Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOMALASIA PADA ANAK

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

oleh

Kelompok 7 / Kelas A

Dina Setia Indah Sari 172310101008


Lovina Oktrivia Ivanik 172310101022
Riza Aminiyah 172310101010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019

i
ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOMALASIA PADA ANAK

TUGAS KEPERAWATAN ANAK


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Ns. Ira Rahmawati, M.Kep, Sp.Kep.An

oleh
Kelompok 7 / Kelas A
Oleh:
Dina Setia Indah Sari 172310101008
Lovina Oktrivia Ivanik 172310101022
Riza Aminiyah 172310101010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Anak
yang berjudul “asuhan keperawatan bronkomalasia pada anak“ sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.

Pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh
pembelajaran di semester ini. Didalam pengerjaan makalah ini telah melibatkan
banyak pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, kami
sampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ns. Ira Rahmawati, M.Kep, Sp.Kep.An selaku Dosen Penanggung


Jawab Mata Kuliah Keperawatan Bedah
2. Semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam pembuatan makalah
ini
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 8 September 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ i
HALAMAN COVER ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 1
1.3 Manfaat .............................................................................................. 1

BAB II STUDI LITERATUR (Konsep Penyakit)


2.1 Definisi ............................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi .......................................................................................... 2
2.3 Patofisiologi ....................................................................................... 2
2.4 Penatalaksanaan ................................................................................. 3

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian ........................................................................................... 5
3.2 Diagnosa ............................................................................................. 9
3.3 Intervensi ............................................................................................. 10
3.4 Pendidikan Kesehatan ......................................................................... 14
3.5 Leafleat ............................................................................................... 19
BAB IV WOC .................................................................................................. 20
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan .............................................................................................. 21
5.2 Rekomendasi Isu Menarik.................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bronchomalasia merupakan seuatu keadaan dimana terjadi kelainan
struktur pada tulang rawan trakea, hal tersebut akan menjadi lemah,
dkkarenakan kurang dana tau atrofi serat elastic longitudinal pars
membranasea dan mudah kolaps terutama saat adanya peningkatan alisan
udara. Bronchomalasia ini sering terjadi pada tulang rawan ketiga distal di
trakea yang berkaitan dengan kelainann kongietal.
Bronchomalasia diklasifikasikan menjadi dua yaitu primer dan
sekunder. Bronchomalasia ini dapat bermanifestasi seperti kesulitan minum,
suara parau, afonia, riwayat breath holding serta bunyi suara napas stridor.
Pada penelitian Holinger terdapat 219 klien dengan stridor, kelainan kongietal
pada laring dan trakea menempati urutan pertama (60,3%) dan kedua (16%).
Penyebab tersering keadaan stridot pada bayi adalah bronkomalasia sebagai
kelainan kongiental. Terdapat 59,8% dan 45,7% pada bayi dan anak-anak
yang telah mengidap penyakit ini. Dari 512 pasien yang telah dilakukan
bronkoskopi ditemukan 160 anak-anak yang teridiagnosa bronchomalasia.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian bronkomalasia
b. Mengatahui klasifikasi bronkomalasia
c. Mengetahui etiologi bronkomalasia
d. Mengetahui patifisiologi bronkomalasia
e. Mengetahui manifestasi klinis bronkomalasia
f. Mengetahui pathway bronkomalasia
g. Mengetahui asuhan keperawatan bronkomalasia

1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembanding
dalam pembuatan tugas yang sama.
1.3.2 Tenaga Kesehatan
Makalah ini bisa dijadikan bahan acuan untuk melakukan tindakan
asuhan keperawatan pada kasus yang sama .
1.3.3 Instansi
Agar tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Bronkomalasia sering ditemukan bersama dengan kasus trakeomalasia
lebih sering ditemukan pada neoatus prematur dan down syndrome (M.
Anthony,dkk. 2016). Bronchomalacia adalah obstruksi jalan napas akibat dari
penurunan elastisitas kartilago pada saluran pernapasan. Bronkomalasia
adalah salah satu penyebab obstruktif saluran nafas ireversibel pada anak
yang diakibatkan oleh masalah bawaan atau kongenital ditandai dengan
tulang rawan yang melemah pada dinding bronkus sehingga mengalami
penurunan inspirasi sehingga menyebabkan terperangkapnya sekresi di jalan
napas (Children’s National Health System, 2016).
Kesimpulan dari Bronkomalasia adalah penyakit bawaan dari lahir akibat
dari penurunan elastisitas tulang rawan sehingga terjadi penyempitan jalan
napas pada bronkus ditandai dengan suara wheezing dan sesak napas.

2.2 Klasifikasi
Bronkomalasia pada anak dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
bronkomalasia primer (penyakit kongenital) dan sekunder (penyakit didapat)
Bronkomalasia Primer
a. Disebabkan oleh defisiensi pada cairan kartolagi
b. Diklasifikasikan sebagai kelainan kongiental
Bronkomalasia Sekunder
a. Merupakan kelainan didapat (bukan kongiental)
b. Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik, dapat dari pelebaran pembulu-
pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik

2.3 Patofisiologis
Bronkomalasia terjadi akibat dari degenerasi struktur kartilago jalan
napas yang sering ditemukan pada bayi prematur. Ketika inhalasi, udara yang
masuk melalui hidung dan mulut yang terbagi menjadi 2 cabang (bronkus
kanan dan kiri). Trakea dan bronkus terdiri dari cincin dari kartilago, apabila
kartilago ini melemah maka proses inhalasi terganggu. Pada bayi cicin pada
kartilago trakea terbuka sehingga udara yang dihirup akan lebih leluasa
masuk dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin mengalami penurunan
elastisitasnya maka trakea akan menutup sendiri jalan napas. Hal ini akan
memungkinkan terjadinya wheezing, batuk, sesak napas. Faktor resiko pada
penyakit bronkomalasia ini hampir sama dengan trakeomalasia yang
berakibatkan dari instubasi endotrakeal sehingga mengakibtakan pada
peningkatan tekanan jalan napas dan infeksi berulang sehingga terjadi
degenerasi kartilago trakea. Sebagian kasus bronkomalasia terjadi
3

penyempitan saluran berlebih pada trakea terutama saat tekanan intrathoraks


saluran napas kecil lebih besar dibanding intralumen bronkus, misalnya saat
ekspirasi paksa, batuk sehingga jalan napas kolaps selama respirasi (Hysinger
E.B, 2018).

2.4 Penatalaksanaan Medis


a. Inhalasi Ipratropium Bromide
Terapi Inhalasi adalah terapi dimana obat dikirim langsung menju
paru-paru dengan menggunakan alat tertentu. Kelebihan dari pemberian
obat secara langsung ke jalan nafas atau inhalasi sebagai berikut efek
langsung ke target pengobatan, efektif untuk mencapai konsentrasi tinggi
di jalan nafas, tidak nyeri, relatif mudah digunakan dengan petunjuk yang
benar karena relatif kecil, ringan dan mudah dibawa kemanapun. Obat
yang digunakan untuk terapi penyakit Bronchomalacia yaitu ipratropium
bromide. Cara kerja dari Ipratropium Bromide yaitu dengan melebarkan
diameter saluran nafas. Dalam penggunaan Ipratropium memiliki efek
samping yaitu mulut kering dan iritasi tenggorokan. Namun dari hal itu
efek samping yang perlu di waspadai adalah acute angle closure glaucoma
karena dapat berpotensi menyebabkan kebutaan (Lorensia dan Rivan,
2018).

b. Resusitasi Ventilasi Tekanan Positif


Ventilasi tekanan positif merupakan usaha dalam membantu
pernapasan dalam tindakan resusitasi. Untuk batas tekanan yang
direkomendasikan adalah 20 cmH2O dan tidak boleh lebih dari 30
cmH2O, hal ini dikarenakan apabila tekanan melebihi batas alveoli maka
akan terjadi kerusakan epitelium terutama bagian distal saluran pernapasan
(Ramadanti dan Iman, 2014).
c. Prosedur Pembedahan
Anak akan terdiagnosis terkena penyakit Bronkomalasia ketika bayi
atau anak tersebut positif dalam uji Bronchoscopy. Metode bronchopexy
adalah prosedur pembedahan untuk masalah bronkomalasia. Terapi bedah
4

hanya direkomendasikan pada gejala berat dan terjadi kegagalan terapi


konservatif (Shies H.F dkk, 2018).
5

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi
data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan) kemudian data dianalisis sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan
a. Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir,
suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan, alamat, nomor
register, tanggal datang ke rumah sakit, dan tanggal pengkajian.
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1. Diagnosa medik
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan
penjelasan dari singkatan-singkatan atau istilah medis terkait
bronkomalasia
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan paling mengganggu yang dirasakan
klien sehingga klien datang ke rumah sakit. Keluhan utama
yang dialami oleh penderita bronkomalasia yaitu sesak napas
disertai batuk dan pilek.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang
sekarang dialami sejak klien mengalami keluhan pertama
kalinya sampai klien memutuskan ke rumah sakit. Kronologis
kejadian yang harus diceritakan meliputi waktu kejadian,
cara/proses, tempat, suasana, manifestasi klinis, riwayat
pengobatan, persepsi tentang penyebab dan penyakit. Jika
terdapat keluhan nyeri maka disertai pengkajian nyeri
PQRST. Biasanya tanda yang awal muncul pada penderita
bronkomalasia adalah sesak napas, ditemuka suara wheezing,
batuk dengan suara brassy, infeksi pada saluran napas bawah
berulang, kelelahan dan apnea
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan
penyakit, dosis obat dan lama penggunaannya. Riwayat atau
pengalaman tentang kesehatan atau penyakit yang pernah
dialami, riwayat masuk rumah sakit, riwayat operasi, dan
riwayat kecelakaan. bronkomalasia, contohnya adanya
riwayat panas tinggi secara terus menerus, batuk dan pilek,
6

saat panas penderita diberi obat paracetamol sirup dari


puskemas.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga ada tidaknya yang pernah menderita
bronkomalasia. Digambar melalui genogram minimal 3
generasi terdahulu dan diberi tanda sesuai format yang
ditentukan.
c. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan.
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mendeskripsikan bagaimana pola kesehatan dan
kesejahteraan klien. Contohnya menjelaskan pada saat klien
sakit apa klien lakukan memilih berobat dengan meminum
obat yang dibeli di warung atau ke klinik terdekat. Pada klien
dengan bronkomalasia memilih berobat ke puskemas.
2. Pola Eliminasi
Berisi tentang karakteristik urin dan feses yang dikeluarkan.
Karakteristik tersebut meliputi frekuensi, jumlah, warna, bau,
berat jenis. Selain itu gangguan BAK dan BAB perlu
diperhatikan
3. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum klien terjangkit penyakit bronkomalasia,
kebanyakan memiliki aktivitas fisik yang normal. Setelah
klien terkena bronkomalasia klien mengalami
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari dikarenakan
mudah letih dan lelah, dan sering mengalami dyspnea.
4. Pola istirahat dan tidur
Klien dengan bronkomalasia kemungkinan akan terganggu
saat istirahat karena adanya dyspnea dan mengalami gangguan
tidur.
5. Pola persepsi sensor dan kognitif
Saat pengkajian berlangsung klien dengan bronkomalasia
biasanya masih tetap sadar tetapi pada saat ditanya mungkin
lama menjawab atau kurang lengkap menjawab karena adanya
nyeri dan rasa gatal pada area anus yang mengganggu.
6. Pola persepsi diri dan konsep diri
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri,
dan peran masing-masing individu. Pada klien dengan
bronkomalasia gambaran diri dan harga diri mungkin
terganggu karena mudah letih saat beraktivitas.
7. Pola peran dan hubungan sesama
7

Kebanyakan klien dengan bronkomalasia memiliki pola


hubungan lebih berkurang daripada sebelum menderita
penyakit. Hal ini terkait dengan penyakit yang dideritanya.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Pada klien bronkomalasia tidak mengalami gangguan pada
seksual reproduksinya.
9. Pola koping
Manajemen koping setiap individu berbeda-beda
tergantung dari berbagai faktor. Pada klien dengan
bronkomalasia stresor yang mungkin perlu ditanggulangi
mengenai masalah masalah ansietas karena perubahan status
kesehatan.
10. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan ini pada penderita
bronkomalasia berkaitan dengan klien percaya ia dapat
sembuh atau tidak dan ia mampu melakukan semua tindakan
untuk kesembuhan dirinya.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum :
Klien tampak sakit ringan/sedang/berat. Berat badan Sebagai
indikator untuk menentukan pemberian obat.
a) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pada klien dengan bronkomalasia juga sama dengan
klien lainnya pemeriksaan TTV meliputi pemeriksaan nadi,
tekanan darah, pola pernapasan, dan suhu tubuh. Tanda-tanda
vital pada klien dengan bronkomalasia biasanya pada
pemeriksaan pernapasan mengalami napas yang cepat dan
meningkat karena fungsi cincin kartilago melemah sehingga
inhalasi terganggu.
2) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi : kepala simetris, tidak ada perubahan distribusi
rambut, dan kulit kepala berminyak.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan
abnormal dibagian kepala.
b) Mata
Inspeksi : teliti adanya edema periorbita, eksoftalmus
(mata menonjol), anemis (+), kesulitan memfokuskan
mata, dan hilangnya alis mata.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan
abnormal pada kedua mata.
c) Telinga
8

Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.


Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal.
d) Hidung
Inspeksi : kebersihan terjaga namun ada cuping hidung
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
e) Mulut
Inspeksi : mukosa lembab, bibir pucat, tidak terdapat
karang gigi, dan lidah klien bersih.
Palpasi : tidak ada masalah.
f) Leher
Inspeksi : leher simetris
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.
g) Dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara
umum bentuk dada tidak ada masalah, pergerakan nafas
cepat, terdapat bunyi perkusi sonor. Auskultasi didapatkan
suara ronki basah halus pada daerah lobus bawah.
h) Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan pada bentuk
perut, dinding perut, bising usus, kaji adanya nyeri tekan
serta dilakukan palpasi pada organ hati, limfa, ginjal,
kandung kemih, yang ditentukan ada tidaknya nyeri pada
pembesaran pada organ tersebut, kemudian pada daerah
anus, rectum, dan genitalia. Pada klien dengan
bronkomalasia tidak ditemukan Distensi abdomen, nyeri
tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus.
i. Ekstremitas
Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya
rentang gerak keseimbangan dan gaya berjalan, biasanya
pada klien dengan bronkomalasia memiliki
pembengkakan pada ekstremitas bawah.
i) Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan
warna kulit normal, warna kuku normal serta CRT < 2
detik.. Namun apabila terjadi pendarahan maka warna
kulit dan kuku akan pucat, serta CRT > 2 detik.
j) Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi lokal. Pada klien dengan
bronkomalasia pengkajian pada keadaan lokal yaitu di
daerah dada. Pada penderita bronkomalasia apabila
9

dilakukan serangkaian tes maka akan didapati pola


pernapasan yang cepat serta bunyi wheezing dan
terkadang batuk.

3.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial
dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara
akuntabilitas dapat mengindentifikasikan dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga, merubah, membatasi, meningkatkan dan menambah
status kesehatan klien. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kemudian
diperoleh beberapa diagnosa diantaranya :
1. Ketidakefektifan pola napas b.d deformtias tulang rawan d.d pola napas
abnormal, perubahan ekskursi dada, takipnea
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mencerna makana d.d enggan makan, membran mukosa
pucat
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
10

3.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan keperawatan yang mencakup peletakan pusat tujuan pada pasien,
menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi agar tujuan tercapai. Pada tahap intervensi adalah pemberian
kesempatan pada perawat, pasien dan keluarga atau orang terdekat pasien untuk merumuskan suatu rencana tindakan keperawatan
agar masalah yang dialami pasien dapat teratasi. Intervensi adalah peruntuk tertulis yang memberikan gambaran tepat tentang
rencana keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan diagnosa keperawatan, sesuai kebutuhan.

No. Hari/tgl/ Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional


jam
1. Senin, 09 Domain 4. NOC no. 0415  Manajemen asma: Manajemen asma
September Aktivitas/istirahat Setelah dilakukan tindakan Mengidentifikasi, menangani, 1.untuk melebarkan
2019 Kelas 4. Respon keperawatan selama 3x24 dan mencegah reaksi saluran pernapasan
kardiovaskuler/pulmon jam diharapkan inflamasi/kontruksi di jalan sehingga frekuensi
al ketidakefektifan bersihan napas napas bisa kembali
(00032) jalan nafas dapat teratasi. 1. Ajarkan tekhnik yang tepat normal
Ketidakefektifan pola Dengan kriteria hasil: untuk menggunakan 2. Untuk
nafas 1. Frekuensi pernafasan pengobatan dan alat (misalnya, mengetahui
Definisi: inspirasi dipertahankan pada skala 2 inhaler, nebulizer, peak, flow penyebab pemicu
dan/atau ekspirasi yang (defiasi yang cukup, cukup meter) sehingga dapat
tidak memberi ventilasi berat dari kisaran normal) 2. Identifikasi pemicu yang mecegah terjadinya
adekuat menjadi 4 (defiasi ringan diketahui dan reaksi yang sesak napas
dari kisaran normal) biasanya terjadi 3. Untuk melatih
2. Irama pernafasan 3. Ajarkan klien untuk individu mandiri
dipertahankan pada skala 2 mengidentifikasi dan dalam melakukan
(defiasi yang cukup, cukup menghindari pemicu sebisa tindakan
berat dari kisaran normal) mungkin pencegahan
menjadi 4 (defiasi ringan  Monitor Pernapasan:
dari kisaran normal) Sekumpulan data dan analisis MonitorPernapasan
11

3. Kedalaman inspirasi keadaan pasien untuk 1. Untuk


dipertahankan pada skala 2 memastikan kepatenan jalan mengetahui
(defiasi yang cukup, cukup napas dan kecukupan kecepatan, irama,
berat dari kisaran normal) pertukaran gas kedalaman dan
menjadi 4 (defiasi ringan 1) Monitor kecepatan, irama, kesulitan bernapas
dari kisaran normal) kedalaman dan kesulitan sehingga mampu
4. Dispnea saat istirahat bernapas menentukan
dipertahankan pada skala 3 2) Auskultasi suara napas, normal tidaknya
(cukup) menjadi 5 (tidak catat area dimana terjadi pernapasan klien
ada) penurunan atau tidak 2. Untuk
5. Suara auskultasi napas adanya ventilasi dan mengetahui adanya
dipertahankan dari skala 3 keberadaan suara napas whezing atau tidak
(deviasi sedang dari kisaran tambahan 3. untuk membantu
normal) menjadi 5 (tidak 3) Berikan bantuan terapi membuka jalan
ada deviasi dari kisaran napas jika diperlukan napas klien atau
normal) memperlebar
saluran pernapasan
klien yang
mengalami
penyempitan
2. Senin, 09 Domain 2. Nutrisi NOC no.  Manajemen Nutrisi: 1. untuk mengetahui
September Kelas 1. Makan (00204) Setelah dilakukan tindakan Menyediakan dan status nutrisi bayi
2019 Ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 meningkatkan intake nutrisi 2. Untuk memantau
Nutrisi Kurang dari jam diharapkan adakah
yang seimbang
penurunan berat
Kebuthan Tubuh ketidakefektifan perfusi 1) Tentukan status gizi
badan pada bayi
Definisi: Asupan nutrisi jaringan perifer dapat pasien
3. Untuk menarik
tidak cukup untuk teratasi. Dengan kriteria 2) Timbang BB bayi bayi dan
memenuhi kebutuhan hasil: 3) Ciptakan lingkungan meningkatkan
metabolik 1. Hasrat keinginan untuk yang optimal pada saat napsu makan
12

makan dipertahankan mengkonsumsi makan 4. Untuk mencegah


dari skala 3 ( Cukup 4) Lakukan atau bantu mual atau muntah
terganggu) menjadi skala pasien terkait perawatan yang bisa
5 (tidak terganggu) mulut sebelum makan diakibatkan oleh
kondisi mulut
2. Intake makanan 5) Anjurkan pasien terkait
yang tidak sehat
dipertahankan dari skala dengan kebutuhan
5. Agar bayi
3 ( Cukup terganggu) makanan tertentu mendapatkan
menjadi skala 5 (tidak berdasarkan asupan gizi sesuai
terganggu) perkembangan atau usia dengan
3. Intake nutrisi kebutuhan yang
dipertahankan dari skala diperlukan oleh
3 ( Cukup terganggu) tubuh sesuai
menjadi skala 5 (tidak usianya.
terganggu)

3. Senin, 09 Domain 11. Status Pernafasan (0415) Manajemen Jalan Nafas (3140)
September Keamanan/perlindunga Setelah dilakukan perawatan 1. Posisikan pasien untuk 1. Untuk
2019 n selama 2x24 jam diharapkan memaksimalkan ventilasi membuka jalur
Kelas 1. Infeksi (00004) 1. suara auskultasi nafas 2. Lakukan fisioterapi dada, pernapasan
2. Untuk
Resiko infeksi dipertahankan pada skala 2 sebagaimana mestinya
menunjang
Definisi: rentan cukup berat, ditingkatkan 3. Buang secret dengan proses
mengalami infasi dan pada skala 4 kisaran normal memotivasi pasien untuk penyembuhan
multiplikasi organisme 2. kepantenan jalan nafas melakukan batuk atau pada organ yang
patogenik yang dapat dipertahankan pada skala menyedot lendit mengalami
mengganggu kesehatan. 2 cukup berat, 4. motivasi pasien untuk bernafas gangguan
ditingkatkan pada skala pelan, dalam, berputas, dan 3. Untuk
memebersihkan
4 skala normal batuk
jalan napas
Status pernafasan : 5. Gunakan teknik yang sehingga jalan
13

Kepatenan jalan nafas menyenangkan untuk napas terbuka


1. setelah dlakukan memotivasi bernafas dalam 4. Untuk
perawatan selama 2x24 jam kepada anak-anak memandirikan
pasien dalam
diharapkan – kemampuan
melatih
untuk mengeluarkan secret pernapasan
dipertahankan dari skala 2 5. Untuk membuat
cukup berat, ditingkatkan pasien senang
pada skala 4 kisaran normal dan
2. batuk dipertahankan pada mendapatkan
skala 3 cukup berat, hasil yang
optimal/
ditingkatkan pada skala 4
ringan
3. Akumulasi sputum
dipertahankan pada skala 2
berat, ditingkatkan pada
skala 4 ringan.
14

3.4 Pendidikan Kesehatan


SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
BRONKOMALASIA PADA ANAK

Topik : Bronkomalasia pada Anak


Sub Topik : Pengertian bronkomalasia, klasifikasi penyakit bronkomalasia,
tanda dan gejala dari penyakit bronkomalasia, penanganan medis
bagi anak yang menderita bronkomalasia, intervensi keperawatan
yang dapat dilakukan untuk anak penderita bronkomalasia,
evaluasi kegiatan
Sasaran : Ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita usia 1-59 bulan ( 0-5
tahun), ibu hamil dan warga desa Antirgo, Jember
Tempat : Balai Desa Bangsalsari, Jember
Hari / Tanggal : Kamis/ 12 September 2019
Waktu : 30 menit
Penyuluh : Mahasiswa Fakultas Keperawatan

I. Analisa Data
A. Kebutuhan Peserta Didik
Berdasarkan survei tepatnya di Desa Antirogo Kabupaten Jember,
memaparkan bahwa terdapat 2 klien yang menderita bronkomalasia akibat
kelainan koengenital. Menrut data WHO kematian bayi akibat kelainan
kongeietal menempati angka 303.000 kematian di tahun 2015. Angka
kelainan kongietal pada laring dan trakea menempati urutan pertama
(60,3%) dan kedua (16%). Penyebab tersering keadaan stridot pada bayi
adalah bronkomalasia sebagai kelainan kongiental. Terdapat 59,8% dan
45,7% pada bayi dan anak-anak yang telah mengidap penyakit ini.
Mengingat bahwa angka kejadian bronkomalasia pada anak cukup besar
dan mengingat bahwa bronkomalasia juga dapat menimbulkan komplikasi
pada sistem pernapasan anak oleh sebab itu perlunya diadakan penyuluhan
yang fungsinya untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat
khususnya para ibu yang memiliki balita yang belum mengetahui akan
15

penyakit bronkomalasia dan cara penanganan dari dampak yang di derita


anak bronkomalasia.
B. Karakteristik Peserta Didik
Ibu yang memiliki bayi dan balita usia 1-59 bulan ( 0-5 tahun) dan ibu
hamil.
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, diharapkan ibu yang memiliki anak
usia 1 bulan- 59 bulan ( 0-5 tahun) yang ada di Desa Antirogo Kabupaten
Jember lebih memperhatikan mengenai kelainan pada bayi baru lahir sehingga
ibu dapat meminimalisir dampak dari penyakit khususnya Bronkomalasia
III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit, diharapkan ibu-
ibu yang memiliki anak usia 1 -59 bulan ( 0-5 tahun) di Desa Antirogo mampu:
a. Mereka mampu mengetahui penyakit bronkomalasia pada anak
b. Mereka mengerti akan tanda dan gejala penyakit bronkomalasia pada anak
c. Mereka mengetahui tentang penanganan dampak dari penyakit
bronkomlasia
d. Mereka mampu mempraktekan kembali terapi inhalasi yang telah di
ajarkan
IV. Materi (Terlampir)
a. Pengertian dari Bronkomalasia
b. Klasifikasi bronkomalasia
c. Tanda dan gejala bronkomalasia
d. Penanganan medis bronkomalasia
e. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk anak penderita
bronkomalasia
V. Metode
Ceramah, diskusi dan praktik
VI. Media
Leaflet
16

VII. Kegiatan Penyuluhan


N Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
o
1 Pembukaa  Memberikan salam  Menjawab
n  Perkenalan salam
5 menit  Menjelaskan TIU dan TIK  Mendengarkan
 Menyebutkan materi yang akan dan
diberikan memperhatikan
2. Inti  Menanyakan (review) kepada  Menjawab
20 menit masyarat tentang pertanyaan
penimbangan balita setiap penyuluhan
bulan di posyandu.  Mendengarkan
 Menjelaskan materi tentang : dan
a. Pengertian dari memperhatikan
Bronkomalasia  Bertanya pada
b. Klasifikasi penyuluh bila
bronkomalasia masih ada yang
c. Tanda dan gejala belum jelas
bronkomalasia
d. Penanganan medis
bronkomalasia
e. Intervensi
keperawatan yang
dapat dilakukan untuk
anak penderita
bronkomalasia
f. evaluasi kegiatan
3 Penutup  Evaluasi  Menjawab
5 menit  Menyimpulkan pertanyaan
 Mengucapkan salam penutup  Memperhatikan
 Menjawab
17

salam

VIII. Evaluasi
a. Apa pengertian bronkomalasia pada anak ?
b. Apa klasifikasi dari bronkmalasia pada anak ?
c. Apa yang menjadi tanda dan gejala Bronkmalasia pada anak ?
d. Apa saja penanganan medis yang sesuai dengan bronkmalasia pada
anak?
e. Meminta kepada audiens untuk mempraktikan kembali apa yang
sudah diajarkan oleh mahasiswa

Lampiran
Materi
Materi Penyuluhan Penyakit Bronkomalasia pada Anak

1. Pengertian Bronkomalasia
Kesimpulan dari Bronkomalasia adalah penyakit bawaan dari lahir akibat dari
penurunan elastisitas tulang rawan sehingga terjadi penyempitan jalan napas
pada bronkus ditandai dengan suara napas wheezing, batuk dan sesak napas.
2. Klasifikasi dari Bronkomalasi
a. Bronkomalasia primer merupakan penyakit bawaan dikarenakan defisien
cincin kartilago
b. Bronkomalasia sekunder merupakan penyakit yang disebabkan oleh
kompresi ekstrensik dari pembulhndarah yang besar, cincin pembuluh
darah, atau kista bronkogenik
3. Tanda dan Gejala Bronkomalasia
Tanda dan gejala yang biasa dialami anak penderita bronkomalasia hampir
sama dengan anak yang mengalami gangguan pada pernapasan lainnya.
Namun yang membedakan hanyalah penyebabnya, jika pada anak yang
mengalami bronkomalasia dia akan batuk, mengi atau sesak nafas,
18

pernapasan berbunyi wheezing, hal ini dikarenakan adanya penyempitan pada


jalur pernapasan tepatnya pada bronkus dikarenakan defisien cincin kartilago.
4. Penanganan medis Bronkomalasia
Ada beberapa penanganan medis terhadap anak yang menderita
Bronkomalasia
A. Inhalasi Ipratropium Bromide
Terapi Inhalasi adalah terapi dimana obat dikirim langsung menju paru-
paru dengan menggunakan alat tertentu. Kelebihan dari pemberian obat
secara langsung ke jalan nafas atau inhalasi sebagai berikut efek langsung
ke target pengobatan, efektif untuk mencapai konsentrasi tinggi di jalan
nafas, tidak nyeri, relatif mudah digunakan dengan petunjuk yang benar
karena relatif kecil, ringan dan mudah dibawa kemanapun (Lorensia dan
Rivan, 2018).
B. Resusitasi Ventilasi Tekanan Positif
Ventilasi tekanan positif merupakan usaha dalam membantu pernapasan
dalam tindakan resusitasi. Untuk batas tekanan yang direkomendasikan
adalah 20 cmH2O dan tidak boleh lebih dari 30 cmH2O, hal ini
dikarenakan apabila tekanan melebihi batas alveoli maka akan terjadi
kerusakan epitelium terutama bagian distal saluran pernapasan (Ramadanti
dan Iman, 2014).
C. Prosedur Pembedahan
Anak akan terdiagnosis terkena penyakit Bronkomalasia ketika bayi atau
anak tersebut positif dalam uji Bronchoscopy. Metode bronchopexy adalah
prosedur pembedahan untuk masalah bronkomalasia. Terapi bedah hanya
direkomendasikan pada gejala berat dan terjadi kegagalan terapi
konservatif (Shies H.F dkk, 2018).
5. Langkah-langkah penggunaan inhaler
a. Duduk tegak atau berdiri
b. Kocok inhaler sebelum menghirupnya
c. Langsung tarik napas begitu menekan inhaler
d. Bersihkan mouthpiece setelah digunakan
e. Keringkan secara alami
19

f. Bersihkan inhaler setiap bulan


6. Hal-hal yang harus diperhatikan
a. Berikan jeda diantara setiap isapan apabila menggunakan lebih dari satu
isapan per dosis
b. Berikan jeda 3-5 menit apabila menggunakan bronkodilator kerja cepat,
namun untuk jenis lainnya berikan 1 ment setiap isapan.

3.5 Leafleat
20

BAB IV
WEB OF CAUSATION ATAU PATHWAY

4.1 Pathway

Kelainan kongenital

Defisiensi pada
cincin kartilago

Penyempitan saluran
napas kecil (bronkus)

Bronkomalasia

Ketidakefektifan
pola napas Dispnea

Batuk tidak efektif

Mudah terjadi infeksi Ketidakefektifan


di tulang rawan Akumulasi sekret bersihan jalan
napas

Resiko infeksi Pengeluaran energi


berlebihan

anoreksia kelelahan Intoleransi aktivitas

Ketidakseimbangan cemas Defisit pengetahuan


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ansietas
21

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bronkomalasia adalah penyakit bawaan dari lahir akibat dari
penurunan elastisitas tulang rawan sehingga terjadi penyempitan jalan napas
pada bronkus ditandai dengan suara wheezing dan sesak napas.
Bronkomalasia ini terdapat dua macam yakni bronkomalasia primer dan
bronkomalasia sekunder dimana hal ini dibedakan dari faktor penyebabnya.
Pada penyakit bronkomalasia cincin mengalami penurunan elastisitasnya
maka trakea akan menutup sendiri jalan napas. Hal ini akan memungkinkan
terjadinya wheezing, batuk, sesak napas. Adapun penanganan dari
bronkomalasia itu sendiri bisa melalui terapi inhalasi, VTP dan tindakan
pembedahan yang biasa disebut bronchoscopy. Sedangkan untuk diagnosa
utama dari penyakit bronkomalasia adalah ketidakefektifan pola nafas.

5.2 Rekmndasi Isu Menarik


22

DAFTAR PUSTAKA

Lorensia, A. dan R. V. Suryadinata. 2018. Panduan Lengkap Penggunaan


Macam-Macam Inhaler pada Gangguan Pernapasan. Surabaya: M-
Brother Indonesia.

Ramadanti, A. dan I. Hendarman. 2014. Faktor Risiko Kebocoran Udara


Pulmonal pada Neonatus yang Dirawat di Ruang Perawatan Neonatus
Intensif Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang. Salt Pediatri. Vol
15(6): 406

Shies H.F dkk, 2018. Descending Aortopexy and Posterior Tracheopexy for
Severe Tracheomalacia and Left Mainstem Bronchomalacia. Congenital
Heart Disease Scientific Session.

Children’s National Hospital. 2016


https://childrensnational.org/visit/conditions-and-treatments/ear-nose-
throat/bronchomalacia
(Diakses tanggal 2 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai