Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dilalui setiap orang,

fase ini dapat dilalui dengan baik apabila sehat diusia senja. Kebanyakan

orang berpikir bahwa lansia itu selalu melekat dengan penyakitan dan sering

juga banyak lansia yang mempunyai penyakit pikun. Lansia secara perlahan

akan mengalami penurunan daya jaringan sehingga sering terserang penyakit.

Penurunan daya tahan tubuh lansia akibat faktor usia maka dari itu lansia

mudah terserang infeksi dan gangguan dari luar (Padilla, 2013).

Menjadi tua adalah proses yang tidak dapat dihindari kita semua namun

tidak berpengaruh dengan penilaian ciri menjadi tua. Seiring meningkatkan

jumlah lansia setiap tahun di dunia maka akan berpengaruh dengan angka

usia produktif (Ali,2014)

Dari data statistik penduduk lanjut usia didapatkan bahwa penduduk

lansia di dunia tumbuh dengan sangat cepat dengan data pada tahun 2019

WHO melaporkan populasi lansia di dunia mencapai 703 juta dengan usia

rata - rata 65 tahun dan tahun 2050 akan mencapai 1,5 milyar dengan laju

pertumbuhan penduduk lansia sebesar 9% . Meningkatnya lansia di dunia

menyebabkan timbulnya berbagai macam permasalahan yang akan dialami

oleh diri lansia sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat sekitar (Darwis,

2014).

1
Sedangkan Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2019 sebanyak 9,7%

(25,9 juta) dari total penduduk dan diperkirakan meningkat tahun 2045

sebanyak 19,9% (63,3 juta).(Kemenkes RI, 2020).

Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat tahun 2021

menunjukan bahwa jumlah sasaran lansia ( ≥ 60 tahun) pada tahun 2021

sebanyak 16.925 jiwa dengan 19 Puskesmas (Dinas Kesehatan Kabupaten

Kutai Barat, 2021). Dari studi pendahuluan pada tanggal 22 Nopember 2021

jumlah lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten

Kutai Barat sebanyak 1.358 jiwa, terdapat 17 posyandu lansia di wilayah

kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat yaitu

posyandu Muara Asa, posyandu Geleo Asa, posyandu Pepas Eheng,

posyandu Engkuni Pasek, posyandu Asa, posyandu Geleo Baru, posyandu

Juaq Asa, posyandu Juhan Asa, posyandu Rejo Basuki, posyandu Ombau

Asa, posyandu Mencimai, posyandu Simpang Raya, posyandu Ongko Asa,

posyandu Pepas Asa, posyandu Gemuhan Asa, posyandu Balok Asa,

posyandu Sumber Sari (UPT Puskesmas Barong Tongkok, 2021).

Lansia diharapkan di hari tuanya dapat menikmati dengan bahagia dan

sehat dengan mengikuti posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan salah

satu kegiatan dimana masyarakat memberikan pelayanan kesehatan untuk

lansia yang dilaksanakan satu bulan sekali yang didampingi tim kesehatan

dari Puskesmas.

2
Untuk mencapai tujuan tersebut maka kegiatan yang dilakukan di

Posyandu lansia antara lain pemeriksaan aktifitas sehari - hari meliputi

kegiatan dasar dalam kehidupan, pemerikasaan status mental, pemeriksaan

hemoglobin, pemberian vitamin, pemeriksaan status gizi pemberian vitamin,

pemeriksaan diabetes mellitus, pemeriksaan pengukuran tekanan darah, dan

penyuluhan kesehatan. Oleh karena itu diharapkan lansia selalu datang ke

Posyandu untuk mengontrol kesehatan, namun kenyataannya belum semua

aktif datang ke posyandu untuk mengontrol kesehatannya (Pertiwi, 2013).

Berdasarkan dari data kunjungan lansia ke posyandu lansia pada

wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok bulan Agustus, September,

Oktober 2021 . Data lansia yang hadir pada 17 posyandu yang terdapat dalam

wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok bulan Agustus sebanyak 189,

bulan September sebanyak 156 jiwa, bulan Oktober sebanyak 108 jiwa (UPT

Puskesmas Barong Tongkok, 2021).

Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi keaktifan lansia yaitu:

faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan atau kognitif, faktor

pendukung yang mencakup sarana kesehatan dan faktor penguat yang

mencakup dukungan keluarga (Notoadmodjo, 2003 dalam Rahayu 2016).

Keluarga merupakan suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih

orang yang hidup bersama mempunyai hubungan darah, perkawinan atau

adopsi, tinggal bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan

bersama dan Saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai

generasi penerus, saling pengertian dan saling menyayangi (Harmoko,2012).

3
Keluarga merupakan support sistem utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya. Lansia yang kurang aktif dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, akan berdampak pada

kondisi kesehatan lansia yang tidak dapat terpantau dengan baik, sehingga

apabila lansia mengalami suatu resiko penyakit akibat penurunan kondisi

tubuh dan dikhawatirkan dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka.

Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarganya sendiri.

Keberadaan dukungan keluarga adekuat terbukti berhubungan dengan

menurunkannya mortalitas, lebih mudah sembuh dari penyakit dan pada

lansia dapat meningkatkan fungsi kognitif, fisik dan emosional. Hal ini

sangat berpengaruh memberikan dukungan akan memudahkan seorang lansia

menyesuaikan terhadap kegiatan dalam kehidupan.

Kondisi geografis wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok

merupakan wilayah yang cukup sulit di jangkau oleh para lansia karena masih

berjauhan antara rumah warga dengan posyandu untuk para lansia menuju

posyandu dengan berjalan kaki, mengingat sarana transfortasi umum belum

tersedia.

Sedangkan sarana informasi dan komunikasi masih sulit terjangkau

oleh keluarga dan lansia, misalnya jaringan internet yang terbatas, tidak

adanya telepon kabel dan tidak terjangkaunya media cetak dan media

elektronik lainnya belum maksimal, dan tidak semua keluarga dan lansia

memiliki media tersebut.

4
Dari data kehadiran lansia ke posyandu lansia pada bulan Agustus,

September, Oktober tahun 2021 tersebut menunjukkan bahwa terdapat

penurunan kehadiran lansia pada bulan Oktober yang cukup signifikan dalam

kunjungan ke posyandu. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti

dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dan Aksesabilitas dengan

Keaktifan Lansia Mengikuti Posyandu Lansia di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan “Apakah Ada Hubungan Dukungan Keluarga dan

Aksesabilitas dengan Keaktifan Lansia Mengikuti Posyandu Lansia Di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai

Barat”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan aksesabilitas

dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia di wilayah kerja

UPT Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat.

5
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik lansia di Posyandu Lansia di

wilayah Kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok.

b. Untuk mengetahui dukungan keluarga lansia di Posyandu Lansia di

wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok.

c. Untuk mengidentifikasi aksesabilitas lansia ke Posyandu Lansia di

wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok

d. Untuk mengetahui keaktifan lansia di Posyandu Lansia di wilayah

kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok.

e. Untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan

keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia di wilayah kerja UPT

Puskesmas Barong Tongkok.

f. Untuk menganalisis hubungan aksesabilitas dengan keaktifan

lansia mengikuti posyandu lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas

Barong Tongkok.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan

terutama untuk keperawatan keluarga dan keperawatan gerontik bahwa

dukungan keluarga dan aksesabilitas dapat mempengaruhi keaktifan

lansia dalam memenuhi kebutuhan kesehatan.

6
2. Praktis

Bagi Keluarga dan lansia hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai masukan untuk pentingnya dukungan keluarga terhadap

keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia, sehingga keluarga

mengetahui sejauh mana keluarga dapat menjadi pendukung bagi

peningkatan kesehatan lansia dengan fungsinya dan khususnya bagi lansia

dapat memotivasi dan menumbuhkan kesadaran.

Bagi Puskesmas hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

upaya untuk meningkatkan penyuluhan berbagai macam hal berkaitan

dengan masalah kesehatan dalam pelayanan posyandu lansia.

Bagi lintas sektoral dan wilayah setempat diharapkan dapat

memanfaatkan hasil penelitian ini untuk pengambilan kebijakan

khususnya berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan di posyandu

lansia

7
3. Keasliaan Penelitian

N Nama Peneliti
o (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Sampel Hasil Penelitian Perbedaan
1 Dwi Sapta Faktor - faktor yang Metode penelitian Lansia yang Hasil penelitian adalah lansia 1. Variabel
Aryantiningsih berhubungan dengan kuantitatif dengan berumur ≥ 60 yang tidak aktif 2. Tujuan
(2014) pemanfaatan posyandu jenis desain analitik tahun yang ada di memanfaatkan posyandu 3. Jumlah Sampel
lansia di kota Pekanbaru Cross Sectional wilayah kerja yaitu 70,3%. 4. Waktu
puskesmas, - variabel yang berhubungan 5. Tempat
dengan sampel dengan pemanfaatan pelaksanaan
364 orang. posyandu yaitu pengetahuan
(CI 95%; POR=1,726
(1,092-2,729), dukungan
keluarga (CI 95%;
POR=3,153 (1,972- 5,042),
dukungan petugas kesehatan
(CI 95%; POR=2,508
(1,579-3,982)
- variabel yang tidak
berhubungan dengan
pemanfaatan posyandu yaitu
jarak tempat tinggal lansia.

8
2 Berlian Hubungan Antara Metode deskriptif Lansia yang - Hasil analisis uji univariat 1. Variabel Tujuan
(2015) Dukungan Keluarga korelational dengan berusia diatas 60 - Hampir sebagian besar 2. Jumlah sampel
dengan Tingkat menggunakan tahun yang berada responden (42,1%) memiliki 3. Waktu
Kepatuhan Lanjut Usia pendekatan cross wilayah kerja dukungan keluarga tinggi. 4. Tempat
Dalam Melaksanakan sectional. Dengan Puskesmas Ratu - Hampir sebagian responden
Senam Lansia Di menyebarkan Agung Kota (39,5%) patuh melaksanakan
Wilayah Kerja kuisioner. Bengkulu dengan
senam lansia.
Puskesmas Ratu Agung sampel 38 orang.
Kota Bengkulu

3 Christine Hubungan dukungan Metode deskriptif Sampel berjumlah Hasil penelitian ini 1. Teknik Sampling
Yohana keluarga dan faktor dengan pendekatan 96 orang menunjukan terdapat 2. Jumlah Sampel
(2017) lainnya dengan keaktifan cross sectional. hubungan antara perkerja 3. Waktu
lanjut usia (Lansia Variabel bebas dukungan keluarga tingkat 4. Tempat
mengikuti posyandu adalah karakteristik pengetahuan dan sikap
lansia Di Wilayah kerja sosiodemografi, dengan keaktifan lansia
Puskesmas Rajabasa jarak dukungan mengikuti kegiatan posyandu
Indah keluarga, dukungan
kader, pengetahuan
dan sikap, variabel
terikat adalah
keaktfan lansia
mengikuti kegiatan
posyandu lansia.
dipilih dengan teknik
proportionate
stratified random
sampling.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori

1. Konsep lansia

a. Lanjut usia

Lanjut usia adalah individu yang berada dalam tahapan usia

dewasa akhir, dengan usia diatas 60 tahun (Widyanto,2014). Lanjut

usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya

kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan,

hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang

terkait dengan usia. Proses tua tersebut`tersebut alami terjadi dan

ditentukan oleh tuhan yang maha Esa. Setiap orang akan mengalami

proses menjadi tua dan masa tua akan mengalami kemunduran fisik

mental dan sosial secara tertahap.

b. Batasan Lansia menurut depkes RI

Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro dalam Muhith dan Siyoto

(2016). Pengelompokan lansia sebagai berikut:

1. Usia dewasa muda (elderly adulhood): 18/20-25 tahun.

2. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas: 25tahun-60/65

tahun.

3. Lansia (geriatric age): lebih dari 65/70 tahun.

Geriatric age dibagi menjadi 3, yaitu: young old (70-75 tahun),

old (75-80 tahun) dan very old (lebih dari 80 tahun).

10
c. Teori proses penuaan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu

teori biologis, teori psikologis dan teori sosiologi (Dewi, 2009).

1) Teori biologis terdiri dari :

a) Teori genetic

Teori genetik ini menyebutkan bahwa manusia dan hewan

terlahir dengan program genetik yang mengatur proses menua

selama rentang hidupnya. Setiap spesies dalam didalam inti

selnya memiliki suatu genetik biologis sendiri dan setiap

spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah

diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jam ini

berhenti berputar maka akan mati.

b) Teori nutrisi

Teori nutrisi menyatakan bahwa proses menua dan kualitas

proses menua dipengaruhi oleh intake nutrisi seseorang

sepanjang hidupnya. Intake nutrisi yang baik pada setiap tahap

perkembangan akan membantu meningkatkan kualitas

kesehatan seseorang. Semakin lama seseorang yang

mengkonsumsi makanan bergizi dalam rentang hidupnya,

maka ia akan hidup lebih lama dengan sehat.

11
c) Teori mutasi somatic

Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutase

somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi

kesalahan dalam proses trankripsi DNA dan RNA dalam

proses transiasi RNA protein atau enzim. Kesalahan ini terjadi

terus menerus sehingga akhirnya akan terjadi penuaan fungsi

organ atau perubahan sel normal menajdi sel kanker atau

penyakit.

2) Teori psikologis

a) Teori kebutuhan dasar manusia

Menurut hierarki Maslow tentang kenutuhan dasar manusia,

setiap manusia memiliki kebutuhan dan berusaha

untukmemenuhi kebutuhan itu, dalam pemenuhan

kebutuhannya, setiap individu memiliki prioritas, seorang

individu akan berusaha memenuhi kebutuhan bipiramida lebih

atas ketika kebutuhan ditingkat piramida dibawahnya telah

terpenuhi. Kebutuhan pada piramida tertinggi adalah

aktualisasi diri.

b) Teori individualisme

Menurut teori ini, kepribadian seseorang tidak hanya

berorientasi pada dunia luar namun juga pengalaman pribadi.

Kesinambungan merupakan faktor yang sangat penting untuk

menjaga kesehatan mental. Menurut teori ini proses menua

12
dikatakan berhasil apabila seorang individu melihat kedalam

dan nilai dirinya lebih dari sekedar kehilangan atau

pembatasan fisiknya.

3) Teori sosiologi

a) Teori interaksi social

Menurut teori ini pada lansia terjadi penurunan kekuasaan

dan prestise sehingga interaksi social mereka juga berkurang,

yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk

mengikuti perintah.

b) Teori aktivitas

Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses

bergantung pada bagaimana seorang lansia merasakan

kepuasaan dalam malakukan aktivitas serta mempertahankan

aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan

aktivitas yang dilakukan. Dari pihak lansia sendiri terdapat

anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu prejuangan

untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan

perilaku mereka semasa mudanya.

13
d. Perubahan akibat proses menua

Menurut Aspiani (2014) perubahan yang terjadi pada lansia

meliputi perubahan fisik, sosial dan psikologis.

1) Perubahan fisik

a) Sel

Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar,

berkurangnya cairan intra seluler, menurunya proporsi protein

di otak, otot, ginjal, hati, jumlah sel otak menurun dan

terganggunya mekanisme perbaikan sel.

b) Sistem persarafan

Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun

serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya

yang berhubungan dengan stress, deficit memori, kurang

sensitive terhadap sentuhan, berkurangnya atau hilangnya

lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya

respon motorik dan reflex

c) Sistem pendengaran

Hilangnya atau turunya daya pendengaran terutama pada

bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit

mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65

tahun, membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan

otosklerosis.

14
d) Sistem pengelihatan

Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa

lebih suram menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya

membedakan warna menurun.

e) Sistem kardiovakuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa

darah menurun, elastisitas pembuluh darah menurun,

meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga

tekanan darah meningkat.

f) Sistem respirasi

Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku,

elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat

sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan

jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun,

penyempitan pada bronkus.

g) Sistem pencernaan

Kehilangan gigi; indra pengecap menurun, hilangnya

sensitivitas saraf pengecap dilidah, terutama rasa manis dan

asin; esophagus melebar; rasa lapar menurun, asam lambung

menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung

menurun; peristaltik melemah dan biasa timbul konstipasi.

15
h) Sistem reproduksi

Vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovarium

menciut, uterus mengalami atrofi; atrofi payudara, atrofi

vulva; selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi

halus, sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi

perubahan warna; testis masih dapat memproduksi

spermatozoa, meskipun ada penurunan secara berangsur-

angsur.

i) Sistem genitourinaria

Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,

penyaringan di glomelurus menurun, dan fungsi tubulus

menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urin ikut

melemah; otot-otot vesika urinaria melemah, kapasitasnya

menurun, dan resistensi urin; hipertrofi prostat 75% lansia.

j) Sistem endokrin

Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh

manusia yang memproduksi hormone. Hormone berperan

sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan

pemeliharaan dan metabolism organ tubuh. Dimana pada

Lansia akan mengalami penurunan produksi hormone.

16
k) Sistem integument

Keriput serta kulit kepala dan rabut menipis; rambut dalam

hidung dan telinga menebal; elastisitas menurun; kuku keras

dan rapuh; kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.

l) Sistem musculoskeletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk,

persedian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, tendon

mengerut dan mengalami sklerosis.

2) Perubahan sosial

Mengalami kesendirian, kehampaan; ketika lansia lainnya

meninggal, maka muncul perasaan kapan akan meninggal, berada

dirumah terus-menerus akan cepat pikun; mudah jatuh atau

terpeleset; keuangan dapat diperoleh dari anak,cucu dan dana

pension; melaksanakan ibadah.

3) Perubahan psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term

memory, frustasi kesepian, takut kehilangan, takut kehilangan

kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan,

depresi dan kecemasan.

17
2. Definisi keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

kelurga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat

dibawah satu atap dengan keadaan saling bergantungan (Kementerian

Republik Indonesia, 2016). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan

ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk

menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga

(Friedman,2013).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah ikatan

antara laki-laki dan perempuan melalui perkawinan atau kesepakatan

saling berkumpul dan tinggal pada satu tempat serta mempertahankan

keturunan, budaya dan perkembangan fisik, emosional, serta sosial.

a. Tipe keluarga

1) Keluarga inti (nucear family)adalah keluarga yang terdiri atas

ayah, ibu, dan anak-anaknya.

2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

sanak saudar, sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3) Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

keluarga inti.

4) Keluarga dud-janda (single family) adalah keluarga yang terjadi

karena perceraian atau kematian.

18
5) Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

6) Keluarga kabitas (cohabitation) adalah dua orang menjadi satu

tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

b. Tugas kesehatan keluarga

Menurut (Fried man, 2013) tugas keluarga dalam kesehatan adalah

sebagai berikut:

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, perubahan

kesehatan sekecil apapun yang dialami salah satu atau beberapa

anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan

tanggung jawab keluarga. Maka apabila menyadari adanya

perubahan terutama masalah pada kesehatan perlu segera dicatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan sebesar apa

perubahannya.

2) Mengambil keputusan kesehatan yang tepat. Tugas ini adalah

upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat

sesuai dengan keadaan, dengan pertimbangan siapa diantara

keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan utnuk

menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan

yang tepat agar masalah kesehatan dapat di kurangi atau bahkan

dapat teratasi. Jika keluarga tidak mampu atau mempunyai

keterbatasan maka sebaiknya meminta bantuan orang lain seperti

tetangga.

19
3) Memberikan perawatan anggota keluarga. Keluarga hendaknya

merawat anggota keluarga yang sakit atau tidak dapat membantu

dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda dan

sudah tua (Lansia). Perawatan ini dapat dilakukan dirumah

apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan

pertolongan pertama atau pergi ke pelayanan kesehatan untuk

memperoleh tindakan lanjutan agar masalah kesehatan yang lebih

parah tidak terjadi.

4) Mampu memodifikasi lingkungan rumah menjadi lebih sehat.

Yaitu mempertahankan suasana rumah dan lingkungan rumuah

tang menguntungkan kesehatan sehingga tidak terjadi masalah

kesehatan yang berulang dan perkembangan kepribadian anggota

keluarga.

5) Mempertahankan hubungan antara keluarga dan menggunakan

fasilitas kesehatan masyarakat. Keluarga bersedia mengunakan

fasilitas kesehatan ketika ada anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan.

3. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi terus menerus

disepanjang masa kehidupan manusia.dukungan keluarga berfokus pada

interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial. Dukungan

keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota

20
yang bersifat mendukung dan juga selalu ada dan memberikan pertolongan

saat sedang memerlukan bantuan. Dukungan tersebut dapat berupa

dukungan emosional, informasional, instrumental serta dukungan

penghargaan atau penilaian.

Dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap siklus

kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal.

Seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung

dan dapat juga berupa dukungan eksternal bagi keluarga inti.

Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan

berbagai kepandaian dan akal sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan

kesehatan dan adaptasi keluarga. (Friedman, 2014). Jenis dukungan

keluarga:

1) Dukungan emosional

Berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan pemulihan serta

membantu penguasaan emosional serta meningkatkan moral keluarga

(Friedman,2013). Dukungan emosional melibatkan ekspresi empati,

perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta atau

bantuan emosional. Dengan semua tingkah laku yang mendorong

perasaan nyaman dan mengarahkan individu untuk percaya bahwa

lansia di puji, dihormati dan dicintai dan bahwa orang lain bersedia

untuk memberikan perhatian. (Sarafino,2011).

21
2) Dukungan informasi

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator

(penyebar) informasi tentang dunia (Friedman,2013). Dukungan

informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk nasehat,

saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau memecahkan

masalah yang ada.

3) Dukungan penghargaan

Keluarga bertindak sebagai sistem pembimbing umpan balik,

membimbing dan memerantai pemecahan masalah dan merupakan

sumber validator identitas anggota (Friedman,2013). Dukungan

penghargaan terjadi melalui ekspresi penghargaan yang positif

terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang berbanding

positif antara individu dengan orang lain.

4) Dukungan harga diri

Keluarga memberikan sebuah kasih sayang, perhatian dan

semangat serta memuji kegiatan positif yang dilakukan oleh anggota

keluarganya dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri anggota

keluarga untuk tetap melakukan kegiatan positif.

5) Manfaat dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga memiliki efek terhadap kesehatan dan

kesejahteraan yang berfungsi secara bersamaan. Adanya dukungan

yang kuat berhubungan dengan dengan menurunnya mortalitas, lebih

mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi.

22
Selain itu dukungan keluarga memiliki pengaruh yang positif pada

penyesuaian kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress.

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi

sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial keluarga

berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun

demikian dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial

keluarga membuat kelurga mampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya hal ini meningkatkatkan

kesehatan dan adaptasi keluarga (friedman,2013).

4. Aksesabilitas

a. Geografis

Barong Tongkok adalah sebuah kecamatan yang juga merupakan

ibukota dari Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan timur.

Kecamatan Baronng Tongkok merupakan kecamatan yang memiliki

jumlah penduduk terbesar di Kutai Barat, dimana pada tahun 2020

penduduk kecamatan ini berjumlah 31.746 jiwa. Kecamatan Barong

Tongkok memiliki 19 Kampung dan 2 Kelurahan.

b. Alat transfortasi

Tidak memiliki alat transfortasi umum.

c. Jaringan internet

Tidak maksimal ada di setiap kampung.

23
d. Media komunikasi

Tidak memiliki alat komunikasi telepon kabel

e. Jarak

Jarak antara rumah dan posyandu lansia cukup jauh sehingga tidak

memungkinkan untuk lansia datang dengan berjalan kaki.

5. Posyandu Lansia

a. Definisi

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,

frustasi kesepian, takut kehilangan, takut kehilangan kebebasan, takut

menghadapi kematian, perubahan kenginan, depresi dan kecemasan.

Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program

kesehatan adalah pendekatan keluarga dan masyarakat serta lebih

memperioritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat semakin

sehat serta merawat yang sakit agar menjadi sehat. Upaya tersebut

dilaksanakan oleh petugas kesehatan puskesmas dengan dukungan

peran serta aktif masyarakat baik didalam maupun diluar gedung

puskesmas.

b. Sasaran langsung

1) Keluarga dimana usia lanjut berada

2) Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut

3) Masyarakat luas

24
c. Tujuan pembentukan posyandu lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia yaitu (Pertiwi,2013).

1) Tujuan umum

Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk

mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan

keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata

kemasyarakatan.

2) Tujuan khusus

a) Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina

sendiri kesehatannya

b) Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk

keluarganya dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia

lanjutan.

c) Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan

d) Mengingkatkan mutu pelayanan kesehatan lansia.

d. Kegiatan posyandu Lansia

Menurut Artinawati (2014), kegiatan Kegiatan posyandu lansia ini

mencakup upaya - upaya perbaikan dan peningkatan kesehatan

masyarakat meliputi:

1) Promotif

Yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan perilaku

hidup sehat, gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan kesegaran

jasmani.

25
2) Preventif

Yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini adanya penyakit

dengan menggunakan KMS lansia.

3) Kuratif

Yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita lansia.

4) Rehabilitatif

Yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada lansia

e. Mekanisme pelayanan posyandu Lansia

Menurut Sunaryo (2015), Pelayanan yang diselengarakan dalam

posyandu lansia tergantung pada mekanisme dam kebijakan pelayanan

kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada

yang menyelenggarakan sistem 5 (lima) meja, ada yang menggunakan

sistem pelayanan 7 (tujuh) meja dan sistem pelayanan 3 (tiga) meja.

1) Sistem 7 (tujuh) meja:

a) Meja 1 : pendaftaran

b) Meja 2 : pemeriksaan keseahatan

c) Meja 3 : pengukuran tekanan darah tinggi, tinggi badan dan

berat badan serta dicatat di KMS.

d) Meja 4 : penyuluhan

e) Meja 5 : pengobatan

f) Meja 6 : pemeriksaan gigi

g) Meja 7 : PMT (pemberian makanan tambahan)

26
2) Sistem 5 (lima) meja

a) Meja 1 : pendaftaran

b) Meja 2 : pengukuran dan penimbangan berat badan

c) Meja 3 : pencatatan tentang pengukuran tinggi dan berat

badan, indeks massa tubuh (IMT) dan mengisi

KMS

d) Meja 4 : penyuluhan, konseling dan pelayanan pojok gizi

e) Meja 5 : pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, mengisi data-

data hasil pemeriksaan kesehatan pada KMS dan

diharapkan setiap kunjungan para lansia

dianjurkan untuk selalu membawa KMS lansia

guna memantau status kesehatannya.

3) System 3 (tiga) meja

a) Meja 1 : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan

berat badan atau tinggi badan

b) Meja 2 : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan,

indeks massa tubuh (IMT) pelayanan sederhana

seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus jika

dilakukan dimeja 2.

c) Meja 3 : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling.

27
6. Keaktifan lansia

a. Definisi

Keaktifan adalah suatu kesibukan yang dilakukan oleh

seseorang untuk memperoleh sesuatu. Keaktifan lansia dalam

kegiatan posyandu lansia tidak lain adalah untuk mengotrol

kesehatan mereka sendiri, mereka aktif dalam kegiatan fisik

maupun mental dapat dilihat dari usahanya untuk menghadiri dan

mengikuti setiap kegiatan posyandu lansia (Puspitasari, 2014).

Menurut Damayanti, Fitriani Nur (2012) pemanfaatan

posyandu lansia dapat diukur dengan merujuk pada KMS (Kartu

Menuju Sehat) selama satu tahun terakhir dan dibagi atas :

1) Aktif menanfaatkan posyandu, bila datang > 6 kali dalam

setahun

2) Tidak aktif memanfaatkan posyandu bila datang < 6 kali dalam

setahun.

b. Manfaat keaktifan lansia

1) Petugas kesehatan dapat memperoleh data-data yang berkaitan

dengan keadaan lansia saat itu, minimal diketahui berat dan

tinggi badan, denyut nadi, tekanan darah, keluhan fisik dan

penyakit yang diderita.

28
2) Petugas kesehatan mendapatkan data mengenai pola makan dan

cara hidup mereka, mendapatkan data-data kondisi psikologis,

yang mungkin terampil dalam keluhan fisik yang diungkapkan.

Berdasarkan data-data tersebut petugas kesehatan memberikan

informasi dan penyuluhan pada keluarga dan masyarakat tentang

hal-hal yang perlu diketahui tentang usia lanjut. Bila ada

masalah fisik dan psikologis yang memerlukan penanganan

lebih lanjut. Petugas kesehatan perlu memberikan rujukan pada

ahli sesuai dengan kondisi dan keperluan usia lanjut.

3) Mensosialisasikan tentang persiapan mental memasuki usia

lanjut.

c. Faktor - faktor yang memperngaruhi keaktifan Lansia

Faktor yang memperngaruhi keatifan lansia dalam kegiatan

posyandu lansia (Aritnawati,2014)

1) Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat Posyandu

lansia. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat

diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-

hari. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan

mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat

dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang

melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan

lansia menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong

29
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan

posyandu lansia.

2) Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit

dijangkau. Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia

mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami

kelelahan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan

fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu

berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi

lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk

menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan

kelelahan atau masalah yang serius maka hal ini dapat

mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti

kegiatan posyandu. Dengan demikian keamanan ini merupakan

faktor eksternal dari terbentuknya motivasi mengahadiri

posyandu lansia.

3) Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun

mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan

keluarga sangat berperan dalam mendorong minta atau

kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyadu lansia.

Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu

menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia

ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu

30
dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan

bersama lansia

4) Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian

pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas posyadu

merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk

mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik

tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti

kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat

dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan

untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan

kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara

tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang

menghendaki suatu respon.

5) Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu lansia.

Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan posyandu lansia,

dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, yaitu tempat

kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja, kursi,

alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa,

meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensimeter,

peralatan laboratorium sederhana, thermometer dan kartu

menuju sehat lansia.

31
d. Peran aktif lansia

Peran lansia di harapkan dapat bersama - sama mewujudkan

kesehatan dengan cara:

1) Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan.

2) Olahraga secara teratur sesuai kemampuan.

3) Menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala.

4) Menjalani pengobatan.

5) Mengingkatkan upaya kemandirian dan pemenuhan

kebutuhan pribadi.

32
B. Kerangka Teori

Berdasarkan telaah pustaka diatas, maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut:

Tugas kesehatan keluarga: Perubahan - perubahan yang sering terjadi pada lansia:
Dukungan keluarga:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya 1. Perubahan fisiologis 1. Dukungan informasional
2. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang - Sistem integument 2. Dukungan penghargaan
tepat - Sistem musloskeletal atau penilaian
3. Memberikan perawatan anggota keluarga - Sistem kardiovaskuler
3. Dukungan instrumental
4. Mampu memodifikasi lingkungan rumah menjadi - Sistem neurologis
- Sistem sensori 4. Dukungan emosional
lebih sehat
- Sistem pernapasan 5. Dukungan harga diri
5. Mempertahankan hubungan antara keluarga dan
menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat - Sistem gastrointestinal
2. Perubahan psikologis/kognitif

Aksesabilitas :

Faktor yang memperngaruhi keatifan lansia: 1. Geografis


Lansia mengikuti
2. Alat transfortasi
1. Pengetahuan kegiatan posyandu
3. Jaringan internet
2. Sikap lansia
4. Media komunikasi
5. jarak

Lansia mengikuti posyandu Lansia mengikuti posyandu


lansia < 6xdalam setahun lansia > 6x dalam setahun

Bagan 2.1 Kerangka teori

33
C. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas penulis dapat menyusun kerangka

konsep penelitian “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keaktifan

Lansia Mengikuti Posyandu Lansia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas

Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat.

Secara skematis kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependent

Dukungan keluarga
1. Dukungan informasional
2. Dukungan penghargaan atau penilaian
3. Dukungan instrumental
4. Dukungan emosional
5. Dukungan harga diri
Keaktifan lansia mengikuti posyandu:
Aksesabilitas
1. Geografis
2. Alat transfortasi
3. Jaringan internet
4. Media komunikasi

Bagan 2.2
Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan awal penelitian mengenai hubungan

antar variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan

hasil peneliti (Dharma,2017).

34
Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep yang dipaparkan ,

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis (Ha) ada hubungan yang bermakna antara dukungan

keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia di

wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai

Barat.

2. Hipotesis (Ha) ada hubungan yang bermakna antara aksesabilitas

dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia di wilayah kerja

UPT Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analitik dengan

pendekatan cross sectional. Dimana penelitian ini menekankan waktu

pengukuran / observasi data variabel Independen dan Depedent hanya satu

kali pada satu saat (Nursalam,2015). Penelitian ini akan menganalisis

hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti posyandi

lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok.

Berikut skema rancangan penelitian:

Aktif ke posyandu
Dukungan keluarga (positif)

Tidak aktif ke posyandu


Lansia

Aktif ke posyandu
Dukungan keluarga (Negatif)

Tidak aktif ke posyandu

Bagan 3.1 skema rancangan Analitik

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Posyandu Lansia wilayah

kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan 14 Februari s.d 14 Maret 2022

36
C. Populasi dan sampel

1. Populasi penelitian

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau benda yang

dijadikan objek penelitian.(Jannah,dkk.2011). Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah semua lansia yang ada di posyandu lansia di wilayah

kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat. Dengan

jumlah lansia yang terdata pada Januari – Nopember 2021 berjumlah

1.358 jiwa.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian populasi yang mewakili suatu

populasi.(Saryono & Mekar. 2013). Adapun teknik sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel

stratified sampling yaitu dilakukan pada suatu populasi yang dibagi atas

beberapa sub kelompok dan dari masing - masing subkelompok diambil

sampel terpisah.

Apabila jumlah populasi (N) diketahui maka dalam pengambilan sampel

dapat mengunakan rumus Slovin:


Keterangan :
𝑁 1358 N : jumlah populasi
𝑛= =
1 + 𝑁(𝑑)2 1 + 1358(0,1)2 n : ukuran Sampel
d :derajat ketentuan 90% (0,1)
1358 1358
𝑛= =
1 + (1358 𝑥 0,01) 1 + 13,58

1358
𝑛= = 93,14 = 93 sampel
14,58

37
a. Kriteria inklusi

1) Lansia yang berusia ≥ 60 tahun keatas.

2) Lansia yang minimal sudah 1 tahun mengikuti kegiatan posyandu

lansia.

3) Lansia yang tinggal 1 rumah dengan anggota keluarga.

b. Kriteria eksklusi

1) Lansia yang tidak terdaftar di posyandu.

2) Lansia yang mengundurkan diri menjadi responden.

3) Lansia yang sakit keras, sehingga tidak dapat mengikuti

posyandu.

D. Variabel penelitian

1. Variabel bebas (independent) adalah (1) dukungan keluarga, dan (2)

aksesabilitas.

2. Variabel terikat (dependent) adalah keaktifan lansia mengikuti posyandu.

E. Definisi operasional

Menurut Sugiyone (2014) definisi opersional adalah penentuan

konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variable yang

dapat diukur. Definisi opersional menjelaskan cara tertentu yang

digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak sehingga

memungkinkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan replaksi

pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran

konstrak yang lebih baik.

38
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional
Independen Suatu Instrumental Kuesoner Nominal Kriteria:
dorongan Informasional a. Mendukung jika
Dukungan atau Emosional T hitung ≥ T
keluarga motivasi Harga diri mean
seseorang b. Kurang
yang mendukung jika
diberikan T hitung < T
untuk mean.
memberikan (Azwar,2011)
semangan
kepada
orang lain
Independen suatu Mudah Kuesioner Nominal - Mudah terjangkau
ukuran menjangkau jika skor ≥ 60 %
Aksesabilitas kemudahan posyandu - Sulit terjangkau
dalam lansia jika skor < 60%
menjangkau
fasilitas
kesehatan
Dependent Suatu Mengikuti Kuesioner Nominal - Aktif jika lansia
kegiatan kegiatan mengikuti
Keaktifan yang posyandu posyandu lansia
lansia membuat - Tidak aktif jika
mengikuti seseorang lansia tidak
posyandu melakukan mengikuti
atau posyandu lansia
mengikuti
kegiatan
rutin

Tabel 3.1 Definisi Operasional

39
F. Teknik pengumpulan data

1. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena dalam tujuan utama dalam penelitian adalah

mendapatkan data.

a. Data primer

Data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang

dikumpulkan sendiri oleh peneliti lansung pada saat penelitian

dilakukan (Imron,2011). Data primer di dapatkan dengan cara

melakukan lembar pengisian kuisioner ketidakaktifan lansia dalam

mengikuti kegiatan posyandu.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di dapat tidak secara langsung dari

objek peneliti (Riwidikdo,2010). Data sekunder dalam penelitian ini

di peroleh dari data posyandu lansia.

2. Alat yang digunakan

Lembar kuisioner

3. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis). Sehingga lebih

mudah diolah ( Saryono & Mekar ,2013). Dengan instrumen yang sudah

penulis sesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian.

40
a. Dukungan keluarga

Instrumen untuk mengukur dukungan keluarga dengan keaktifan

posyandu lansia mengunakan kuesioner terdiri dari 16 pernyataan

menggunakan model scala likert dengan 16 soal yang teruji.

Pembuatan soal dalam kuesioner mengacu pada indikator yang

tertera pada definisi operasional dengan distribusi soal tiap indikator

yaitu memberi dukungan instrument 4 soal, dukungan informasional 3

soal, dukungan emosional 4 soal, dukungan penghargaan 2 soal,

dukungan harga diri 3 soal.

Kuesioner terdapat dalam lampiran. Jawaban setiap item kuesioner

menggunakan skala likert mempunyai jenjang, seperti selalu (SS),

sering (S), kadang-kadang (TS), dan sangat tidak pernah (STS) .

b. Aksesabilitas

Instrumen untuk mengukur aksesabilitas dengan keaktifan lansia

menggunakan kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan, dengan 2

pilihan jawaban yaitu: ya dan tidak. Dengan hasil ukur di katakan

mudah di jangkau jika hasil ukur (YA) ≥ 60% ; Sulit di jangkau jika

hasil ukur (TIDAK) > 60%.

c. Keaktifan lansia

Instrumen untuk keaktifan lansia dalam menngikuti kegiatan

posyandu lansia dengan menggunakan kuesioner 6 pernyataan.

pembuatan soal kuesiner mengacu pada indikator yaitu keaktifan

dengan distribusi soal tiap indikator pengetahuan 2 soal, sikap 2 soal

41
dan tindakan 2 soal jawaban setiap kuesioner terrdapat dalam

lampiran, jawaban setiap item menggunkan ya dan tidak .aktif jika

lansia melakukan kegiatan posyandu setiap bulan, tidak aktif jika

lansia tidak mengikuti kegiatan posyadu lansia.

4. Uji instrumen

Dilakukan di Posyandu Lansia wilayah Kerja UPT Puskesmas Barong

Tongkok Kabupaten Kutai Barat tanggal 14 Februari s.d 14 Maret 2022,

dengan responden sebanyak 93 orang dan tabulasi terlampir .

5. Pengelolaan data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan

tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik , informasi yang

diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama

dalam pengujian hipotesis (Hidayat,2009).

Untuk menguji penelitian ini, diperlukan analisa data dengan

perhitungan statistik.

1) Editing, adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut. Peneliti ini telah

memeriksa hasil observasi tiap - tiap respoden. Pemeriksaan

kelengkapan data umum dan data khusus telah dilakukan oleh

peneliti dengan mengoreksi setiap data dari masing-masing

variabel.

42
2) Data entry, data entry yakni jawaban - jawaban dari masing-

masing responden yang dalam bentuk kode dimasukan ke dalam

program komputer.

3) Cleaning, yaitu apabila semua data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan –kemungkinan adanya kesalahan - kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembentulan atau koreksi. Peneliti dan menghapus data - data

yang benar - benar dibutuhkan oleh peneliti dan menghapus data-

data yang didapatkan oleh peneliti tidak ada yang di buang atau

dihapus. Semua data yang didapatkan oleh peneliti merupakan

data yang digunakan dan diolah untuk analisa.

4) Tabulating, adalah data yang telah dimasukan kedalam excel lalu

dimasukan kedalam program SPSS untuk disajikan dalam bentuk

data, terutama pengolahan data yang akan menurus ke analisis

kuantitatif.

G. Analisa Data

Data yang telah diolah akan dianalisis, sehingga hasil analisi data dapat

digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. Analisis dalam penelitian

ini yaitu analisi univariat dan analis bivariat.

1. Univariat

Analisis univariat adalah analisis distribusi dari kasus kasus yang ada di

mana hanya terdapat satu variabel (Jannah,dkk,2009). Data kategori

43
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sedangkan data numerik

disajikan dalam bentuk Mean ± standar deviasi jika terdistribusi normal,

tetapi jika data tidak terdistribusi normal digunakan Median dan nilai

Minimal Maximal.

2. Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis terhadap dua variabel yang terdiri atas

variabel terikat (Dependen) dan variabel bebas (Independen)

(jannah,dkk,2011). Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

apakah signifikansi atau tidak dengan signifikan atau kebenaran 0,05

dengan menggunakan uji statistik Chi Square.

H. Jenis dan sumber data

1. Data primer

Dalam penelitian ini data primer digunakan untuk mengukur dukungan

keluarga dengan cara membagikan kuisioner kepada lansia tentang

dukungan kelurga yang telah diberikan kepada lansia dan aksesabilitas.

2. Data sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder untuk keaktifan lansia yang digunakan

adalah buku daftar hadir atau absensi dengan merekapitulasi frekuensi

kehadiran lansia dalam setahun.

44
I. Alur penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Peneliti menyiapkan dan mengajukan 3 judul proposal skripsi

b. Mengurus surat izin studi pendahuluan di

Politeknik KesehatanKalimantan Timur.

c. Mengajukan surat izin studi pendahuluan di

UPT Puskesmas BarongTongkok

d. Peneliti meminta data jumlah lansia pada

DINKES Kab. Kutai Baratuntuk mengetahui

populasi l.ansia

e. Peneliti menyusun proposal dan melakukan bimbingan.

f. Tahap penyusunan proposal dan dilanjutkan dengan ujian


proposal.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Setelah mendapat izin, peneliti melakukan

penelitian sendiri dengan cara mendatangi

posyandu lansia dengan di dampingi kader

posyandu.

b. Peneliti datang ke rumah dan memberikan

lembar kuesioner kepada responden dengan

mematuhi protokol kesehatan dengan

mengunakan masker dan jaga jarak dengan

responden.

c. Setelah itu terisi semua diolah data dan dianalisa.

45
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Lansia wilayah kerja UPT

Puskesmas Barong Tongkok. Puskesmas Barong Tongkok memiliki

posyandu lansia sebanyak 17 posyandu yaitu posyandu Muara Asa,

posyandu Geleo Asa, posyandu Pepas Eheng, posyandu Engkuni Pasek,

posyandu Asa, posyandu Geleo Baru, posyandu Juaq Asa, posyandu

Juhan Asa, posyandu Rejo Basuki, posyandu Ombau Asa, posyandu

Mencimai, posyandu Simpang Raya, posyandu Ongko Asa, posyandu

Pepas Asa, posyandu Gemuhan Asa, posyandu Balok Asa, posyandu

Sumber Sari (UPT Puskesmas Barong Tongkok, 2021).

Kegiatan posyandu lansia meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan

seperti pemeriksaan status mental, pemeriksaan hemoglobin, pemberian

vitamin, pemeriksaan status gizi, pemeriksaan gula darah, pengukuran

tekanan darah, dan penyuluhan kesehatan.

46
2. Karakteristik lansia di Posyandu Lansia di wilayah Kerja UPT Puskesmas

Barong Tongkok

Karakteristik lansia yang diamati dalam penelitian ini meliputi:

usia, pekerjaan dan tinggal bersama dilakukan dengan analisis univariat

untuk menggambarkan distribusi frekuensi. Hasil analisis karakteristik

lansia disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia di wilayah Kerja UPT


Puskesmas Barong Tongkok
No Karakteristik lansia Frekuensi (f) Persentase (%) Total
1. Umur
45-59 tahun 9 9,7
93
60-70 tahun 43 46,2
71-80 tahun 41 44,1
2. Pekerjaan
Tidak bekerja 90 96,8 93
Wiraswasta 3 3,2
3. Status tinggal
Suami/istri 46 49,5 93
Anak 47 50,5
(Sumber : Data primer, 2022)

Berdasarkan tabel 4.1. diperoleh dari 93 lansia di Posyandu Lansia

di wilayah Kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok, hampir setengahnya

berusia 60-70 tahun yaitu sebanyak 43 orang (46,2%). Berdasarkan

pekerjaan hampir seluruhnya tidak bekerja sebanyak 90 orang (96,8%).

Status tinggal setengahnya sebanyak 47 orang (50,5%) bersama anak.

47
3. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi

masing-masing variabel penelitian yang meliputi dukungan keluarga,

aksesabilitas lansia dan keaktifan lansia. Hasil analisis univariat sebagai

berikut:

a. Dukungan keluarga lansia di Posyandu Lansia di wilayah kerja UPT

Puskesmas Barong Tongkok

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di di wilayah


Kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok
Dukungan keluarga Frekuensi (f) Persentase (%)
Mendukung 49 52,7
Kurang mendukung 44 47,3
Jumlah 93 100,0
(Sumber : Data primer, 2022)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan sebagian besar keluarga

mendukung lansia sebanyak 49 orang (52,7%) dan hampir

setengahnya yaitu 44 orang (47,3%) dukungan yang diberikan

keluarga termasuk kurang.

b. Aksesabilitas lansia ke Posyandu Lansia di wilayah kerja UPT

Puskesmas Barong Tongkok

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Aksesabilitas Lansia ke wilayah Kerja


UPT Puskesmas Barong Tongkok
Aksesabilitas Frekuensi (f) Persentase (%)
Mudah terjangkau 43 46,2
Sulit terjangkau 50 53,8
Jumlah 93 100,0
(Sumber : Data primer, 2022)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

48
aksesabilitas lansia ke posyandu sulit terjangkau yaitu sebanyak 50

orang (53,8%) dan hampir setengahnya sebanyak 43 orang (46,2%)

lansia memiliki akses yang mudah terjangkau.

c. Keaktifan lansia di Posyandu Lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas

Barong Tongkok

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Keaktifan Lansia di wilayah Kerja


UPT Puskesmas Barong Tongkok
Keaktifan Lansia Frekuensi (f) Persentase (%)
Aktif 52 55,9
Tidak aktif 41 44,1
Jumlah 93 100,0
(Sumber : Data primer, 2022)

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa sebagian

besar lansia aktif mengikuti posyandu lansia yaitu sebanyak 52 orang

(55,9%) sedangkan lansia yang tidak aktif hampir setengahnya yaitu

41 orang (44,1%).

4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

variabel yang berhubungan dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu

lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok. Variabel yang

diteliti meliputi dukungan keluarga dan aksesabilitas. Analisis bivariat

menggunakan uji statistik Chi Square dengan taraf siginifikansi (α)

sebesar 5%.

Hasil analisis bivariat masing-masing variabel dapat disajikan

sebagai berikut:

49
a. Hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti

posyandu lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok

Tabel 4.6. Hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia


mengikuti posyandu lansia di wilayah kerja UPT
Puskesmas Barong Tongkok
Keaktifan lansia
Dukungan keluarga Aktif Tidak aktif Total P-value
F % f % f %
Mendukung 36 38,7 13 14,0 49 52,7
Kurang mendukung 16 17,2 28 30,1 44 47,3 0,000
Jumlah 52 55,9 41 44,1 93 100,0
(Sumber : Data primer, 2022)

Berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa lansia yang

keluarganya mendukung sebanyak 49 orang (52,7%), dari 49 orang

tersebut sebagian besar lansia aktif ke posyandu sebanyak 36 orang

(38,7%). Sedangkan lansia yang kurang dukungan keluarga sebanyak

44 orang (47,3%), dari 44 orang tersebut sebagian besar tidak aktif

dalam posyandu lansia yaitu sebanyak 28 orang (30,1%).

Hasil uji hipotesis dapat dilihat dari nilai p-value. Berdasarkan

tabel 4.6 dapat diketahui nilai p-value sebesar 0,000. Nilai p-value

menunjukkan kurang dari taraf signifikansi (0,000<0,05) sehingga

dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian ini diterima yang berarti

ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan

keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia di wilayah kerja UPT

Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat.

50
b. Hubungan aksesabilitas dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu

lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok

Tabel 4.7. Hubungan aksesabilitas dengan keaktifan lansia mengikuti


posyandu lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Barong
Tongkok
Keaktifan lansia
Aksesabilitas Aktif Tidak aktif Total P-value
F % f % f %
Mudah terjangkau 35 37,6 8 8,6 43 46,2
Sulit terjangkau 17 18,3 33 35,5 50 53,8 0,000
Jumlah 52 55,9 41 44,1 93 100,0
(Sumber : Data primer, 2022)

Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa lansia dengan

aksesabilitas mudah terjangkau sebanyak 43 orang (46,2%), dari 43

orang tersebut sebagian besar lansia aktif ke posyandu yaitu 35 orang

(37,6%). Sedangkan lansia dengan aksesabilitas sulit terjangkau

sebanyak 50 orang (53,8%), dari 50 orang tersebut sebagian besar

tidak aktif dalam posyandu lansia yaitu sebanyak 33 orang (35,5%).

Hasil uji hipotesis dapat dilihat dari nilai p-value. Berdasarkan

tabel 4.7 dapat diketahui nilai p-value sebesar 0,000. Nilai p-value

menunjukkan kurang dari taraf signifikansi (0,000<0,05) sehingga

dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian diterima yang berarti ada

hubungan yang bermakna antara aksesabilitas dengan keaktifan lansia

mengikuti posyandu lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Barong

Tongkok Kabupaten Kutai Barat.

51
B. Pembahasan

1. Dukungan keluarga lansia di Posyandu Lansia di wilayah kerja UPT

Puskesmas Barong Tongkok

Hasil penelitian yang dilakukan oleh 93 responden lansia

diperoleh sebagian besar keluarga mendukung lansia sebanyak 49

orang (52,7%). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan lebih dari

setengah responden mendapat dukungan keluarga yaitu sebanyak

52,7% yang berarti bahwa responden mendapat dukungan keluarga

selama mengikuti posyandu lansia. Dukungan yang diperoleh lansia

meliputi dukungan emosional, informasi, penghargaan, dan harga diri.

Menurut Kemenkes RI (2016), keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala kelurga dan beberapa orang yang

terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dengan

keadaan saling bergantungan. Dukungan keluarga memiliki peran

penting terhadap lansia dalam pemanfaatan posyandu oleh lansia.

Terutama bagi lansia yang sudah tidak mampu lagi berjalan atau tidak

kuat jalan ke posyandu maka dukungan dari keluarga sangat

diperlukan. Jika tidak ada dukungan dari keluarga maka secara tidak

langsung intensitas kunjungan lansia ke posyandu akan semakin

berkurang.

Keluarga memiliki fungsi pendukung pada keadaan lansia.

Dukungan kepada lansia dapat berupa dukungan konkrit yang meliputi

dukungan langsung termasuk dukungan penghargaan kepada lansia

dimana keluarga memberikan umpan balik kepada lansia. Dukungan

52
penghargaan tersebut dapat membantu lansia dalam proses antara

keluarga dan lingkungan sosial (Friedman, 2014). Pada penelitian ini

sebagian besar responden mendapat dukungan keluarga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Berlian (2015) yang juga menunjukkan hasil sebagian besar

responden (42,1%) memiliki dukungan keluarga tinggi. Dukungan

keluarga perlu diperhatikan demi meningkatkan keaktifan lansia di

posyandu sehingga lansia dapat merasakan manfaat yang diperoleh

setelah mengikuti posyandu.

2. Aksesabilitas lansia ke Posyandu Lansia di wilayah kerja UPT

Puskesmas Barong Tongkok

Hasil analisis mengenai aksesabilitas lansia ke posyandu lansia

menunjukkan sebanyak 43 orang (46,2%) memiliki aksesabilitas yang

mudah terjangkau dan 50 orang (53,8%) aksesabilitas termasuk sulit

terjangkau.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar

lansia memiliki aksesabilitas ke posyandu termasuk sulit terjangkau.

Sesuai dengan kondisi geografis wilayah kerja UPT Puskesmas Barong

Tongkok merupakan wilayah yang cukup sulit dijangkau oleh para

lansia karena masih berjauhan antara rumah warga dengan posyandu

untuk para lansia menuju posyandu dengan berjalan kaki, mengingat

sarana transportasi umum belum tersedia. Jarak rumah dengan lokasi

posyandu yang jauh atau sulit dijangkau. Jarak posyandu yang dekat

akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus

53
mengalami kelelahan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan

fisik tubuh (Aritnawati, 2014).

3. Keaktifan lansia di Posyandu Lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas

Barong Tongkok

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan keaktifan lansia dalam

mengikuti posyandu lansia sebagian besar lansia aktif dalam kegiatan

posyandu yaitu sebanyak 55,9%. Keaktifan lansia di wilayah kerja UPT

Puskesmas Barong Tongkok dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

antara lain pengetahuan, jarak rumah, dukungan keluarga, sikap, sarana

dan prasarana (Aritnawati, 2014). Sedangkan menurut Notoadmodjo,

(2003) dalam Rahayu (2016) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor

mempengaruhi keaktifan lansia yaitu: faktor predisposisi yang

mencakup pengetahuan atau kognitif, faktor pendukung yang mencakup

sarana kesehatan dan faktor penguat yang mencakup dukungan

keluarga.

Menurut Puspitasari (2014) menyatakan bahwa keaktifan adalah

suatu kesibukan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh

sesuatu. Keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia tidak lain

adalah untuk mengotrol kesehatan mereka sendiri, mereka aktif dalam

kegiatan fisik maupun mental dapat dilihat dari usahanya untuk

menghadiri dan mengikuti setiap kegiatan posyandu lansia.

Posyandu lansia merupakan suatu bentuk keterpaduan pelayanan

kesehatan terhadap lansia berupa keterpaduan pada pelayanan yang

54
dilatarbelakangi oleh kriteria lansia yang memilki berbagai macam

penyakit. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan

pemerintah melalui pelayanan kesehatan yang penyelenggaraanya

melalui program puskesmas dengan melibatkan para lansia, keluarga,

tokoh masyarakat, serta organisasi sosial lainnya. Dasar pembentukan

posyandu lansia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

terutama lansia (Kemenkes RI, 2016).

4. Hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti

posyandu lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok

Berdasarkan dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value=

0,000 (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna

antara dukungan keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu

lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Christine Yohana (2017) yang menunjukkan adanya hubungan

antara perkerjaan lansia, dukungan keluarga, tingkat pengetahuan dan

sikap dengan keaktifan lansia mengikuti kegiatan posyandu. Semakin

tinggi dukungan keluarga yang diberikan pada lansia maka semakin

aktif lansia dalam mengikuti posyandu lansia. Hal ini dibuktikan

dengan hasil tabulasi silang pada tabel 4.6 yang menunjukkan lansia

yang mendapatkan dukungan keluarga sebagian besar aktif mengikuti

posyandu lansia yaitu 38,7%.

Adapun beberapa hasil penelitian yang tidak sejalan dengan hasil

55
penelitian ini yaitu seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh

Himatu Ulya (2019), mengungkapkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara dukungan keluarga dengan keaktifan lansia. Dapat dilihat pada

tabel 4.6 yang menunjukkan bahwa terdapat 14,0% lansia yang

mendapatkan dukungan keluarga tetapi tidak aktif dalam posyandu

lansia.

Masa lansia adalah masa dimana seseorang sangat membutuhkan

dukungan sosial dan orang-orang terdekatnya seperti halnya dukungan

oleh keluarga. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk dari

terapi keluarga, melalui keluarga berbagai masalah kesehatan bisa

muncul dan melalui keluarga pula masalah dapat diatasi. Dukungan

keluarga juga dapat bertindak sebagai dukungan sosial bagi lansia dan

memberi rasa kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang

diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan. Dukungan sosial

keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan,

sifat dan jenis dukungan sosial keluarga berbeda-beda dalam berbagai

tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian dalam semua tahap

siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat kelurga mampu

berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya hal

ini meningkatkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (friedman,2013).

5. Hubungan aksesabilitas dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu

lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok

Berdasarkan dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value=

56
0,000 (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna

antara aksesabilitas dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia

di wilayah kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Sulaiman (2018) yang menunjukkan adanya hubungan jarak

dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia. Penelitian yang

dilakukam Arfan dan Sunarti (2017) juga membuktikan adanya

hubungan jarak rumah dengan frekuensi kunjungan lansia ke posyandu

lansia.

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 4.7 menunjukkan

bahwa lansia yang memiliki aksesabilitas mudah terjangkau sebagian

besar aktif mengikuti posyandu lansia (37,6%). Bagitu pula dengan

lansia yang memiliki aksesabilitas sulit terjangkau menunjukkan

sebagian besar lansia tidak aktif dalam posyandu lansia yaitu sebanyak

35,5%. Aksesabilitas meliputi kondisi geografis, jaringan internet, alat

transportasi dan jarak rumah. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang

jauh atau sulit dijangkau.

Menurut Aritnawati (2014) menyatakan jarak posyandu yang

dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus

mengalami kelelahan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan

fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu

berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia.

Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi

57
posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang serius

maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk

mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian keamanan ini

merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi mengahadiri

posyandu lansia.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilkukan oleh Dita Anggraini

(2015) yang menunjukkan tidak ada hubungan antara jarak dan akses

dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia. Dalam penelitian

tersebut faktor dominan yang mempengaruhi kekatifan lansia adalah

dukungan keluarga dan kader. Walaupun akses mudah akan tetapi

keaktifan lansia termasuk kurang, dalam penelitian ini terdapat 8,6%

lansia dengan aksesabilitas mudah tetapi tidak aktif mengikuti posyandu

lansia.

Pada penelitian ini masih terdapat lansia yang memiliki

aksesabilitas termasuk sulit terjangkau. Hal ini harus mendapatkan

perhatian dari berbagai pihak khususnya tenaga kesehatan di wilayah

kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok agar meningkatkan

pelayananan posyandu lansia.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Dalam penelitian ini, sebagai mana telah diuraikan dalam metode

penelitian bahwa rancangan ini adalah cross sectional, oleh karena itu

rancangan ini memiliki kelemahan yaitu hubungan sebab akibat tidak

dapat diketahui secara langsung, akan tetapi hanya dapat menggambarkan

58
suatu hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini dengan kuesioner

memungkinkan responden menjawab dengan tidak jujur atau tidak

mengerti pertanyaan.

2. Responden dalam penelitian ini yaitu seorang lansia sehingga kurang

lancar dalam berkomunikasi dapat menyebabkan responden kurang

memahami maksud penelitian sehingga dapat berpengaruh pada kualitas

jawaban yang dilontarkan sesuai kesioner yang disajikan.

59
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan

dukungan keluarga dan aksesabilitas dengan keaktifan lansia mengikuti

posyandu lansia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Barong Tongkok

Kabupaten Kutai Barat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar lansia berusia 60-70 tahun sebanyak 43 orang (46,2%),

tidak bekerja sebanyak 90 orang (96,8%) dan tinggal bersama anak

sebanyak 47 orang (50,5%).

2. Dukungan keluarga di posyandu lansia sebagian besar keluarga

mendukung lansia sebanyak 49 orang (52,7%) sedangkan sebanyak 44

orang (47,3%) dukungan yang diberikan keluarga termasuk kurang.

3. Aksesabilitas lansia ke posyandu lansia sebagian besar sulit terjangkau

yaitu sebanyak 50 orang (53,8%) dan sebanyak 43 orang (46,2%) lansia

memiliki akses yang mudah terjangkau.

4. Keaktifan lansia di posyandu lansia sebagian besar aktif sebanyak 52

orang (55,9%) sedangkan lansia yang tidak aktif sebanyak 41 orang

(44,1%).

5. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan keaktifan

lansia mengikuti posyandu lansia (p value = 0,000).

6. Ada hubungan yang bermakna antara aksesabilitas dengan keaktifan lansia

mengikuti posyandu lansia (p value = 0,000).

60
B. Saran

1. Bagi keluarga dan lansia

a. Bagi keluarga lansia, disarankan agar memberikan perhatian khusus

dan dukungan kepada lansia mulai dari dukungan emosional dan

penghargaan seperti ikut mendampingi setiap kegiatan posyandu

lansia, memberikan dukungan emosional seperti menyediakan waktu

dan kendaraan untuk mengantar lansia ke posyandu lansia dan

memberikan dukungan informasional seperti mengingatkan lansia

tentang perilaku-perilaku yang dapat memperburuk kesehatan lansia.

b. Bagi lansia yang sudah aktif mengikuti posyandu lansia sebaiknya

tetap mempertahankan keaktifannya dalam mengikuti posyandu lansia

agar memperoleh manfaat yang dihasilkan.

2. Bagi puskesmas Barong Tongkok

a. Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pendidikan

masyarakat/penyuluhan kesehatan tentang manfaat posyandu lansia.

Selain penyuluhan, teknik dalam penyampaian informasi salah

satunya dengan cara diskusi partisipan. Pemberian informasi tidak

hanya searah saja, tetapi dua arah sehingga masyarakat atau lansia

dapat berdiskusi tentang apa yang kurang dipahami agar informasi

yang disampaikan mudah dipahami dan direspon oleh masyarakat

terurama tentang kesehatan keluarga.

b. Pihak puskemas diharapkan mengembangkan kembali program dan

kegiatan posyandu lansia terutama menjalankan program dari

kementerian kesehatan mulai dari pelayanan promotif, preventif,

61
kuratif, dan rehabilitatif. Menjalankan program GERMAS semaksimal

mungkin .

3. Bagi peneliti selanjutnya

Adaya penelitian ini dapat menjadi bahan pengembagan ilmu

pengetahuan dan wawasan baru dalam bidang penelitian. Penelitian ini

perlu dilanjutkan dengan meneliti faktor lain yang berhubungan dengan

keaktifan lansia misalnya keaktifan kader lansia, pengetahuan, jarak,

sikap dan lain sebagainya.

62

Anda mungkin juga menyukai