dan perempuan = 2 dimana setelah di coding terdapat hasil

jumlah laki-laki sebanyak 28 responden dan perempuan

sebanyak 17 responden dari total responden 45 responden.

c) Scoring

Pada tahap ini dilakukan pemberian nilai pada masing-masing

jawabaan dari pertanyaan yang sudah diisi oleh responden.

Pada penelitian ini jawaban dari kuesioner varibael

indenpenden yaitu Selalu= 4, Sering =3, Kadang-kadang =2,

Tidak pernah 1 dan untuk kuesioner dependen yaitu Selalu= 4,

Sering =3, Kadang-kadang =2, Tidak pernah 1

d) Entry Data (Processing)

Tahap ini peneliti memasukan data kedalam komputer dengan

menggunakan perangkat komputerisasi sehingga dapat di dapat

dianalisa. Pada penelitian ini setelah data di entry ke dalam 50

komputer dengan perangkat komputerisasi kemudian disajikan

dalam bentuk tabel atau narasi.

e) Cleaning Data

Cleaning data dilakukan dimana peneliti mengecek kembali

untuk melihat apakah terdapat ketidaklengkapan data,

kesalahan dalam pengkodean, kesalahan memasukan data

sehingga dilakukan pembetulan atau koreksi. Pada penelitian


49

ini data sudah lengkap dapat dianalisis sesuai dengan tujuan

penelitian.

K. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian merujuk pada prinsip-prinsip etis

yang diterapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal

penelitian sampai publikasi hasil penelitian (Notoadmodjo, 2012).

Pada penelitian ini peneliti sudah dilakukan uji etik di

Universitas Muhammadiyah Jakarta Fakultas Kedokteran. Dengan

nomor surat 193/PE/KE/FKK-UMJ/X/2021 Selain itu, peneliti

mengajukan permohonan izin riset penelitian kepada Kepala

Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tngerang melakukan

penelitian. Adapun prinsip etik yang diperhatikan dalam

melakukan penelitian yaitu

1. Otonomi (Autonomy)

Peneliti memberikan kebebasab kepada responden memililh

bersedia mengikuti atau tidak bersedia mengikuti proses

penelitian. Pada penelitian ini terdapat 45 responden yang


50

bersedia menjadi rsponden dan tidak ada yang menolak

menjadi responden.

2. Kebermanfaatan (Beneficence)

Pada prinsip etik Beneficence, peneliti memperhatikan

kesejahteraan partisipan dengan memperhatikan kemanfaatan

dari penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini peneliti

sebisa mungkin memberikan ilmu yang dapat bermanfaat bagi

masyarakat.

3. Kerahasian data (Confidentiality)

Confidentiality merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian

baik informasi maupun masalah- masalah lainnya ( Dharma,

2011). Pada Penelitian ini bahwa peneliti merahasiakan dan

menjamin indentitas responden ( nama,usia,jenis kelamin dan

Pendidikan) dan lain sebaginya.

4. Keadilan (Justice)

Pada proses ini peneliti bersikap adil dan sama kepada seluruh

responden tanpa membeda-bedakan latar belakang pada saat

proses penelitian. Pada peneliti ini peneliti memberikan waktu

yang sama saat mengisi kuesioner dan memberikan kebebasan

keapada responden untuk menjadi atau tidak.

5. Kejujuran (Veracity)

Pada penelitian ini responden mengisi kuesioner dengan bener-

bener jujur dan seusai yang dialami saat itu. Selain itu peneliti
51

menjelaskan dengan detail, dan bersikap jujur dalam

pengumpulan dan pengelompokan data hasil.

6. Lembar Persetujuan ( Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan anatara

peneliti dengan responden dengan cara memberikan lembar

persetujuan. Pada penelitian ini berbentuk lembar kuesioner

yang diberikan kepada responden mengceklis (√) yang berarti

responden menyetujui menjadi responden dengan tanpa

paksaan dari pihak manapun, dimana terdapat 45 responden

yang menyetujui responden pada penelitian in.


TAHUN 2021
N
KEGIATAN April Mei Juni Juli Agustus Semptember Oktober
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Bimbingan Proposal
Skripsi
2. Seminar proposal skripsi
3. Bimbingan dan revisi
hasil seminar
4. Uji layak etik
5. Uji Validitas Kuesioner
6. Penelitian di lapangan
7. Pengolahan dan Analisa
Data
8. Bimbingan hasil skripsi
9. Sidang akhir skripsi

52
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisa Deskripsi Data

Pada bab ini akan diuraikan hasil data penelitian tentang

“Hubungan Peran Kader Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien

TB Paru Di Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang”.

Penelitian dilakukan pada Agustus hingga 5 September 2021. Proses

pengumpulan data menggunakan instrumen berupa kuesioner dan

lembar observasi kepada seluruh pasien TB paru yang berjumlah 45

responden di Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang.

Penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat dan analisis

bivariat dengan menggunakan program komputer. Hasil analisis data

akan dimulai dari analisis univariat yang meliputi karakteristik

responden yaitu usia, jenis kelamin,Pendidikan,Pekerjaan gambaran

mengenai Peran Kader dan Kepatuhan Minum Obat. Sedangkan

analisis bivariat peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara

peran kader terhadap kepatuhan minum obat pada pasien tb paru di

puskesmas salembaran jaya Kabupaten Tangerang.

2. Pengujian Persyaratan Uji Analisis

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data yang

dikumpulkan bersitribusi normal atau tidak. Uji normalitas sebaran

data penelitian mengunakan teknik Kolmogorov Smirnov dengan

53
54

bantuan komputerisasi. Kaidah yang digunkan untuk menguji

normalitas yaitu skor sig. yang ada pada hasil perhitungan

Kolmogorov-Smirnov, dikatakan berdistribusi normal jika nilai

signifikan (Sig.) lebih besar dari 0,05. Sedangkan apabila nilai

signifikan (Sig.) lebih kecil dari 0,05 maka data penelitian tidak

berdistribusi secara normal (Dahlan, 2015). Apabila data penelitian

tidak berdistribusi normal maka akan dilakukan uji Chi Square.

Tabel 4.1
Uji Normalitas Data

Pengukuran Nilai residual

Asymp Sig (-taield) 0, 200c,d

Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa didapatkan hasil uji

normalitas dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan

jumlah sampel sebanyak 50 siswa diperoleh nilai Sig (0. 200c,d )

maka dapat dikatakan data berdistribusi normal karena nilai Sig.

lebih besar dari pada nilai (0.05).

3. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Analisa univariat bertujuan untuk

menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik masing-masing

variabel yang diteliti. Analisa univariat ini menyajikan distribusi


55

frekuensi tentang karakteristik responden yaitu, usia, jenis

kelamin,Pendidikan,Pekerjaan dan gambaran Peran kader terhadap

kepatuhan minum obat.

a) Data umum

1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Usia responden Di Puskesmas
Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang, tahun 2021(n=45)

Usia Jumlah(n=45) Persentase (%)


36-45 27 60,0
46-55 18 40,0
Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan karakteristik responden

berdasarkan usia. Hasil didominasi oleh usia 36 sampai 45 tahun sebanyak

27 orang (60,0%).

2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin responden Di Puskesmas
Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang.
tahun 2021 (n=45)

Jenis Kelamin Jumlah Persen


(n=45) tase
(%)
Laki-laki 28 62,2
Perempuan 17 37,8
Jumlah 45 100
56

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin, mayoritas berjenis kelamin Laki-laki sebanyak

28 orang dengan persentase (68,2%).

3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Jenis Pendidikan responden Di
Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang,tahun 2021
(n=45)

Pendidikan Jumlah Persentase


(n=71) (%)
Tidak Tamat SD 8 17,8
SD 3 6,7
SMP 26 57,8
SMA 8 17,8
Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan karakteristik responden

berdasarkan pendidikan, mayoritas responden berpendidikan formal SMP

sebanyak 28 dengan persentase (57,8%).

4. Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan.

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Di Puskesmas
Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang, tahun 2021 (n=45)

Jenis pekerjaan Jumlah Persentase


(n=45) (%)
Tidak Bekerja 5 11,1
Petani 15 33,3
Buruh 23 51,1
pabrik/industri/bangunan
wiraswasta/layanan 2 4,4
jasa/dagang
Jumlah 45 100
57

Berdasarkan table 4.4 diatas menunjukan karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden bekerja sebagai Buruh

sebanyak 23 dengan persentase (51,1%).

5. Karakteristik responden berdasarkan pada frekuensi peran kader

Tabel 4.6
Distribusi Gambaran Peran Kader Oleh Masyarakat Di
Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang, tahun 2021
(n=45)

Katagori Jumlah Persentase


(n=45) (%)
Kurang Aktif 14 31,1%
Aktif 31 68,9%
Jumlah 45 100

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukan hasil peran kader pada pasien tb

paru di puskesmas salembaran jaya Kabupaten Tangerang. Mayoritas

Peran Kader Aktif (68,9%).

6. Karakteristik responden berdasarkan pada frekuensi kepatuhan


minum obat

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
TB Paru Di Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten
Tangerang.

Jumlah Persentase
Katagori
(n=45) (%)
Tidak Patuh 18 40,0%
Patuh 27 60,0%
Jumlah 45 100
58

Berdasarkan Tab el 4.5 menunjukan hasil kepatuhan

minum obat pada pasien tb paru di puskesmas salembaran jaya

Kabupaten Tangerang. Mayoritas Peran Kader Aktif (60,0%).

b. Analisis Bivariat

Tabel 4.8
Analisis Chi Square Hubungan Peran Kader Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB Paru Di Puskesmas
Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang
(n = 45)

Kepatuhan Minum Obat


Peran P
Total
Kader Value
Tidak Patuh Patuh

14
Kurang 10 4
Aktif (31,1%
(22,2%) (8,9%)
)
31
8 23
Aktif (68,9%
(17,8%) (51,1%) (0,004)
)

27
18 45
Total 60,0%
(40,0%) (100%)

Analisis tabel 4.5 diatas tentang hubungan peran kader

terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TB paru di Puskesmas

Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang, menunjukkan bahwa

Peran Kader yang Kurang Aktif sebanyak 14 responden (31,1%).

Peran kader yang Aktif sebanyak 31 responden (68,9%)


59

sedangkan kepatuhan minum obat yang Tidak patuh sebanyak 8

responden (17,8%).Kepatuhan minum obat Patuh sebanyak 23

responden (51,1%). Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan

nilai p-value = 0,004 yang menunjukkan bahwa p-value < α (0,05)

sehingga Ho ditolak artinya terdapat hubungan peran kader

terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TB paru di Puskesmas

Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan ini akan menguraikan makna hasil penelitian yang

dilakukan tentang hubungan peran kader dengan kepatuhan minum

obat pada pasien TB paru di Puskesmas Salembaran Jaya

Kabupaten Tangerang.

1. Analisa Univariat

a. Usia

Berdasarkan tabel usia responden menunjukan karakteristik

responden berdasarkan usia didominasi oleh usia 36 sampai 45

tahun sebanyak 27 orang (60,0%). Hal tersebut didukung oleh

penelitian Sarce et,al (2016) tentang faktor yang berhubungan

dengan kejadian TB Paru di RSUD Makassar, didapatkan hasil

bahwa kelompok umur responden yang terbanyak mengalami TB

Paru adalah 35-49 tahun, sehingga pada umur tersebut perlu


60

adannya support system untuk melakukan segala aktivitas

diataranya nutrisi dan kebersihan diri.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Indah Mahfuzhah di kota pontianak yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan penderita

tuberculosis paru. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh

Ogboi S.J, dkk tahun 2010 di Nigeria yang menyatakan bahwa

ada hubungan antara Umur dengan penderita tuberculosis paru.

Sedangkan Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Helda Suarni di Kota depok tahun 2009 di mana

umur tidak mempuyai hubungan dengan kejadian TB paru.

b. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian ini karakteristik responden

menunjukan bahwa dari 45 responden mayoritas responden

berjenis kelamin Laki – laki sebanyak 28 responden (68,2%),

menujukan bahwa terhadap hubungan bermakna antara jenis

kelamin dengan kejadian TB Paru. Penelitian ini menujukan bahwa

laki-laki lebih berpeluang menderita TB Paru dibandingkan

perempuan.

Hasil penelitian ini seperti yang diungkapkan oleh Naga

(2012) bahwa pada laki-laki penyakit TB Paru lebih tinggi

dibandingkan perempuan karena kebiasaan laki-laki yang sering


61

merokok dan peminum alkohol sering disebut sebagai agen

penyakit TB paru. Perbedaan insiden penyakit menurut jenis

kelamin seperti yang dikemukakan oleh Noor (2008) dapat timbul

karena bentuk anatomis, bentuk fisilogis dan sistem hormonal yang

berbeda. Dikatakan bahwa tuberculosis paru lebih banyak

mengenai laki-laki dibanding wanita karena laki-laki mempunyai

kebiasaan buruk merokok sehingga daya tahan tubuh menurun dan

rentan dengan kejadian tuberculosis paru. Marleni (2020) juga

menemukan hasil yang menyatakan bahwa laki-laki mempunyai

kemungkinan 6 kali lebih besar untuk terkena penyakit tuberculosis

paru dibandingkan dengan perempuan. Demikian juga hasil

penelitian yang dilakukan oleh Budi IS, dkk, mendapatkan hasil

yang berbeda dengan penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara

jenis kelamin dengan kejadian tuberculosis paru. Budi et,al (2020)

dalam penelitiannya juga menemukan bahwa laki-laki mempunyai

kemungkinan 1,8 kali untuk terkena penyakit tuberculosis paru

dibandingkan dengan wanita

c. Pendidikan

Merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh

dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh

petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat

terhadap gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak

kasus TB Paru yang datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam


62

keadaan berat. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan,

mayoritas responden SMP sebanyak 26 responden (57,8%) . Hal

ini sesuai dengan penelitian Lamsai et al. (2014) bahwa tingkat

pendidikan yang rendah dapat menyebabkan penderita kesulitan

memahami penjelasan dari petugas kesehatan akan tuberkulosis

dan pengobatannya.

Tingkat pendidikan yang rendah juga dapat dihubungkan

dengan sikap dan tingkat ekonomi. Penderita dengan pendidikan

yang rendah seringkali bersikap tidak peduli terhadap penyakit

yang dideritanya. Selain itu, tingkat pendidikan yang rendah

dapat memberikan konsekuensi ekonomi yang rendah pula. (Bello

dan Itiola, 2010).

d. Pekerjaan

Berdasarkan tabel kategori pekerjaan menunjukan

karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, mayoritas

responden bekerja sebagai Buruh sebanyak 23 responden

(51,1%). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Lestari (2019:1) yang menghasilkan kesimpulan ada hubungan

antara pekerjaan dengan kejadian tuberkulosis paru. Orang yang

tidak bekerja lebih rentan terhadap kejadian tuberkulosis karena

tingkat penghasila ekonomi yang buruk menyebabkan orang

tersebut tidak bisa layak untuk memenuhi syarat-syarat kesehatan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan


63

oleh Teddy Bambang Soejadi, Desy Ari Apsari dan Suprapto di

Kabupaten Karo, Medan tahun 2006 yang menyatakan jumlah

penderita tuberkulosis yang tidak bekerja (58,2%) lebih banyak

dari pada penderita tuberkulosis yang bekerja (41,8%).

Kemungkinan tidak bekerja berhubungan dengan tingkat

penghasilan seseorang yang pada akhirnya berkaitan dengan

status sosial ekonomi yang menyebabkan rendahnya status gizi,

imun, hygiene, dan kemampuan menjalani pengobatan dengan

benar sehingga orang tersebut mudah terserang penyakit.

f) Peran Kader

Peran kader dalam menemukan suspek sangat dipengaruhi

oleh sikap kader itu sendiri, dengan sikap yang baik maka

perilaku penemuan suspek juga akan tergolong baik. Semakin

cepat penderita Tuberkulosis Paru terdiagnosis maka upaya

penyembuhannyapun akan semakin cepat, Peran Kader

Puskesmas sebagai penyuluh terhadap Kesembuhan Pasien

Tuberkulosis Paru Berdasarkan hasil hasil uji statistic didapatkan

nilai p-value sebesar 0, (p-value < α). Yang bermakna ada

pengaruh peran kader puskesmas sebagai penyuluh terhadap

kesembuhan pasien tuberculosis paru. Peran kader dalam

memberikan penyuluhan diantaranya dalah memberikan

informasi yang dimiliki pada pasien Tuberkulosis Paru, sehingga

penderita mampu meningkatkan pemahaman dan kemandirian


64

pada dirinya (Khoiroh Umah dkk, 2018). Penelitian yang

dilakukan Wulandari (2015) menyatakan bahwa penderita

Tuberkulosis Paru yang tidak mendapatkan penyuluhan memiliki

resiko terjadinya kepatuhan sebesar 1,27 kali lebih besar

dibandingkan penderita Tuberkulosis Paru yang mendapatkan

penyuluhan, sehinggan menghambat terhadap proses

penyembuhannya.Peran Kader Puskesmas Sebagai Pemberi

Motivasi Terhadap Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru.

Motivasi sembuh adalah faktor yang mendorong seseorang untuk

bertindak dengan cara tertentu guna memperoleh kesembuhan.

Peran kader sebagai pemberi motivasi yaitu memberikan

motivasi sembuh pada penderita tuberculosis paru sehingga dapat

mendorong dan memberikan energy yang mengarah kepada

pencapaian kesembuhan penderita. (Neneng, 2012). Berdasarkan

tabel kategori Peran Kader menunjukan karakteristik responden

berdasarkan Peran Kader mayoritas responden Peran Kader Aktif

sebanyak 31 responden (68,9%).

g) Kepatuhan minum obat

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui dari 45

responden sebagian besar patuh dalam minum obat TBC paru. hal

ini menandakan bahwa sebagian besar responden mampu

melaksanakan kegiatan sesuai dengan anjuran dokter dan mampu

melaksanakan pengobatan tepat waktu.


65

Muttaqin (2017) menjelaskan bahwa penderita yang patuh

berobat adalah yang menyelesaikan pengobatan secara teratur dan

lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan. Menurut

Maulidia (2014) pengobatan yang memerlukan jangka waktu

yang panjang akan memberikan pengaruh-pengaruh pada

penderita diantaranya menimbulkan tekanan psikologis, keluhan

akan segera berkurang atau hilang sama sekali penderita akan

merasa sembuh dan malas untuk meneruskan pengobatan

kembali, lamanya waktu pengobatan, efek samping dan biaya.

Menurut Niven (2017) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan adalah faktor individu yang mencakup

sikap atau motivasi individu ingin sembuh dan keyakinan. Faktor

selanjutnya yaitu faktor dukungan keluarga, dukungan sosial dan

dukungan petugas kesehatan. Sementara menurut Skiner

(2016)umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

pengetahuan, sikap dan kepercayaan, peran petugas, serta jarak

tempat tinggal merupakan faktor yang mempengaruhi kepatuhan.

Suharyo (2016) menjelaskan bahwa minum obat yang tidak rutin

terbukti telah menyebabkan resistensi obat yang dapat

menyebabkan kegagalan pengobatan..Peneliti berasumsi sebagian

besar responden patuh dalam melakukan pengobatan hal ini

disebabkan oleh karena adanya sikap dan motivasi responden

ingin sembuh dari penyakitnya sehingga responden patuh dalam


66

melakukan pengobatan, faktor lainnya disebabkan oleh adanya

dukungan dari tenaga kesehatan, hal ini sesuai dengan hasil

informasi dari responden yang menyatakan bahwa petugas

kesehatan selalu memberi informasi penyebab dan bahaya

penularan TB paru. Informasi yang diberikan berupa kewajiban

minum obat teratur, lama pengobatan, cara minum obat,

ketepanan minum obat, efek samping obat, dampak yang terjadi

jika tidak rutin minum obat dan makanan yang baik dikonsumsi

agar dapat meningkatkand erajat kesehatan responden, bahkan

pemberian informasi tersebut diberikan bukan hanya kepada

responden, akan tetapi disampaikan juga kepada keluarga pada

waktu setiap melakukan kunjungan. Dapat diketahui bahwa

ketahuan seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dirinya sendiri

juga faktor dari luar.

h) Hubungan Peran Kader Dengan Kepatuhan Minum Obat

Pada Pasien TB Paru di Puskesmas Salembaran Jaya

Kabupaten Tangerang

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan Peran

Kader Dengan Keparuhan Minum Obat. peran kader TB

diantaranya adalah memberikan penyuluhan tentang TB dan

penanggulangannya kepada masyarakat, dan membantu

menemukan orang yang yang di curigai sakit TB dan pasien TB

diwilayahnya (suspek TB),memotivasi suspek untuk melakukan


67

pemeriksaan dahak ke pelayanan kesehatan (UPK) terdekat untuk

memastikan apakah suspek tersebut menderita TB atau tidak,

Menjadi PMO, yaitu seseorang yang ditunjuk dan dipercaya

untuk mengawasi dan memantau penderita TB dalam meminum

obatnya sesuai dengan dosis dan jadwal seperti yang di tetapkan.

Diantara tugas seorang PMO adalah mengawasi pasien

TB agar menelan obat secara teratur hingga selesai

pengobatan dan dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan,

memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat secara

teratur, mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada

waktu yang telah di tentukan, memberikan penyuluhan pada

anggota pasien TB yang mempunyai gejala-gejala yang

mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke unit

pelayanan kesehatan (Ramadhini, 2013) menunjukkan hasil

analisis Peran Kader terhadap kepatuhan minum obat pada

pasien TB paru sebanyak 45 responden (100%). Terdapat

hubungan yang signifikan anatara Peran Kader Dengan

Kepatuhan Minum Obat pada pasien TB paru.. Hasil uji

statistik Chi Square dengan tabel distribusi 2x2 menunjukan

nilai p value = 0,004 yang artinya nilai p value < α (0,05)

sehingga Ho ditolak bahwa Terdapat hubungan Peran Kader

dengan Kepatuhan Minum Obat pada pasien TB paru.


68

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa hasil terdapat pengaruh peran kader puskesmas sebagai

penemu suspek terhadap kesembuhan pasien tuberculosis

paru. Terdapat pengaruh peran kader puskesmas sebagai

penyuluh terhadap kesembuhan pasien tuberculosis paru

dengan peran kader puskesmas sebagai pemberi motivasi

terhadap kesembuhan pasien tuberculosis paru dengan.

Terdapat pengaruh peran kader puskesmas sebagai PMO

terhadap kesembuhan pasien tuberculosis paru. Kesimpulan

dari penelitin ini bahwa peran kader puskesmas sangat efektif

dalam upaya penyembuhan pasien tuberculosis paru.(Rikky

Gita 2020).

C. Keterbatasan Penelitian

1. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner responden

merasa takut terpapar virus corona ketika peneliti menyebar

kuesioner dimasa pandemi.

2. Jumlah sampel pada penelitian ini dibatasi karena peneliti

hanya melihat data yang ada di Puskesmas Salembaran Jaya

Kabupaten Tangerang dan melihat secara lansgung.

3. Hambatan dalam proses perizinan penelitian.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dengan

menggunakan uji chi square program computer IBM SPSS Statistik

dengan judul Hubungan Peran Kader Dengan Kepatuhan Minum

Obat Pada Pasien TB Paru di Puskesmas Salembaran Jaya

Kabupaten Tangerang. Penelitian dilakukan kepada responden

dengan menggunakan kuesioner. Dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Karakteristik berdasarkan usia responden sebagian besar

berumur 36 sampai 45 tahun sebanyak 27 responden.

2. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin mayoritas berjenis

kelamin Laki-laki sebanyak 28 responden.

3. Karakteristik berdasarkan pendidikan mayoritas responden

berpendidikan formal SMP sebanyak 26 responden.

4. Karakteristik berdasarkan pekerjaan responden mayoritas

responden bekerja sebagai Buruh sebanyak 25 responden.

5. Terindetifikasi gambaran terhadap Peran Kader mayoritas Aktif

yaitu 31 responden.

6. Karakteristik menunjukkan kepatuhan minum obat mayoritas

Patuh terhadap minum obat TB paru sebanyak 27 responden.

69
70

7. Hasil dari penelitian terdapat hubungan peran kader terhadap

kepatuhan minum obat pada pasien TB paru di Puskesmas

Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang dengan hasil nilai P

value

0,004.

B. Saran

Berdasaerkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran

untuk pihak yang terkait diantaranya

1. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber masukan dan

evaluasi bagi petugas kesehatan Puskesmas untuk memantau dan

meningkatkan peran kader puskemas dalam kesembuhan

tuberkulosis paru.

2. Bagi Masyarakat

Diharapakan penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat

untuk meningkatkan penyembuhan penyakit TB paru dengan cara

kepatuhan minum obat yang patuh.

3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini memberikan pengetauhan serta

wawasan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang selama

Pendidikan sebagai sarana dalam meningkatkan kemampuan

menganalisis hasil penelitian


71

4. Bagi Kader TB Puskesmas

Diharapkan lebih aktif dalam melaksanakan tugas-tugas kader

TB dalam meningkatkan peran PMO untuk penyembuhan pada

pasien TB paru.

5. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data tambahan dan

refrensi penelitian selanjutnya dengan judul hubungan peran

kader terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TB paru

melakukan pengambilan sampel yang lebih banyak dan

menambahkan variable.
72
DAFTAR PUSTAKA

Hilmawan, R. G., & Kencana, U. B. (2021). Peran Kader Puskesmas Terhadap


Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sukalaksana Kota
Tasikmalaya. 21, 126–133.
Kristini, T., & Hamidah, R. (2020). Potensi Penularan Tuberculosis Paru pada
Anggota Keluarga Penderita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia,
15(1), 24. https://doi.org/10.26714/jkmi.15.1.2020.24-28
Muchtar, N. H., Herman, D., & Yulistini, Y. (2018). Gambaran Faktor Risiko
Timbulnya Tuberkulosis Paru pada Pasien yang Berkunjung ke Unit DOTS
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(1),
80. https://doi.org/10.25077/jka.v7i1.783
Saragih, F. L., & Sirait, H. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan
Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Tb Paru Di
Puskesmas Teladan Medan Tahun 2019. Jurnal Riset Hesti Medan Akper
Kesdam I/BB Medan, 5(1), 9–15. https://doi.org/10.34008/jurhesti.v5i1.131
Sulidah, S. (2021). Pemberdayaan Kader Kesehatan Dalam Pengendalian
Tuberkulosis Di Wilayah Pesisir Melalui “Program Ketuk Pintu.” Jurnal
Pengabdian Dharma Bakti, 1(1), 18. https://doi.org/10.35842/jpdb.v1i1.126
Sugianto. (2016). Pengobatan Tuberkulosis Pedoman untuk Program-program
Nasional. Jakarta: Hipokrates.

Niven N. (2017). Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Yulianto. (2014). Pengaruh Kepatuhan Penggunaan Obat pada Pasien
Tuberkulosis Terhadap Keberhasilan Terapi di Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat di Surakarta. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta Surakarta.
Morisky, D. & Munter, P. (2016). New Medication Adherence Scale Versus
Pharmacy Fill Rates In Senior With Hipertention, American Jurnal Of Managed
Care, Vol.15 No. 1.
Morisky, D. & Munter, P. (2016). New Medication Adherence Scale Versus
Pharmacy Fill Rates In Senior With Hipertention, American Jurnal Of Managed
Care, Vol.15 No. 1.
Sugianto. (2016). Pengobatan Tuberkulosis Pedoman untuk Program-program
Nasional.
Skinner, B. F. (2016). Science and Human Behaviour. New York: McMillan.

73
74

Amira DA, I. (2018). Hubungan Antara Peran Pengawas Menelan Obat (Pmo)
Dengan Keberhasilan Pengobatan Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas
Tarogong Garut. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keperawatan, Analis Kesehatan Dan Farmasi, 18(2), 178–184.
https://doi.org/10.36465/jkbth.v18i2.402
Khusnah, R. R. (2020). Hubungan Peran Pengawas Menelan Obat (Pmo)
Dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Penderita Tbc Di Wilayah Kerja
Puskesmas …. http://repository.stikeskepanjen-
pemkabmalang.ac.id:8080/xmlui/handle/123456789/192
Suharyo. (2016). Determinasi Penyakit Tuberkulosis di Daerah Pedesaan. Jurnal
Kesmas Volume 1 Nomor 2. Universitas Negeri Semarang
Werdhani RA. (2017). Patofisiologi, Diagnosis dan Klasifikasi Tuberkulosis
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi dan Keluarga. Jakarta:
UI Press.
Ginanjar, G. (2018). TBC pada Anak. Jakarta: Dian Rakyat.

Soemantri, I. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Anton, T, W. (2015). Karakteristik Tb Paru Dewasa di Balai Besar Kesehatan


Paru. Masyarakat Surakarta Tahun 2015. Skripsi. Universitas Surakarta
Widmann, F. K. (2015). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Alberta, L. T., Tia, D., Tyas, P., Muafiroh, A., & Yuniarti, S. (2021). Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Puskesmas
Pacarkeling Surabaya. 19(1), 20–25. https://doi.org/10.35882/jpk.v19i1.5
Jakarta, U. M., Paru, T., & Anak, P. (2020). Indonesian Journal of Nursing
Science and Practice. 1, 35–41.
Kelamin, B. J. (2020). No Title. 08, 135–140.
Mardjoen, M. M., Kepel, B. J., Tumurang, M. N., Universitas, P., & Ratulangi, S.
(2019). No Title. 2.
Matematika, J. I., & Amin, M. Al. (2017). MATH unesa. 2(6).
Paru, T., Rumah, D. I., Wahab, S. A., & Samarinda, S. (2018). Jurnal Kesehatan
Pasak Bumi Kalimantan ( Publikasi Artikel Scince dan Art Kesehatan,
Bermutu, Unggul, Manfaat dan Inovatif) JKPBK Vol. 1. No. 1 Juni 2018.
1(1).
Tandang, F., Lidesna, A., Amat, S., Pakan, P. D., Merokok, U. M., Merokok, L.,
Profil, D., Kota, K., & Cendana, U. N. (2018). HUBUNGAN KEBIASAAN
75

MEROKOK PADA PEROKOK AKTIF DAN DI PUSKESMAS SIKUMANA


KOTA KUPANG. 15, 382–390.
Umur, H. A., Kelamin, J., Hunian, D. A. N. K., Kesehatan, F., Universitas, M., &
Ratulangi, S. (n.d.). UMUM DAERAH NOONGAN Elisa S . Korua * , Nova
H . Kapantow * , Paul A . T Kawatu
Wahyuningsih, D., & Artikel, I. (2020). HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC
HEALTH. 4(Special 3), 529–539.
76

LAMPIRAN
77

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya Mahasiswa Prodi SI Keperawatan Universitas Muhammadiyah


Tangerang, bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Peran
Kader Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB Paru di Puskesmas
Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang”.

Saya mengharap partisipasi anda dalam penelitian yang saya lakukan, saya
menjamin kerahasiaan dan identitas Anda. Informasi yang anda berikan hanya
semata-mata digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak di
gunakan untuk maksud lain.

Apabila Anda bersedia menjadi responden, Anda mengisi dan memberi


tanda ckelis setuju di lembar persetujuan menjadi responden dan jika anda tidak
bersedia menjadi responden, anda berhak meninggalkan tempat penelitian. Atas
perhatian dan kesediaan anda saya mengucapkan terimaksih.

Tangerang, 2021

Peneliti

Ryan Nur Febriana


78

KUESIONER
HUBUNGAN PERAN KADER TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT
PADA PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS SALEMBARAN JAYA
KABUPATEN TANGERANG

Tujuan :
Kuisioner ini dirancang untuk mengetahui : “Hubungan Peran Kader
Terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis (TB)”.
Petunjuk Umum pengisian Kuisioner:
1. Bacalah pernyataan yang diberikan dengan baik sehingga dimengerti
2. Mengisi seluruh nomor pernyataan tanpa bantuan orang lain
3. Setiap pernyataan hanya berlaku untuk satu jawaban
4. Pada kuisioner berilah satu tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan
pertanyaan yang diberikan
5. Jika ingin mengganti jawaban cukup dengan mencoret jawaban pertama
dengan tanda (=), kemudian beri tanda (√) pada jawaban terakhir
6. Jika mengalami kesulitan dalam menjawab dapat menanyakan langsung kepada
peneliti.

A. DATA RESPONDEN:
1. Inisial responden :
2. Pendidikan :
3. Pekerjaan :
4. Usia :
79

5. Jenis kelamin :
Terdapat pilihan jawaban yang disediakan untuk pertanyaan :

1 = TIDAK PERNAH, Jika tidak sesuai dengan saya sama sekali

2 = KADANG-KADANG, Jika sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu

3 = SERING Jika sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan

4 = SELALU, Jika sangat sesuai dengan saya

1. Peran Kader

No
PERTANYAAN TP KK SR SL

1 Apakah kader aktif dalam menjelaskan tentang pengertian


penyakit tuberculosis?
2 Apakah Kader pernah menjelaskan tentang cara mendeteksi
dini penyakit Tuberkolosis?
3 Apakah Kader pernah mengkomunikasikan dengan anggota
keluarga tentang deteksi dini TB dan pencegahannya?
4 Apakah kader akitf dalam memberikan  penyuluhan  
pencegahan dan penanggulangan penyakit tuberkulosis
bersifat perodik/rutin?
5 Apakah kader saat penyuluhan anda berdiskusi dengan
kelompok tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit
tuberkulosis?
6 Apakah di wilayah anda terdapat kader yang sering
memberikan informasi dan membantu sosialisasi penyakit
tuberculosis?
7 Apakah anda pernah mendengar/mendapatkan informasi
tentang penyebab penyakit tuberkulosis dari Kader?

8 Apakah kader dalam memberikan penyuluhan pesan atau


komunikasi yang diberikan mudah anda mengerti dan
pahami?
9 Apakah anda pernah mendengar/mendapatkan informasi
tentang penyebab penyakit tuberkulosis dari Kader?
10 Apakah anda pernah mendengar/mendapatkan informasi cara
penularan  penularan, tuberkulosis, gejala-gejala yang
mencurigakan dan cara pencegahannya dari Kader?
80

11 Apakah Kader pernah mendiskusikan tentang deteksi penyakit


TB ?

12 Apakah anda pernah mendengar/mendapatkan informasi dari


Kader kemungkinan terjadinya efek samping obat dan
perlunya segera meminta pertolongan ke unit pelayanan
kesehatan

2. Kepatuhan Minum Obat


Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan yang anda rasakan dan anda
lakukan selama pengobatan.
1 : Tidak pernah
2 : Kadang-kadang
2 : Sering
3 : Selalu

No
PERTANYAAN TP KK SR SL

1 Apakah Anda terkadang lupa untuk minum obat?

2 Pernahkah Anda tidak minum obat selain karena alasan


lupa?
3 Pernahkah berhenti minum obat dan tidak memberi tahu
dokter Anda?
4 Pernahkah Anda lupa membawa obat saat dalam perjalanan?

5
Apakah kemarin Anda minum obat dengan lengkap?
6 Apakah Anda pernah berhenti untuk minum obat saat tidak
ada gejala?
7
Apakah Anda pernah kesal dengan rencana pengobatan
Anda yang lama?
8 Apakah Anda sering lupa untuk minum obat Anda?
81

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 36-45 27 42.9 60.0 60.0
lebih dari 45 18 28.6 40.0 100.0
Total 45 71.4 100.0
Missing System 18 28.6
Total 63 100.0

jeniskelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 28 44.4 62.2 62.2
perempuan 17 27.0 37.8 100.0
Total 45 71.4 100.0
Missing System 18 28.6
Total 63 100.0

pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak bekerja 5 7.9 11.1 11.1
petani 15 23.8 33.3 44.4
buruh 23 36.5 51.1 95.6
wiraswsta 2 3.2 4.4 100.0
Total 45 71.4 100.0
82

Missing System 18 28.6


Total 63 100.0

pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak tamat sd 8 12.7 17.8 17.8
sd 3 4.8 6.7 24.4
smp 26 41.3 57.8 82.2
sma 8 12.7 17.8 100.0
Total 45 71.4 100.0
Missing System 18 28.6
Total 63 100.0

peran_kader
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang aktif 14 22.2 31.1 31.1
Aktif 31 49.2 68.9 100.0
Total 45 71.4 100.0
Missing System 18 28.6
Total 63 100.0

kepatuhan minum obat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak patuh 18 28.6 40.0 40.0
patuh 27 42.9 60.0 100.0
Total 45 71.4 100.0
83

Missing System 18 28.6


Total 63 100.0

Correlations
kepatuhan minum
peran_kader obat
peran_kader Pearson Correlation 1 .431**
Sig. (2-tailed) .003
N 45 45
**
kepatuhan minum obat Pearson Correlation .431 1
Sig. (2-tailed) .003
N 45 45
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
totalx .102 45 .200* .956 45 .085
*
totaly .082 45 .200 .987 45 .876
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

peran_kader * kepatuhan minum obat Crosstabulation


kepatuhan minum obat
tidak patuh patuh Total
peran_kader Kurang aktif Count 10 4 14
Expected Count 5.6 8.4 14.0
% of Total 22.2% 8.9% 31.1%
84

Aktif Count 8 23 31
Expected Count 12.4 18.6 31.0
% of Total 17.8% 51.1% 68.9%
Total Count 18 27 45
Expected Count 18.0 27.0 45.0
% of Total 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 8.364 1 .004
b
Continuity Correction 6.571 1 .010
Likelihood Ratio 8.416 1 .004
Fisher's Exact Test .007 .005
Linear-by-Linear Association 8.178 1 .004
N of Valid Cases 45
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.60.
b. Computed only for a 2x2 table

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 45
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 3.90748701
Most Extreme Differences Absolute .104
Positive .070
Negative -.104
Test Statistic .104
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
85

d. This is a lower bound of the true significance.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


totalx Totally
N 45 45
Normal Parametersa,b Mean 32.00 21.00
Std. Deviation 4.036 4.563
Most Extreme Differences Absolute .102 .082
Positive .081 .076
Negative -.102 -.082
Test Statistic .102 .082
c,d
Asymp. Sig. (2-tailed) .200 .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Statistics
totalx totaly
N Valid 45 45
Missing 0 0
Mean 32.00 21.00
Median 33.00 22.00
a
Mode 30 19a
Range 15 20
Sum 1467 975
a. Multiple modes exist. The smallest value is
shown
86

Variabel X Peran Kader

Nomor Hasil Uji Keterangan R Tabel


Pertanyaan Validitas
1 0.740 Valid
2 0.592 Valid
3 0.729 Valid
4 0.687 Valid
5 0.794 Valid 0.361
6 0.814 Valid
7 0.844 Valid
8 0.410 Valid
9 0.654 Valid
10 0.834 Valid
11 0.665 Valid
12 0.764 Valid

Variabel Y Kepatuhan Minum Obat

Nomo Hasil Ketera R


r Uji ngan Tabe
Perta Validita l
nyaa s
n
1 0.380 Valid
2 0.747 Valid
3 0.606 Valid
4 0.701 Valid
5 0.442 Valid 0.361
6 0.600 Valid
87

7 0.523 Valid
8 0.521 Valid

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.813 20
88
89
90
91

DAFTAR HADIR BIMBINGAN SKRIPSI FAKULTAS

ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


TANGERANG

Judul Skripsi : HUBUNNGAN PERAN KADER TERHADAP


KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB
PARU DI PUSKESMAS SALEMBARAN JAYA
KABUPATEN TANGERANG

Nama Mahasiswa : Ryan Nur Febriana

Nim : 1714201035

Program Studi : S1 Keperawatan

Pembimbing 1 : Ns. Hera Hastuti, S.Kep.,M.Kep., Sp.kep.Kom

Media
Materi
No Tanggal Bimbinga Saran Paraf
Bimbingan
n
1. Senin Refisi Judul Tatap
19 april muka - Dalam
2021 pembuatan judul
harus sesuai
dengan bidang
- Harus ada Gab
nya
- Kita harus
mengidentidikasi
dulu atau
wawancara dulu
ke calon
responden kita
agar mendapat
gab yang jelas
92

- Dari judul yang


2. Senin Bab 1 Zoom di dapat tentukan
3 mei poin poin
2021 segitiga kebalik
yang berurutan
- Jangan
memasukan
sebuah tema di
tema lain.
- Tentukan Gab
nya /
permasalahan
yang dapat di
teliti sesuai
dengan judul
yang akan
diteliti.

- Bab 1 fenomena
3. Selasa Pembahasan Zoom nya harus jelas.
18 mei Bab 1-2 - Penetapan per
2021 sub tidak boleh
di campur dan
harus sesuai
dengan segitiga
kebalik
- Identivikasi
masalah harus
sesuai dengan
latar belakang
- Yang sekiranya
teori tidak sesuai
dengan
pertanyaan tidak
usah
dimasukkan

- Perhatikan
4. Rabu Pembahasan Zoom Sampul: Logo,
19 mei BAB1-3 penulisan judul,
93

2021 ukurang Huruf,


Spasi.
- Identifikasi
masalah harus
ada minimal 4,
kita dapatkan
dari masalah
yang ada di latar
belakang
- Tujuan khusus
harus sesuai
denga nama
yang mau kita
teliti
- Tinjauan Teori
harus disamakan
dengan apa yang
kita mau teliti
jangan
memasukan poin
yang tidak
penting.
- Perhatikan
maksud dari
panah kerangka
konsep
- perhatikan
kriteria inklusi
dan ekslusi
94

DAFTAR HADIR BIMBINGAN SKRIPSI FAKULTAS

ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

Judul Skripsi : HUBUNNGAN PERAN KADER TERHADAP


KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB
PARU DI PUSKESMAS SALEMBARAN JAYA
KABUPATEN TANGERANG

Nama Mahasiswa : Ryan Nur Febriana

Nim : 1714201035

Program Studi : S1 Keperawatan

Pembimbing 1 : Ns. Hera Hastuti, S.Kep.,M.Kep., Sp.kep.Kom

No Tanggal Materi Media Saran Paraf


Bimbingan Bimbingan
Sabtu 9 Bab 1-4 online  Di bab 3 di definisi
oktober operasional harus
2021 nyambung ke
tujuan khusus
 Di abstrak harus
dimasukin hasil
bivariat
 Kata- kata proposal
di ganti dengan
Bahasa skripsi
 Pembahasan cukup
95

1 kalimat hasil dari


penulisan.

2. Sabtu 9 BAB 5 Tatap muka  Unuk


oktober persentasinya tidak
2021 perlu dimasukan
hanya hasilnya saja

 Dan saran di
samain dengan
manfaat penelitian

3. Kamis 14 Bab 1-4 Tatap muka  Abstrak diperbaiki


oktober  Ditambakan
2021 demografi di
definisi operasional
 Ditambahkan
ditujuan khusus
demografinya
 Ditambahkan di
bab 2 tentang
demografi
usia,jenis
kelamin,Pendidikan
dan pekerjaan
4. Kamis 14 BAB 5 Tatap muka  Di bab 5 untuk
oktober sarahn tidak boleh
2021 % nya dimasukin
 Keterbatsan
penelitian
diperbaiki
96

DAFTAR HADIR BIMBINGAN SKRIPSI


FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH TANGERANG

Judul Skripsi : “Hubungan Peran Kader Terhadap Kepatuhan


Minum Obat Pada Pasien TB Paru Di Puskesmas
Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang"

Nama Mahasiswa : Ryan Nur Febriana


NIM : 1714201035
Program Studi : S1 Keperawatan
Pembimbing II : Rizkiyani Istifada,M.Kep.,Ns. Sp.Kep.Kom

No Tanggal Materi Saran Paraf


Bimbingan
1 Jumat 21 Revisian bab 1- -Perhatikan penulisan
mei 2021 2 paragraf, minimal 1
paragraf 3 kalimat

-Perhatikan tanda
hubung titik komanya

-Perhatikan penulisan
huruf kapitalnya,ex :
nama tempat,nama
orang

-Tujuannya apa untuk


menjelaskan secara
detail hasil penelitian
ini.

Silahkan diringkas
dengan baik
korelaksikan dengan
kalimat selanjutnya
97

-Tambahkan
pembahasan mengenai
peran kader di
keperawatan komunitas

- Tambahkan sumber
referensi nya
2 Sabtu 22- Revisian Bab -Masih banyak
Mei-2021 3 penulisan yang typo

-pertanyaan terbuka
artinya pertanyaan
wawancara dong
pelajari pertanyaan
terbuka dan tertutup.
-jadi uji validitas itu
pada kuesioner
penelitian ini ada di
variabel apa?

-mohon jelaskan data


sekunder dalam
penelitian ini contoh
data sekundernya
seperti apa

-Masih ada yang Typo


3 Selasa 25-
- Harusnya
mei-2021
menggunakan
Revisian bab 1-
pertanyaan tertutup
3
bukan pertanyaan
terbuka

-perbaiki data uji


validitas
98

DAFTAR HADIR BIMBINGAN SKRIPSI


FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH TANGERANG

Judul Skripsi : “Hubungan Peran Kader Terhadap Kepatuhan


Minum Obat Pada Pasien TB Paru Di Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten
Tangerang"

Nama Mahasiswa : Ryan Nur Febriana


NIM : 1714201035
Program Studi : S1 Keperawatan
Pembimbing II : Rizkiyani Istifada,M.Kep.,Ns. Sp.Kep.Kom

No Tanggal Materi Saran Paraf


Bimbingan
1 Rabu 6 Bab 1-5 - Judul harus mengkrucut
oktober 2021 - Abstrak nya diperbaiki
- Di bab 1
- Masukan penguji
- Perbaiki Bahasa kurang
efektif
- Tambahkan sitasi
Nama, tahun

- Bahasa paraphrase
- Sitasi
- Jumlah peran yg sedang
dilakukan pengawasan mo
oleh pkm

- Dibab ll dipersingkat
- Kerangka teori diperbaiki
- Bab lll ditambahkan
kriteria inklusi dan ekslusi
- Mean dapat mana
sehingga bisa
dikatagorikan
- Ditambahkan sitasi/
refensi perhatikan
99

penulisannya
- Di perbaiki kerangka teori
- Dibab IV menjawab tujuan
khusus di bab 1
- Di bab V menjawab tujuan
khusus
100

2 Rabu 13 Bab 1-5 - Di abstrak perhatikan


oktober huruf kapitalnya
- Perhatikan penulisan huruf
kapitalnya
- masih belum ada
diskusinya
- perhatikan penulisan nama
tempatnya di Puskesmas
Salembaran Jaya

- Di bab 1 perhatikan huruf


kapitalnya
- Perhatikan penulisan
nama tempat
- Perhatikan nilai mean di
bab 3
-
- Di bab lv perbaiki fontnya
- Di bab V
Keismpulannya
menjawab tujuan. Berapa
persen persepsi
masyarakat terhadap
kader yang aktif dan tidak
aktif
- Ini juga berapa persen
yang patuh minum obat
- mohon di deskrifkan
dengan lebih oprasional
- Kalimatnya menjawab
tujuan penelitian, bukan
semua kata tujuan
dimasukkan ke
kesimpulan juga
- Menambah pengetahuan
masih kontekstual, pilih
kata leboh operasional
101
102
103
104
105

Anda mungkin juga menyukai