Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN PADA KASUS HERNIA DI RUANG POLI
BEDAH RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG

APLIKASI KLINIK KEPERAWATAN

oleh :

Riza Aminiyah
NIM 172310101033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan aplikasi klinis yang dibuat oleh:

Nama : Riza Aminiyah

NIM : 172310101033

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan


Pada Kasus Hernia Di Ruang Poli Bedah Rumah Sakit Daerah Balung

telah diperiksa dan disetujui oleh pembmbing pada:


Hari :
Tanggal :

Jember, Januari 2020

Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

( ) ( )
NIP. NIP.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul…………………………………………………………………i

Lembar Pengesahan……………………………………………………………...ii

Daftar Isi…………………………………………………………………………iii

BAB I Laporan Pendahuluan……………………………………………………1

A. Definisi………………………………………………………………….1
B. Epidemiologi…………………………………………………………....1
C. Etiologi……………………………………………………………….....2
D. Klasifikasi……………………………………………………………....2
E. Patofisiologi………………………………………………………….....5
F. Manifestasi klinik………………………………………………………5
G. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………..6
H. Penatalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi…………………...6
I. Pathway………………………………………………………………8

BAB II Konsep Asuhan Keperawatan…………..…………………………….9

A. Pengkajian……………………………………………………………..9
B. Diagnosa……………………………………………………………….15
C. Intervensi………………………………………………………………16
D. Evaluasi………………………………………………………………..18

Daftar Pustaka…………………………………………………………………19

iii
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu
organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita
(dapatan). Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskuloaponeurotik dinding perut (Sabiston, 2010 dalam Amrizal 2015).
Hernia adalah penonjolan sebuah jaringan atau struktur yang
melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-
bagian tersebut (Diyono, 2013)
Jadi, hernia ialah penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu
organ atau lemak praperitoneum, hernia dapat terjadi di beberapa bagian di
tubuh yaitu skrotum, inguinal, dinding abdomen atau diafragma.

Gambar 1. Macam-macam hernia


B. Epidemiologi
Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia
inguinal direk, indirek serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia
ventralis 10%, hernia umbilikus 3% dan hernia lainnya sekitar 3%. Pada
hernia inguinalis lebih sering pada laki-laki daripada perempuan
(Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015)
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri.
Perbandingan pria dan wanita pada hernia indirect adlah 7:1. Ada kira-kira
750.000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya diAmerika Srikat,
dibandingkn dengan 25000 untuk herniafemoralis, 166000 untuk hernia
umbilicus, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia abdomen.
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10% dari semua hernia
tetapi 40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi
atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-
laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal.
Menurut World Health Organization pada tahun 2005 hingga tahun
2010 penderita hernia mencapai 19.173.279 orang dengan sebaran
terbanyak di negara berkembang seperti negara Afrika, Asia Tenggara
termasuk Indonesia selain di negara berkembang di Inggris juga

1
ditemukan data dari operasi hernia ialah 10 dari 100.000 populasi dan di
Amerika dilaporkan 28 per 100.000 populasi yang ada (Aljubairy, 2017).
Sementara, mengacu pada Departermen Kesehatan Republik Indonesia di
indonesia pada bulan januari 2010 hingga Februari 2011 terdapat 1.243
orang dengan penyakit hernia.

C. Etiologi
Penyebab timbulnya hernia tidak terlepas dari meningkatnya tekanan
abdominal sehingga pada daerah yang memiliki dinding organ yang lemah
akan berkemungkinan untuk terjadinya hernia sebab tidak mampu untuk
menahan tekanan abdominal yang ada atau dapat terjadi karena
ketidaksempurnaan penutupan dari kanal atau celah yang terdapat pada
sekitar rongga abdomen, dibawah ini ialah etiologi dari terjadinya hernia
(Diyono, 2016) :
1. Konginetal atau bawaan sejak lahir
Seseorang yang sejak lahir sudah memiliki bawaan hernia cenderung
lebih rentan untuk terkena hernia pada masa dewasa atau tuanya hal ini
paling berhubungan dengan lemahnya dinding abdomen yang ada pada
tubuhnya sehingga mudah sekali terbentuk defek dan munculnya
hernia atau dapat juga terjadi apabila defek pada dinding abdomennya
tidak menutup secara sempurna sehingga ketika ada peningkatan
tekanan intra abdominal maka akan terjadi hernia.
2. Obesitas
Berat badan yang berlebihan dapat menyebabkan tekanan berlebih
pada tubuh manusia tak terkecuali pada bagian perut atau abdomen.
Peningkatan tekanan ini dapat menimbulkan terjadinya hernia terlebih
pada daerah yang memiliki dinding organ yang lemah.
3. Kehamilan
Pada saat hamil tekanan pada perut akan meningkat dan juga otot
mengalami pelemahan ataupun pada saat setelah kehamilan tepatnya
pada saat operasi seksio sesarea.
4. Mengejan yang terlalu berlebihan
5. Kelemahan dinding abdomen
6. Batuk kronis karena Penyakit Paru Obstruksi Kronis
7. Trauma atau regangan yang berat

D. Klasifikasi
Berdasarkan tempat terjadinya, hernia terbagi atas.2:
1. Hernia Femoralis
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi
hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar
dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa
ovalis (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
2. Hernia Umbilikalis

2
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang
hanya tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet dan
tidak adanya fasia umbilikalis (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
3. Hernia Paraumbilikus
Hernia paraumbilikus merupakan hernia melalui suatu celah di garis
tengah di tepi kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya.
Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga umumnya diperlukan
tindakan operasi untuk dikoreksi (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal
2015).
4. Hernia Epigastrika
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui
defek di linea alba antara umbilikus dan prosessus xifoideus
(Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
5. Hernia Ventralis
Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut
bagian anterolateral; nama lainnya adalah hernia insisional dan hernia
sikatriks (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
6. Hernia Lumbalis
Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua trigonum
masing-masing trigonum kostolumbalis superior (ruang Grijinfelt/lesshaft)
berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau
trigonum iliolumbalis berbentuk segitiga (Sjamsuhidayat, 2011 dalam
Amrizal 2015).
7. Hernia Littre
Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia berisi
divertikulum Meckle. Sampai dikenalnya divertikulum Meckle, hernia
littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus (Sjamsuhidayat, 2011
dalam Amrizal 2015).
8. Hernia Spiegheli
Hernia spieghell ialah hernia vebtralis dapatan yang menonjol di linea
semilunaris dengan atau tanpa isinya melalui fasia spieghel
(Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
9. Hernia Obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatorium
(Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
10. Hernia Perinealis
Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui otot
dan fasia, lewat defek dasar panggul yang dapat terjadi secara primer pada
perempuan multipara atau sekunder pascaoperasi pada perineum, seperti
prostatektomi, reseksi rektum secara abdominoperineal, dan eksenterasi
pelvis. Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiri atas otot levator

3
anus dan otot sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada
semua daerah dasar panggul (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
11. Hernia Pantalon
Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan
medialis pada satu sisi (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
Menurut sifatnya hernia terbagi atas:
1. Hernia reponibel
Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar ketika
berdiri atau mengejan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong
masuk ke dalam perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan
nyeri atau obstruksi usus (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
2. Hernia ireponibel
Hernia ireponibel apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut. Biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong
kepada peritoneum kantong hernia (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal
2015).
3. Hernia Inkaserata atau Hernia strangulate
Hernia inkaserata apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia inkaserata
lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang di sertai gangguan pasase,
sedangkan hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel
yang disertai gangguan vaskularisasi (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal
2015).
4. Hernia Richter
Hernia Richter apabila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus.
Komplikasi dari hernia richter adalah strangulasi sampai terjadi perforasi
usus (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
5. Hernia Interparietalis
Hernia yang kantongnya menjorok ke dalam celah antara lapisan dinding
perut (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
6. Hernia Eksterna
Hernia eksterna apabila hernia menonjol keluar melalui dinding perut,
pinggang atau perineum (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
7. Hernia Interna
Hernia interna apabila tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut, seperti foramen winslow, resesus retrosekalis
atau defek dapatan pada mesenterium setelah operasi anastomosis usus
(Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
8. Hernia Insipiens

4
Hernia yang membalut merupakan hernia indirect pada kanalis inguinalis
yang ujungnya tidak keluar dari anulus eksternus (Sjamsuhidayat, 2011
dalam Amrizal 2015).
9. Hernia Sliding
Hernia yang isi kantongnya berasal dari organ yang letaknya
ekstraperitoneal (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).
10. Hernia Bilateral
Defek terjadi pada dua sisi (Sjamsuhidayat, 2011 dalam Amrizal 2015).

E. Patofisiologi
Hernia terjadi ketika tekanan intra abdominal mengalami
peningkatan, misalnya pada saat melakukan aktivitas yang berat seperti
mengangkat beban yang berat, mengejan pada saat buang air besar terlalu
berlebihan atau batuk yang kuat. Pada saat terjadinya kenaikan tekanan
intra abdominal pada perut pada daerah perut yang memiliki dinding
abdomen yang lemah tidak mampu menahan tekanan yang ada sehingga
akan terjadi kerusakan pada dinding perut yang lemah pada awalnya akan
terbentuk celah atau lubang yang disebut defek, selanjutnya apabila terjadi
peningkatan tekanan intra abdomen yang terus terjadi maka organ tersebut
masuk kedalam defek di abdomen kemudian terperangkap sehingga
munculah benjolan pada dinding abdomen, ketika organ yang
terperangkap maka organ tidak akan mendapatkan cukup darah sehingga
akan terjadi hipoksia sel hingga kemungkinan terjadinya gangren (Grace
and Borley, 2006).
Selain terperangkap dalam celah atau defek yang ada di dinding
abdomen, organ-organ seperti lemak, peritonium dan usus juga dapat turun
melalui celah yang ada disekitar rongga abdomen pada saat terjadinya
peningkatkan tekanan intra abdomen yang secara terus menerus,
contohnya ialah celah hiatal, selakangan hingga masuk ke dalam skrotum.
Pada saat terjadinya peningkatkan tekanan intra abdominal yang
tinggi pada perut dan organ masuk kedalam defek kemungkinkan masih
bisa untuk dikembalikan dengan cara menekan benjolan tersebut namun
tidak dapat menyembuhkan atau dalam artian apabila terjadi peningkatan
tekanan intra abdominal kembali maka hernia juga akan kembali lagi.

F. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit
hernia ialah :
1. Tampak adanya benjolan pada area abdomen yang bersifat keras
ataupun dapat hilang pada saat berbaring
2. Nyeri di area benjolan
3. Obstruksi parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, mual, muntah
dan bising usus menurun

5
4. Obstruksi total dapat menimbulkan demam tinggi, syok, bising usus
tidak terdengar dan juga feses mengandung darah
5. Disuria
6. Konstipasi

Sementara untuk hernia hiatal manifestasi klinik yang muncul ialah


heartburn, mulas, disfagia dan juga sering merasa penuh walaupun sedikit
makan (Brunner dan Suddarth’s, 2013)

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan hernia
ialah, antara lain : (Brunner dan Suddarth’s, 2013 dan Diyono, 2016)
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi atau USG dilakukan untuk mendapatkan gambaran
dalam organ perut dan panggul.
2. MRI
MRI dapat digunakan untuk mendeteksi apakah ada robekan pada
dinding perut meskipun tidak ada benjolan.
3. Sinar X abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tampak adanya peningkatan atau ketidak
normalan kadar gas dalam usus atau terjadi obstruksi usus
4. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit menunjukkan
hemokonsentrasi atau terjadinya peningkatan hematokrit, peningkatan
sel darah putih atau leukosit sebanyak lebih dari 10.000 hingga
18.000/mm3 dan terjadinya ketidakseimbangan elektrolit.

H. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non-Farmakologi


1. Penatalaksanaan Farmakologi
Pasien dengan penyakit hernia membutuhkan obat-obatan seperti :
a. Obat anti inflamasi seperti ibu profen atau prednisolon.
b. Obat-obatan relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzapine
c. Obat analgesik untuk mengurangi nyeri apabila sudah terjadi
komplikasi.
2. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
Pasien dengan penyakit hernia dapat berikan terapi berupa :
a. Tirah baring dengan permukaan tempat tidur yang datar
b. Kompres hangat pada daerah nyeri
c. Terapi relaksasi otot progresif
3. Operasi
Operasi hernia dapat dilakukan dengan cara semi tertutup atau
laparoskopi dengan cara membuat sayatan kecil di dinding perut
kemudian memasukkan laparoskop yang dilengkapi oleh kamera dan
cahaya yang ada dibagian ujungnya. Selain dengan cara tertutup juga
dapat dilakukan dengan cara terbuka, dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut (Feliciano dkk, 2018) :

6
a. Herniotomi : membuang kantong hernia, hal ini dilakukan pada
pasien dengan hernia yang sudah nekrosis.
b. Herniorafi : membuang kantong hernia kemudian menjahit area
keluarnya hernia atau defek sehingga mampu memperkuat dinding
abdomen.
c. Hernioplasti : Tindakan ini dilakukan apabila defek berukuran
besar, defek tersebut akan ditutup menggunakan jaring sintesis
untuk menutup dan memperkuat dinding abdomen sehingga
mencegah hernia kambuh kembali.

7
I. Pathway atau WOC dari Hernia

Dinding abdomen tidak


↑ tekanan intra Penipisan dinding Riwayat Pembedahan Desensus
abdominal mampu menahan
Pekerjaan berat, hamil, abdomen / Obesitas Testis
tekanan
batuk dan bersin dgn
kencang scr terus Terbentuk
Mengejan sangat Prosesus tidak Peritonium
menerus Defek di dinding abdomen celah Nyeri akut
kencang menutup sempurna tertarik

Isi abdomen masuk defek Obstruksi otot


Defisit Nutrisi
dinding abdomen Ulserasi jaringan
Konstipasi
Munculnya benjolan
Kurang informasi Cemas Gangguan
Intake tdk
pola tidur
adekuat Mual / muntah Obstruksi Intestinal Hernia
Pre Operasi

Benjolan Prosesus
Ansietas hilang hilang Reversible Irreversible
timbul timbul

8
BAB II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses yang terstruktur dan sistematis, mulai dari
pengumpulan data, verifikasi data, dan komunikasi data tentang klien. Pada fase
pengkajian ini terdapat 2 langkah yaitu pengumpulan data dari klien (sumber
primer) dan keluarga, tenaga kesehatan (sumber sekunder) serta analisa data untuk
diagnosa keperawatan.
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal
MRS, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini
digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain sehingga pada
saat memberikan tindakan tidak terjadi kesalahan.
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1. Diagnosa Medis
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan penjelasan
dari singkatan-singkatan atau istilah medis terkait hernia.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan paling mengganggu yang dirasakan klien
sehingga klien datang ke rumah sakit.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang
sekarang dialami sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya sampai
klien memutuskan ke rumah sakit. Kronologis kejadian yang harus
diceritakan meliputi waktu kejadian, cara atau proses, tempat, suasana,
manifestasi klinis, riwayat pengobatan, persepsi tentang penyebab dan
penyakit.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh
pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali, dan dirawat
di RS berapa kali.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga ada tidaknya yang pernah menderita penyakit
tertentu atau mungkin pernah ada keluarga yang menderita hernia juga.
c. Imunisasi
Berisi data terkait kelengkapan imunisasi pada masa kecil atau remaja.
d. Obat-obatan

9
Berisi data terkait obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien baik terkait
penyakit lain yang sedang diderita.
e. Genogram
Berisi terkait keterangan garis keturunan untuk menjelaskan hubungan dengan
saudara dan keturunan.

Minimal 3 generasi (pasien berada di Keterangan :


generasi ketiga)
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
// : Cerai
: Anak
kandung
: Anak angkat
: Anak kembar
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah

f. Pengkajian pola gordon

NO Pola Gordon Komponen Pengkajian


1 Pola persepsi dan Berisi mengenai bagaimana pola pikir dan
pemeliharaan pandangan pasien mengenai kesehatan
kesehatan
2 Pola nutrisi dan Berisi mengenai antropometri, biomedical sign,
metabolisme clinical sign, dan diet pattern. Yang dikaji baik
sebelum masuk rumah sakit ataupun saat masuk
rumah sakit.
3 Pola eliminasi Berisi mengenai data eliminasi BAK dan BAB,
mencangkup volume, warna, bau, tekstur,
frekuensi, kemandirian, dan gangguan yang

10
dirasakan. Yang dikaji baik sebelum masuk
rumah sakit ataupun saat masuk rumah sakit.
4 Pola aktivitas dan Berisi terkait data bagaimana pasien melakukan
latihan aktivitas sehari-hari utamanya dalam
pemenuhan kebutuhan dasar hidup, dinilai
dalam skor 1-5. Yang dikaji baik sebelum
masuk rumah sakit ataupun saat masuk rumah
sakit.
5 Pola tidur dan Berisi terkait pola tidur dan istirahat, durasi
istirahat tidur dan istirahat serta apakah terjadi gangguan
selama istirahat. Yang dikaji baik sebelum
masuk rumah sakit ataupun saat masuk rumah
sakit.
6 Pola Kognitif dan Pola kemampuan klien dalam pengambilan
konseptual keputusan yang tepat
7 Pola persepsi diri Berisi terkait bagaimana pasien menilai dirinya
sendiri.
8 Pola peran dan Menilai bagaimana kedekatan klien dengan
hubungan keluarganya dan apa peran klien di dalam
keluarga
9 Pola seksualitas Menilai bagaimana pola seksualitas klien
dan reproduksi dengan pasangan.
10 Pola toleransi Menilai respons emosi klien terhadap penyakit
koping- stress yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respons
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga maupun
masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul
pada klien, yaitu timbul seperti ketakutan atau
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai

11
mekanisme koping yang secara sadar biasa
digunakan klien selama masa stres meliputi
kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah
kesehatan saat ini yang telah diketahui dan
perubahan perilaku akibat stres.
11 Pola tata nilai dan Nilai keyakinan dan budaya yang terdapat di
kepercayaan lingkungan tempat tinggal klien

g. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan pemeriksaan dengan metode head to toe atau
pemeriksaan organ dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1. Keadaan umum
Berisikan terkait bagaimana keadaan secara umum yang dialami oleh
pasien. Dapat dilihat secara visual atau dapat diamati secara langsung.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pemeriksaan TTV meliputi pemeriksaan kesadaran, denyut nadi, tekanan
darah, pola pernapasan, dan suhu tubuh.
a. Sistem pernafasan : Mengkaji apakah ada keluhan seperti sesak
napas, irama napas tidak teratur, takipnea, ronchi, sumbatan jalan napas
dan apnea.
b. Sistem kardiovaskuler : Dikaji adanya hipertensi, takikardi, bradikardi
c. Sistem gastrointestinal : Kaji adanya muntah, menurun atau tidak adanya
bising usus pada umumnya klien dengan hernia pada pengkajian
gastrointestinal atau regio abdomen akan terlihat adanya benjolan pada
saat pasien berdiri, matuk, bersih, ataupun mengejan dan kemungkinan
benjolan dapat menghilang pada saat klien berbaring.
d. Sistem urinaria : Kaji frekuensi BAK, jumlah, inkontinensia.
e. Sistem persyarafan : Kaji adanya tingkat kesadaran kejang, GCS,
pemeriksaan saraf kranial.
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan hernia dapat dilakukan
dengan uji lab tes nilai normal darah apakah terjadi peningkatan sel darah
putih atau leukosit ataukah tidak. Kemudian dapat dilakukan dengan
pemeriksaan yang lain seperti, USG, MRI, dan Sinar-X
3. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala

12
Melakukan pemeriksaan menyeluruh pada kepala untuk menilai simetris
atau tidak, rambut tersebar merata berwarna hitam atau tidak, distribusi
rambutnya, mudah rontok atau tidak, apakah ada nyeri tekan atau tidak.
2. Mata
Melakukan pengkajian menyeluruh pada mata untuk melihat apakah ada
mata simetris, anemis atau tidak, icterul atau tidak, keadaan pupil, lensa
mata, dan kondisi bulu mata.
3. Telinga
Melakukan pengkajian menyeluruh pada telinga guna melihat simetris
atau tidak, lubang telinga bersih atau ada serumen, ada atau tidak ada
kelainan bentuk serta apakah terasa nyeri tekan karena benjolan atau
tidak.
4. Hidung
Melakukan pengkajian secara menyeluruh pada hidung untuk melihat
apakah terjadi pernafasan cuping hidung, kesimetrisan hidung, ada
tidaknya nyeri tekan.
5. Mulut
Melakukan pengkajian pada mulut secara menyuluruh terkait lidah, gigi,
gusi berupa warna, pesebaran gigi dan apakah ada atau tidak
permasalahan dimulut seperti sariawan atau bibir pecah-pecah dan
penyakit mulut lainnya.
6. Leher
Melakukan pemeriksaan leher secara menyeluruh. Inspeksi kesimetrisan
leher, palpasi leher, untuk merasakan adanya pembengkakan, nodulitas,
atau adenopati. Kaji adanya suara serak, luka pada tenggorokan.
7. Dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara umum bentuk
dada tidak ada masalah, pergerakan nafas cepat, krepitasi serta dapat
dilihat batas ada saat perkuasi didapatkan (bunyi perkusinya sonor). Pada
pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyut apeks atau dikenal
dengan siklus kordis dan aktivitas artikel, bunyi jantung lebih cepat.
8. Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan pada bentuk perut, dinding
perut, bising usus, kaji adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada
organ hati, limfa, ginjal, kandung kemih, yang ditentukan ada tidaknya

13
nyeri pada pembesaran pada organ tersebut, kemudian pada daerah anus,
rectum, dan genitalia.
9. Ekstremitas
Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya rentang gerak
keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki dan
lainnya.
10. Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan warna kulit
normal, warna kuku sedikit pucat serta CRT > 2 detik.
11. Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi lokal.

B. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan keluhan Hernia, yaitu :
1. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
2. Gangguan pola tidur b.d nyeri
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
4. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

14
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. manajemen nyeri
agen selama 4x60 menit nyeri dapat berangsur a. Identifkasi lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera fisik berkurang dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri dipertahankan dari skala b. Identifikasi skala nyeri
3 (sedang) ditingkatkan menjadi skala 5 c. Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk
(menurun) mengurangi rasa nyeri (mis: TENS, hipnosis,
2. Kemampuan menggunakan teknik non akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
farmakologis dipertahankan dari skala pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
3 (sedang) ditingkatkan menjadi skala 5 kompres hangat atau dingin, terapi bermain)
(meningkat) d. Fasilitasi istirahat dn tidur
3. Penggunaan analgesik dipertahankan e. Jelaskan strategi meredakan nyeri
dari skala 3 (sedang) dtingkatkan f. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
menjadi skala 5 (menurun)
4. Keluhan tidak nyaman dipertahankan 2. pengaturan posisi
dari skala 3 (sedang) dtingkatkan a. tempatkan pada matras/tempat tidur terapeutik
menjadi skala 5 (menurun) yang tepat
b. tematkan pada posisi terapeutik
c. hindari menempatkan pada posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Manajemen nutrisi
b.d selama 8x60 menit diharapkan klien mampu a. Identifikasi status nutrisi
ketidakmampu meningkatkan intake nutrisi untuk b. Monitor asupan makanan
an mencukupi kebutuhan tubuh dengan kriteria c. Fasilitasi menentukan pedoman diet
mengabsorbsi hasil : d. Ajarkan diet yang di programkan
makanan 1. Nyeri dari dipertahankan skala 3 e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
(sedang) dtingkatkan menjadi skala 5 jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan

15
(menurun) jika perlu
2. Nafsu makan dipertahankan dari skala 3 2. Monitor nutrisi
(sedang) dtingkatkan menjadi skala 5 a. Timbang berat badan
(meningkatkan) b. Ukur antropometrik komposisi tubuh
3. Berat badan dari dipertahankan skala 3 c. Hitung perubahan berat badan
(sedang) dtingkatkan menjadi skala 5 d. Informasikan hasil pemantauan jika perlu
(meningkatkan)
3. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Dukungan Tidur
tidur b.d selama 2x24 jam maka diharapkan a. Identifikasi faktor pengganggu tidur
persepsi nyeri gangguan pola tidur pasien dapat berangsur b. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
yang dirasakan membaik dengan kriteria hasil : kenyamanan (mis. Pijat, pengaturan posisi,
1. Keluhan sulit tidur dipertahankan dari terapi akrupesur
skala 3 (sedang) diturunkan menjadi c. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
skala 1 (menurun) nonfarmakologi lainnya.
2. Keluhan sering terjaga dipertahankan 2. Manajemen Nyeri
dari skala 3 (sedang) diturunkan a. Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk
menjadi skala 1 (menurun) mengurangi rasa nyeri (mis: TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat atau dingin, terapi bermain)
b. Fasilitasi istirahat dn tidur
4. Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Tekhnik menenangkan
kurang selama 1x24 jam maka diharapkan ansietas a. identifikasi masalah yang dialami
terpapar pasien dapat berangsur membaik dengan b. buat kontrak dengan pasien
informasi kriteria hasil : c. ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman
1. verbalisasi khawatir akibat kondisi yang d. anjurkan melakukan tekhnik menenangkan hingga
dihadapi dipertahankan dari skala 3 (sedang) perasaan menajadi tenang
ditingkatkan menjadi skala 5 (menurun)
2. Perilaku gelisah dipertahankan dari skala
3 (sedang) ditingkatkan menjadi skala 5

16
(menurun)

17
D. Evaluasi
Dalam evaluasi ini menggunakan konsep SOAP yang memiliki arti.
S : Subjektif yang artinya data subjektif dari pasien terkait tindakan keperawatan
yang sudah dilakukan
O : Objektif yang artinya data objrktif atau data yang dapat diukur yang
diperoleh dari pasien terkait tindakan keperawatan yang sudah dilaksanakan
A : Analisa yang artinya dengan setelah dilakukan implementasi bagaimana atau
sejauh mana permasalahan tersebut dapat diselesaikan apakah terselesaikan,
terselesaikan sebagian ataukah tidak terselesaikan
P : Perencanaan atau apa tindakan yang akan dilakukan berikutnya setelah
mendapatkan respon dari pasien terkait tindakan yang sudah dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

18
Aljubairy AM, Alqahtani MA, Hakeem HF, et al. Prevalence of inguinal hernia in
relation to various risk factors. EC Microbiology. 2017;182-192.

Amrizal. 2015. Hernia Inguinalis: Tinjauan Pustaka. Syifa’ Medika. 6(1): 2-4.

Brunner dan Suddarth’s. 2013. Textbook of medical surgical nursing 13th edition. United
States of America : LWW.

Diyono dan S. Mulyanti. 2016. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Ajar. Jakarta :
Kencana
Bulechek, M gloria, Howark K Butcher, Joanne M Dochterman, Cheryl M Wagner.
(2016) . Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam.
Singapura : Elsevier Inc.
Feliciano, David., Hawn, Mary., dan Strand, Nancy. 2018. Groin Hernia Repair :
Inguinal and Femoral. American Collage of Surgeon. Dapat diakses pada
https://www.facs.org/~/media/files/education/patient
%20ed/groin_hernia.ashx

Grace, Piere A dan Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.

Moorhead, S., Johnson, M., Dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi
Kelima. Singapura: Elsevier Inc

Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11 Editor
T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Oberg, S., Andresen, K., dan Rosenberg, J. Etiology of inguinal hernias : as


comprehensive review. Front Surg edisi 4 vol 52, tahun 2017.

Zendejas, B., Ramirez, T., dan Jones, T. Incidence of inguinal hernia repairs in Olmsted
County, MN: a population-based study. Ann Surg. 257(3):520-6, tahun
2013.

LEMBAR PENGESAHAN

19
Laporan pendahuluan aplikasi klinis yang dibuat oleh:

Nama : Riza Aminiyah

NIM : 172310101033

Judul :

telah diperiksa dan disetujui oleh pembmbing pada:


Hari :
Tanggal :

Jember, Januari 2020

Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

( ) ( )
NIP. NIP.

Kepala Ruangan,

( )
NIP.

LEMBAR PENGESAHAN

20
Laporan pendahuluan aplikasi klinis yang dibuat oleh:

Nama : Nurul Izzah Regita Cahyani

NIM : 172310101033

Judul :

telah diperiksa dan disetujui oleh pembmbing pada:


Hari :
Tanggal :

Jember, Januari 2020

Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

( ) ( )
NIP. NIP.

Kepala Ruangan,

( )
NIP.

21

Anda mungkin juga menyukai