Disusun oleh:
Materai 10000
.........................................
NIM.............................
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
NIP.196803291994022001 NIP.
Mengetahui,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
proposal ini. Sholawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW, para sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulisan proposal ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar ners
Skala Nyeri Dada di Ruang ICU RSPKT Bontang”. Keberhasilan penulis dalam
serta doa-doa dari berbagai pihak yang dengan segala ketulusan hati, kasih sayang,
Mahasiswa,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebesar 7,5 juta jiwa (31%) dari 58 juta angka kematian di dunia
disebabkan oleh penyakit jantung (WHO, 2015). Dari seluruh benua yang
menjadi 20 juta jiwa. Kemudian akan tetap meningkat sampai tahun 2030,
diperkirakan 23,6 juta jiwa penduduk akan meninggal akibat penyakit
pada peringkat pertama dengan prevalensi 2,2% dan provinsi Kaltim pada
Bontang, total pasien yang telah dirawat dari bulan Januari hingga Mei
pasien.
jantung yang tidak dapat digunakan dengan baik. Nyeri dada adalah
indikator utama dari sindrom koroner akut yang sering menjalar kelengan
terasa berat, terasa diremas-remas, atau sensasi cengukan dan terasa mual,
elevasi infark miokard (NSTEMI, 25%) atau angina tidak stabil (38%)
mencegah aktivasi saraf simpatis, karena aktifasi saraf simpatik ini dapat
distraksi, relaksasi dan stimulasi kulit kompres hangat atau dingin, latihan
dada pada pasien dengan ACS salah satunya morfin. Karena reaksi obat
yang merugikan dan respon pasien yang berbeda-beda, hal ini penting
mengurangi rasa nyeri dan kecemasan pada pasien dengan ACS untuk
farmakologi. Karena efek samping yang lebih sedikit, lebih efektif dan
2018).
mengurangi nyeri dada pada pasien sindrom koroner akut salah satunya
aplikasi panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut maupun
nyeri kronis. Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri, terapi ini biasanya
digunakan untuk meningkatkan aliran darah dengan melebarkan pembuluh
darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan meningkat selain
(Arovah, 2014).
menurun. Selain itu terapi panas dapat mengurangi kontraksi otot polos
nyeri. Menurut teori kontrol gerbang, terapi panas mengurangi tingkat rasa
nyeri, yaitu pada jaringan permukaan seperti kulit dan jaringan yang lebih
histamine dan bradikinin dari area yang terkena terapi, dan membuat
area yang meradang atau rusak dan mengurangi aktifitas saraf sipatik
thermotherapy dengan suhu 45o – 50o yang diberikan pada bagian anterior
yang dipanaskan hingga 500 lalu dibungkus dengan handuk berbahan katun
mengurangi skala nyeri dada pada pasien sindrom korona akut, yang
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
ACS.
Bontang.
D. Manfaat
1. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Pasien
2. Manfaat Keilmuan
a. Bagi Peneliti
pasien SKA.
c. Bagi Pendidikan
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Level
No Judul dan Peneliti Metode Penelitian Intervensi Kesimpulan
Penelitian
1. Judul: Effect of Local Desain Penelitian: terapi thermotherapy yang Selama 24 jam setelah IIB
Heat Application on kuasi eksperimen dengan pre dipanaskan hingga 500 pemberian terapi pada kelompok
Physiological Status and post with control group, yang dibungkus perlakuan 60% tidak merasa
and Pain Intensity menggunakan kain katun nyeri dan 40% nyeri ringan
among Patients with dan diletakkan dibagian
Acute Coronary Sampel: depan dada selama 20
Synndrome 30 kontrol, 30 perlakuan, dengan menit setiap 12 jam
menggunakan purposive selama 24 jam
Peneliti: Hala et al, sampling dengan kriteria inklusi
2018
2. Judul: Effects Local Desain Penelitian: terapi thermotherapy Ada perbedaan signifikan IB
Thermotherapy on Uji klinis ( Clinical Trial ) dengan suhu 500 C terhadap intensitas nyeri
Chest Pain in Patients diberikan setelah masuk kelompok perlakuan mengalami
with Acute Sampel: keunit jantung diberikan penurunan daripada kelompok
39 perlakuan dan 39 kontrol dengan di dada bagian posterior kontrol
Coronary Syndrome A menggunakan purposive sampling. selama 20 menit sekali
Clinical Trial . sehari, mengisi data
demografi (diabetes,
Peneliti : Moradkhani A hipertensi dan
et al hiperlipidemia) dan diukur
tingkat nyeri
Level
No Judul dan Peneliti Metode Penelitian Intervensi Kesimpulan
Penelitian
3 Judul : Keefektifan Desain Penelitian: Diberikan terapi kompres IIb
Kompres Hangat untuk Penelitian one group pretest hangat. Frekuensi responden yang
Menurunkan Skala posttest tanpa ada kelompok Di bagian dada selama 20 pernah mengalami nyeri
Nyeri Pada Pasien kontrol menit perhari dada 63,3%
Dengan Angina Pektoris - Adanya penurunan
di IGD RS Jantung dan nadi sebanyak 55%
Pembuluh Darah Sampel : - Adanya penurunan
Harapan Kita Jakarta 60 responden yang tekanan darah sebanyak
2017 mendapat perlakuan 55%
4. Judul: Heat Therapy to Diberikan terapi kompres Respon nyeri yang dialami S2
Reduce Chest-Pain Desain penelitian: dengan studi hangat untuk menurunkan ACS juga bisa dioptimalkan
Among Patients with lieratur riview nyeri dada. dengan menggunakan terapi
Acute Coronary panas. Terapi panas
Syndromes (ACS): A Sampel: memiliki efek yang
Literature Review Pasien dengan penyakir jantung signifikan dalam mengurangi
Peneliti: coroner akut. nyeri dada, serta
Aan Nur’aeni, et al (2020) mempengaruhi penurunan
denyut jantung
Level
No Judul dan Peneliti Metode Penelitian Intervensi Kesimpulan
Penelitian
5. Judul: Desain peneltian: uji klinis Pemberian terapi panas Tidak ada perbedaan yang Q4
The effect of local heat terkontrol plasebo double-blind ada lokal dada pada parameter signifikan pada kedua kelompok
therapy on physiologic kelompok control fisiologis pada pasien sebelum dan sesudah intervensi
parameters of patients dengan ACS dalam hal tekanan darah sistolik
with acute coronary Sampel: sebanyak 22 sampel di uni dan diastolik serta denyut jantung.
syndrome: a randomized perawatan jantung. Namun, dibandingkan dengan
controlled clinical trial Kriteria inklusi meliputi: diagnosis sebelum intervensi, tekanan darah
Peneliti: Ali pasti ACS oleh spesialis, situasi sistolik dan diastolik pada
Mohammadpour et al fisiologis yang stabil untuk menjawab kelompok eksperimen menurun
(2015) pertanyaan, kurangnya alkoholisme secara signifikan (p<0,05)
dan kecanduan obat, kurangnya
menderita diabetes, kurangnya
penyakit otot dada dan tulang atau
pencernaan pada saat penyakit,
kemampuan berbicara dan pemahaman
lengkap bahasa Persia, gangguan
psikologis, kurangnya peradangan,
luka, lecet dan kemerahan di dada,
denyut jantung lebih dari 60 denyut per
menit, tekanan darah sistolik di atas 90
mmhg dan BMI antara 18,5 sampai 25.
Kriteria eksklusi termasuk;
keengganan untuk melanjutkan
partisipasi dalam penelitian dan setiap
jenis kondisi klinis yang memerlukan
prosedur diagnostik dan terapeutik
tertentu dan dengan diagnosis ahli
jantung, terapi panas lokal tidak
Level
No Judul dan Peneliti Metode Penelitian Intervensi Kesimpulan
Penelitian
memungkinkan untuk
pasien.digunakan
6. Judul: Pengaruh Kompres Desain penelitian : pemberian kompres hangat ada pengaruh kompres hangat S3
Hangat Terhadap menggunakan Pra-Experimental terhadap penurunan nyeri terhadap penurunan nyeri pada
Penurunan Nyeri Pada dengan pendekatan One-group pra-post asam urat penderita penyakit asam urat di
Penderita Penyakit Artritis test design. Paguyuban Lansia Budi Luhur
Gout Sampel: Populasinya adalah seluruh Surabaya.
lansia penderita penyakit asam urat di
Peneliti: Paguyuban Budi Luhur Surabaya
Zahroh Dan Kartika sebesar 30 lansia, besar sampel 30
(2018) lansia. Teknik pengambilan sampel
menggunakan Total Sam-pling
Level
No Judul dan Peneliti Metode Penelitian Intervensi Kesimpulan
Penelitian
7. Judul: Efektivitas Terapi Desain penelitian: Desain penelitian Pemberian kompres hangat Hasil penelitian ini menunjukkan S5
Kompres Hangat ini berupa Pra-Eksperimen dengan untuk menurunkan nyeri P-value = 0,000 dimana P-value <
Terhadap Penurunan Nyeri menggunakan pendekatan One-Group disminore. 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya
Dismenore Pada Remaja Pra test- Post test Desig terdapat efektivitas pemberian
Di Bandung kompres hangat penurunan nyeri
haid (dismenore) pada remaja usia
Peneliti: Maidartati, dkk Sampel: Sampel remaja putri kelas VII 13-15 Kota Bandung
(2018) dan VIII yang mengalami dismenore
sebanyak 47 siswi pada bulan Juli -
Agustus tahun 2017. Teknik sampling
penelitian ini adalah Purposive
Sampling.
8. Judul: Efektivitas Desain penelitian : Desain penelitian Pemberian kompres hangat Pemberian kompres hangat efektif S1
kompres hangat terhadap menggunakan Quasi Expeimental pre- untuk menurunkan nyeri dalam menurunkan nyeri pada
penurunan nyeri penderita test dan post test one grup design pada penderita gout. penderita gout arthritis, intervensi
gout arthritis di wilayah ini dapat dilakukan secara mandiri
kerja puskesmas Pulosari Sampel: Sampel dalam penelitian ini oleh pasien
Kabupaten Pandegelang menggunaan total sample dengan
jumlah sample 44 responden
Banten Tahun 2021
Peneliti:
Eneng, dkk (2021)
Level
No Judul dan Peneliti Metode Penelitian Intervensi Kesimpulan
Penelitian
9. Judul: pengaruh terapi Desain penelitian: Pemberian kompres hangat - Hasil analisis univariat S5
kompres hangat penelitian yang digunakan adalah untuk menurunkan nyeri menunjukkan sebagian besar
terhadap penurunan experimen dengan pendekatan One sendi. nyeri sendi responden
nyeri sendi osteoarthritis Group PretestPosttest Design test sebelum terapi kompres
pada lansia hangat adalah nyeri sedang
Sampel: Populasi yang diteliti pada
Peneliti: Italia dan penelitian ini adalah seluruh lanisa di 15 sebanyak orang (60%) dan
enggar (2022) Panti Sosial Lanjut usia Harapan Kita sebagian besar nyeri sendi
KM 5 Palembang sebanyak responden sesudah terapi
60partisipan, sampel penelitian kompres hangat adalah nyeri
sebagian dari populasi berjumlah 25 ringan sebanyak 9 orang
orang dengan cara pengambilan (36%).
sampel non probability samping - ada pengaruh terapi kompres
menggunakan metode purposive hangat terhadap penurunan
sampling. nyeri osteartritis pada lansia
di Panti Lanjut Usia Harapan
Kita Palembang
10. Judul: Pengaruh kompres Desain peneltiian: Pemberian kompres hangat - Terdapat pengaruh yang S4
hangat terhadap nyeri Jenis penelitian ini adalah quasi untuk menurunkan nyeri di signifikan skala nyeri leher
leher pada penderita eksperimen dengan desain pre test post leher pada hipertensi. sebelum dan sesudah diberikan
hipertensi esensial di test with control group. kompres hangat (P value=
wilayah Puskesmas Depok 0,003). Terdapat perbedaan
I, Sleman Yogyakarta Sampel: sampel sebanyak 40 yang signifikan skala nyeri
responden yang terbagi dalam 2 kelompok intervensi dan
Peneliti: Fadilah,siti kelompok yaitu 20 responden kelompok kontrol (P
(2019) kelompok intervensi dan 20 responden value=0,000). Kompres hangat
kelompok kontro dapat menurunkan skala
nyeri leher pada penderita
hipertensi esensia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
a. Definisi
21
seperti ditindih benda berat, menjalar ke tangan kiri hingga ke
dingin, serta dirasakan cukup lama akibat tidak adanya suplai darah
tak stabil, IMA dengan elevasi segmen ST (STEMI) dan IMA tanpa
b. Klafisikasi
adalah beberapa unit melebihi nilai normal atas (upper limits of normal/
ULN)
angina sangat sugestif SKA/ACS, maka pasien dipantau selama 12-24 jam.
EKG diulang setiap terjadi angina berulang atau setidaknya 1 kali dalam
24 jam.
c. Etiologi dan Faktor Risiko
a) Merokok
Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai usia dan jenis kelamin.
2016).
c) Dyslipidemia
berwarna kuning dan diproduksi oleh hati dan usu halus. Bila
2015).
d) Diabetes Mellitus
e) Stress
akan dipacu setiap waktu dan adrenalin pun akan meningkat, yang
diidentifikasi.
Selain itu beban cairan tubuh yang cukup besar dan menurunnya
2015).
sering timbul pada usia lebih dari 35 tahun keatas dan pada usia
d. Patofisiologi
coroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif
ukuran dan fungsi ventrikel). Pada Sebagian pasien, ACS terjadi karena
e. Diagnosis ACS
1) Manifestasi Klinis
dan biasanya serum kardiak marker normal (Califf & Roe, 2010).
a) Rest angina, yaitu angina yang terjadi pada waktu istirahat,
menit.
angina timbul lebih sering dan lebih lama. Pada angina jenis ini
adalah :
dengan Akut Miocard Infark (AMI). Sifat nyeri dada angina sebagai
berikut:
lengan kanan
sesudah makan
Nyeri dada tidak selalu ditemukan pada STEMI. Infark Miokard akut
dengan elevasi ST (STEMI) tanpa nyeri dada lebih sering dijumpai pada
diabetes militus dan usia lanjut. Kombinasi nyeri dada substernal selama >
sering terjadi pada STEMI dan jarang ditemukan pada NSTEMI (Alwi,
2019). Gejala khas pada NSTEMI adalah nyeri dada dengan lokasi nyeri di
terbakar, nyeri tumpul rasa berat atau tertekan. Gejala tidak khas seperti
dispneu. Gejala tidak khas ini lebih sering terjadi pada kelompok pasien
berusia lebih dari 75 tahun, wanita, pasien dengan diabetes, gagal ginjal
f. Komplikasi ACS
Ada beberapa komplikasi yang dapat ditemukan, antara lain (Setiawan,
2018):
a. Aritmia
b. Kematian mendadak
c. Syok kardiogenik
d. Gagal jantung
e. Emboli paru
h. Anerisma ventrikel
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Fisik
seimbang dan
regurgitas katup aorta akibat diseksi aorta, pneumothoraks, nyeri
2) Pemeriksaan Elektrokardiogram
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang
Sadapan V3R dan V4R, serta V7-V9 sebaiknya direkam pada semua
c) Non-diagnostik
d) Normal
3) Pemeriksaan Biomarka Jantung
waktu >1 jam. Jika biomarka jantung secara point of care testing
laboratorium sentral.
4) Pemeriksaan Non-Invasif
Pemeriksaan ekokardiografi transtorakal saat istirahat dapat
mungkin pada pasien tersangaka SKA. Stress test seperti EKG dapat
untuk tujuan diagnostic pada pasien dengan risiko tinggi dan diagnosis
multiple dan pasien dengan stenosis arteri utama kiri yang memiliki
6) Pemeriksaan Laboratorium
sewaktu, status elektrolit, koagulasi darah, tes fungsi ginjal dan panel
pemeriksaan fisik, EKG, tes bimarka jantung, dan foto polos dada,
dengan gejala dan tanda: nyeri dada yang sesuai dengan kriteria angina
normal.
2. Konsep Nyeri Dada
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
ditemukan pada penyakit jantung. Nyeri dada adalah keluhan yang paling
batuk, atau sesak. Misalnya nyeri saat menarik napas panjang. Gejala
nyeri khas untuk keluhan penyakit jantung adalah nyeri dada kiri yang
berlangsung 2-5 menit, menjalar ke bahu kiri dan kedua lengan terutama
pada permukaan tangan dan lengan bawah. Nyeri juga dapat menembus
ke punggung, dasar dari leher, rahang, gigi, dan ulu hati. Nyeri yang
2014).
b. Macam-Macam Nyeri Dada
Sifatnya tajam dan seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk dan
bernafas dalam dan berkurang bila menahan nafas atau sisi dada
yang sakit digerakkan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga,
a) Kardial
akan terangsang
selama iskemik miokard, akan tetapi korteks serebral tidak
gangguan emosi.
lebih lama.
1.3 Infark miokard
Bahri, 2014).
b) Perikardial
c) Aortal
dicurigai bila rasa nyeri dada yang hebat timbul tiba-tiba atau
d) Gastrointestinal
Nyeri
seperti terbakar yang sering bersama-sama dengan disfagia dan
e) Muskuloskeletal
2014).
f) Fungsional
g) Pulmonal
pleuritis, pneumothorax
Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah sebagai berikut:
4) Diaphoresis/keringat dingin
5) Sesak napas
6) Takikardi
7) Kulit pucat
11) Kelemahan
e. Karakteristik Nyeri
f. Pengukuran Nyeri
1) Skala Deskriptif
pendeskriptis
verbal (Verbal Descriptor Scale (VDS)). Skala deskriptif
nyeri yang lebih objektif. Cara ini dapat dilihat dari seseorang yang
2) Skala Numerik
0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri berat,
≥10
C. Konsep Thermotherapy
a. Definisi
adalah bentuk
terapi yang diaplikasiakan ke tubuh untuk meningkatkan suhu pada
b. Tujuan
aliran darah pada kulit dengan jalan melebarkan pembulub darah yang
sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, memberi rasa hangat dan tenang,
c. Jenis Thermotherapy
2) Bantal pemanas (heat pad), bantal yang digunakan berupa kain yang
belakang, kaki, kekakuan otot/ spasme otot, inflamasi pada tendo dan
bursa.
3) Kantung panas (heat pack), berisi silika gel yang dapat direndam air
nyeri.
dicelupkan di dalamnya.
suhu (41-43 °c) dan penampungan air dingin (10-18 °c). Terapi ini
diindikasikan pada fase peralihan antara tahap akut dan kronis dimana
diperlukan peningkatan suhu secara maksimal untuk meningkatkan
d. Indikasi
(blepharitis)
e. Kontraindikasi
Terapi panas (heat pad) merupakan salah satu modalitas terapi fisik
teknik ini juga mudah dilakukan oleh penderita nyeri sehari-hari (Potter &
Perry, 2016).
media padat), konveksi (pengaliran lewat media cair atau gas), konversi
Terapi panas adalah salah satu teknik non farmakologis yang dapat
terluka untuk mengurangi level nyeri. Disisi lain, terapi panas ini dapat
Dalam hal ini dapat mengurangi kerja dari system syaraf yang dapat
1) Salam terapeutik
2) Identifikasi kembali pasien dan periksa tanda-tanda vital
3) Memberitahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
4) Menyiapkan alat-alat sesuai kebutuhan (heat pead)
5) Mendekatkan alat-alat kesisi tempat tidur pasien
6) Posisikan pasien senyaman mungkin
7) Mencuci tangan
8) Memakai sarung tangan
9) Colok bantalan ke aliran listrik dan tunggu sampai 3 menit
10) Jika sudah terasa panas sekitar 40° tempelkan ke dada pasien yang
mengalami nyeri
11) Tempelkan ke bagian depan dada pasien (anterior) dan bagian
belakang dada pasien (posterior) dalam waktu 20 menit sambil
melihat respon pasien
12) Meminta pasien untuk mengungkapkan rasa ketidak nyaman saat
dilakukan tindakan
13) Mengkaji kembali kondisi kulit disekitar area dada depan dan
punggung yang telah dilakukan thermotherapy local jika terdapat
tanda-tanda kemerahan
14) Merapikan pasien keposisi semula
15) Memberitahu bahwa tindakan sudah selesai
16) Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan melepaskan sarung
tangan
17) Mencuci tangan
18) Mengkaji respon pasien (respon subjektif dan objektif)
19) Mendokumentasikan pada catatan keperawatan
j. Kriteria Pasien
1) Kriteria Inklusi
a) Pasien bersedia menjadi responden dalam intervensi
b) Skala nyeri pada pasien ACS 1-5
c) Pasien dirawat inap di ruang ICCU RSPKT Bontang
2) Kriteria Eksklusi
a) Pasien tidak kooperatif
b) Skala nyeri 6-10
B. Kerangka Teori
Faktor risiko penyebab ACS :
Faktor risiko utama
Merokok,hipertensi,dyslipidemia,DM, stress, dan ACS
obesitas
Faktor risiko yang tidak dapat diubah Umur dan jenis
kelamin.
Manifestasi klinis:
Nyeri dada, perubahan EKG, peningkatan enzim
jantung
Vasodilator
Oksida nitrit 🡑
Thermoterapy Local
D. Hipotesis
Terdapat perubahan tingkat nyeri dada pasien Acute Coronary Syndrome
(ACS) setelah diberikan intervensi thermotherapy local pada dada pasien.
BAB III
1. Pengkajian
Terdiri dari:
a. Biodata Klien
b. Pengkajian Primary
1) Airway
3) Circulation
4) Disability
pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah normal,
5) Exsposure
terjadinyahipotermi.
6) Foley Chateter
8) Monitor EKG
1) Keluhan utama
pada kaki.
mulai dirasakan.
a) Pola Nutrisi
b) Pola Eliminasi
klien.
d) Personal Hygiene
memotong kuku.
e) Pola Aktivitas
Sejauh mana kemampuan klien dalam beraktifitas
a) Kepala
kasar.
b.) Mata
c.) Telinga
Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak sesuai dengan
kesulitan menelan.
f.) Thoraks
Inspeksi: dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak, tidak ada
g.) Jantung
leher. Palpasi: denyut nadi meningkat, CRT > 3 detik Perkusi : pekak
h.) Abdomen
bising
usus 12x/m Perkusi : saat diperkusi terdengat bunyi tympani Palpasi
i.) Genitalia
dapat diuretik.
j.) Ekstremitas
terdapat kelainan, akral teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada
typederajat edema, tidak ada varises pada kaki, akral teraba hangat.
9) Pemeriksaan penunjang
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit SKA dalam Standar Diagnosis
b) Tampak meringis
c) Gelisah
e) Sulit tidur
f) Bersikap protektif
Edukasi :
1)Ajarkan tenik farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
D. Implementasi
perawat yang didasarkan pada kesimpulan dan keputusan sendiri dan bukan
lain:
masalah Kesehatan
(Mufidaturrohmah 2017).
BAB IV
A. Pengkajian Kasus
Hasil pengkajian yang dimulai pada tangga 01 Juni 2022, dari empat
1. Kasus 1
a. Identitas Klien
b. Riwayat Penyakit
Sakit Ny. L mengeluh nyeri dada kiri tebus belakang & sesak. Ny.
L merasakan nyeri dari satu hari sebelum MRS dan semakin sakit
keluarga.
c. Pengkajian Persistem
Ny. L, diantaranya:
98%.
trisep (+), reflek patologis Babinski (-), dan tidak ada tanda
meningeal sign.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Data Laboratorium
Tabel 4.3
Analisa Data Kasus I
TD 145/80 mmHg; N 89
x/menit; T 36,8oC; RR 24
x/menit. Saturasi : 98 %
dengan nasal kanul 3lt/menit
3. Hasil EKG
2. Kasus 2
a. Identitas Klien
Tn. R lahir 12 Januari 1958 (63 tahun), jenis kelamin laki-laki, suku
Jawa, agama Islam, alamat Jl. Mangga No.56 BTN PKT . Tn. R masuk
b. Riwayat Penyakit
Keluhan utama yang dirasakan Tn. R adalah rasa nyeri pada dada kiri.
c. Pengkajian Persistem
diantaranya:
RR 24x/menit.
otot bantu napas, tidak ada suara napas tambahan dan tidak
98%
trisep (+), reflek patologis Babinski (-), dan tidak ada tanda
meningeal sign.
8) Bone (B6) :Turgor kulit baik, tidak ada perdarahan kulit, tidak
d. Pemeriksaan Penunjang
a) Data Laboratorium
Tabel 4.4
b) Hasil EKG
V3, V4, V6
b. Terapi
Tabel 4.5
Rute/
Hari/
Bentu
N Kekua D
Cl Tablet 75 mg 2x Oral
As Tablet 80 mg 1x Oral
Si Tablet 20 mg 2x Oral
Bi Tablet 5 mg 1x Oral
IS Tablet 5 mg 3x Oral
Ar Injeksi 2,5 mg 1x
c. Analisa Data
Tabel 3.6
Data
Objektif:
1. Keadaan umum: lemah
2. Gelisah
3. Tanda-tanda vital: TD:
130/80 mmHg, N: 90x/menit,
T: 36,10C, RR: 24x/menit
4. Terlihat lelah dan cemas
5. Hasil EKG
Normal sinus rhytm, ST-
segment Elevation
Myocardial lead V2, V3,
V4, V6
Data
Objektif:
1. Tanda-tanda vital: TD:
130/80mmHg, N: 90x/menit,
T: 36,10C, RR: 24x/menit
2. Hasil pemeriksaan ekg:
Normal sinus rhytm, Right
axis deviation, Nonspecific
intraventricular conduction
delay, Anteroseptal MI
3. CRT <2 detik
4. Wajah lesu
3. Kasus 3
a. Identitas Klien
Tn. D lahir 16 Mei 1955 (67 tahun), jenis kelamin laki-laki, suku
b. Riwayat Penyakit
Keluhan utama yang dirasakan Tn. D adalah nyeri pada dada kiri
sejak 2 hari yang lalu. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat pada
dada bagian kiri dengan skala 6 (ringan) dan bersifat hilang timbul.
nyeri pada dada kiri disertai nyeri pada ulu hati. Saat keluhan tersebut
gula darah.
c. Pengkajian Persistem
diantaranya:
RR 21 x/menit.
intensitas kuat, CRT < 2 detik, tidak ada peningkatan JVP, tidak
diameter 3 mm/ 3 mm, reflek fisiologis bisep (+) dan trisep (+),
reflek patologis Babinski (-), dan tidak ada tanda meningeal sign.
6) Bladder (B4) : Jumlah urine 300cc/8 jam, warna kuning jernih dan
7) Bowel (B5) : Mukosa bibir lembab, kondisi lidah bersih dan gigi
usus normal 10 x/menit, tidak ada mual dan muntah, tidak ada
hematemesis, tidak ada melena, tidak ada masalah buang air besar
(BAB).
8) Bone (B6) :Turgor kulit baik, tidak ada perdarahan kulit, tidak ada
tanda icterus, akral teraba hangat, pergerakan sendi bebas, tidak ada
1) Data Laboratorium
5. Analisa Data
Tabel 4.9
Analisa Data Kasus 3
Data
Objek
tif :
1. Keadaan umum : lemah
2. Tanda-tanda vital
TD 120/70mmHg; N 64
x/menit; T 36,5oC; RR
21 x/menit.
3. Tn. D terlihat lelah.
4. Hasil EKG
Non-ST-segment Elevation
lead I, II, III, aVF, V1-
V3
Data Objektif :
a. Tanda-tanda vital
TD 120/70 mmHg; N
64x/menit; T 36,5oC;
RR 21 x/menit.
b. Hasil pemeriksaan
Laboratorium
(04/07/2022)
Troponin T 11,06 pg/ml
c. CRT < 2 detik
d. Hasil pemeriksaan
Rontgen Thorax
(04/07/2022)
Kesan:
Pulmo dalam batas
normal, Cardiomegali.
5. Kasus 4
a. Identitas Klien
Tn. A lahir 12 April 1977 (45 tahun), jenis kelamin laki-laki, suku
b. Riwayat Penyakit
Keluhan utama yang dirasakan Tn. A adalah nyeri pada dada kiri sejak
3 hari yang lalu. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat pada dada
lengan kiri dan disertai nyeri pada ulu hati. Tn. A mengatakan
c. Pengkajian Persistem
Tn. A, diantaranya:
RR20 x/menit.
trisep (+), reflek patologis Babinski (-), dan tidak ada tanda
meningeal sign.
6) Bladder (B4) : Jumlah urine 300cc/8 jam, warna kuning
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Data Laboratorium
Tabel 4.10
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kasus 4
2) Hasil EKG
10/12/2021 Hasil : Sinus Tachycardia, ST-segment Elevation
lead V1-V4
e. Terapi
Tabel 4.11
Terapi Obat kasus 4
f. Analisa Data
Tabel 4.12
Analisa Data Kasus 4
ANALISA SITUASI
Rumah Sakit Pupuk Kaltim merupakan salah satu rumah sakit yang
diperlukan.
(WHO).
Kaltim.
Nasional.
Nasional.
Nasional.
g. 2014 : Juara I Lomba RSSIB (Rumah sakit sayang ibu & bayi)
h. 2015 : Juara I Lomba Promosi dan Konseling Kes Reproduksi
RS Tipe C.
j. 2015 : Juara I Lomba RSSIB ( Rumah sakit sayang ibu & bayi )
l. 2016 : Juara I Lomba RSSIB ( Rumah sakit sayang ibu & bayi )
m. 2017 : Juara I Lomba RSSIB ( Rumah sakit sayang ibu & bayi )
Kaltim
Kaltim
Kaltim
Kaltim
Kaltim
j. Juli 2010 : Proper Lingkungan “ Hijau “ untuk Rumah Sakit se
Kaltim
Kaltim
Kaltim
seKaltim
Kaltim
Tipe C
Tipe C
Kaltim
tipe C
Reproduksi
Kaltim
Kaltim
Tingkat Nasional
c. Juli 2013 : Proper Lingkungan " Biru " untuk Rumah Sakit
Kerja
Kerja
Kerja
g. Agustus 2014 : Proper Lingkungan " Biru " untuk Rumah Sakit
h. 2014 : Juara 1 KB Perusahaan BUMN kategori III karyawan
Reproduksi RS Tipe C
PT.KMU
Kesehatan
Tahun 2018
Tingkat Internasional
a. Bekerja secara Non Shift maupun yang bekerja secara Shift dan
ruangan umuma
kerja.
atau golongan.
SDM.
a. Pelayanan 24 jam
3) Laboratorium
4) Radiologi
5) Farmasi
6) Ambulance 118
b. Medical Check Up
1) Radiologi
2) Laboratorium
3) Rehabilitasi Medis
4) Gizi
e. Fasilitas Pendukung
1) Kamar Bedah
2) Instalasi Farmasi
3) Hemodialisa
4) PKMRS
1) Poliklinik Umum
2) Poliklinik Imunisasi
4) Bidan & KB
5) Poliklinik Psikologi
6) Poliklinik Gigi & Mulut
7) Pelayanan Optik
8) Poliklinik Spesialis
9) Spesialis Bedah
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit terbaik di Kalimantan Timur dengan standar
nasional.
b. Misi
Kerja (K3)
c. Motto
satu sarana yang mendukung dalam pelayanan rumah sakit yaitu tersedianya
ruangan Intensive Care Unit, yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
dari 2 ruangan yaitu; Unit Intensive Care Unit (ICU / ICCU) dan Hight Care
Visi Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang adalah menjadi rumah sakit
terbaik di Kalimantan Timur dengan standar nasional. Dalam mencapai visi
pelanggan.
Kasus kelolaan utama dalam karya ilmiah ini adalah klien dengan
sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik atau matim (Amsterdam et al.,
klien Ny. L meliputi : Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (iskemia)
Nyeri akut b/d Agen pencedera fisiologis (iskemia) dan Penurunan curah
jantung b/d perubahan afterload. Pada Tn. A meliputi : Nyeri akut b/d agen
1. Nyeri Akut
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan (SDKI,
2017).
klien,diantaranya :
Tabel 5.1
Data objektif dan subyektif diagnose nyeri akut
1. Keadaan umum : 1. Keadaan umum: 1. Keadaan umum : lemah 1. Keadaan umum : lemah
lemah lemah 2. Tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital
2. Tanda-tanda vital: 2. Gelisah TD 120/70 mmHg; N 64 TD 12570 mmHg; N 92 x/menit; T 36,5
TD 145/80 mmHg; 3. Tanda-tanda vital: x/menit; T 36,5oC; RR o
C; RR 20 x/menit.
N 89 x/menit; T TD: 130/80 mmHg, 21 x/menit. 3. Tn. A terlihat lelah.
36,1oC; RR 24 N: 90x/menit, T: 3. Tn. D terlihat lelah. 4. Hasil EKG
x/menit. Saturasi : 36,10C, RR: 4. Hasil EKG Sinus Tachycardia, ST-segment
98 % dengan nasal 24x/menit Non-ST-segment Elevation Elevation lead V1-V4
kanul 3lt/menit 4. Terlihat lelah dan lead I, II, III, aVF, V1-
3. Hasil EKG cemas V3
Normal sinus rhytm, 5. Hasil EKG
Non-ST-segment Normal sinus rhytm, ST-
Elevation lead II, III, segment Elevation
V2-V3 Myocardial lead V2,
V3, V4, V6
Masalah keperawatan nyeri akut yang dialami Ny. L, Tn. R dan
sputum. Nyeri yang muncul juga ditandai dengan pola tidur yang
masih pada rentang sedang. Nyeri dada yang muncul disebabkan oleh
waktu 10 detik saja, sel-sel miokard dapat hipoksia dan jika terus
laktat. Asam laktak mengiritasi serat saraf miokard dan mengiritasi dan
2011).
darah yang cenderung rendah dan keluhan sesak napas. Diagnosa ini
2016).
darah akibat adanya oklusi pembuluh darah arteri coroner dan tersumbatnya
Nyeri dada adalah indikator utama dari sindrom koroner akut yang
sering menjalar kelengan kiri, leher, rahang dan punggung. Kualitas nyeri
dada yang dirasakan jantung seperti sesak, terasa berat, terasa diremas-
remas, atau sensasi cengukan dan terasa mual, muntah dan berkeringat.
Koroner akut sindrom terhubung dengan tiga manifestasi klinis yaitu
(NSTEMI, 25%) atau angina tidak stabil (38%) (Dan Longo et al, 2018).
dan stimulasi kulit kompres hangat atau dingin, latihan nafas dalam, terapi
dada pada pasien dengan ACS salah satunya morfin. Karena reaksi obat
yang merugikan dan respon pasien yang berbeda-beda, hal ini penting
mengurangi rasa nyeri dan kecemasan pada pasien dengan ACS untuk
mengurangi nyeri dada pada pasien sindrom koroner akut salah satunya
aplikasi panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut maupun
nyeri kronis. Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri, terapi ini biasanya
darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan meningkat selain
(Arovah, 2014).
thermotherapy dengan suhu 45o – 50o yang diberikan pada bagian anterior
yang dipanaskan hingga 500 lalu dibungkus dengan handuk berbahan katun
panas yang efektif yang dapat menembus hingga kedalam jaringan otot
DS: DS:
1. Tn. R mengatakan “Nyeri masih 1. Tn. R mengatakan “Nyeri berkurang setelah
dirasakan ketika sedang beristirahat dan diberikan intervensi”
setelah melakukan aktivitas dasar ringan” 2. Tn. R mengatakan “Nyeri dirasakan: P:
2. Tn. R mengatakan “Nyeri dirasakan: P: Nyeri dada disebabkan setelah beraktivitas, Q:
Nyeri dada disebabkan setelah beraktivitas, Nyeri dirasa seperti tertimpa benda berat, R:
Q: Nyeri dirasa seperti tertimpa benda berat, Dada bagian kiri, S: Skala nyeri turun 4
R: Dada bagian kiri, S: Skala nyeri 5 (sedang), T: Nyeri bersifat hilang timbul”
(sedang), T: Nyeri bersifat hilang timbul”
3. Tn. R mengatakan, “Ketika nyeri timbul,
II
klien merasakan tidak nyaman dan gelisah
serta cemas”
DO: DO:
1 Keadaan umum: lemah 1. Keadaan umum: lemah
2 Gelisah 2. Pasien terlihat tenang
3. TD 110/70 mmHg; N 95x/menit; SpO2
3 Tanda-tanda vital: TD: 119/73 mmHg,
98%,
N: 98x/menit, T: 36,80C, RR: 24x/menit 4. Pad electric menghasilkan panas 40oc
4 Terlihat lelah dan cemas
DO:
a. Keadaan umum : lemah
b. Tanda-tanda vital
TD 116/70 mmHg; N 63 x/menit; T
36,5oC; RR 20 x/menit.
c. Tn. B terlihat lelah.
IV DS: DS:
1. Tn. A mengatakan, “Nyerinya datang 1. Tn. A mengatakan, “Nyeri dada saya mulai
hilang timbul dan terasa tertekan benda berkurang.”
berat.” 2. Tn. A mengatakan, “Saya merasa lebih
2. Istri Tn. A mengatakan, “Saat muncul nyaman.”
keluhan nyeri dada, bapak saya langsung 3. Pengkajian nyeri
dibawa ke rumah sakit, pada saat di RS P: nyeri dada disebabkan penurunan O2 ke
diberikan obat pengurang rasa nyeri.” miokardium
3. istriTn. A mengatakan, “Tiga hari Q: nyeri seperti tertekan beban berat
R: dada bagian kiri dan menjalar ke lengan kiri
sebelum masuk rumah sakit kemarin,
S: skala nyeri turun ringan (4)
gara-gara nyerinya bapak saya gelisah.” T: nyeri bersifat hilang timbul.
4. Tn. A mengatakan, “Setiap malam saya
sering terbangun dan tidak bisa tidur
Kasus Sebelum diberi Intervensi Sesudah diberi Intervensi
lagi.”
5. Pengkajian Nyeri
P : nyeri dada disebabkan penurunan
oksigen ke miokardium
Q : nyeri seperti tertekan beban berat
R : dada bagian kiri dan menjalar ke
lengan kiri
S : skala nyeri sedang (6)
T : nyeri bersifat hilang timbul
DO:
1. Keadaan umum : lemah
DO : 2. Tanda-tanda vital
5. Keadaan umum : lemah TD 118/70mmHg; N 65x/menit; T 36,5oC; RR
6. Tanda-tanda vital 20x/menit.
TD 116/70 mmHg; N 63 x/menit; T 36,5 oC; 3. Tn. A terlihat nyaman
RR 20 x/menit. 4. Tn. A tidak gelisah
7. Tn. A terlihat lelah. 5. Pad electric menghasilkan panas 40oc
Tn. R dari skala 5-4 (sedang), Tn. D dari skala 6 ke skala 4 (sedang), Tn.
seperti histamin dan bradikinin dari area yang diberikan panas melalui
Terapi panas adalah salah satu teknik non farmakologis yang dapat
meredakan nyeri dan meningkatkan perfusi pada area jaringan yang
terluka untuk mengurangi level nyeri. Disisi lain, terapi panas ini dapat
Dalam hal ini dapat mengurangi kerja dari system syaraf yang dapat
PENUTUP
A. Kesimpulan
bidang keperawatan.
dengan diagnosa medis UAP CAD., Tn. R dengan diagnosa medis ACS
local pada dada (anterior dan bagian posterior) dengan heat pad
electric
B.Saran
dengan menerapkan termo terapi lokal ini sebagai salah satu terapi non
Peneliti
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Bontang, juni
2022
Tanda tangan Partisipan,
(........................................)
Lampiran 3
Kode Responden :
Inisial :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir/Umur :
Obat-obat : Ya/Tidak:
Makan/Minum 24 jam lalu :
Aktivitas Harian :
KELOMPOK 4 ICCU
Lampiran 4
KELOMPOK 4 ICCU
Lampiran 5
THERMOTHERAPY LOCAL
Pengertian Terapi panas atau thermotherapy merupakan terapi dengan
menggunakan suhu panas, biasanya dipergunakan dengan
kombinasi dengan modalitas fisioterapi yang lain seperti
exercise
dan manual therapy
Tujuan 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Mengurangi rasa sakit
3. Memberi rasa hangat, nyaman, dan rasa tenang pada klien.
Indikasi 1. Klien dengan nyeri dada (iskemia miokard)
2. Spasme otot
Alwi I., 2009. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST, dalam: Buku Ajar Ilmu
Pengetahuan Penyakit Dalam Jilid II. Sudoyo A. W, Setryohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing pp. 1741- 1754.
Amsterdam, E. A., Wenger, N. K., Brindis, R. G., Jr, D. E. C., Ganiats, T. G., Jr,
D. R. H., … Zieman, S. J. AHA / ACC Guideline 2014 AHA / ACC Guideline
for the Management of Patients With Non – ST-Elevation Acute Coronary
Syndromes A Report of the American College of Cardiology / American
Heart Association Task Force on Practice Guidelines. , (2014).
Anderson JL, Morrow DA. (2017). Acute Myocardial Infarction. N Engl J Med.
376: 2053-64
Hala, P., Assist, B., Amal, P., Assist, A. E., Hamed, A., Elhy, A., … Ismael, A.
(2018). Effect of Local Heat Application on Physiological Status and Pain
Intensity among Patients with Acute Coronary Syndrome. Journal of Nursing
and Health Science, 7(6), 70–80. https://doi.org/10.9790/1959-0706117080
Moradkhani, A., Baraz, S., Haybar, H., Hematipour, A., & Hesam, S. (2018).
Effects of Local Thermotherapy on Chest Pain in Patients with Acute
Coronary Syndrome: A Clinical Trial. Jundishapur Journal of Chronic
Disease Care. https://doi.org/10.5812/jjcdc.69799
Morton, Patricia, G., Fontaine, D., Hudak, C.M., & Gallo, Barbara, M. (2018).
Keperawatan Kritis (edisi 8). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nadler, Scott F., Kurt Weingand, and Roger J. Kruse. (2019). “The Physiologic
Basis and Clinical Applications of Cryotherapy and Thermotherapy for the
Pain Practitioner.” Pain Physician 7(3): 395–99.