PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia harapan
hidup
orang
semakin
meningkat
seiring
dengan
menjadi tetap sehat, produktif dan mandiri. Hal ini tidak akan tercapai bila kita
tidak mempersiapkan masa lanjut usia sejak usia dini.
Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia
lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui
beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah posyandu
lansia. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Purnama, 2010).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Lampung tahun 2012 didapat
usaha kesehatan berbasis masyarakat masih rendah, sekitar 54,8% masyarakat
tidak membawa anggota keluarga yang sakit menuju pelayanan kesehatan
sebagai upaya pengobatan. Sebesar 64,3% masyarakat merasa tidak
membutuhkan puskesmas dan posyandu. Pelayanan Posyandu lansia hanya
sebesar 60% dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 80% (Profil Kesehatan
Propinsi Lampung, 2012).
Dalam melaksanakan kegiatan posyandu sering terdapat kendala yang
sering dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain
pengetahuan
dengan posyandu yang jauh dan sulit di jangkau, dukungan keluarga, sikap
petugas posyandu yang kurang baik. Keluarga merupakan lingkungan yang
paling dekat dengan lansia. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan..
Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu
siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Keluarga memiliki
beberapa fungsi dukungan antara lain dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional.
Sejalan dengan hasil penelitian oleh Indah Kresnawati (2010) di Desa
Gonilan Kecamatan Kartasura diketahui bahwa keluarga memberikan
dukungan dan memperhatikan kebutuhan lansia mempengaruhi keaktifan
kehadiran lansia dalam posyandu lansia. Hasil lain penelitian Heni Maryati
(2013) di Dusun Ngabar Desa Sumberteguh Kecamatan Kudu Kabupaten
Jombang menunjukan bahwa dukungan keluarga yang bagus akan membuat
motivasi lansia datang ke posyandu juga semakin kuat sehingga lansia bisa
aktif datang ke posyandu lansia.
Hasil pra survei pada bulan Januari 2015 Di Desa Wates Selatan
Kecamatan Gadingrejo terdapat 2 Posyandu lansia. Jumlah lansia dari 1 dusun
posyandu lansia yang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena atau uraian latar belakang diatas, maka dapat
dirumuskan suatu masalah yaitu apakah ada hubungan dukungan keluarga
dengan keaktifan lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia di Pekon
Saribumi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam pemelitiian ini adalah :
a. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan
keluarga di posyandu lansia di Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu.
b. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan keaktifan lansia
mengikuti posyandu lansia di Posyandu lansia Pekon Saribumi
Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu
c. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia
mengikuti kegiatan posyandu lansia di Pekon Saribumi Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
a. Jenis Penelitian
b. Subjek Penelitian
c. Objek Penelitian
d. Tempat Penelitian
e. Waktu Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan penulis baik materi maupun praktek dalam
melakukan penelitian. Dan untuk lebih mempelajari lagi tentang hubungan
antara dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti
kegiatan posyandu lansia.
4. Bagi Lansia
Untuk menambah wawasan bagi lansia dalam upaya meningkatkatkan
tingkat kesadaran akan kesehatan di masa tua.
5. Bagi Keluarga Lansia
Untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keaktifan Lansia
1. Definisi Keaktifan
pengobatan,
pemeriksaan
kesehatan
secara
berkala,
2) Dukungan keluarga
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong
minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu.
Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu
menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
Posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal Posyandu, dan
berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia
(Erfandi, 2008 dalam Dian Mahara Suseno, 2012).
Efek dari dukungan keluarga yang adekuat terhadap
kesehatan dan kesejahteraan terbukti dapat menurunkan mortalitas,
10
didalam
keluarga
akan
terganggu.
Dalam
Friedman
(2008),
generasi
yang
merupakan
dasar
keluarga
yang
harmonis
pengorbanan,
saling
tolong
menolong,
kejujuran,
saling
11
keluarga
merupakan
sebuah
sumber
12
13
14
15
Yang
termasuk
faktor
lingkungan
antaralain
pencemaran
16
17
18
19
memiliki
infirmasional,
beberapa
fungsi
dukungan penilaian,
dukungan
antaralain
dukungan
dukungan instrumental,
dukungan
emosional.
Keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia tidak lain adalah
untuk mengotrol kesehatan mereka sendiri. Mereka aktif dalam kegiatan fisik
maupun mental dapat dilihat dari usahanya untuk menghadiri dan mengikuti
setiap kegiatan posyandu lansia.
Menurut Gottlieb, dukungan sosial didefinisikan sebagai informasi
verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang
diberikan oleh orang yang akarab dengan subyek di lingkungan sosialnya atau
yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat member keuntungan emosional
atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.
Dana untuk membiayai kegiatan posyandu dihimpun dari dan
digunakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah
kabupaten/kota, propinsi dan pemerintah pusat, serta sumbangan swasta dan
donor lainnya, baik domestik maupun internasional.
20
F. Kerangka Teori
Kerangka teori atau kerangka pikir atau landasan teori adalah
kesimpulan dari tinjauan pustaka yang berisi tentang konsep-konsep teori
yang digunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan
(Notoadmodjo, 2005).
Tinjauan teori ini dimaksudkan agar peneliti dapat meletakkan atau
mengidentifikasi masalah yang ingin diteliti itu dalam konteks ilmu
pengetahuan yang sedang digeluti. Berdasarkan teori diatas maka disusunlah
kerangka teori penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.1
Fakor-fakor yang mempengaruhi keaktifan lansia
Pengetahuan
Dukungan keluarga
Motivasi lansia
Kondisi fisik lansia
Keaktifan Lansia
21
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam suatu penelitan adalah kerangka yang berhubungan
antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalaui peneliti yang
akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005)
Gambar. 2.2
Kerangka Konsep Hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan
lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia
Dukungan Keluarga
Variabel independen
Keaktifan Lansia
Variabel dependen
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
penyertaan penelitian. Menurut la Biondo-Wood dan Haber (dalam Nursalam,
2013) hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua
atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab pertanyaan dalam
penelitian. Berdasarkan variabel yang ada, maka dalam penelitian ini dapat di
tarik hipotesis :
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik yaitu survey
atau penelitian yang mencoba menggali bagian bagaimana fenomena
kesehatan tersebut bisa terjadi dengan menggunakan pendekatan Cross
sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
variabel bebas dan variabel terkait dengan cara pendekatan observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya
setiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap suatu karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan
(Notoatmodjo, 2012).
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapati oleh suatu penelitian tentang konsep penelitian tertentu
(Notoatmodjo, 2012).
24
C. Definisi operasional
Definisi operasional adalah batasan variabel yang dimaksud,atau tentang apa
yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2012). Dalam
penelitian ini, peneliti menjabarkan dukungan hubungan keluarga terhadap
keaktifan lansia.
Variabel
Definisi
Operasional
Cara Ukur
Alat
Ukur
Hasil Ukur
Skala
25
Dukungan
keluarga
Keaktifan
Lansia
Upaya
yang
dilakukan oleh
keluarga untuk
mendukung dan
memberikan
bantuan dalam
bentuk
dukungan
emosional,
dukungan
penilaian,
dukungan
finansial
dan
dukungan
informative
yang
berpengaruh
pada
periaku
penerimanya
Kehadiran lansia
ikut
dalam
kegiatan yang
terjadwal
/
frekuensi
pertemuan
(kali/tahun)
Wawancara
Daftar
hadir/
absensi
Rekapitul
asi
kehadiran
1.Aktif
(jika Nominal
kehadiran
>
60%
setiap
tahun)
2. tidak aktif
(jika kehadiran
< 60% setiap
tahun)
26
total
27
28
29
akan
diikutsertakan
kembali
pada
penelitian
selanjutnya.
30
Editing
31
konsisten.
Coding
Pemberian kode yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Kode yang diberikan 1 yang
mendapat dukungan 0 yang tidak mendapat dukungan dan 0 yang
c.
d.
mengunakan komputer.
Cleaning
Peneliti melakukan pengecekan kembali data dari setiap sumber data
selesai di masukkan, untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan
kode, ketidak lengkapan. Kemungkinan dilakukan pembetulan atau
e.
koreksi.
Tabulating
Tabulating yaitu data yang dikelompokan kemudian disajikan dalam
bentuk tabel.
2) Analisa Data
Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisa. Analisa
data dilakukan mengunakan distribusi frekuensi persentase univariat dan
bivariat.
a. Analisis univariat
32
Keterangan :
P = Prosentase
f = Skor jawaban yang benar
n = Jumlah pertanyaan
b. Analisis bivariat
Analisa bivariat adalah tehnik analisa yang dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmojo,
2012). Penelitian ini mengunakan uji chi square (X2). Pengujian ini
dengan cara membandingkan frekuensi yang diamati dengan frekuensi
yang diharapkan apakah ada hubungan yang bermakna.
Penghitungan uji chi square (X2) mengunakan program
komputer. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Taraf
kesalahan yang digunakan adalah 5%, untuk melihat hasil kemaknaan
perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05. Berarti jika pvalue 0,05 maka ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel.
Jika p-value >0,05 maka hasilnya tidak ada hubungan
bermakna
Keterangan :
X2 : Chi square
O : Nilai-nilai yang diamati
E : Nilai-nilai frekuensi harapan
33
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian,
baik variabel dependent maupun independent. Hasil dari setiap variabel ini
ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.
a. Dukungan Keluarga
36
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di
Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun
2015
Dukungan Keluarga
Frekuensi
Presentasi
Mendukung
25
37,3%
Tidak mendukung
42
62,7%
Total
62
100 %
Frekuensi
Presentasi
Aktif
33
49,3%
Tidak Aktif
34
50,7%
Total
67
100 %
37
Dukungan
Keluarga
Keaktifan Lansia
Aktif
Total
P
Value
OR
Tidak Aktif
Ya
18
72,0
28,0
25
100
Tidak
15
35,7
27
64,3
42
10
Total
33
49,3
34
50,7
67
100
4,629
0.009
(1,57613,593)
C. Pembahasan
1. Dukungan Keluarga
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dukungan keluarga sebagian
besar sebanyak 42 orang (62,7%) di Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu Tahun 2015. Keluarga merupakan unit terkecil dalam
masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga
berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan bagi
38
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Bila salah satu dari
anggota keluarga mengalami masalah kesehatan, maka sistem didalam
keluarga akan terganggu.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang
yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dengan
bantuan jika diperlukan (Friedman, Santun, 2010).
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu. Keluarga bisa menjadi
motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk
mendampingi atau mengantar lansia ke Posyandu, mengingatkan lansia jika
lupa jadwal Posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama lansia (Erfandi, 2008)
Hasil penelitian ini sejalan sengan peneliti sebelumnya yang dilakukan
oleh Indah Kresnawati dari Universitas Surakarta Tahun 2010 di Desa
Gonilan Kecamatan Kartasura diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan dukungan keluarga paling banyak adalah dukungan keluarga
yang cukup sebanyak 33 orang (41,3%), dukungan keluarga terbanyak ke
dua adalah dukungan keluarga yang baik sebanyak 28 orang (35,0%),
sedangkan proporsi terkecil yaitu dukungan keluarga yang kurang sebanyak
19 orang (23,8%). Mayoritas responden mendapatkan dukungan keluarga
yang cukup sebanyak 33 orang (41,3%). Artinya keluarga memberikan
dukungan dan memperhatikan kebutuhan lansia (Kresnawati, 2010)
39
2. Keaktifan Lansia
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, keaktifan lansia sebagian besar
lansia yang tidak aktif sebanyak 34 orang (50,7%). Keaktifan mempunyai
arti sama dengan aktivitas yaitu banyak sedikitnya orang yang menyatakan
diri, menjelmakan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya dalam tindakan
yang spontan. Selain itu, keaktifan juga dapat berarti suatu kegiatan atau
kesibukan (Depkes, 2008).
Keaktifan mempunyai arti sama dengan aktivitas yaitu banyak
sedikitnya orang yang menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaan dan
pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan. Golongan aktif yaitu
golongan yang karena alasan yang lemah saja telah berbuat, sifat-sifat
golongan ini antara lain suka bergerak, sibuk, gembira, dengan kuat
menentang penghalang, mudah dimengerti, praktis, pandangan luas
(Friedman, 2008).
Golongan tidak aktif yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan
yang kuat belum juga mau bertindak, sifat-sifat golongan ini antara lain
lekas mengalah, lekas putus asa,semua masalah dianggap berat,tidak
paraktis, pandangan sempit (Suryabrata, 2006). Keaktifan lansia dapat
diasumsikan bahwa lansia yang aktif mengikuti setiap kegitan yang di
laksanakan oleh posyandu lansia. Seperti olahraga senam lansia,kegiatan
pendidikan, jalan santai, menjalani pengobatan, maka lansia tersebut
termasuk dalam kategori yang aktif (Ismawatin dkk, 2010). Namun, apabila
lansia tidak mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu
lansia maka mereka tergolong yang tidak aktif. Keaktifan lansia dalam
mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan posyandu lansia diharapkan
40
41
42
43
44
45
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa
berdasarkan tujuan seperti yang telah disebutkan dalam pendahuluan, maka
didapati :
1. Sebagian besar lansia yang mendapat dukungan keluarga sebanyak 42
orang (62,7%) di Pekon Saribumi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu Tahun 2015
2. Sebagian besar lansia yang tidak aktifn mengikuti kegiatan posyandu
lansia sebanyak 34 orang (50,7%) di Pekon Saribumi Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2015
3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti
posyandu lansia dengan nilai p-value = 0,009 < = 0,05.
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan meneliti variabel lain yang berkaitan
dengan keaktifan lansia misalnya pengetahuan, jarak, motivasi lansia, dan
kodisi fisik lansia.
48
Frequencies
Statistics
Dukungan
Keaktifan Lansia
Keluarga
67
67
Mean
1.63
1.51
Std. Deviation
.487
.504
Variance
.237
.254
Valid
Missing
Range
Frequency Table
49
Dukungan Keluarga
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Memberikan Dukungan
25
37.3
37.3
37.3
42
62.7
62.7
100.0
Total
67
100.0
100.0
Keaktifan Lansia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Aktif
33
49.3
49.3
49.3
Tidak Aktif
34
50.7
50.7
100.0
Total
67
100.0
100.0
Bar Chart
50
51
CROSSTABS
/TABLES=DukunganKeluarga BY KeaktifanLansia
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC RISK
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.
52
Crosstabs
Percent
67
Keaktifan Lansia
Missing
N
100.0%
Total
Percent
0
0.0%
Percent
67
100.0%
Memberikan
% within Dukungan
Dukungan
Dukungan Keluarga
Keluarga
Tidak
Count
Memberikan
% within Dukungan
Dukungan
Keluarga
% within Dukungan
Keluarga
Tidak Aktif
18
25
72.0%
28.0%
100.0%
15
27
42
35.7%
64.3%
100.0%
33
34
67
49.3%
50.7%
100.0%
Count
Total
Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Df
sided)
sided)
sided)
8.255a
.004
6.868
.009
8.472
.004
.006
8.132
.004
67
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.31.
b. Computed only for a 2x2 table
.004
53
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.331
N of Valid Cases
.004
67
Risk Estimate
Value
Upper
4.629
1.576
13.593
2.016
1.255
3.238
.436
.223
.849
Memberikan Dukungan)
For cohort Keaktifan Lansia =
Aktif
For cohort Keaktifan Lansia =
Tidak Aktif
N of Valid Cases
67