Anda di halaman 1dari 39

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN

LANSIA MENGIKUTI SENAM LANSIA DI DESA SANTREN,


DUKUH, BAYAT, KLATEN

Proposal
Diajukan sebagai persyaratan tugas Riset Keperawatan

Oleh
Vindi Putri Pratiwi
NIM. 124.045

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH
KLATEN
2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Riset Keperawatan
yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia mengikuti senam
lansia di desa Santren, Dukuh, Bayat, Klaten .
Dalam penyusunan riset ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan dan saran
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan segala
kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Saifudin Zukhri,
S.kp.,M.Kes dan ibu Sri Handayani,SKM.,M.Kes selaku dosen Riset Keperawatan,
serta teman-teman S1 Keperawatan angkatan 2012 atas kejasama dan dukungannya.
Penulis menyadari Riset ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Namun demikian penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak. Semoga riset ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Terima kasih.
WassalamualaikumWr.Wb.

Klaten, Oktober 2015

Penulis

. DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PEDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian ................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Lanjut Usia ............................................................................................. 9
B. Kektifan ................................................................................................. 17
C. Senam Lansia.......................................................................................... 19
D. Kerangka Teori ....................................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep ................................................................................... 22
B. Hipotesis ................................................................................................. 22
C. Desain Penelitian .................................................................................... 23
D. Variabel Penelitian ................................................................................. 23
E. Definisi Operasional ............................................................................... 24
F. Populasi dan Sampel .............................................................................. 26
G. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 27
H. Etika Penelitian ...................................................................................... 27
I. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 28
J. Instrumen Penelitian ............................................................................... 29
K. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................ 30
L. Pengolahan da Reliabilitas Penelitian .................................................... 32
M. Jalannya Penelitian ................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38

DAFTAR SKEMA

Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 21


Bagan 3.1 Kerangka Konsep............................................................................... 22

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia, seorang yang karena usianya lanjut mengalami perubahan
fisik, biologis, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya.
Kesehatan lanjut usia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara
produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan
aktif dalam pembangunan (UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 Pasal 138).
Indikator keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya usia
harapan hidup. Usia harapan hidup yang meningkat akan menyebabkan
jumlah penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah
lansia di Indonesia padatahun 2010 tercatat 3,9% daripendudukIndonesia,
tahun 2011 meningkatmenjadi 6,7 % dan tahun 2012 menjadi 11,8%
(Amm, 2013). Badan Pusat Statistik (BPS) perkiraan lansia di Indonesia
yang berusia lebih dari 65 tahun sebanyak 7,18% pada tahun 2000 dan
diperkirakan naik menjadi 8,5% pada tahun 2020 dari jumlah penduduk
lansia di Indonesia sebanyak 28,8 juta atau 11,34 %, dan merupakan lansia
yang terbesar didunia. (Nurviyandari, 2011).
Di Jawa Tengah jumlah lansia berusia 65 tahun ke atas sekitar
2.336.115 jiwa(BPS,2011). Jumlah lansia di Klaten pada tahun 2013

tercatat 3,9% dari penduduk di Klaten, tahun 2014 meningkat menjadi


14,9% atau sekitar 148.424 jiwa(Dinkes Klaten, 2014).
Peningkatan jumlah lansia mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
termasuk kesehatan lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai
peraturan dan perundang-undangan, yang diantaranya seperti tercantum
dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dimana
pada pasal 138 disebutkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi
lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan
produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat
kemanusiaan, serta pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat
tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.
Usaha untuk meningkatkan kesehatan lansia antara lain dengan
olahraga secara teratur yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas fisik
lansia yang semakin menurun sehingga lansia diharapkan dapat melakukan
aktifitas secara mandiri. Kurang gerak dapat menimbulkan kelesuan dan
menurunkan kualitas fisik dan dampak datangnya berbagai penyakit.
Lanjut usia tetap dapat berolahraga hingga terjadi perbaikan atau kemajuan
pada kapasitas kerja fisiknya (Nugroho, 2008).
Salah satu upaya pemerintah untuk memfasilitasi para lansia dalam
menjaga kesehatan adalah dengan mengadakan program posyandu lansia
yang salah satu kegiatannya adalah senam lansia. Senam dan aktivitas
olahraga ringan sangat bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif

atau proses penuaan. Efek minimal yang dapat diperoleh dengan


mengikuti senam lansia adalah bahwa lansia merasa berbahagia, senantiasa
bergembira, bisa tidur lebih banyak, an pikiran tetap segar (Anggriyana,
2010).
Olahraga pada usia lanjut dapat dilakukan dengan memperhatikan
tingkat kekuatan, seperti jalan cepat, bersepeda santai dan senam dapat
dilakukan secara rutin. Bahkan aktivitas sehari-hari seperti membersihkan
rumah, berkebun dan mencuci pakaian dengan intensitas selama 30 menit
juga baik bagi kesehatan. Penting bagi lansia untuk mengikuti senam
karena akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan tetap segar,
karena senam lansia mampu melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung
bekerja secara optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang
terdapat didalam tubuh. Semua jenis senam dan aktivitas olahraga ringan
sangat bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif atau proses
penuaan (Widianti, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di
Posyandu lansia desa Santren, Dukuh, Bayat, Klaten diperoleh informasi
dari kader posyandu lansia bahwa senam lansia dilakukan seminggu satu
kali setiap hari Sabtu pagi jam 08.00-09.00 WIB. Sebanyak lebih dari 60
peserta posyandu lansia yang terdaftar, tetapi rata-rata hanya 20 orang
lansia yang aktif mengikuti senam lansia di posyandu lansia Santren,
Dukuh, Bayat, Klaten.
Dalam wawancara dengan kader posyandu didapat keterangan
bahwa para lansia merasa belum mengetahui secara pasti manfaat dari

senam yang diadakan di posyandu lansia, kondisi fisik lansia yang sedang
sakit, lupa akan jadwal posyandu lansia dan jarak tempat tinggal ke tempat
posyandu lansia.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan maka peneliti tertarik
untuk mengetahui lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
keaktifan lansia mengikuti senam lansia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan masalah
sebagai berikut: faktor-faktor yang mempengaruhikeaktifan lansia
mengikuti senam lansia ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor

yang

mempengaruhikeaktifan

lansia

mengikuti senam lansia.


2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis pengaruh pengetahuan lansia tentang senam lansia
terhadap keaktifan lansia mengikuti senam lansia.
b. Menganalisis kondisi fisik lansia yang sedang sakit terhadap
keaktifan lansia mengikuti senam lansia.
c. Menganalisis kesadaran lansia akan jadwal posyandu terhadap
keaktifan lansia mengikuti senam lansia.
d. Menganalisis jarak antara tempat tinggal dengan tempat posyandu
terhadap keaktifan lansia mengikuti senam lansia.
e. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhikeaktifan lansia
mengikuti senam lansia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai referensi dalam upaya
pengembangan ilmu keperawatan dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan lansia.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lanjut Usia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong lansia untuk aktif
berkunjung ke posyandu lansia karena akan mendapatkan informasi
kesehatan dan pengetahuan tentang manfaat dari posyandu lansia
dengan memanfaatkan keberadaan posyandu lansia dengan baik,
karena kegiatan Posyandu Lansia dapat membantu para lansia
dalam upaya meningkatkan kesehatan.

b. Bagi Posyandu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
bagi posyandu lansia sehingga lebih mengefektifkan faktor-faktor
yang mempengaruhikeaktifan lansia mengikuti senam lansia.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Memberi wacana terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
keaktifan lansia mengikuti senam lansia.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan penelitian
ini diantaranya sebagai berikut :
1. Aditya D (2014) meneliti tentang Hubungan Persepsi Kesehatan dan
Dukungan Lansia dengan Keaktifan Lansia dalam Mengikuti Posyandu
Lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
Penelitian ini menggunakan Observasional dengan rancangan Cross
Sectional. Populasi dalam penelitian adalah lansia di Desa Pucangan
sebanyak 556, dan sampel sebanyak 85 diambil dengan teknik Propotional
Random Sampling. Uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan
tingkat signifikan (=0,05). Hasil penelitian menunjukkan hubungan

persepsi kesehatan dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia, ada


hubungan dukungan sosial dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu
lansia. Disarankan pada posyandu lansia untuk lebih aktif dalam mengikuti
kegiatan dan pelayanan di posyandu lansia.
Perbedaan penelitian ini terletak pada metode penelitian dan variabel
bebas yaitu persepsi kesehatan dan dukungan lansia.
2. Nisa N (2014) meneliti tentang Hubungan Dukungan Keluarga dan
Peran Kader dengan Keaktifan Lanjut Usia dalam Mengikuti Kegiatan di
Posyanu Desa Pucangan Kartasura. Penelitian ini menggunakan
deskriptif korelasionaldengan rancangan cross sectional. Populasi lansia di
desa Pucangan Kartasurasebanyak 393 orang, diambil sampel sebanyak 80
orang yang berasal dari 7Posyandu dengan teknik multistage sampling.
Variabel independen berupadukungan keluarga dan peran kader sedangkan
variabel dependen keaktifanlansia, instrumen yang digunakan dengan
kuesioner. Teknik analisis data dengananalisis Chi-Square (X2). Hasil
penelitian menunjukkan sebagian besar lanjut usiamempunyai dukungan
keluarga baik, mereka merasa peran kader baik, sebagianbesar aktif
mengikuti posyandu, dan ada hubungan yang signifikan antara perankader
dan

dukungan

keluarga

dengan

keaktifan

lanjut

usia

dalam

mengikutikegiatan di Posyandu Lansia Desa Pucangan Kartasura.


Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel, metode penelitian dan
instrumen penelitian.
3. Wahono (2010) meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Gantungan Makam Haji
Sukoharjo . Penelitia ini adalah penelitian kuantitatif dengan analitik

observasional dan menggunakan pendekatan cross sectional dengan


menggunakan teknik sampling yaitu Simple Random Sampling. Hasil
penelitian ini adalah ada pengaruh dukungan sosial, sikap lansia dan peran
kader dengan pemanfaatan posyandu lansia.
Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel dan metode penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Lanjut Usia
a. Pengertian
Menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1965 pasal 1 seseorang
dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah
yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai
atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
(Nugroho, 2008).
b. Klasifikasi Lansia menurut Azizah (2011)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut


usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi 4 kelompok
yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro lanjut usia dikelompokkan
menjadi:
1) Usia dewasa muda (elderly adulhood) antara 18 atau 25-29
tahun
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas antara 2560 tahun atau 65 tahun
3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun
a) Young old antara 70-75 tahun
b) Old antara 75-80 tahun
c) Very old lebih dari 80 tahun
c. Proses Menua
Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara
alamiah, dimulai sejak lahir dan pada umumnya dialami pada
semua orang. Menjadi tua merupakan proses seseorang memulai
tiga tahap perubahan dalam kehidupan, yaitu anak, dewasa dan
tua. Tiga tahap perubahan ini yaitu perubahan secara biologis,
maupun psikologis (Nugroho, 2008). Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
mulai kurang jelas, mata kabur, gerakan lambat dan figur tubuh
yang tidak proporsional.
Nugroho (2008) menjelaskan tahap teori-teori penuaan yaitu:
1) Teori sosiologis
a) Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia


bertindak pada situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal
yang dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk
terus

menjalin

mempertahankan

(1)

interaksi
status

sosial

merupakan

sosialnya

kunci

berdasarkan

kemampuannya bersosialisasi.
Pokok-pokok social exchange theory antara lain :
Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai

tujuannya masing-masing.
(2)
Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan
biaya dan waktu.
(3)
Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor
mengeluarkan biaya.
b) Teori aktivitas atau kegiatan
(1) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah
kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan
bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan banyak ikut-serta dalam kegiatan sosial.
(2) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat
melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin.
(3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara
hidup lanjut usia.
(4) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan
sampai lanjut usia.
c) Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah
pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan teori

yang disebutkan sebelumnya. Teori ini menyatakan


bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia
sangat

dipengaruhi

dimilikinya.

Teori

oleh

tipe

personalitas

ini

mengemukakan

yang
adanya

kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.


Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada
suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia
menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup,
perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah,
walaupun ia telah lanjut usia.
d) Teori pembebasan / penarikan diri (disangagement
theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau
hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu
dengan individu lainnya.
d. Menurut teori yang dikemukakan oleh Azizah (2011) disebutkan
bahwa lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yaitu :
1) Perubahan fisik
1) Sistem Indra
Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya
dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas dan kaku,
ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak
jauh atau dekat berkurang.
Sistem pendengaran, presbiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam.

Sistem integumen pada lansia kulit akan kekurangan


cairan sehingga menjadi tipis dan berbecak. Kekeringan
kulit disebabkan atrofi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit
dikenal dengan liver spot.
2) Sistem Musculoskeletal
Cairan tulang menurun

sehingga

mudah

rapuh

(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar


dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon
mengerut, dan mengalami sklerosis.
3) Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami
hipertrofi dan kemampuan peregangan jantung berkurang
karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi SA node dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
Otot otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,
elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat
sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta
terjadi penyempitan pada bronkus.
4) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang
nyata. Kesehatan gigi yang buruk, indera pengecap
menurun terutama rasa asin,asam dan pahit. Pada
lambung rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

Peristaltik melemah dan biasanya timbul konstipasi.


Fungsi absobsi melemah, liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah.
5) Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan

terjadi

perubahan

yang

signifikan, seperti laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi


oleh ginjal. Hal ini akan memberikan efek dalam
pemberian obat pada lansia, lansia akan kehilangan
kemampuan untuk mengekskresi obat atau produk
metabolisme obat. Pola berkemih tidak normal, seperti
banyak berkemih di malam hari, hal ini menunjukkan
bahwa inkontinensia urine meningkat (Ebersole and
Hess, 2001).
6) Sistem Saraf
Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensori dan
respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan
reseptor proprioseptif, hal ini terjadi karena susunan
saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologis
dan

biokimia,

perubahan

tersebut

mengakibatkan

penurunan fungsi kognitif. Hal ini dapat dicegah dengan


pemberian latihan koordinasi dan keseimbangan serta
latihan untuk menjaga mobilitas dan postur (Surini &
Utomo, 2003).
2) Perubahan Kognitif

Menurut Stanley dan Beare (2007), hasil pemeriksaan


psikometri fungsi kognitif pada lansia menunjukkan keadaan
berikut :
1) Adanya korelasi yang kuat antara tingkat kinerja
intelektual dengan tingkat survival lansia.
2) Fungsi kognitif menunjukkan sedikit atau tidak ada
penurunan sampai usia sangat lanjut.
3) Penyakit dan proses penuaan patologis mengurangi fungsi
kognitif. Kemampuan intelektual dan harapan hidup
menunjukkan korelasi yang positif.
4) Dengan bertambahnya usia, didapatkan

penurunan

berlanjut dalam kecepatan belajar, memproses informasi


baru, dan bereaksi terhadap stimulus sederhana atau
kompleks.
Faktor yang
meliputi

perubahan

mempengaruhi
fisik,

perubahan

kesehatan

umum,

kognitif
tingkat

pendidikan, keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2000).


3) Perubahan Spiritual
Spiritualitas pada lansia bersifat universal, intrinsik dan
merupakan proses individual yang berkembang sepanjang
rentang kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan terdapat
pada kehidupan lansia,

keseimbangan hidup

tersebut

dipertahankan sebagian oleh efek positif harapan dari


kehilangan tersebut. Lansia yang telah mempelajari cara
menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme keimanan
akhirnya dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian.
Harapan memungkinkan individu dengan keimanan spiritual

atau religius untuk bersiap menghadapi krisis kehilangan


dalam hidup sampai kematian.
4) Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang dialami oleh lansia yaitu
pensiun, tujuan ideal pensiun adalah agar pada lansia dapat
menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering dirasakan sebaliknya, karena pensiun
sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah
orang

memasuki

masa

pensiun

lebih

tergantung

kepribadiannya. Dalam kenyataan ada yang dapat menerima,


ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki
jaminan hari tua, tetapi ada juga yang seolah-olah terpaksa
menerima (pasrah) terhadap pensiun.
2. Keaktifan
Keaktifan adalah suatu kesibukan yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh sesuatu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dalam
mengikuti kegiatan Posyandu lansia adalah :
a. Pengetahuan lansia tentang manfaat Posyandu lansia
Pengetahuan yang rendah tentang manfaat Posyandu lansia dapat
menjadi kendala bagi lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu
lansia. Pengetahuan yang salah tentang tujuan dan manfaat
Posyandu dapat menimbulkan salah persepsi yang akhirnya
kunjungan ke Posyandu rendah (Purnama, 2010).
b. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu. Keluarga

bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan


diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke Posyandu,
mengingatkan lansia jika lupa jadwal Posyandu, dan berusaha
membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia (Erfandi,
2008). Efek dari dukungan keluarga yang adekuat terhadap
kesehatan dan kesejahteraan terbukti dapat menurunkan mortalitas,
mempercepat penyembuhan dari sakit, meningkatkan kesehatan
kognitif, fisik dan emosi, disamping itu pengaruh positif dari
dukungan keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian
dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan stress (Setiadi,
2008).
c. Motivasi Lansia
Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak,
motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan
situasi yang dihadapinya (Nursalam, 2008).
d. Kondisi Fisik lansia
Mengingat kondisi fisik yang lemah sehingga mereka tidak dapat
leluasa menggunakan berbagai sarana dan prasarana, maka upaya
pemantapan pelayanan kesehan adalah menyediakan sarana dan
fasilitas khusus bagi lansia. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah lansia melakukan aktivitasnya dengan melibatkan
peran serta masyarakat dan sebagainya (Notoadmodjo, 2007).
3. Senam lansia
a. Pengertian
Senam dalam bahasa inggris disebut gymnastic yang berasal
dari bahasa Yunani yaitu gymnosyang berarti berpakaian minim.
Senam adalah bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis

dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana


untuk mencapai tujuan tertentu, seperti daya tahan, kekuatan,
kelenturan, dan koordinasi (Muhajir, 2007).
b. Manfaat Olahraga Bagi Lansia
Manfaat senam lansia dapat dirasakan secara fisiologis, psikologis,
dan sosial menurut Maryam (2008), yaitu :
1) Manfaat fisiologis
a) Dampak langsung dapat membantu seperti, mengatur
kadar gula darah, merangsang adrenalin dan nonadrenalin,
peningkatan kualitas dan kuantitas tidur.
b) Dampak jangka panjang, kekuatan otot rangka, kelenturan,
keseimbangan

dan

koordinasi

gerak

sehingga

dapat

mencegah terjadinya jatuh, dan kelincahan gerak.


2) Manfaat psikologis
a) Dampak langsung dapat membantu, memberi perasaan
santai,

mengurangi

ketegangan

dan

kecemasan,

meningkatkan perasaan senang.


b) Dampak jangka panjang dapat meningkatkan kesegaran
jasmani dan rohani secara utuh, kesehatan jiwa, fungsi
kognitif, penampilan dan fungsi motorik.
3) Manfaat sosial
a) Dampak langsung dapat membantu, pemberdayaan lansia
dan peningkatan integritas sosial dan kultur.
b) Dampak
jangka
panjang
dapat
meningkatkan,
keterpaduan, hubungan kesetiakawanan sosial, jaringan
kerjasama

sosial

budaya,

pertahanan

peran

pembentukan peran baru dan kegiatan antar generasi.

dan

B. Kerangka Teori
Lansia

Proses Menua

Perubahan
Fisik

Perubahan
kognitif

Indra
Tulang
Kelelahan

Perubahan
Spiritual

Perubahan
Psikososial

Keaktifan

Pengetahuan
Kesadaran Lansia
Jarak2.1 Kerangka Teori
Gambar
Kondisi
Nugroho (2008),
AzizahFisik
(2011), Maryam (2008)

Variabel Bebas

BAB III

Variabel Terikat

Pengetahuan
METODE PENELITIAN
Kesadaran
Keaktifan mengikuti senam
Jarak
tempat pelayanan
A. Kerangka
Konsep kesehatan
Kondisi fisik

Variabel Penganggu
Sikap
Emosi
Kepribadian
Perubahan Psikologis

Bagan 3.1 Kerangka Konsep


Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
B. Hipotesis
Notoatmodjo (2012) mendefinisikan hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
1. Ha : Ada faktor- faktor pengetahuan, kondisi fisik, kesadaran dan
jarak yang mempengaruhi keaktifan lansia mengikuti senam lansia.
2. Ho : Tidak ada faktor- faktor pengetahuan, kondisi fisik, kesadaran
dan jarak yang mempengaruhi keaktifan lansia mengikuti senam

lansia.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan penelitian survei yang sifatnya
deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian cross sectional
merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor risiko dengan efek, cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach), artinya

tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran


dilakukan terhadap status karakter atau subjek pada saat pemeriksaan.
Tidak berarti bahwa semua subjek penellitian diamati pada waktu yang
sama (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan lansia mengikuti senam lansia di di posyandu
lansia Santren, Dukuh, Bayat, Klaten dengan sekali waktu.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu sifat atau nilai dari orang, obyek dan kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (independent)
Variabel bebas dalam penelitian ini pengetahuan, kondisi fisik,
kesadaran dan jarak.
2. Variabel Terikat (dependent)
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu keaktifan mengikuti senam
lansia.
3. Variabel Pengganggu atau perancu (confounding)
Variabel luar dari penelitian
a. Sikap tidak dikendalikan
b. Emosi tidak di kendalikan
c. Kepribadian tidak di kendalikan
d. Perubahan psikologis tidak di kendalikan
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dibuat untuk mengarahkan kepada pengukuran
atau

pengamatan

pengembangan

terhadap

instrument

variabel

(Notoatmodjo,

yang

bersangkutan

2012).

operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Adapun

serta
definisi

Tabel 3. 1. Definisi Operasional Variabel

Variabel

yang

Definisi

Alat Ukur

diteliti
Keaktifan lansia

Operasional
Keaktifan

Kuesioner

dalam

mengikuti

dengan

mengikuti

senam

senam lansia

mengikuti

adalah

senam
Pengetahuan

skala

Skala

1.
2.
3.

Tinggi, bila 67-100%


Sedang, bila 34-66%
Rendah, bila 0-33%

Ordinal

1.
2.
3.

Baik, bila 76-100%


Sedang, bila 56-75%
Kurang, bila <55%

Ordinal

1.
2.
3.

Baik, bila 76-100%


Sedang, bila 56-75%
Kurang, bila <55%

Ordinal

1.
2.
3.

Baik, bila 76-100%


Sedang, bila 56-75%
Kurang, bila <55%

Ordinal

1.
2.
3.

Dekat, bila 0-50 meter


Sedang, bila 51-100%
Jauh, bila >100 meter

Ordinal

Likert

sesuai

jadwal.
Informasi

Kuesioner

tentang

senam

lansia

Kondisi fisik

Hasil Ukur

yang

dengan
Guttman

diperoleh

(Sugiyono,

responden
Keluhan fisik

2010)
Kuesioner

yang

(Sugiyono,

dapat

mengganggu

skala

2010)

kunjungan
lansia
Kesadaran

Jarak

kemauan dari

Kuesioner

lansia

dengan

untuk

mengikuti

Likert

senam lansia
Jarak
rumah

Kuesioner

lansia

(Sugiyono,

dengan

lokasi
dilaksanakannya
senam lansia

2010)

skala

F. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua lansia di desa Santren, Dukuh, Bayat, Klaten yang berjumlah 60
orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling, yang
dimaksud dengan Total Sampling adalah penentuan sampel apabila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2007).
Alasan mengambil Total Sampling karena menurut sugiyono (2007)
jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan
sampel penelitian semuanya. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel
yaitu semua lansia yang di Desa Santren, Dukuh, Bayat, Klaten yang
berjumlah 60 orang yang memenuhi kriteria inklusi yaitu yang tinggal
bersama anggota keluarga.
Tekhik Pemilihan sampel memggunakan porposive sampling

1)
2)
3)
4)
5)

didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:


a. Kriteria inklusi (subjek yang diikutkan dalam penelitian) meliputi:
Terdaftar sebagai anggota Posyandu lansia minimal selama satu tahun
Mengikuti Posyandu 1 tahun terakhir
Bersedia menjadi responden
Responden kooperatif, bisa berbicara dan mendengar
Tinggal dengan keluarga

b. Kriteria eksklusi (subjek yang tidak diikutkan dalam penelitian)


meliputi:
1) Responden yang mengalami sakit di rumah sakit
2) Responden yang sedang keluar kota dalam jangka waktu yang
lama

3) Responden yang mengalami pikun.


G. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di desa Santren, Dukuh, Bayat, Klaten
pada bulan Januari - Agustus 2016.
H. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2008), masalah etika penelitian yang harus
diperhatikan antara lain :
1. Persetujuan (Informed Consent)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.
2. Tanpa nama (Anominity)
Masalah etika adalah

yang

memberikan

jaminan

dalam

penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau


mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang

disyahkan. Pada penelitian ini pengisian kuesioner nama

responden hanya diberi inisial.


3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalahmasalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
dilaporkan pada hasil riset. Pada penelitian ini kuesioner yang
dibagikan kepada responden dijamin kerahasiaannya.

I. Metode Pengumpulan Data


Pelaksanaan pengumpulan data kuantitatif, menyebarkan kemudian
mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden. Data kuantitatif
adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diubah dalam
bentuk angka atau scoring (Sugiyono, 2010). Pelaksanaan pengumpulan
data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Lansia diundang khusus untuk menjadi calon responden.
2. Memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian kepada
responden yang telah memenuhi kriteria penelitian.
3. Responden yang bersedia untuk dijadikan responden penelitian
diminta untuk mengisi informed consent.
4. Responden diminta untuk mengisi kuesioner selama kurang lebih 60
menit. Pada saat penelitian apabila ada lansia yang tidak dapat
membaca maka peneliti dan asisten peneliti membacakan kuesioner
responden yang tidak faham atau bingung.
5. Semua kuesioner yang telah diisi oleh responden dikumpulkan
kembali.
J. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Daftar
pertanyaan dalam kuesioner bersifat tertutup yaitu responden tinggal
memberi tanda check mark ( ) terhadap alternatif jawaban yang dipilih.
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang terdiri dari :
1. Kuesioner Keaktifan dan kesadaran menggunakan skala Likert (Sugiyono,
2010) . Kuesioner ini terdiri dari 4 alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Pertanyaan dibuat dua tipe yaitu favourable dan unfavourable terhadap
objek. Metode ini penilaiannya adalah :

a. Sifar favourable merupakan sifat positif dari pertanyaan, alternatif


jawaban yang diberikan adalah : Sangat Setuju (SS) bernilai 4,
Setuju (S) bernilai 3, Tidak Setuju (TS) bernilai 2, Sangat Tidak
Setuju (STS) bernilai 1.
b. Sifat unfavourable merupakan sifat negatif dari pertanyaan,
alternatif jawaban yang diberikan adalah : Sangat Setuju (SS)
bernilai 1, Setuju (S) bernilai 2, Tidak Setuju (TS) bernilai 3,
Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 4.
2. Kuesioner Faktor pengetahuan dan kondisi fisik menggunakan skala
Guttman (Sugiyono, 2010). Pertanyaan dibuat dua tipe yaitu Favourable
dan unfavourable terhadap objek.
a. Sifat favourable merupakan sifat positif dari pertanyaan, anternatif
jawaban yang diberikan adalah : Benar (B) bernilai 1 dan Salah (S)
bernilai 0.
b. Sifat unfavourable merupakan sifat negatif dari pertanyaan,
anternatif jawaban yang diberikan adalah : Salah (S) bernilai 1 dan
Benar (B) bernilai 0.
K. Validitas dan Reliabilitas Penelitian
1. Mengukur Validitas
Valliditas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument (kuesioner), (Nursalam,
2008). Validitas diuji dengan menggunakan korelasi product moment
dari pearson dengan rumus:
N ( xy ) ( x )( y )
r xy =
( N x2 ( x ) )( N y ( y ) )

Keterangan :

r : kuesioner korelasi setiap item dengan skor total


X : skor pertanyaan
Y : skor total
N : Jumlah responden

xy : skor pertanyaan dikali skor total


Untuk mengetahui apakah perbedaan itu signifikan atau tidak,
maka harga r hitung tersebut perlu dibandingkan dengan harga r table.
Bila r hitung lebih besar dengan r table, maka perbedaan itu
dinyatakan signifikan sehingga instrument dinyatakan valid.
2. Mengukur Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu instrument yang cukup dan dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena
instrument tersebut sudah baik (Nursalam, 2008). Peneliti mengukur
reliabilitas keaktifan mengikuti senam dengan menggunakan rumus
Spermen Brown :
2.r b
r i=
1+r b

Keterangan:
ri

= Koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb

= Korelasi Product Moment antara belahan

Kriteria Indeks Reliabilitas :


a) 0,800 1,000 : sangat tinggi
b) 0,600 0,799 : tinggi
c) 0,400 0,599 : cukup tinggi
d) 0,200 0,399 : rendah
e) 0,000 0,199 : sangat rendah
L. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, data

tersebut

diolah

secara

komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel dan dipresentasikan


dengan langkah - langkah sebagai berikut :
1. Pengolahan Data

Notoatmojo (2010) dalam proses pengolahan data terdapat


langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :
a. Editing
Memeriksa data yang sudah terkumpul untuk meneliti
kelengkapan jawaban responden dengan kuesioner yang diberikan
yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada kesesuaian antara
semua pertanyaan yang diberikan dengan jawaban.
b. Coding
Memberikan kode angka pada awal penelitian

untuk

memudahkan dalam analisa data.


c. Tabulating
Tabulating yaitu menyusun dan menghitung data hasil coding
untuk disajikan dalam bentuk tabel kemudian di analisis.
d. Entry Data
Entry data yaitu memasukkan data yang diperoleh dengan
menggunakan komputer menggunakan program komputerisasi.
2. Analisa Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diintrepretasikan. Analisa data dilakukan
dengan menggunakan SPSS, dengan langkah-langkah analisa data yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Analisa Univariat
Menganalisa tiap-tiap variabel yang ada secara deskriptif dengan
menghitung distribusi frekuensi. Variabel yang dianalisa secara
univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.
Variabel frekuensi adalah keaktifan mengikuti senam lansia. Data
akan dianalisa menggunakan distribusi frekuensi, dengan rumus:
F
100
P= N

Tabel 3.2 Analisis Univariat


Variabel

Skala Data

Pengetahuan
Kondisi fisik
Kesadaran
Jarak tempat pelayanan
Keaktifan senam

Kategorik
Kategorik
Kategorik
Kategorik
Kategorik

Keaktifan
Keaktifan
Keaktifan
Keaktifan
Keaktifan
Keaktifan

Analisis
Chi square
Chi square
Chi square
Chi square
Chi square

b. Analisa Bivariat
Analisa yang dilakukan untuk mengeetahui hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Analisa dalam penelitian ini
menggunakan uji statistic non parameter teknik analisa bivariat
dengan uji Chi Square (X2) Rumus Chi Square:
2

0E

X =

Keterangan :
X
1

= nilai chi kuadrat

= nilai observasi
E= nilai expektasi/harapan
Dengan kententuan bahwa jika harga Chi Square rhitung lebih kecil
dari rtabel (rhitung < rtabel ) dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05, maka
tidak ada hubungan yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak,
sedangkan apabila rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel (xhitung

xtabel), maka hubungannya signifikan yang berarti bahwa Ho ditolak


dan Ha diterima.
c. Multivariat
Analisis regresi logistik digunakan untuk menjelaskan hubungan
antara variabel respon yang berupa data dikotomik/biner dengan
variabel bebas yang berupa data berskala interval dan atau kategorik.
Langkah-langkah analisis data di lakukan secara bertahap yaitu
1) Menyeleksi variabel yang akan di masukan dalam analisis
multivariat. Variabel yang di masukan dalam analisis multivariat
adalah variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p <
0,25
2) Melakukan analisis multivariat. Analisis multivariat baik regresi
logistik maupun regresi linier.
Metode yang di pakai dalam

analisis

multivariat

ini

menggunakan metode enter. Metode enter dapat di lakukan secara


manual, tidak otomatis.
M. Jalannya Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan meliputi beberapa tahap yaitu sebagai
berikut:
1. Tahap persiapan
Mengidentifikasi fenomena dan menentukan topik penelitian.
Peneliti selanjutnya mengajukan judul ke dosen pembimbing,
selanjutnya permohonan ijin studi pendahuluan dari kampus STIKES
Muhammadiyah Klaten, surat ijin tersebut ditujukan kepada kepala
desa Dukuh, Bayat, Klaten untuk melakukan studi pendahuluan dan
menjadikan lokasi penelitian. Peneliti melakukan penyusunan
proposal dan instrument penelitian. Instrumen penelitian yang telah
dibuat kemudian diuji coba pada responden diluar sampel penelitian

dengan karakteristik yang hampir sama dengan responden yang akan


diteliti.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada awal penelitian, peneliti mencari asisten peneliti untuk
membantu peneliti dalam mendampingi responden mengisi kuesioner
yang kurang paham dari setiap item pertanyaan yang diajukan.
Adapun kriteria asisten yang telah ditetapkan oleh peneliti adalah
asisten penelitian yang ber jumlah 1 orang yang dipilih dari
mahasiswa semester enam atau tingkat tiga. Asisten diberi penjelasan
tentang maksud dan tujuan penelitian serta prosedur yang akan
dilaksanakan. Sosialisasi ini bertujuan untuk menyamakan persepsi
antara peneliti dengan asisten penelitian. Selama penelitian, tugas
asisten penelitian yaitu membantu peneliti dalam membagikan lembar
informed consent, kuesioner keaktifan senam lansia, dan tidak
melakukan penilaian kuesioner, penilaian tetap dilakukan peneliti
sendiri. Untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan instrumen,
sebelum

kuesioner

pengetahuan

dijadikan

sebagai

alat

ukur

pengumpulan data terlebih dahulu peneliti melakukan uji validitas dan


reliabilitas. Uji coba instrumen ini akan dilaksanakan di wilayah desa
Santren, Dukuh, Bayat, Klaten sebanyak 20 responden. Hasil uji
instrumen akan dianalisis dan apabila terdapat item pertanyaan yang
tidak valid, pertanyaan tersebut akan dihapus. Peneliti melakukan
sosialisasi ke tempat penelitian yaitu di desa Santren, Dukuh, Bayat,
Klaten dan setiap responden akan dijelaskan tentang tujuan, manfaat

dan prosedur pelaksanaan penelitian secara door to door yang di bantu


bidan desa dan mengikuti posyandu lansia, setelah itu peneliti dibantu
asisten penelitian memberikan surat permohonan dan persetujuan
menjadi responden atau informed consent. Tahap selanjutnya adalah
menentukan responden penelitian. Kemudian peneliti dibantu asisten
penelitian untuk membagikan kuesioner keaktifan senam lansia dan
pengetahuan,

kesadaran,

kondisi

fisik

dan

jarak

pelayanan.

Selanjutnya data yang sudah didapatkan kemudian akan dianalisa


3.

untuk menghasilkan suatu kesimpulan.


Tahap akhir
Tahap akhir penelitian yaitu pembuatan laporan. Pembuatan
laporan dilakukan dengan cara mengolah data dan menganalisis data
yang sudah didapat terlebih dahulu, setelah semua data terkumpul dan
sudah

dilakukan

perhitungan

kemudian

peneliti

mengerjakan

penyelesaian atau pembahasan dari hasil penelitian. Langkah terakhir


dalam tahap ini yaitu presentasi dan pengumpulan laporan.

. DAFTAR PUSTAKA

Aditya, D. 2014. Hubungan Persepsi Kesehatan dan Dukungan Lansia


dengan Keaktifan Lansia dalam Mengikuti Posyandu Lansia di
Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Azizah, Lilik Marifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta.
Graha Ilmu.
Kusumaningrum, F. 2014. Faktor Internal yang Berhubungan dengan
Keaktifan Lansia Berkunjung ke Posyandu Lansia Desa Mayungan
Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Maryam et.al. 2008. Mengenal Lanjut Usia dan Perawatannya. Salemba
Medika. Jakarta.
Nisa, N. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga dan Peran Kader dengan
Keaktifan Lanjut Usia dalam Mengikuti Kegiatan di Posyanu Desa
Pucangan

Kartasura.

Skripsi.

Universitas

Muhammadiyah

Surakarta.
Nugroho, W. 2008. Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta. EGC.
Wahono. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Gantungan Makam Haji Sukoharjo. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Widyaningsih, R. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Motivasi Lansia dalam Mengikuti Senam Lansia di Dukuh

dlanggon, Blanceran, Karanganom, Klaten. Skripsi. STIKES


Muhammadiyah Klaten.

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEAKTIFAN LANSIA MENGIKUTI SENAM LANSIA DI
DESA SANTREN, DUKUH, BAYAT, KLATEN
A. Petunjuk
1. Bacalah petunjuk dalam mengisi dan menjawab kuesioner
2. Isilah identitas anda pada kuesioner identitas
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan cermat
4. Beri tanda cek ( )
B. Identitas Responden
1. No. Responden :
2. Umur
:
tahun
3. Jenis kelamin
: ( ) laki-laki

( ) perempuan
: ( ) dengan keluarga
( ) tinggal sendiri
5. Jarak rumah ke lokasi senam lansia :
(
(
(
4. Status tinggal

No
1
2

4
5

7
8
9
10

Keaktifan

Sangat
Setuju

) > 100 meter


) 51 100 meter
) 0 100 meter

Setuju

Tidak
Setuj
u

Sangat
Tidak
Setuju

Saya mengikuti senam lansia karena


keinginan saya sendiri
Saya mengikuti senam lansia agar
tubuh saya menjadi lebih bugar dan
tidak cepat lelah
Saya mengetahui senam lansia
banyak manfaatnya tetapi saya tidak
melakukannya
Saya mengikuti senam lansia karena
meniru orang lain
Saya sering melihat tetangga saya
mengikuti senam lansia, tetapi saya
sama sekali tidak tertarik untuk
mengikutinya
Saya mengikuti senam lansia karena
dianjurkan oleh tenaga kesehatan
(perawat/dokter/bidan)
Saya mengikuti senam lansia agar
mendapat pujian dari orang lain
Saya mengikuti senam lansia karena
dipaksa oleh anggota keluarga
Saya berusaha aktif selalu mengikuti
senam lansia setiap minggunya
Saya melakukan setiap gerakan
senam dengan sungguh- sungguh

Kesadaran

Sangat

Setuju

Tidak

Sangat

Setuju
11
12
13

14

15

16

17
18
19
20

21
22
23
24
25
26
27

Setuju

Tidak
Setuju

Seharusnya saya mengikuti senam


lansia setiap minggunya
Senam lansia sangat penting untuk
kesehatan saya
Senam lansia sangat bermanfaat
dan tidak mengganggu pekerjaan
saya
Saya tidak mendukung kegiatan
senam lansia karena mengganggu
pekerjaan saya
Walaupun saya sibuk, saya tetap
akan
menyempatkan
untuk
mengikuti senam lansia
Saya tidak perlu mengikuti senam
lansia karena tubuh saya masih
sehat
Senam lansia tidak terlalu penting
karena saya hidup sehat
Saya lebih senang mengikuti senam
lansia daripada olahraga lain
Walaupun saya sakit, saya akan
tetap mengikuti senam lansia
Saya hanya akan mengikuti senam
lansia jika dalam keadaan sehat saja

Pengetahuan
Senam lansia merupakan olahraga yang
ringan dan mudah dilakukan
Senam lansia dapat meningkatkan
kesegaran jasmani
Senam lansia dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas tidur
Senam lansia tidak dapat menurunkan
ketegangan dan kecemasan
Senam lansia dapat meningkatkan
perasaan senang
Senam lansia tidak mempunyai manfaat
apapun
Senam lansia dapat dilakukan setiap

Benar

Salah

28

29
30
31
32
33

34

35

hari di waktu senggang


Mengikuti
senam
lansia
dapat
meningkatkan
hubungan
kesetiakawanan

Kondisi Fisik
Saya merasa mudah lelah apabila
mengikuti senam lansia
Bagian tubuh saya ada yang sakit
setelah mengikuti senam lansia
Bagian tubuh saya merasa sakit pada
saat mengikuti senam lansia
Saya merasa kesulitan untuk menuju
tempat pelayanan senam lansia
Penglihatan saya sudah menurun
sehingga saya kesulitan menuju tempat
pelayanan senam lansia
Pendengaran saya sudah menurun
sehingga
saya
kesulitan
untuk
mendengar instruksi dari kader senam
Saya merasa kelebihan berat badan
sehingga kesulitan untuk melakukan
senam lansia

Benar

Salah

Anda mungkin juga menyukai