Anda di halaman 1dari 102

SKRIPSI

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU


MOBILISASI DINI PASIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSD
KALISAT

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan

Oleh :
ANGGA TRISNA NUGRAHA
16.1101.1015

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
SKRIPSI

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU


MOBILISASI DINI PASIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSD
KALISAT

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan

Oleh:

ANGGA TRISNA NUGRAHA


16.1101.1015

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU


MOBILISASI DINI PASIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSD
KALISAT

ANGGA TRISNA NUGRAHA


16.1101.1015

Skripsi ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk
dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi S1 Keperawatan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

Jember, Juni 2020

Pembimbing I

Ns. Mohammad Ali Hamid, S. Kep.,M.Kes


NIP. 1981080710310068

Pembimbing II

Ns. Mad Zaini, M.Kep, Sp. Kep. J


NIP. 198707141003751

ii
PENGESAHAN

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU


MOBILISASI DINI PASIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSD
KALISAT

ANGGA TRISNA NUGRAHA


16.1101.1015

Dewan Penguji Ujian Skripsi pada Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
Jember, Desember 2019

Penguji,

1. Ketua : Dr. Wahyudi Widada, S.Kp., M.Ked (.........................)


NIP. 1967121610704448

2. Penguji I : Ns. Mohammad Ali Hamid, S.Kep,.M.Kes (.........................)


NIP. 1981080710310068

3. Penguji II : Ns. Mad Zaini, M. Kep, Sp. Kep. J (..........................)


NIP. 198707141003751

Mengetahui,
Dekan

Sasmiyanto, S.Kep., Ns., M.Kes.


NIDN. 0716047902

iii
PENGUJI SKRIPSI

Dewan Penguji Ujian Skripsi Pada Program S1 Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember

Jember, Desember 2019


Penguji I

Dr. Wahyudi Widada, S.Kp., M.Ked


NIP. 1967121610704448

Penguji II

Ns. Mohammad Ali Hamid, S. Kep.,M.Kes


NIP. 1981080710310068

Penguji III

Ns. Mad Zaini, M.Kep, Sp. Kep. J


NIP. 198707141003751

iv
ABSTRAK

Abstrak

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Skripsi, Agustus 2020

Angga Trisna Nugraha

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Mobilisasi Dini Pasien Post


Operasi di Ruang Bedah RSD. Kalisat Kabupaten Jember

xii + 45halaman + 1bagan + 1Tabel + 10Lampiran

Abstrak

Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan tubuh.


Untuk menjaga homeostasis tubuh melakukan mekanisme untuk segera
melakukan pemulihan pada jaringan yang mengalami perlukaan. Setelah di
lakukan tindakan operasi pasien disarankan untuk bergerak, semakin cepat
bergerak semakin baik namun mobilisasi harus tetap di lakukan secara hati-hati.
Dukungan keluarga sangat penting untuk memotivasi pasien dalam menjalankan
mobilisasi. Oleh karena itu peran keluarga sangat perlu dalam rangka untuk
memberikan dukungan terhadap pasien supaya terbebas dari penyakit dan
komplikasi yang mungkin timbul setelah pasca operasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini
pasien post operasi di ruang bedah RSD.Kalisat Kabupaten Jember. Desain
penelitian ini adalah studi korelasional dengan pendekatan cross sectional dengan
menggunakan teknik sampling total sampling. Subyek penelitian keluarga pasien
dan pasien post operasi berjumlah 32 responden. Instrument penelitian yang di
gunakan yaitu kuisioner dukungan keluarga dan kuesioner mobilisasi. Analisa
data pada hasil penelitian menggunakan uji Spearman Rho di dapatkan hasil p
value 0,003 ≤ p 0,05 artinya H1 diterima dan R 0,515 yang artinya mobilisasi dini
dan dukungan keluarga memiliki hubungan yang kuat. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh antara dukungan keluarga dengan perilaku
mobilisasi dini pasien post operasi di ruang bedah RSD. Kalisat Kabupaten
Jember. Dengan demikian dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk pasien
menjalankan mobilisasi dalam proses penyembuhan pasca operasi.
Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Mobilisasi Dini, Pasien Post Operasi

v
ABSTRAK

Abstract
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH JEMBER
STUDY PROGRAM OF IS NURSERY
FACULTY 0F HYGIENICS

Thesis, August 2020


Angga Trisna Nugraha
The relationship between family support and post mobilization patient early
mobilization behavior in RSD Operating Room. Kalisat Regency of Jember.
xii + 45pages + 1chart+ 1 table + 10 attachments
Abstract
The operation action causes a change in body tissue continuity. To keep the body
homeostasis to perform mechanisms to immediately perform recovery on the
network that is experiencing the need. After the action of surgery the patient is
advised to move, the quicker the move the better but the mobilization should
remain carefully. Family support is crucial to motivate the patient in running
mobilization. Therefore, the role of the family is necessary in order to provide
support to the patient to be free from diseases and complications that may arise
after the post-operative. The study aims to find out the family support relationship
with the early mobilization behavior of patient post operations in the RSD
surgical chamber. Kalisat Jember District. The design of this research is a
correlational study with a cross sectional approach using a sampling technique of
total sampling. The subject of patient family studies and post-operative patients
amounted to 32 respondents. The research instruments used are the family
support questionnaires and the mobilization questionnaire. Analysis of the data
on the research results using the Spearman Rho test in Get the result of P value
0.003 ≤ p 0.05 means H1 accepted and R 0.515 which means early mobilization
and support of the family has a strong relationship. It can thus be concluded that
there is an influence between family support with the early mobilization behavior
of patient post operations in the RSD surgical chamber. Kalisat Jember District.
Thus the support of the family is necessary for the patient to carry out
mobilization in the post-operative healing process.
Keywords: family support, early mobilization, patient post surgery

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirobbilalamin atas segala karunia dan pertolongan yang Allah


SWT berikan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan proposal ini
dengan sebaik mungkin.

Proposal ini saya persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibu tercinta, karena kasih sayang dan kesabaran yang selama ini
kalian berikan untukku, menjadikan kekuatan untuk putramu ini. Terima
kasih atas segala do’a dan pengorbanan yang tidak bisa tergantikan.
2. Kakak saya Fatkhul Iksan Hadi Siswanto Setiawan dan Erna Innaha, juga
kepada kakak Wahyuning Kholifatul Wasiah dan Hendra Kusuma yang
selalu kompak dan memberikan semangat dalam segala hal kebaikan.
3. Adik saya Nadia, Ara, dan Qisya yang selalu membuat saya tertawa saat
mengeluh mengerjakan skripsi.
4. Sahabat saya Intan Faratiti, Wendah, Rosita, Dian, Gafur, Lana, Iqbal,
Catur, Shobri, Fikri, Ayik, Candra dll, yang selalu membantu dan
memberikan waktunya untuk saya dalam keadaan susah maupun senang.
5. Keluarga Besar KSR Unit Universitas Muhammadiyah Jember khususnya
Angkatan x terimakasih atas supportnya dan semangatnya yang selalu
diberikan dalam keadaan susah maupun senang.
6. Teman–teman seperjuanganku angkatan’16 Fakultas Ilmu Kesehatan
7. Almamater ku tercinta yang sudah memberikan ilmu dan pengalaman
yang luar biasa.

v
MOTTO

Gagal itu bukan keberhasilan yang tertunda


Gagal itu sebuah proses supaya nanti berhasil
(dr. Tirta)

Hidup ini seperti sepeda, agar tetap seimbang kau harus bergerak

(Albert Einstein)

Usaha yang kita tanam pada hari kemarin dan sekarang adalah buah yang akan
dipetik dikemudian hari

(Angga Trisna Nugraha)

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Dukungan

Keluarga Dengan Perilaku Mobilisasi Dini Pasien Post Operasi Di Ruang Bedah RSD

Kalisat”. Skripsi ini dibuat guna memenuhi syarat untuk melakukan penelitian dan

sebagai salah satu tugas akhir dan menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan di

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.

Peneliti merasa bahwa selesainya skripsi ini karena bimbingan, bantuan dan

dorongan dari banyak pihak, maka peneliti mengucapkan terimakasi dan

penghormatan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Hanafi., M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Jember.

2. Ns. Sasmiyanto, S.Kep., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jember.

3. Ns. Yeni Suryaningsih, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.

4. Ns. Mohammad Ali Hamid, S. Kep.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang

selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta selalu sabar dalam

membimbing penyusunan proposal ini.

ix
5. Ns. Mad Zaini, M. Kep, Sp. Kep. J selaku Dosen Pembimbing II yang juga selalu

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta selalu sabar dalam membimbing

penyusunan proposal ini.

6. Ayah saya, Kusnadi dan ibu saya, Umiatun selaku orang tua yang selalu

memberikan do’a sekaligus penyemangat dalam menyusun proposal ini.

7. Kepada seluruh pihak RSD Kalisat dan petugas yang lain, saya mengucapkan

terimakasih telah memberikan kepercayaan dan informasi kepada peneliti.

8. Responden yang telah bersedia dan meluangkan waktu nya menjadi responden

untuk penelitian ini serta memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh

peneliti.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari masih jauh dari kata

sempurna, maka dari itu peneliti sangat mengharap kritik dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang keperawatan.

Jember, Juni 2020

Peneliti

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. iii
LEMBAR PENGUJI SKRIPSI ...................................................... iv
ABSTRAK......................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................... vi
MOTTO............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR...................................................................... viii
DAFTAR ISI..................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN............................................................................ x
DAFTAR TABEL............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1


A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................... 6
C. Tujuan Penelitian................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................... 9


A. Konsep Post Operasi.............................................................. 9
B. Konsep Mobilisasi Dini......................................................... 10
C. Konsep Dukungan Keluarga ................................................. 22
D. Penelitian Terkait................................................................... 32

BAB III KERANGKA KONSEP ................................................... 35


A. Kerangka Konsep................................................................... 35
B. Hipotesis Penelitian................................................................ 36

BAB IV METODE PENELITIAN.................................................. 37


A. Desain Penelitian.................................................................... 37
B. Populasi, Sampel dan Sampling............................................. 37
C. Definisi Operasional .............................................................. 39
D. Tempat Penelitian .................................................................. 40
E. Waktu Penelitian .................................................................... 40
F. Etika Penelitian....................................................................... 40
G. Alat Pengumpulan Data.......................................................... 42
H. Prosedur Pengumpulan Data.................................................. 43
I. Analisis Data........................................................................... 45

xi
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................ 49
A. Data Umum............................................................................. 49
B. Data Khusus............................................................................ 51

BAB VI PEMBAHASAN................................................................. 53
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil............................................... 53
B. Keterbatasan Penelitian......................................................... 57
C. Implikasi Keperawatan.......................................................... 58

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN........................................ 59


A. Kesimpulan............................................................................. 59
B. Saran....................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 61

LAMPIRAN

xii
LAMPIRAN DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian............................................. 35

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.2 Definisi Operasional........................................................... 39


Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........ 49
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur..................... 49
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan............ 50
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan............... 50
Tabel 5.5 Gambaran Dukungan Keluarga.......................................... 51
Tabel 5.6 Gambaran Mobilisasi Dini................................................. 51
Tabel 5.7 Pengaruh Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Mobilisasi Dini
Pasien Post Operasi Di Ruang Bedah RSD Kalisat Jember...... 52

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan


Lampiran 2 Lembar Informed Concent
Lampiran 3 Data Demografi
Lampiran 4 Kuisioner Dukungan Keluarga
Lampiran 5 Kuisioner Mobilisasi Dini
Lampiran 6 Lembar Pengesahan Judul Skripsi
Lampiran 7 Surat Ijin Studi Pendahuluan Fakultas
Lampiran 8 Surat Ijin Studi Pendahuluan Oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Lampiran 9 Surat Ijin Studi Pendahuluan RSD. Kalisat
Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian Fakultas
Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian RSD. Kalisat
Lampiran 13 Lembar Konsultasi
Lampiran 14 Data Output SPSS
Lampiran 15 Dokumentasi

xv
xvi
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

dan pada umumnya di lakukan dengan membuat sayatan pada bagian tubuh

yang akan di tangani lalu dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri dengan

penutupan dan penjaitan luka (Apriansyah, Romadoni,& Andrianovita, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) (2013), jumlah pasien

dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat signifikan.

Pada tahun 2011 terdapat 140 jt pasien di seluruh rumah sakit di dunia, pada

tahun 2012 di Indonesia tindakan operasi mencapai 1,2 jt jiwa dan di

perkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi

(Kemenkes RI, 2013). Sedangkan di Jawa Timur terdapat 10.503 kasus bedah

efektif yang di lakukan selama tahun 2015 (Dinkes Jawa Timur, 2015).

Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan seperti diagnostik

(biopsi, laparatomi eksplorasi), kuratif (eksisi masa tumor, pengangkatan

apendik yang mengalami inflamasi), reperatif (memperbaiki luka multipel),

rekontruksi dan paliatif ( Wira Ditya, Asril Zahri,2016). Tindakan

pembedahan diawali dengan suatu prosedur anestesi di mana salah satu tujuan

anestesi adalah untuk menghilangkan nyeri selama prosedur pembedahan

1
2

berlangsung. Secara garis besar prosedur anestesi di bedakan menjadi anestesi

umum dan anestisi lokal. Anestesi umum artinya hilangnya rasa nyeri di tubuh

yang disertai dengan keadaan tidak sadar karena pemeberian obat-obatan

tertentu. Perbedaanya dengan keadaan anestesi lokal adalah keadaan

hilangnya rasa nyeri di tubuh tetapi tidak disertai hilangnya kesadaran

(Morgan et.al,2007).

Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas

jaringan tubuh. Untuk menjaga homeostasis tubuh melakukan mekanisme

untuk segera melakukan pemulihan pada jaringan yang mengalami perlukaan.

Pada proses pemulihan ini terjadi reaksi kimia dalam tubuh sehingga nyeri di

rasakan oleh pasien (Field, dalam Aini, 2010).

Respon psikologi yang terjadi akibat kecemasan memerlukan

dukungan mental dari keluarga guna meningkatkan semangat hidup pasien.

Dukungan keluarga penting sebagai strategi preventif dalam menurunkan

kecemasan pasca pre operasi. Terdapat dukungan penilaian dalam dukungan

keluarga. Untuk memahami keinginan pasien, keluarga dapat memberikan

ekspresi pengharapan positif, dukungan instrumental, bantuan finansial,

dukungan informasional dan dukungan emosional.

Dukungan penilaian berupa respon positif keluarga terhadap penyakit

yang di derita pasien, dalam kasus lain pasien yang mengalami kelainan

jantung bawaan, kondisi dalam hal ini penting dan perlu mendapatkan

dukungan keluarga dan orang-orang terdekat. Jika pasien mendapatkan

penialain negatif makan akan berdampak buruk bagi keberlangsungan


3

pengobatanya. Tidak hanya dukungan penilaian, dukungan instrumental

berupa pelayanan, contoh menemani pasien selama di rumah sakit. Bantuan

finansial bantuan nyata yang efektif mengurangi kecemasan dalam hal ini

dapat berupa biaya pengobatan. Dukungan informasional dari keluarga yaitu

memberikan solusi dari masalah yang ada, dalam contoh keluarga dapat

memberikan edukasi berupa cara mobilisasi guna mengembalikan kerja

fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat

penyembuhan luka pada pasien post operasi. Adapun dukungan emosional

yang diberikan pihak keluarga dapat berupa semangat dan motivasi.

Dukungan keluarga juga sangat penting untuk memotivasi pasien

dalam menjalankan mobilisasi, pada kenyataanya banyak keluarga yang

kurang mengerti bagaimana cara merawat keluarga yang sakit. Oleh karena itu

peran keluarga sangat perlu dalam memberikan dukungan terhadap pasien.

Setelah di lakukan tindakan operasi pasien disarankan untuk bergerak

semakin cepat bergerak semakin baik namun mobilisasi harus tetap di lakukan

secara hati-hati. Mobilisasi akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga

dapat mengurangi rasa nyeri, memperlancar peredaran darah, memperbaiki

pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ

vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka.

Menggerakkan badan atau melatih otot-otot dan sendi pasca operasi di sisi

lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak negatif dari beban

psikologi yang tentu saja berpengaruh baik terhadap pemulihan fisik. Salah

satu dari perawatan klien post operasi adalah dengan dilakukannya mobilisasi.
4

Latihan mobi lisasi dilakukan untuk mencegah dekubitus, merangsang

peristaltik serta mengurangi nyeri (Hidayat,2008).

Menurut Hidayat (2008), mobilisasi atau mobilitas merupakan suatu

kemampuan individu untuk dapat bergerak secara bebas, mudah, dan teratur

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan

kesehatanya. Sehingga segala aktivitas yang dilakukan oleh seorang individu

merupakan mobilisasi. Setiap orang memiliki rentang kemampuan untuk

mobilisasi yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Seseorang

yang sehat berbeda intensitas mobilisasinya dengan seseorang yang sakit.

Seperti seseorang yang telah menjalani operasi akan memiliki intensitas

mobilisasi yang lebih sedikit dari pada seseorang yang tidak menjalani

operasi. Untuk melatih seseorang yang telah menjalaini operasi maka

dibutuhkan latihan mobilisasi secara lebih dini untuk memandirikan individu

tersebut melakukan aktivitas dan mobilisasi dari yang paling ringan hingga

yang mencangkup seluruh aktivitas sehari-harinya.

Menurut Potter & Perry (2007) mobilisasi dini sangat penting sebagai

tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

sebelumnya. Dampak mobilisasi yang tidak dilakukan bisa menyebabkan

gangguan fungsi tubuh, aliran darah tersumbat dan peningkatan intensitas

nyeri. Mobilitas dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa

nyeri dengan cara menghilngkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau

daerah operasi, mengurangi aktivitas respon nyeri serta meminimlkan

transmisi saraf nyeri menuju saraf pusat.


5

Mobilisasi dini adalah tindakan yang dilakukan untuk membimbing

penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin

berjalan. Hal ini menjelaskan bahwa pasien post operasi atau bedah,

diperbolehkan untuk bergerak dari mobilisasi yang ringan hingga aktivitas

yang lebih berat. Namun mobilisasi yang di lakukan post operasi sangat

bermanfaat dalam mendukung kesembuhan pasien. Mobilisasi dini merupakan

suatu aspek penting pada fungsi fisiologis karena komponen esensial guna

mempertahankan kemandirian. Mobilisasi dini berfungsi untuk melatih otot,

sistem saraf, tulang maupun sirkulasi darah sehingga di harapkan mampu

mempercepat proses penyembuhan luka pasca operasi (Carpenito, 2009).

Relaksasi otot skeletal di percaya dapat menurunkan nyeri dengan

merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri (Smeltzer & Bare, 2006).

Mobilisasi dini juga dapat merupakan salah satu cara untuk dapat

merileksasikan otot-otot dan membiasakan diri dalam dalam melakukan

aktivitas diri yang sederhana hingga yang lebih rumit. Pasien post operasi

merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi dini. Dengan gerakan miring

kanan dan kiri 6 jam post operasi, otot-otot akan kembali normal, sehingga

otot menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit. Dengan demikian

pasien merasa sehat, meningkatkan peristaltik usus, membantu memperoleh

kekuatan dan mempercepat penyembuhan.

Setelah dilakukan tindakan operasi pasien akan berada di fase proses

pemulihan yaitu terjadi reaksi kimia dalam tubuh sehingga nyeri di rasakan

oleh pasien. Akibat dari reaksi kimia inilah pasien mengalami kecemasan dan
6

rasa nyeri yang memerlukan dukungan mental dari keluarga guna

meningkatkan semangat hidup pasien. Banyak pasien masih beranggapan

bahwa melakukan mobilisasi justru menghambat proses pemulihan atau

penyembuhan luka pasca operasi, oleh karena itu dukungan informasional

tentang mobilisasi sangat dibutuhkan dan efektif dalam meningkatkan

perilaku mobilisasi pasien guna mempercepat proses pemulihan.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan

data pasien post operasi di RSD Kalisat Kabupaten Jember pada tanggal 19

Desember 2019 berjumlah 32 pasien post operasi selama 1 bulan terakhir.

Berdasarkan sumber diatas peneliti mengangkat judul “Pengaruh Dukungan

Keluarga dengan Perilaku Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Operasi di Ruang

Bedah RSD. Kalisat Kabupaten Jember”.

B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah

Perilaku mobilisasi merupakan salah satu input penting untuk

penyembuhan luka post oprasi. Salah satu indikator untuk penyembuhan

luka degan cara prilaku mobilisasi. Buruknya prilaku mobilisasi pasca

oprasi di Indonesia berimbas pada proses penyembuhan luka. Post oprasi

merupakan salah satu indikator dari mobilisasi kurang maka berdampak

negatif pada proses penyembuan luka.

2. Pertanyaan Masalah

a. Bagaimanakah dukungan keluarga terhadap mobilisasi pasien post

operasi di ruang bedah RSD Kalisat?


7

b. Bagaimanakah perilaku mobilisasi dini pasien post operasi di ruang

bedah RSD Kalisat?

c. Adakah pengaruh dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini

pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan makna dan arti dari dukungan

keluarga dengan perilaku mobilisasi dini pasien post operasi di ruang

bedah RSD Kalisat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap mobilisasi pasien post

operasi di ruang bedah RSD Kalisat.

b. Mengidentifikasi perilaku mobilisasi dini pasien post operasi di ruang

bedah RSD Kalisat.

c. Menganalisis pengaruh dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi

dini pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat.

D. Manfaat Penelitian

1. Petugas Kesehatan

Melalui penelitian ini di harapkan perawat dapat menjalankan

perannya dan dapat mengkaji mobilisasi pada kejadian post oprasi pada

masyarakat untuk membantu proses penyembuhan luka .Dari hasil

penelitian diharapkan perawat / tim kesehatan serta masyarakat bisa

mengetahui penyembuhan luka dengan prilaku mobilisasi.


8

2. Instansi Layanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada

Instsansi pelayanan kesehatan prilaku mobilisasi pada kejadian post

oprasi. sehingga instansi kesehatan dapat lebih baik dalam penyembuhan

luka post oprasi.

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana diagnosis dalam

mencari sebab masalah atau kegagalan yang terjadi di dalam sistem

penilaian pelayanan yang sedang berjalan. Dengan demikian akan

memudahkan pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah.

4. Keluarga dan Pasien

Penelitian ini diharapkan dapat mengingatkan kepada keluarga

khususnya keluarga yang mempunyai keluarga post oprasi supaya lebih

memperhatikan penyembuhan luka dengan cara mobilisasi.

5. Penelitian Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi dasar

dalam melakukan penelitian mengenai intervensi untuk meningkatkan

penyembuhan luka pasca post operasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Post Operasi
1. Definisi Post Operasi

Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang di

mulai saat pasien di pindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai

evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Tahap pasca operasi di mulai

dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit pasca operasi dan

berakhir saat pasien pulang.

1. Jenis-jenis Operasi

a. Menurut fungsinya (tujuannya), Potter dan Perry (2006) membagi

menjadi :

1) Diagnostik : biopsi, laparatomy eksplorasi

2) Kuratif (ablatif) : tumor, appendiktomi

3) Reparatif : memperbaiki multipel

4) Rekontroktif : mamoplasti, perbaikan wajah

5) Paliatif : menghilangkan nyeri

6) Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ

atau struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea)

b. Menurut Luas atau Tingkat Resiko :

1) Mayor

Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai

tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup pasien.

9
10

2) Minor

Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko

komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.

2. Komplikasi Post Operasi

Menurut Baradero (2008) komplikasi post operasi yang akan muncul

antara lain yaitu hipotensi dan hipertensi. Hipotensi didefinisikan sebagai

tekanan darah systole kurang dari 70mmHg atau turun lebih dari 25% dari

nilai sebelumnya. Hipotensi dapat di sebabkan oleh hipovelemia yang di

akibatkan oleh perdarahan dan overdosis obat anestetika. Hipertensi di

sebabkan oleh analgesik dan hipnosis yang tidak adekuat, batuk, penyakit

hipertensi yang tidak diterapi dan ventilasi yang tidak adekuat.

Sedangkan menurut Majid, (2011) komplikasi post operasi adalah

perdarahan dengan manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah, terus

bergerak, merasa haus, kulit dingin, basah, pucat, nadi meningkat, suhu

turun, pernapasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien

melemah.

B. Mobilisasi Dini
1. Definisi Mobilisasi

Mobilisasi adalah suatu kegiatan untuk melatih alat tubuh dan

meningkatkan fleksibilitas sendi. Mobilisasi merupakan suatu kebutuhan

dasar manusia yang di perlukan oleh individu untuk melakukan aktivitas

sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan, latihan

maupun kemampuan aktivitas (Potter & Perry, 2010). Mobilisasi adalah


11

kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan

kesehatanya (Hidayat, 2011).

Mobilisasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan

oleh individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakkan

sendi, sikap, gaya berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas, sehingga

dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka sistem saraf,

otot, dan skletal harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik (Potter & Perry,

2010).

2. Tujuan dan Manfaat Mobilisasi

Mekanik dan gerak tubuh sangat bermanfaat bagi seseorang

diantaranya dapat membuat tubuh menjadi lebih segar, memperbaiki tonus

otot dan posisi tubuh, mengontrol berat badan, mengurangi stress, serta dapat

meningkatkan relaksasi, merangsang peredaran darah ke otot dan organ tubuh

lain sehingga meningkatkan kelenturan tubuh, pada anak dapat merangsang

pertumbuhan (Asmadi, 2010). Latihan mobilisasi juga dapat di lakukan untuk

mencegah komplikasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta

mengurangi adanya nyeri (Hidayat, 2010).

Selain itu tujuan untuk mobilisasi yaitu untuk mencegah terjadinya

bronkopnemoni, kekakuan sendi, mencegah tromboplebitis, atropi otot,

penumpukan sekret, memperlancar sirkulasi darah, mencegah kontrktur,

dekubitus serta memelihara faal kandung kemih agar tetap berfungsi secara

baik dan pasien dapat beraktivitas. Mobilisasi juga memiliki banyak tujuan
12

seperti mengekpresikan emosi dengan gerakan non verbal, pertahanan diri,

pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi.

Menurut Kozier, et al. (2010), manfaat yang dapat diperoleh dari

mobilisasi bagi tubuh adalah sebagai berikut.

a. Sistem Muskuloskeletal

Ukuran, bentuk, tonus dan kekuatan rangka dan otot jantung dapat

dipertahankan dengan melakukan latihan yang ringan dan dapat di

tingkatkan dengan melakukan latihan yang berat. Dengan melakukan

latihan, tonus otot dan kemampuan kontraksi otot meningkat serta dapat

meningkatkan fleksibilitas tonus otot dan Range Of Motion (ROM).

b. Sistem Kardiovaskuler

Melakukan latihan atau mobilisasi yang adekuat dapat meningkatkan

denyut jantung (heart rate), menguatkan kontraksi otot jantung, dan

menyuplai darah ke jantung dan otot. Jumlah darah yang di pompa oleh

jantung (cardiac output) meningkat karena aliran balik dari darah. Jumlah

darah yang di pompa oleh jantung (cardiac output) normal 5 liter/menit,

dengan mobilisasi dapat meningkatkan cardiac output sampai 30

liter/menit.

c. Sistem Respirasi

Jumlah udara yang di hirup dan di keluarkan oleh paru (ventilasi)

meningkat. Ventilasi normal 5-6 liter/menit. Pada mobilisasi yang berat

kebutuhan oksigen meningkat hingga mencapai 20x dari kebutuhan


13

normal. Aktivitas yang adekuat juga dapat mencegah penumpukan sekret

pada bronkus dan bronkiolus, menurukan pernapasan.

d. Sistem Gastrointestinal

Beraktivitas dapat memperbaiki nafsu makan dan meningkatkan tonus

saluran pencernaan, memperbaiki pencernaan dan eliminasi seperti

mempercepat pemulihan peristaltik usus dan mencegah terjadinya

konstipasi serta menghilangkan distensi abdomen.

e. Sistem Metabolik

Dengan latihan dapat meningkatkan kecepatan metabolisme dengan

demikian peningkatan produksi dari panas tubuh. Selama melakukan

aktivitas berat, kecepatan metabolisme dapat meningkat sampai 20x dari

kecepatan normal. Dengan beraktivitas juga dapat meningkatkan

penggunaan trigliserid dan asam lemak, sehingga dapat mengurangi

tingkat trigliserid serum dan kolestrol dalam tubuh.

f. Sistem Urinari

Karena aktivitas yang adekuat dapat menaikkan aliran darah, tubuh

dapat memisahkan sampah dengan lebih efektif, dengan demikian dapat

mencegah terjadinya statis urinari. Kejadian retensi urine juga dapat di

cegah dengan melakukan aktivitas.

3. Dampak Imobilisasi

Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang di sebabkan

oleh kondisi di mana gerakan terganggu atau di batasi secara terapeutik

(Potter & Perry, 2010). Menurut Asmadi (2009), terdapat beberapa dampak
14

apabila seseorang tidak bergerak atau imobilisasi. Beberapa dampak tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Sistem Integumen

Badrest yang lama dapat menyebabkan abrasi dan dekubitus. Hal tersebut

di sebabkan karena pada immobilisasi terjadi gesekan, tekanan, jaringan

bergeser satu dengan yang lain, dan penurunan sirkulasi darah pada area

yang tertekan. Kondisi yang dapat memperburuk hal tersebut antara lain

seperti kegemukan, adanya infeksi, trauma, berkeringat, dan nutrisi yang

buruk. Selain itu sirkulasi darah yang lambat mengakibatkan kebutuhan

oksigen dan nutrisi pada area yang tertekan menurun, sehingga laju

metabolisme jaringan menurun.

b. Sistem Kardiovaskuler

Beberapa dampak imobilisasi terhadap sistem kardiovaskuler, diantaranya

menyebabkan penurunan Cardiac reserve yakni immobilisasi

menyebabkan pengaruh simpatis atau sistem adrenergik lebih besar dari

pada sistem kolonergk. Hal ini menyebabkan peningkatan denyut jantung.

Peningkatan denyut jantung mengakibatkan waktu pengisian diastolik

memendek dan terjadi penururnan kapasitas jantung untuk merespon

kebutuhan metabolisme tubuh. Pada kondisi bedrest yang lama juga dapat

terjadi hipotensi ortostatik yang mengakibatkan klien merasa pusing saat

bangkit dari bedrest yang lama tersebut.

c. Sistem Respirasi
15

Dampak imobilisasi pada sistem respirasi diantaranya terjadi penurunan

kapasitas vital, penurunan ventilasi volunter maksimal, penurunan

ventilasi atau perfusi setempat, mekanisme batuk menurun.

d. Sistem Pencernaan

Dampak pada sistem pencernaan antara lain anoreksia yang diakibatkan

penurunan kebutuhan kalori pada klien imobilisasi yang dapat menguragi

nafsu makan, konstipasi yang diakibatkan karena jumlah adrenergik yang

banyak pada imobilisasi dapat menghambat peristaltik dan sphincter

menjadi konstriksi, faktor lain dari terjadinya konstipasi karena kurang

gerak, perubahan makan dan minum, meningkatnya absorbsi air,

rendahnya intake cairan dan serat. Pada klien immobilisasi juga

mempengaruhi metabolisme tubuh karena penurunan mobilitas dapat

mengakibatkan penurunan energi yang di butuhkan oleh sel-sel tubuh.

Bedrest yang terus-menerus akan menurunkan aktivitas pankreas, di mana

insulin yng diproduksi tidak cukup untuk mentoleransi glukosa, sehingga

menyebabkan kadar glukosa dalam serum, dan efek tersebut dapat

kembali normal bila klien melakukan aktivitas.

e. Sistem Perkemihan

Pada kondisi normal urin mengalir dari pelvis renalis masuk ke ureter

lalu ke kandung kemih yang disebabkan oleh gaya gravitasi namun pada

kondisi terlentang ginjal dan ureter berada pada posisi yang sejajar

sehingga urin tidak dapat melewati ureter dengan baik, akibatnya urin
16

banyak tersimpan di pelvis renalis. Hal ini meningkatkan potensi untuk

terjadinya infeksi saluran kemih.

f. Sistem Muskuloskeletal

Imobilisasi menyebabkan penurunan massa otot sebagai akibat dari

kecepatan metabolisme yang turun dan kurang beraktivitas. Selain itu

imobilisasi juga dapat mengakibatkan pemendekan serat otot yang

mengakibatkan kekauan sendi yang dapat menimbulkan hambatan dalam

pergerakan selanjutnya.

4. Definisi Mobilisasi Dini


Menurut Potter & Perry (2010) mobilisasi dini sangat penting sebagai

tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

sebelumnya. Dampak mobilisasi yang tidak dilakukan bisa menyebabkan

gangguan fungsi tubuh, aliran darah tersumbat dan peningkatan intensitas

nyeri.

Mobilisasi dini diatas tempat tidur dapat dilakukan dengan melakukan

latihan umum diatas tempat tidur dalam 24 jam pertama, tujuan latihan ini

untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya kontraktur dan juga

memungkinkan klien kembali secara penuh fungsi fisiologisnya (Smeltzer &

Bare, 2010).

Pada saat awal pergerakan fisik bisa dilakukan diatas tempat tidur

dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan,

mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk

juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan. Pergerakan


17

akan mencegah kekakuan otot dan sendi, menjamin kelancaran peredaran

darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja

fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat

penyembuhan pasien. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot

dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan

mengurangi dampak negatif dari beban psikologis yang tentu saja

berpengaruh baik juga terhadap pemulihan fisik (Kusmawan, 2009).

5. Jenis Mobilisasi

Mobilisasi dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis mobilisasi diantaranya adalah

mobilisasi penuh dan mobilisasi sebagian. Mobilisasi sebagian dibagi menjadi

mobilisasi sebagian temporer dan mobilisasi sebagian permanen.

a. Mobilisasi Penuh

Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan

menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi

saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area

tubuh seseorang.

b. Mobilisasi Sebagian

Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
18

dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area

tubuhnya. Mobilitas sebagian dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat

disebabkan oleh trauma reversibel pada muskulosekeletal, contohnya

dislokasi sendi dan tulang.

b) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut

disebabkan oleh rusaknya sistem saraf reversibel, contohnya terjadinya

hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,

poliomyelitis karena terganggunya sistem syaraf motorik dan sensorik.

6. Tahapan Mobilisasi Pasien Post Operasi

Mobilisasi pasca operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca

pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan

pernapasan, latihan batuk efektif, dan menggerakkan tungkai) sampai dengan

pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan

keluar kamar.

a. Tahap-tahap mobilisasi pada pasien pasca operasi meliputi (Cetrione

dalam Rismalia,2010) :

1) Pada saat awal (6 samapi 8 jam setelah operasi)

Pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan

menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk dan diluruskan,


19

mengkontraksikan otot termasuk juga menggerakkan badan

lainnya, miring ke kiri atau ke kanan.

2) Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal

Badan sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak

dan fase selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang

dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakkan.

3) Pada Hari ke dua pasca operasi

Rata-rata untuk pasien yang dirawat di kamar atau bangsal dan

tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya memang

sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar

misalnya ke toilet atau kamar mandi sendiri. Pasien harus

diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin hal

ini perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien pasca operasi

untuk mengembalikan fungsi pasien kembali normal.

b. Tahap mobilisasi dini menurut (Thomson, 2012) dijelaskan sebagai

berikut :

1) Tahap 1 : mobilisasi atau gerakan awal : nafas dalam, batuk efektif,

dan menggerakkan ekstremitas

2) Tahap 2 : mobilisasi atau gerak memutarkan pergelangan kaki dan

lengan

3) Tahap 3 : mobilisasi atau gerakan duduk tegak selama 5 menit

4) Tahap 4 : mobilisasi atau gerakan turun dari tempat tidur dan berdiri

(3x/hari)
20

5) Tahap 5 : mobilisasi atau gerakan berjalan dengan bantuan (2x/hari)

6) Tahap 6 : mobilisasi atau gerakan berdiri sampai sampai kembali

duduk naik ke tempat tidur tanpa bantuan secara perlahan

7) Tahap 7 : mobilisasi a tau gerakan bangkit dari duduk ditempat tidur

tanpa bantuan

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Mobilisasi dini

1) Penyakit tertentu dan cidera

Penyakit-penyakit tertentu dan cidera berpengaruh terhadap mobilitas

misalnya penderita multipe aklerosis dan cidera pada urat saraf tulang

belakang. Demikian juga pada pasien post operasi atau yang mengalami nyeri,

cenderung membatasi gerakan.

2) Budaya

Beberapa faktor budaya juga mempunyai pengaruh terhadap aktivitas.

Masyarakat masih mempunyai pandangan bahwa mobilisasi pasca post

operasi harus membatasi gerakan aktivitas tubuh agar tidak memperparah luka

operasi.

3) Energi

Tingkat energi bervariasi pada setiap individu. Terkadang seseorang

membatasi aktivitas tanpa mengetahui penyebabnya. Selain itu tingkat usia

juga berpengaruh terhadap aktivitas. Misalnya orang pada usia pertengahan

cenderung mengalami penurunan aktivitas yang berlanjut sampai usia tua.


21

4) Keberadaan nyeri

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, universal dan bersifat individual.

Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri

beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya, sehingga

pasien post operasi tidak berkenan untuk melakukan mobilisasi dini karena

hanya meningkatkan rasa nyeri saja.

5) Faktor perkembangan

Faktor yang mempengaruhi adalah umur sehingga pasien post operasi susah

melakukan mobilisasi karena bertambahnya usia sehingga kelemahan

ototnya berkurang.

6) Tingkat Kecemasan

Yang mempengaruhi mobilisasi adalah cemas (ansietas) Ansietas

merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu

diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi

permasalahan.

7) Tingkat Pengetahuan

Pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan muskuloskeletal akan

mengalami peningkatkan penanganan. Informasi mengenai apa yang

diharapkan termasuk sensasi selama dan setelah penenganan dapat

memberanikan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dalam

pengembangan dan penerapan penanganan. Informasi khusus mengenai

antisipasi peralatan misalnya penanganan alat fiksasi eksternal, alat bantu

ambulasi (trapeze, walker, tongkat), latihan dan medikasi harus


22

didiskusikan dengan pasien (Brunner & Suddarth, 2002). Informasi yang

diberikan tentang prosedur perawatan dapat mengurangi ketakutan pasien.

8) Depresi

Besar kemungkinan setelah operasi akan pasien mengalami depresi.

Biasanya depresi berlangsung sekitar satu sampai dua hari, hal ini dapat

terjadi karena perubahan mendadak dari hormon. Gejalanya berupa mudah

tersinggung , menangis, tanpa sebab, dan gelisah (Chapman, 2006).

C. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi

interaksi antara anak dan orang tua. Keluarga berasal dari bahasa sansakerta

kulu dan warga atau kuluwarga yang berarti anggota kelompok kerabat (Ali,

2010).

Mubarak, dkk (2010) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih

individu yang di ikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-

tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.

Sedangkan menurut Andarmoyo (2012) keluarga adalah satu sistem

sosial yang terdiri dari individu-individu yang bergabung dan berinteraksi

secara teratur antara satu dengan yang lain yang di wujudkan dengan adanya

saling ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan bersama.

2. Fungsi Keluarga

Menurut Marwani (2010) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga sebagai

berikut:
23

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi

afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota

keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang

positif. Hal tersebut dapat di pelajari dan di kembangkan melalu interaksi

dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil

melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat

mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang perlu di penuhi oleh

keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :

a) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan

dukungan dari anggota yang lain. Maka kemampuannya untuk

memberikan kasih sayang akan meningkat yang pada akhirnya tercipta

hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim

didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan

dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.

b) Saling Menghargai , bila anggota keluarga saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.

c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat

memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan


24

melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek

kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses

identifikasi yang posisitif sehingga anak-anak meniru tingkah laku

yang positif dari kedua orang tuanya.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan

kebahagian keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau

masalah keluarga timbul karena fungsi afektif dalam keluarga tidak

terpenuhi.

2) Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar

bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu

dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai

belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian

keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan

perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau

hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan

perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.

3) Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
25

selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk

membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.

4) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan,

pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan

penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan

permasalahan yang berujung pada perceraian.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek

asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan

dan merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam

memberi asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat

dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang

dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan

masalah kesehatan.

3. Instrument Dukungan Keluarga


Alat ukur (Blue Print) Menurut Arikunto (2011), untuk mengungkap variabel
dukungan keluarga, menggunakan skala dukungan keluarga yang diadaptasi
dan dikembangkan dari teori House. Dan aspek-aspek yang digunakan untuk
mengukur dukungan keluarga adalah dukungan emosional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan dukungan informatif.
Indikator Alat Ukur Dukungan Keluarga :
26

1) Dukungan emosional
2) Dukungan penilaian
3) Dukungan instrumental
4) Dukungan informatif
Pada pengisian skala ini, sampel diminta untuk menjawab pertanyaan yang
ada dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang
tersedia. Skala ini menggunakan skala model likert yang terdiri dari
pernyataan dari empat alternatif jawaban yaitu 1= tidak pernah, 2= kadang-
kadang, 3= sering , 4= selalu. Instrumen dukungan keluarga ini terdiri dari dua
tipe pertanyaan :

a. Pertanyaan positif (favourable) terdapat pada pernyataan nomor


1,2,3,4,5,6,7,8,10,14,15,16. Dengan skor selalu (4), sering (3),
kadang-kadang (2), tidak pernah (1).
b. Pertanyaan negatif (unfavourable) terdapat pada pernyataan nomor
9,11,12,13. Dengan skor selalu (1), sering (2), kadang-kadang (3),
tidak pernah (4).
4. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Menurut Andarmoyo (2012) tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :

1) Mengenal masalah kesehatan

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

5) Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan

masyarakat.

Menurut Donsu, dkk (2015) tugas keluarga :

1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya


27

2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing

4) Sosialisasi antar anggota keluarga

5) Pengaturan jumlah anggota keluarga

6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas

8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

5. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut Fridman (2010) adalah sikap, tindakan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya berupa dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan

emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk interpersonal yang

meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga

sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan.

Murniasih (2010) menyatakan dukungan keluarga adalah sikap,

tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga

dipandang sebagai bagian yang tidak tepisahkan dalam lingkungan

keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan.
28

6. Bentuk atau Fungsi Dukungan Keluarga

Menurut Harnilawati (2013), keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan

yaitu :

1) Dukungan Penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami

kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping

yang dapat digunakan dalam mengahadapi stressor. Dukungan ini juga

merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif

terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak

bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengharapan

positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap

ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang

dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan

keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan

startegi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada

aspek-aspek yang positif.

2) Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmani seperti pelayanan,

bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (Instrumental

support material support) suatu kondisi dimana benda atau jasa akan

membantu memecahkan masalah praktis termasuk didalamnya bantuan

langsung seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang,

membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan


29

transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi

yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling

efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada

dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis

dan tujuan nyata.

3) Dukungan Informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi

dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan

tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor. Individu yang

mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan

masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed

back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun

informasi dan pemberian informasi.

4) Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosiaonal,

sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan

seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional

memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai, empati, rasa

percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga.


30

Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan

memberikan semangat.

7. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2010), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang

menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif

menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang

berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhtian daripada anak-

anak yang berasal dari keluarga yang lebih besar. Selain itu dukungan

keluarga yang diberikan oleh orang tua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh

usia. Menurut Friedman (2010), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih

tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih

egosentris di bandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Hal ini yang mempengaruhi faktor-faktor dukungn keluarga lainnya

adalah kelas ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi meliputi tingkat

pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga

kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin

ada, sementara dalam keluarga kelas bawah hubungan yang ada lebih otoritas

dan otokrasi. Selain itu orang tua dan kelas sosial menengah mempunyai

tingkat dukungan afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua

dengan kelas sosial bawah (Friedman, 2010). Faktor lainnya adalah adalah

tingkat pendidikan semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin

tinggi dukungan yang diberikan pada keluarga yang sakit.


31

8. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Mobilisasi Dini Pada Pasien

Post Operasi

Menurut Sjamsuhidayat dan de Jong (1997) bahwa metode operasi

dapat memunculkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang

sering adalah nyeri. Semakin segera bergerak / mobilisasi maka semakin baik

namun mobilisasi dini harus tetap di lakukan secara berhati-hati dan mendapat

bimbingan dari tim kesehatan.

Usaha untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi post operasi

dapat di lakukan dengan tindakan farmakologi maupun nonfarmakologi yang

efektif dan efesien adalah mobilisasi dini (early ambulation) sesuai standart

(SOP)

Mobilisasi merupakan salah satu cara untuk dapat merileksasikan otot-

otot dan membiasakan diri dalam melakukan aktivitas dari yang sederhana

hingga yang lebih rumit. Pasien post operasi merasa lebih sehat dan kuat

dengan mobilisasi dini atau early ambulation. Dengan gerakan miring kanan

dan kiri 6 jam post operasi, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal

sehingga otot perut menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit.

Dengan demikian klien merasa sehat, meningkatkan peristaltik usus,

membantu memperoleh kekuatan dan mempetcepat penyembuhan

(Fitriyahsari, 2010).

Mobilisasi dini dilakukan setelah pasien sadar dari pengaruh anastesi

dan segera setelah operasi. Latihan mobilisasi dilakukan untuk mencegah

komplikasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi


32

adanya nyeri (Hidayat, 2010). Mobilisasi dini merupakan suatu aspek penting

pada fungsi fisiologis karena merupakan komponen esensial guna

mempertahankan kemandirian. Mobilisasi dini berfungsi untuk melatih otot,

sistem saraf, tulang, maupun sirkulasi darah sehingga diharapkan mampu

mempercepat proses penyembuhan luka apendektomi (Carpenito, 2010).

Menurut Potter & Perry (2010) mobilisasi dini sangat penting sebagai

tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

sebelumnya. Dampak mobilisasi yang tidak di lakukan bisa menyebabkan

fungsi tubuh, aliran darah tersumbat dan peningkatan intensitas nyeri.

Pada saat awal pergerakan fisik bisa dilakukan diatas tempat tidur

dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan,

mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk

juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan. Pergerakan

akan mencegah kekakuan otot dan sendi, menjamin kelancaran peredaran

darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja

fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat

penyembuhan pasien. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot

dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan

mengurangi dampak negatif dari beban psikologis yang tentu saja

berpengaruh baik juga terhadap pemulihan fisik.

D. Penelitian Terkait

1 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muslika, Ismonah, dan Meika

(2015), dengan judul “Efektiitas Mobilisasi Dini Terhadap Respon Berkemih


33

Pada Pasien Post Operasi Abdomen Di Rs Panti Wilasa Citarum Semarang”.

didapatkan hasil penelitian yaitu, terdapat hubungan yang signifikan antara

kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Terlihat dari hasil uji shapiro wilk

hasil uji menunjukkan kelompok intervensi berdistribusi normal dengan hasil

(p=0,55) sedangkan kelompok kontrol berdistribusi tidak normal yaitu (p=0.03)

sehingga dilanjutkan dengan uji mann whitney hasil menunjukkan (p=0,00). Pada

karakteristik responden bedah abdomen usia responden di dominasi oleh

kelompok dewasa yaitu pada kisaran 26-35 tahun sejumlah 7 responden (46,7%)

pada kelompok intervensi sedangkan pada kelompok kontrol 8 responden

(953,3%), sedangkan pada jenis kelamin responden dengan jenis kelamin laki-laki

4 responden (26,7%) dan perempuan 11 responden (73,3%) pada kelompok

intervensi demikian pula pada kelompok kontrol.

2 Pada penelitian yang dilakukan oleh Aisyah dan Budi (2011), dengan judul “

Hubungan Pengetahuan Tentang Mobilisasi Dini Dengan Tindakan Mobilisasi

Dini Pada Ibu Nifas 1 Hari Post Sectio Caesarea”. Desain penelitian analitik

cross sectional. Populasi seluruh ibu nifas 1 hari post sectio caesarea. Sampel 20

responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, di ambil secara aksidental

sampling. Hasil penelitian responden berpengetahuan baik seluruhnya melakukan

tindakan mobilisasi dini yaitu 15 (100%). Responden berpengetahuan cukup lebih

dari sebagian melakukan tindakan mobilisasi dini yaitu 2 (66,7 %). Sedangkan

pengetahuan kurang sebagian melakukan tindakan mobilisasi dini yaitu 1 (50 %)

responden. Kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan tentang mobilisasi dini

dengan tindakan mobilisasi dini pada ibu nifas 1 hari post sectio caesarea.
34

3 Menurut Sari, Siswantoro dan Dwipayanti (2018), dengan judul “ Efektivitas

Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post Operasi Hernia Inguinalis”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyembuhan luka dengan dilakukan

mobilisasi dini pada kelompok intervensi mengalami penyembuhan luka baik

hampir seluruhnya 90,9%. Pada penyembuhan luka tidak dilakukan mobilisasi

dini pada kelompok kontrol didaptkan penyembuhan luka kurang baik sebagian

besar 72,7%. Nilai signifikan p = 0,008 antara mobilisasi dini dengan

penyembuhan luka. Kesimpulan dari penelitian ini adanya pengaruh mobilisasi

dini terhadap penymbuhan luka post operasi.

4 Penelitian yang dilakukan oleh Basthomy, Prasetyaningati, dan Rahmawati

(2018), dengan judul “Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kemampuan

Mobilisasi Pada Pasien Post Operasi Trans Urethral Resection Of Prostate (Studi

di Ruang Mawar RSUD Kabupaten Jombang)”. Hasil menunjukkan bahwa

sebagian besar responden memiliki motivasi kuat sebanyak 12 responden (60%)

dan sebagian besar responden mampu melaksanakan mobilisasi sebnyak 15

responden (75%).
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Input Proses Output

Dukungan keluarga Perilaku mobilisasi


Pasien post operasi di
dini :
ruang bedah RSD 1. Dukungan Penilaian
Kalisat 1. Melakukan mobilisasi
2. Dukungan Instrumental
dini
3. Dukungan Informasional
2. Tidak melakukan
4. Dukungan Emosional mobilisasi dini

Variabel Confounding:

1. Pekerjaan
2. Pendidikan
3. Jenis kelamin

Keterangan:

: Variabel yang di teliti

: Variabel yang tidak diteliti

Bagan 3.1 Kerangka konsep pengaruh dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi
dini pada pasien post operasi di Ruang Bedah RSD Kalisat

35
36

H1: Ada pengaruh antara dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini pada
pasien post operasi di Ruang Bedah RSD Kalisat.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti pada penelitian

ini adalah Correlation Research sedangkan desain penelitian yang akan

digunakan oleh peneliti adalah Study Cross Sectional, yaitu mencoba

mencari hubungan antar variabel dan subjek penelitian dikumpulkan dan

di ukur dalam waktu bersamaan (Notoatmojo, 2010).

B. Populasi Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah diterapkan

(Nursalam, 2013), sedangkan menurut (Hamdi, 2014) populasi adalah

sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual, objek atau

peristiwa yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan merupakan

sesuatu yang menjadi target dan diterapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan di tarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini

adalah pasien post operasi di ruamg bedah RSD Kalisat sejumlah 32

pasien. Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah dilakukan oleh

peneliti pada bulan Desember jumlah populasinya sekitar 32 pasien.

2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo,2010).

37
38

Sample pada penelitian ini adalah pasien post operasi di ruamg bedah

RSD Kalisat sejumlah 32 pasien.

a. Kriteria Insklusi

Kriteria insklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013).

Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah :

1) Bersedia menjadi responden.

2) Bisa membaca dan menulis dan mampu untuk

berkomunikasi.

3) Kooperatif dan menandatangani persetujuan (informed

consent).

4) Pasien yang untuk pertama kalinya melakukan operasi dan

berusia ≥ 10 tahun.

5) Pasien post operasi yang di rawat/ di temani keluarganya

di rumah sakit.

6) Pasien yang sudah melakukan operasi dan sudah dalam

keadaan sadar (tanpa ada pengaruh obat bius/anastesi).

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari subjek (Nursalam, 2013).

Pada penelitian ini kriteria eklusinya adalah :

1) Pasien post operasi dalam keadaan tidak dirawat / ditemani

oleh keluarganya.
39

3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

diwakili populasi (Nursalam,2017). Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah total sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi karena jumlah

populasi yang kurang dari 100, maka seluruh populasi dijadikan

sampel penelitian (Sugiono, 2007). Peneliti mengambil sample 32

pasien post operasi.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,

2013). Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang

dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran

merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan di tentukan

karakteristiknya (Hidayat, 2009). Variabel independen dalam penelitian ini

adalah dukungan keluarga pada pasien post operasi. Variabel dependen

dari penelitian ini adalah perilaku mobilisasi dini pasien post operasi.

No Variabel Definisi Parameter Cara Ukur Skala Skor


1 Independen : Dukungan yang 1.Dukungan Wawancara ordinal Skoring :
Dukungan diberikan instrumental Kuisioner 1. Selalu (SL): 4
keluarga keluarga kepada 2.Dukungan 2. Sering (SR): 3
pasien dalam informasional 3. Jarang (JR) : 2
melakukan 3.Dukungan 4. Tidak Pernah
aktivitas post penilaian (TP) : 1
operasi 4.Dukungan
emosional Kategori:
1. Kurang: 16-31
40

2. Cukup: 32-47
3. Baik: 48-64

2 Dependen: Suatu kebutuhan 1.Mobilisasi Wawancara ordinal Skor :


Perilaku dasar manusia Sebagian Kuisioner Ya : 2 (baik)
Mobilisasi dini yang di perlukan 2. Mobilisas Tidak : 1 (kurang)
pada pasien oleh individu Penuh
post operasi untuk melakukan Kesimpulan skoring:
aktivitas sehari- Kurang : 14-20
hari yang berupa Cukup : 20-24
pergerakan sendi, Baik : 24-28
sikap, gaya
berjalan, latihan
maupun
kemampuan
aktivitas

D. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di ruang bedah RSD. Kalisat

Kabupaten Jember

E. Waktu Penelitian

Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan oktober sampai Juni

2020

F. Etika Penelitian

Etika membantu manusia untuk melihat dan menilai secara kritis moralitas

yang dihayati dan dianut oleh masyarakat. Pelaku penelitian atau peneliti

dapat menjalankan tugas meneliti atau melakukan penelitian hendaknya

memegang teguh sikap ilmiah serta berpegang teguh pada etika penelitian

meskipun mengkin penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau

membahayakan bagi subyek penelitian. Masalah etika yang harus

diperhatikan antara lain sebagai berikut (Hidayat, 2009).


41

1. Informed Consent (persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka responden harus menandatangani lembar persetujuan. Jika

subjek tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak

responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden.

3. Confidentiality (kerahasian)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari sempel penelitian dijaga

dan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hany a kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil riset.

4. Beneficence

Peneliti harus berusaha melindungi subjek yang diteliti terhindar

dari bahaya atau ketidaknyamanan fisik dan mental membuat subjek

penelitian terpapar pada pengalaman yang mengakibatkan bahaya yang

menetap, tidak dapat diterima. Oleh karena itu penelitian harus

dilakukan hanya oleh orang yang memenuhi persyaratan secara ilmiah,


42

terutama jika potensial terjadinya bahaya yang dapat diakibatkan oleh

peralatan atau prosedur yang digunakan dalam penelitian. Peneliti

memperhatikan etika, selama penelitiannya harus siap untuk

menghentikan penelitian, apabila terdapat alasan bahwa penelitian

tersebut bisa mengakibatkan cedera, ketidak mampuan, distres

berkepanjangan, atau bahkan kematian bagi peserta penelitian.

G. Alat Pengumpulan Data

Jenis instrumen penelitian yang dapat digunakan pada ilmu

keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian yang meliputi

pengukuran antara lain: biofisologis, observasi, wawancara, kuesioner

dan skala (Nursalam, 2013). Pada penelitian kali ini peneliti

menggunakan kusioner dan lembar observasi sebagai alat untuk

pengumpulan data.

1. Variabel Independen (dukungan keluarga pada pasien post

operasi)

Alat ukur (Blue Print) Menurut Arikunto (2011), untuk

mengungkap variabel dukungan keluarga, menggunakan skala

dukungan keluarga yang diadaptasi dan dikembangkan dari

teori House.

a) Kurang : 16-31

b) Cukup : 32-47

c) Baik : 48-64
43

d) Pertanyaan positif (favourable) terdapat pada pernyataan

nomor 1,2,3,4,5,6,7,8,10,14,15,16. Dengan skor selalu (4),

sering (3), kadang-kadang (2), tidak pernah (1).

e) Pertanyaan negatif (unfavourable) terdapat pada pernyataan

nomor 9,11,12,13. Dengan skor selalu (1), sering (2),

kadang-kadang (3), tidak pernah (4).

2. Variabel Dependen (perilaku mobilisasi dini pasien post

operasi)

a. Kurang : 14-20

b. Cukup : 20-24

c. Baik : 24-28

d. Skor : Ya : 2 (baik) Tidak : 1 (kurang)

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada responden

dan proses pengumpulan karakteristik responden yang diperlukan dalam

suatu penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung

pada rancangan penelitian serta teknik instrument yang digunakan oleh

peneliti (Nursalam, 2017).

1. Prosedur Administratif

Pada prosedur ini, langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti

adalah sebagai berikut :

a. Peneliti mengurus surat pengantar untuk studi pendahuluan dari

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

yang ditujukan kepada Kepada Badan Kesatuan Bangsa dan


44

Politik (BAKESBANGPOL) dan Perlindungan Masyarakat

Jember. Setelah itu BAKESBANGPOL akan memberikan surat

rekomendasi tentang survei dan pengambilan data awal kepada

peneliti.

b. Surat rekomendasi tentang survey dan pengambilan data awal

dari BAKESBANGPOL ditujukan kepada Direktur RSD

Kalisat dan diserahkan oleh peneliti kepada salah satu

karyawan yang tugasnya adalah mengurusi mengenai perijinan

untuk penelitian.

c. Kemudian RSD Kalisat akan memberikan surat balasan

mengenai perijinan melakukan penelitian.

d. Setelah itu peneliti diarahkan kepada karyawan bagian

pengurusan berkas tentang jumlah keluar masuknya pasien di

RSD Kalisat untuk melakukan studi pendahuluan.

2. Prosedur Pelaksanaan

a. Meminta ijin kepada kepala koordinator penelitian di RSD

Kalisat.

b. Peneliti memperkenalakan diri serta menjelaskan maksud dan

tujuan dari penelitian yang akan dilakukan kepada calon

responden.

c. Apabila calon responden bersedia untuk menjadi subyek

penelitian maka peneliti akan memberikan informed consent

untuk persetujuan menjadi responden.


45

d. Setelah mendapatkan persetujuan, responden akan diberikan

kuisioner yang dilakukan dalam satu waktu.

e. Saat responden selesai mengisi kuisioner maka dikembalikan

lagi kepada peneliti.

f. Hasil dari kuisioner yang telah diisi oleh responden selanjutnya

akan dilakukan pengolahan serta analisis oleh peneliti

menggunakan aplikasi SPSS.

I. Analisis Data

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksak kembali kelengkapan dan

kebenaran data yang diperoleh dari data observasi dan kuisioner.

b. Scoring

Scoring adalah memberikan skor atau penilain terhadap data observasi

dan kuisioner. Pada kuisioner ini ketentuan skornya yaitu :

1. Variabel Independen (dukungan keluarga pada pasien post

operasi)

a) Kurang : 16-31

b) Cukup : 32-47

c) Baik : 48-64

d) Pertanyaan positif (favourable) terdapat pada

pernyataan nomor 1,2,3,4,5,6,7,8,10,14,15,16. Dengan

skor selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), tidak

pernah (1).
46

e) Pertanyaan negatif (unfavourable) terdapat pada

pernyataan nomor 9,11,12,13. Dengan skor selalu (1),

sering (2), kadang-kadang (3), tidak pernah (4).

2. Variabel Dependen (perilaku mobilisasi dini pasien post

operasi)

a) Kurang : 14-20

b) Cukup : 20-24

c) Baik : 24-28

d) Skor :

Ya : 2 (baik) Tidak : 1 (kurang)

c. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori.

1. Variabel Independen (dukungan keluarga pada pasien post

operasi)

a) Kurang : 16-31

b) Cukup : 32-47

c) Baik : 48-64

2. Variabel Dependen (perilaku mobilisasi dini pasien post

operasi)

a) Kurang : 14-20

b) Cukup : 20-24

c) Baik : 24-28

d. Processing
47

Processing merupakan pemrosesan data, agar data yang sudah di entri

dapat dianalisis, pemrosesan data di lakukan dengan cara mengentri

data ke dalam computer.

e. Cleaning

Cleaning merupakan tahap terakhir untuk membersihkan data yang

sudah dimasukkan ke dalam program computer dan membandingkan

dengan standar penelitian yang sudah ditetapkan.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti

yang mengungkap fenomena. Data mentah yang didapat, tidak dapat

menggambarkan informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah

penelitian (Nursalam, 2013).

Analisis data dalam penelitian ini melalui beberapa prosedur antara lain:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran dari variabel

bebas yaitu dukungan keluarga denganperilaku mobilisasi dini.

b. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan dua

variabel. Dalam analisis bivariat ada variabel bebas yang

jumlahnya bisa lebih dari satu dan sebuah variabel terikat

(Setiawati, 2017). Data yang sudah dianalisis dilakukan pengujian

menggunakan uji statistik yaitu uji Sperman rho dengan P

(signifikan) α= 0,05 dimana 95% memiliki arti P value <0,05 maka


48

H1 diterima yang bermakna ada hubungan dukungan keluarga

dengan perilaku mobilisasi dini pasien post operasi di ruang bedah

RSD Kalisat Jember.


BAB V HASIL

PENELITIAN

Bab V ini menampilkan hasil penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan di interpretasikan pada tiap hasilnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni

2020 di RSD. Kalisat Kabupaten Jember dengan jumlah responden sebanyak 32

orang, didapatkan hasil sebagai berikut :

A. Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Post Operasi Di


Ruang Bedah RSD Kalisat Jember, 7-24 Juli 2020. (n= 32
responden).
Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
Laki-laki 16 50,0
Perempuan 16 50,0
Total 32 100,0
Sumber Data : Primer

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden berjenis

kelamin laki laki dan perempuan masing-masing sebanyak 16

responden dengan presentase 50,0 %.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Pasien Post Operasi Di Ruang


Bedah RSD Kalisat Jember, 7-24 Juli 2020. (n= 32
responden)
Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
12-16 1 3,1
17-25 11 34,4
26-35 6 18,8
36-45 4 12,5
46-55 4 12,5
56-100 6 18,8
Total 32 100,0
Sumber Data : Primer

49
50

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan distribusi jenis kelamin

bahwa sebagian besar umur remaja akhir terbanyak berada pada umur

17-25 tahun sebanyak 11 responden dengan presentase 34,4%.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pasien Post


Operasi Di Ruang Bedah RSD Kalisat Jember, 7-24 Juli
2020. (n= 32 responden)
Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Tidak Sekolah 4 12,5
SD 5 15,6
SMP 7 21,9
SMA 13 40,6
Diploma 2 6,2
S1 1 3,1
Total 32 100,0
Sumber Data : Primer

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar

tingkat pendidikan responden berada pada rentang SMA sebanyak 13

responden dengan presentase 40,6%.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Pasien Post


Operasi Di Ruang Bedah RSD Kalisat Jember, 7-24 Juli
2020. (n= 32 responden)
Pekerjaan Jumlah (Orang) Presentase (%)
PNS 4 12,5
Wiraswasta 18 56,2
Tidak Bekerja 10 31,2
Total 32 100,0
Sumber Data : Primer

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar

pekerjaan responden adalah wirasawasta sebanyak 18 responden

dengan presentase 56,2.


51

B. Data Khusus

1. Gambaran Dukungan Keluarga

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Post


Operasi Di Ruang Bedah RSD Kalisat Jember, 7-24 Juli
2020. (n= 32 responden)
Dukungan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Keluarga
Cukup 21 65,6
Baik 11 34,4
Total 32 100,0
Sumber Data : Primer

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dukungan keluarga

pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat Jember memberikan

dukugan kepada pasien dengan kategori cukup sebanyak 21 orang

dengan presentase 65,6%.

2. Gambaran Mobilisasi Dini

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini Pasien Post Operasi Di


Ruang Bedah RSD Kalisat Jember, 7-24 Juli 2020. (n= 32
responden)
Mobilisasi Jumlah (Orang) Presentase (%)
Dini
Kurang 3 9,4
Cukup 8 25,6
Baik 21 65,6
Total 32 100,0
Sumber Data : Primer

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pasien post operasi

di ruang bedah RSD Kalisat Jember melakukan mobilisasi dini dengan

katagori baik sebanyak 21 orang dengan presentase 65,6%.

3. Pengaruh Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Mobilisasi Dini Pasien

Post Operasi Di Ruang Bedah RSD Kalisat Jember


52

Tabel 5.7 Pengaruh Dukungan Keluarga Dengan Perilaku


Mobilisasi Dini Pasien Post Operasi Di Ruang
Bedah RSD Kalisat Jember, 7-24 Juli 2020. (n= 32
responden)
Variabel Dukungan Keluarga Hasil
Mobilisasi Cukup Baik
Dini
P Value 0,003
R 0,515
N (%) N (%)
Kurang 3 (14,3%) - -
Cukup 8 (38,1%) - -
Baik 10 (47,6%) 11 (34%)
Total 21 (66%) 11 (34%) 32 (100,0%)

Sumber Data : Primer

Tabel diatas merupakan hasil dari korelasi pengaruh

dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini pasien post

operasi dengan menggunakan uji statistik spearman rho, hasil

yang diperoleh p value = 0,003 ≤ p 0,05 yang artinya H1

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh antara dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi

dini pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat Jember.


53
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan terkait hasil penelitian baik secara umum maupun secara khusus

yang memperdalam tujuan inti dari penelitian ini disertai interprestasi atau penafsiran terkait

hasil-hasil dari penelitian tersebut serta keterbatasan dari penelitian yang telah dilaksanakan

di RSD. Kalisat Kabupaten Jember.

A. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Dukungan Keluarga

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada seluruh sampel yang

berjumlah 32 responden, di dapatkan hasil pada tabel 5.5 yaitu menunjukkan bahwa

dukungan keluarga pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat Jember

memberikan dukungan kepada pasien dengan kategori cukup sebanyak 21 orang

dengan presentase 65,6% yang di dukung oleh faktor pekerjaan. Hasil dari pengisian

kuesioner di dapatkan data mayoritas pekerjaan responden yaitu sebagai wiraswasta

sebanyak 18 responden dengan presentase 56,2%. Menurut Nurwulan (2017), dengan

judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre

Anestesi Dengan Tindakan Spinal Anestesi Di Rsud Sleman didapatkan data,

pekerjaan keluarga responden sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 30

orang (78,9%). Keluarga yang bekerja sebagai wiraswasta memiliki waktu yang

fleksibel daripada pekerja kantoran. Tentu saja hal itu dapat menguntungkan pasien

dan keluarga karena keluarga dapat menemani keluarga yang sakit tanpa harus diburu

waktu.

Keluarga yang bekerja sebagai wiraswasta harus rela meninggalkan pekerjaan

untuk sementara waktu. Kondisi ini sangat bermanfaat untuk mempertahankan


54

interaksi keluarga selama pasien menjalani pemulihan pasca operasi. Keberadaan

keluarga ketika pasien berada di rumah sakit akan sangat membantu dalam mengatasi

masalah yang sedang di alami, salah satu bentuk dukungan keluarga selain dukungan

emosional, dukungan informasional dan dukungan penghargaan sangat dibutuhkan

pasien dalam proses pemulihan (Liandi, 2011).

Keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan kita sehingga peran dan

dukungan keluarga yang baik sangat dibutuhkan oleh anggota keluarga. Rasa peduli

serta perlindungan yang senantiasa diberikan oleh keluarga dapat memberikan rasa

nyaman terhadap anggota keluarga yang membutuhkan. Setiadi (2017) menyatakan

bahwa dukungan keluarga berfungsi meningkatkan kesehatan pasien salah satunya

untuk bisa membuat pasien dapat melakukan mobilisasi.

Peneliti berpendapat bahwa pasien yang mendapatkan dukungan baik oleh

keluarga akan mengalami proses penyembuhan yang sangat cepat. Karena dengan

dukungan keluarga membuat pasien termotivasi untuk sembuh. Dukungan keluarga

adalah sikap atau tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.

Dukungan ini dapat memberikan efek langsung yang menciptakan situasi yang

menyenangkan dan tidak menekan. Dalam hal ini dukungan keluarga meringkan

beban hidup individu dan membantu berfungsi lebih efektif. Dukungan keluarga pada

pasien pasca operasi sudah cukup baik sehingga pelaksanaan mobilisasi pasien pasca

operasi di RSD. Kalisat Jember sudah cukup baik.

2. Mobilisasi Dini

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada seluruh sampel yang

berjumlah 32 responden, di dapatkan hasil pada tabel 5.6 yaitu menunjukkan bahwa

pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat Jember melakukan mobilisasi dini

dengan katagori baik sebanyak 21 orang dengan presentase 65,6% yang di dukung
55

oleh faktor usia pada rentang umur 17-25 tahun sebanyak 11 responden dengan

presentase 34,4%. Usia merupakan suatu faktor proses penyembuhan luka. Kecepatan

perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau kematangan usia

seseorang, namun selanjutnya proses penuaan dapat memperlambat proses perbaikan

sel sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka (Hidayat, 2007).

Tingkat pendidikan pasien juga sangat mempengaruhi pasien dalam

melakukan mobilisasi. Hasil penelitian yang di dapatkan tingkat pendidikan

responden berada pada rentang SMA sebanyak 13 responden dengan presentase

40,6%. Menurut Ilham (2016) tingkat pendidikan pasien sangat berkaitan dengan

dukungan informasi dari keluarga, kurangnya pengetahuan dapat mengakibatkan

pasien kurang menjaga kesehatannya.

Sebagaimana diungkapkan oleh Oswari (1993) bahwa keadaan umum pasien

post operasi harus diperhatikan untuk melakukan mobilisasi dini, dan harus dilakukan

secara bertahap sesuai kemampuanya, timbulnya luka setelah pembedahan

menimbulkan nyeri yang menyebabkan kecemasan dan rasa takut untuk melakukan

mobilisasi, dukungan keluarga dan perawatan diruangan sangat membantu dalam

jalannya mobilisasi yang optimal, dan dilakukan secara bertahap, sosial budaya di

lingkungan tempat tinggal juga ikut berperan dalam melakukan mobilisasi dini yang

dilakukan pada pasien post operasi.

Peneliti berpendapat bahwa seseorang yang sudah dewasa motivasi untuk

kembali sembuh didalam diri pasien baik, artinya pasien mengerti pentingnya hidup

sehat sehingga mau melakukan mobilisasi pasca operasi. Mobilisasi yang dilakukan

secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan

pasien. Demikian danya dukungan dari keluarga maupun tenaga kesehatan yang

memberi pengetahun tentang mobilisasi pada pasien post operasi, keluarga sangat
56

berpengaruh penting dalam proses penyembuhan pasien khususnya dalam melakukan

mobilisasi. Secara psikologi mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien

bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi harus di jelaskan pada

keluarga yang menunggu dan pasien. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui

manfaat mobilisasi sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.

3. Pengaruh Dukungan Keluarga dengan Perilaku Mobilisasi Dini Pasien Post Operasi di

Ruang Bedah RSD. Kalisat Kabupaten Jember

Pada penelitian ini ditemukan bahwa hasil observasi dengan kuesioner setelah

dilakukan uji menggunakan uji Spearman Rho menunjukkan bahwa 32 responden di

peroleh hasil p value sebanyak 0,003 < 0,05. Dengan demikian H1 diterima yang

berarti ada pengaruh dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini pasien post

operasi di ruang bedah RSD. Kalisat Kabupaten Jember.

Menurut Putri (2015), dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan

Keluarga Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Pasien Postoperasi Di RSUD Cideres

Kabupaten Majalengka Tahun 2015” mengatakan tidak terdapat kesenjangan antara

teori, hasil penelitian, dan kenyataan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa asumsi

adanya hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan mobilisasi pasien post

operasi di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015 terbukti dengan nilai p =

0,002 < 0,05. Namun secara umum berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa pasien

post operasi yang mendapat dukungan keluarga dengan baik, cenderung dapat

melakukan mobilisasi dini dengan baik pula, sebaliknya bahwa pasien post operasi

yang kurang mendapat dukungan keluarga juga cenderung kurang melakukan

mobilisasi dini. Ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga pada pasien post operasi

memiliki peran yang penting dalam mendorong pasien post operasi untuk melakukan
57

mobilisasi dini sebagai rangkaian proses percepatan pemulihan luka pasien post

operasi.

Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Kurniawati (2013) dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pelaksanaan

Mobilisasi Pada Pasien Pasca Operasi Appendicitis Di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarata, yang menyatakan bahwa sebagian besar responden memiliki dukungan

keluarga dalam kategori sedang 96,4%. Hal ini menunjukkan bahwa peran keluarga

pasien untuk mendukung pasien pasca operasi appendicitis sudah tergolong cukup

baik, artinya peran keluarga sebagai orang terdekat pasien sudah dilakukan. Setiadi

(2008) menyatakan bahwa dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi

dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai akibtanya, hal ini dapat meningkatkan

kesehatan pasien salahsatunya untuk dapat melakukan mobilisasi.

Peneliti berpendapat bahwa hasil penelitian diinterpretasikan bahwa semakin

baik dukungan keluarga pasien post operasi akan semakin baik pelaksanaan

mobilisasinya dan sebaliknya semakin kurang dukungan keluarga akan semakin

kurang pelaksanaan mobilisasinya. Sehingga upaya petugas kesehatan sangat

dibutuhkan untuk lebih memberikan konseling dan penyuluhan tentang pelaksanaan

mobilisasi, terutama pada pasien yang kurang mendapatkan dukungan dari keluarga,

agar supaya memberiakan dukungan secara maksimal mengingat mobilisasiu sangat

penting bagi proses pemulihan luka post operasi.

B. Keterbatasan Penelitian

Di dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian yang dialami

oleh peneliti pada saat pengambilan data sehingga berpengaruh terhadap hasil

penelitian.
58

1. Pengambilan Data

Dalam pengambilan data peneliti terhambat oleh adanya wabah Covid 19 karena

tempat penelitian di RSD kalisat Kabupaten Jember ditutup sementara sehingga

peneliti menunggu lama sampai terbukanya kembali untuk melanjutkan penelitian.

2. Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti pengaruh dukungan keluarga dengan

perilaku mobilisasi pasien post operasi jika ada faktor lain yang mempengaruhi

tersebut tidak di teliti tentu hasilnya akan berbeda.

C. Implikasi Keperawatan

Keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan kita sehingga peran dan

dukungan keluarga yang baik sangat dibutuhkan oleh anggota keluarga. Rasa peduli

serta perlindungan yang senantiasa diberikan oleh keluarga dapat memberikan rasa

nyaman terhadap anggota keluarga yang membutuhkan.

Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya

penyembuhan pasien, mobilisasi yang baik akan mempercepat penyembuhan luka

post operasi dan mobilisasi yang kurang baik proses penyembuhan luka post operasi

akan lama dan menyebabkan beberapa otot dan kekakuan sendi. Secara psikologis

mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa

sembuh. Perubahan pergerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau

keluarga yang menjaga. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat

mobilisasi sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi

Upaya petugas kesehatan dan keluarga dalam memberikan dukungan pada

pasien post operasi di ruang bedah RSD. Kalisat sudah secara maksimal dan baik

untuk memaksilmal mobilisasi sangat penting bagi kesembuhan pasien.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dukungan keluarga pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat Jember

memberikan dukungan kepada pasien dengan kategori cukup sebanyak 21 orang

dengan presentase 65,6%.

2. Pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat Jember melakukan mobilisasi dini

dengan katagori baik sebanyak 21 orang dengan presentase 65,6%.

3. Ada pengaruh dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini pasien post

operasi menggunakan uji Spearman Rho menunjukkan bahwa 32 responden di

peroleh hasil p value sebanyak 0,003 < 0,05 yang berarti H1 diterima di ruang

bedah RSD Kalisat Kabupaten Jember.

B. Saran

a. Responden

Bagi resonden diharapkan agar melakukan mobilisasi dini untuk

mempercepat proses pemulihan. Tentunya dengan dukungan keluarga,

semakin baik dukungan keluarga pasien post operasi akan semakin baik

pelaksanaan mobilisasinya dan sebaliknya semakin kurang dukungan keluarga

akan semakin kurang pelaksanaan mobilisasinya.

b. Profesi Keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dunia kesehatan khususnya petugas

kesehatan sangat dibutuhkan untuk lebih memberikan konseling dan

penyuluhan tentang pelaksanaan mobilisasi, terutama pada pasien yang kurang

mendapatkan dukungan dari keluarga, agar supaya memberiakan dukungan


60

secara maksimal mengingat mobilisasiu sangat penting bagi proses pemulihan

luka post operasi.

c. Tempat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan perawat dan pihak rumah

sakit dapat berkontribusi untuk proses pemulihan pasien, yaitu dengan

melakukan penyuluhan serta melakukan kontrol secara berkala kepada pasien

post operasi.

1. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian

mobilisasi dini ini dengan menghubungkan faktor lain selain dari faktor

dukungan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Apriansyah, A., Romadoni, S., & Andrianovita, D. (2015). Hubungan Antara Tingkat
Kecemasan Pre Operasi dengan Derajat Nyeri pada Pasien Post Sectio Cesarea
di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2014. Jurnal Keperawatan
Sriwijaya, Volume 2- Nomor 1, Januari 2015.
Anggraeni, R. (2018). Pengaruh Penyuluhan Mobilisasi Dini Terhadap Pelaksanaan
Mobilisasi Dini pada Pasien Pasca Pembedahan Laparatomi.
Ali, Z. (2018). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Asmadi. (2010). Efektifitas Edukasi Video Animasi Mobilisasi Dini pada Pemulihan
Kemampuan Berjalan Pasien Post Pembedahan. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Yogyakarta.
Brunner & Suddarth. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
Carpenito. (2009). Effectiveness of an Early Mobilization Protocol in a Trauma and Burns
Intensive Care Unit . Critical Illness, 93, 186-196.
Dinas Kesehatan Jawa Timur. (2015).
Ditya. W . (2018). Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka pada Pasien
Pasca Laparatomi di Bangsal Bedah Pria dan Wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.
Friedman,M.M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek. Jakarta:
EGC
Field, (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Harnilawati. (2018). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka
As Salam
Hidayat, (2011). Pengaruh Edukasi Mobilisasi Dini Terhadap Perilaku Pasien dalam
Mobilisasi Pasca Operasi di Ruang Kenanga RSUD. Dr. H. Soewondo Kendal.
Naskah Publikasi, STIKes Muhammadiyah Pakajangan, Pekalongan.
Hidayani, E., & Arifiyanto, D (2019). Pengaruh Edukasi Mobilisasi Dini Terhadap Perilaku
Pasien dalam Mobilisasi Pasca Operasi Hernioraphy di Ruang Kenanga
RSUD. dr. H. Soewondo Kendal. Naskah Publikasi, STIKES Muhammadiyah
Pekajangan, Pekalongan.
Kementrian Kesehatan RI. (2013)
Kozier, B., Glenora, E., Berman, A., & S. S. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Prose & Praktik. Jakarta: EGC.
Kurniawan, A., Armiyati, Y., & Astuti, R. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre
Operasi terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Hernia di RSUD
Kudus. Jurnal Keperawatan, Vol 6 No. 2, Oktober 2018: 139-148.
62

Kusmawan. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre Operasi terhadap Tingkat


Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Hernia di RSUD Kudus. Jurnal
Keperawatan, Vol. 6 No. 2, Oktober 2013: 139-148.
Majid. (2011). Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi yang Mengalami Fraktur
Ekstermitas. Naskah Publikasi, Volume 3 Nomer 2 Agustus 2011. Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjadran.
Muladi, A. (2019). Effect of Early Mobilization Education of the Level Anxiaty and
Independence of Pattients after Total Knee Replacement in Hospital. The Alana
Convetion Hotel, Yogyakarta. Yogyakarta
Notoadmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2018). Metodologi Penrlitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry, (2010). Social Pyschology. Pearson Education.
Rahmawati, I. R., Widyawati, I. Y., & Hidayati, L. (2018). Kenyamanan Pasien Pre Operasi
di Ruang Rawat Inap Bedah Mawar RSU Haji Surabaya. Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
Smeltzer, S. C. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Uliya & Hidayat, (2017). Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan pada
Pasien Pre Operasi Terancana di Rsu Dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Ilmu
Keperawatan, Vol. 5, No1. Mei 2017.
Wira Ditya, Asril Zahri. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
World Health Organization (WHO). (2013)
Nurwulan. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Pre Anestesi Dengan Tindakan Spinal Anestesi Di Rsud Sleman. Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan. Skripsi.
Liandi. 2011. Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan. Naskah
Publikasi : Sekolah tinggi ilmu kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
Hidayat A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Selemba
Medika
Ilham, M. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Hipertensi diruang Rawat Inap RSUD Kota Surakarta. Skripsi tidak
dipublikasi. Proram Studi S1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta.
Simangunsong, Rottie & Hutauruk (2018). Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Proses
Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea Di Rsu Gmim Pancaran Kasih
Manado. e-journal Keperawatan (e-Kep) Volume 6 Nomor 1, Ferbuari 2018.
Mahmudah, (2012) Konsep & keperawatan keluarga. Yogyakarta : Graha ilmu
Horhoruw, Rompas & Bidjuni, 2015 Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SectioCaesaria,
http://honey72.wordpress.com,diakses tanggal 28 Juni 2015
63

Habiawati. 2018. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post
Sectio Caesaria Di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018. Skripsi.
64

LAMPIRAN
65

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/saudara responden

Di Tempat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Angga Trisna Nugraha
NIM : 1611011015
Alamat :
Bermaksud akan melaksanakan penelitian sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa
program S1 Keperwatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember, saya
akan melakukan penelitian tentang “Pengaruh Dukungan Keluarga dengan Perilaku
Mobilisasi Dini Pasien Post Operasi di Ruang Bedah RSD Kalisat”. Untuk keperluan tersebut
saya memohon kesediaan bapak/ibu/saudara untuk menjadi responden dalam penelitian saya.
Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas yang diberikan. Jika anda tidak bersedia
menjadi responden, maka tidak ada sanksi ataupun konsekuensi buruk di kemudian hari. Jika
anda bersedia menjadi responden, maka saya mohon untuk menandatangani lembar
persetujuan (Lembar Informed Consent) yang saya lampirkan.

Demikian informasi ini saya beritahukan anda dengan sebenar-benarnya. Saya


berharap anda bersedia untuk menjadi responden dan bekerjasama dalam penelitian ini. Atas
bantuan dan partisipasinya disampaikan terimkasih.

Jember, .................... 20..

Peneliti

Angga Trisna Nugraha


66

Lampiran 2

LEMBAR INFORMED CONSENT

Kepada Yth.
Saudara/ Saudari/ Responden
Di Tempat

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Usia :
Alamat:

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian dari:


Nama : Angga Trisna Nugraha
NIM : 1611011015
Fakultas : Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
Alamat :
Dengan judul penelitian “Pengaruh Dukungan Keluarga dengan Perilaku Mobilisasi
Pasien Post Operasi di Ruang Bedah RSD Kalisat” prosedur penelitian ini tidak akan
menimbulkan resiko dan ketidaknyamanan pada responden.
Dengan ini saya menyatakan kesanggupan ikut serta dalam penelitian dengan sebenar-
benarnya.
Jember, …………….20..

Yang menyatakan

(…………….………)
67

Lampiran 3

DATA DEMOGRAFI

A. Identitas Responden
Berilah tanda (X) pada jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara pilih.
No Responden : ....................(diisi oleh peneliti)
Nama (inisial) : ...............................
1. Jenis kelamin : P/L
2. Usia : ...........tahun
3. Pendidikan terakhir : a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Diploma
f. S1
g. S2
h. S3
4. Pekerjaan : a. Profesional, sebutkan ..........
b. Pegawai negri/swasta
c. Wiraswasta
d. Tidak bekerja
68

Lampiran 4

A. Kuesioner Dukungan Keluarga


Baca setiap pertanyaan dengan hati-hati dan beri tanda centang (√) pada penilaian
yang sesuai dengan perasaan anda.

No Dukungan Selalu Sering Kadang- Tidak


kadang pernah
Dukungan emosional
1. Keluarga mendampingi pasien
dalam perawatan
2. Keluarga tetap memperhatikan
keadaan pasien selama pasien
sakit
3. Keluarga berusaha
mendengarkan setiap kali
pasien mengeluh
4. Keluarga dengan ramah
membantu pasien untuk
memenuhi kebutuhan pasien
Dukungan instrumental
5. Keluarga menyediakan waktu
dan fasilitas jika pasien
memerlukan untuk keperluan
pengobatan
6. Keluarga berperan aktif dalam
Setiap pengobatan dan
perawatan
7. Keluarga bersedia membiayai
perawatan dan pengobatan
pasien
8. Keluarga mencarikan
kebutuhan sarana dan peralatan
yang pasien perlukan
Dukungan
informasi/pengetahuan
9. Keluarga menyembunyikan
tentang hasil pemeriksaan dan
pengobatan dari dokter yang
merawat pasien
10. Keluarga mengingatkan pasien
untuk minum obat, latihan dan
makan
11. Keluarga memberikan
informasi pada pasien tentang
hal-hal yang bisa memperburuk
penyakit pasien.
12. Keluarga menjelaskan kepada
69

pasien setiap pasien bertanya


halhal yang tidak jelas tentang
penyakitnya.
13. Keluarga menganggap masalah
pasien adalah masalah biasa.
Dukungan penghargaan
14. Keluarga memberi pujian
kepada pasien ketika pasien
melakukan yang dianjurkan
oleh dokter/perawat
15. Keluarga berusaha mensupport
pasien dalam pengobatan
16. Keluarga berusaha menghibur
pasien setiap kali pasien sedih
70

Lampiran 5

A. Kuesioner Mobilisasi Dini


Baca setiap pertanyaan dengan hati-hati dan beri tanda centang (√) pada penilaian
yang sesuai dengan perasaan anda.

No Observasi Ya Tidak
1 Saya melakukan pergerakan tanpa paksaan dari siapapun atau orang
lain.

2 Saya melakukan pergerakan karena ada keluarga yang selalu


mendampingi dan membantu saya.

3 Saya ingin cepat sembuh,oleh karena itu saya ingin cepat bergerak.

4 Jika saya merasa lelah dan masih merasakan nyeri pada daerah post
operasi, saya malas untuk bergerak.

5 Saya merasa bosan ditempat tidur terus,untuk itu saya melakukan


pergerakan.

6 Saya lebih suka tidur saja dari pada harus bergerak.

7 Saya melakukan pergerakkan atau mobilisasi dini karena saya


merasa PD (Percaya Diri) untuk sembuh.

8 Saya tidak ingin berlama-lama di Rumah Sakit,saya harus cepat


bergerak agar penutupan luka saya semakin baik dan bisa cepat
pulang ke rumah.

9 Saya tidak melakukan pergerakan (mobilisasi dini) karena saya


belum pernah melihat/melakukan mobilisasi dini atau pergerakan
sebelumnya.

10 Apakah petugas kesehatan pernah memberikan informasi


tentang pentingnya melakukan mobilisasi dini.

11 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan cara atau


tahap-tahap melakukan mobilisasi dini.

12 Apakah pernah anda dianjurkan untuk menggerakkan badan ke kiri


dan ke kanan

13 Apakah pernah petugas kesehatan memperagakan cara pelaksanaan


mobilisasi dini kepada anda

14 Apakah pernah dianjurkan kepada anda oleh petugas kesehatan


untuk melakukan mobilisasi dini
71

Lampiran 6
72

Lampiran 7
73

Lampiran 8
74

Lampiran 9
75

Lampiran 10
76

Lampiran 11
77

Lampiran 12
78

Lampiran 13
79
80

Lampiran 14

OUTPUT SPSS

DATA UMUM

jenis_kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 16 50.0 50.0 50.0

Perempuan 16 50.0 50.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12 - 16 1 3.1 3.1 3.1

17 - 25 11 34.4 34.4 37.5

26 - 35 6 18.8 18.8 56.2

36 - 45 4 12.5 12.5 68.8

46 - 55 4 12.5 12.5 81.2

56 - 100 6 18.8 18.8 100.0

Total 32 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Sekolah 4 12.5 12.5 12.5

SD 5 15.6 15.6 28.1

SMP 7 21.9 21.9 50.0

Diploma 2 6.2 6.2 56.2

S1 1 3.1 3.1 59.4

SMA 13 40.6 40.6 100.0

Total 32 100.0 100.0


81

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 4 12.5 12.5 12.5

Wiraswasta 18 56.2 56.2 68.8

Tidak bekerja 10 31.2 31.2 100.0

Total 32 100.0 100.0

DATA KHUSUS
Correlations

dukungan_kelua
rga mobilisasi_dini

Spearman's rho dukungan_keluarga Correlation Coefficient 1.000 .515**

Sig. (2-tailed) . .003

N 32 32

mobilisasi_dini Correlation Coefficient .515** 1.000

Sig. (2-tailed) .003 .

N 32 32

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

dukungan_keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 32-47 21 65.6 65.6 65.6

48-64 11 34.4 34.4 100.0

Total 32 100.0 100.0


82

mobilisasi_dini

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 14-20 3 9.4 9.4 9.4

21-24 8 25.0 25.0 34.4

25-28 21 65.6 65.6 100.0

Total 32 100.0 100.0

dukungan_keluarga * mobilisasi_dini Crosstabulation

mobilisasi_dini

14-20 21-24 25-28 Total

dukungan_keluarga 32-47 Count 3 8 10 21

Expected Count 2.0 5.2 13.8 21.0

% within dukungan_keluarga 14.3% 38.1% 47.6% 100.0%

48-64 Count 0 0 11 11

Expected Count 1.0 2.8 7.2 11.0

% within dukungan_keluarga .0% .0% 100.0% 100.0%

Total Count 3 8 21 32

Expected Count 3.0 8.0 21.0 32.0

% within dukungan_keluarga 9.4% 25.0% 65.6% 100.0%

Variabel Dukungan Keluarga Hasil


Mobilisasi Dini Cukup Baik
N (%) N (%)
Kurang 3 (14,3%) - - P Value 0,003
Cukup 8 (38,1%) - - R 0,515
Baik 10 (47,6%) 11 (34%)
Total 21 (66%) 11 (34%) 32 (100,0%)
83

Lampiran 15

DOKUMENTASI
84

Anda mungkin juga menyukai