Anda di halaman 1dari 132

KARYA ILMIAH AKHIR NERS(KIAN)

Analisis Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Acute


Coronary Syndrome (ACS) Dengan Intervensi Thermotherapy Local
Terhadap Perubahan Skala Nyeri Dada di Ruang ICU RSPKT Bontang

Disusun oleh:

DWIE AULIA OKTARINA P07220421056


FERA HERLINA HUTAPEA P07220421058
LILIK DAI’YAH P07220421069
MUH FAHMI ARDIANSYAH P07220421072
WINARTI P07220421087

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS SAMARINDA
2022
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Analisis Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Acute
Coronary Syndrome (ACS) Dengan Intervensi Thermotherapy Local
Terhadap Perubahan Skala Nyeri Dada di Ruang ICU RSPKT Bontang

Disusun dan diajukan oleh:

DWIE AULIA OKTARINA P07220421056


FERA HERLINA HUTAPEA P07220421058
LILIK DAI’YAH P07220421069
MUH FAHMI ARDIANSYAH P07220421072
WINARTI P07220421087

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS SAMARINDA
2022
PERNYATAAN KEASLIAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama Mahasiswa Nim
1. Dwie aulia oktarina P07220421056
2. Fera Herlina Hutapea P07220421058
3. Lilik Daiyah P07220421069
4. Muh.Fahmi ardiansyah P07220421072
5. Winarti P07220421087

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa KIAN yang kami tulis ini


benar merupakan hasil karya kami sendiri dan sepanjang pengetahuan kami di
dalam naskah KIAN ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu perguruan tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
kutipan dan daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ternyata di dalam naskah
KIAN ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiat, kami bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.

Bontang, Juni 2022


Yang membuat pernyataan,

Materai 10000

.........................................
NIM.............................
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Analisis Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Acute


Coronary Syndrome (ACS) Dengan Intervensi Thermotherapy Local
Terhadap Perubahan Skala Nyeri Dada di Ruang ICU RSPKT Bontang

Disusun dan diajukan oleh

Nama Mahasiswa Nim


1. Dwie aulia oktarina P07220421056
2. Fera Herlina Hutapea P07220421058
3. Lilik Daiyah P07220421069
4. Muh.Fahmi ardiansyah P07220421072
5. Winarti P07220421087

Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan Bontang,


….Juni 2022

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Andi Lis AG, M.Kep Ns. Satriani Halking, S.Kep

NIP.196803291994022001 NIP.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners


Poltekkes Kemenkes Kaltim

Ns. Andi Parellangi, S.Kep., M.Kep., M.H.


NIP.197512152002121004
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

Ridho dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

proposal ini. Sholawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi

besar Muhammad SAW, para sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulisan proposal ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar ners

pada Program Studi Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Kaltim.

Berdasarkan persyaratan tersebut maka penulis menyusun proposal yang

berjudul “Analisis Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Acute Coronary

Syndrome (ACS) Dengan Intervensi Thermotherapy Local Terhadap Perubahan

Skala Nyeri Dada di Ruang ICU RSPKT Bontang”. Keberhasilan penulis dalam

menyelesaikan proposal ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dukungan

serta doa-doa dari berbagai pihak yang dengan segala ketulusan hati, kasih sayang,

dan pengorbanannya memberikan bantuan kepada penulis.

Bontang, Juni 2022

Mahasiswa,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular atau Cardiovascular Disease (CVD)

adalah istilah umum untuk sejumlah patologi terkait, umumnya

didefinisikan sebagai penyakit jantung koroner (PJK), penyakit

serebrovaskular, penyakit arteri perifer, rematik dan jantung bawaan serta

penyakit dan tromboemboli vena. Pada data global penyakit jantung

koroner menyumbang 31% dari kematian pasien, sebagian besar

dikarenakan PJK dan kecelakaan serebrovaskular (WHO dalam Stewart,

Manmathan, & Wilkinson, 2017).

Sebesar 7,5 juta jiwa (31%) dari 58 juta angka kematian di dunia

disebabkan oleh penyakit jantung (WHO, 2015). Dari seluruh benua yang

ada di dunia, benua Asia menempati posisi tertinggi kematian akibat

penyakit jantung dengan jumlah 712,1 ribu jiwa. Sedangkan di Asia

Tenggara, Filipina menempati peringkat pertama kematian akibat penyakit

jantung dengan jumlah 376,9 ribu jiwa, dan Indonesia menempati

peringkat kedua kematian akibat penyakit jantung dengan jumlah 371,0

ribu jiwa (World Health Organization, 2015).

Berdasarkan seluruh data yang telah dikumpulkan dari WHO, pada

tahun 2015 diperkirakan kematian akibat penyakit jantung meningkat

menjadi 20 juta jiwa. Kemudian akan tetap meningkat sampai tahun 2030,
diperkirakan 23,6 juta jiwa penduduk akan meninggal akibat penyakit

jantung (World Health Organization, 2015)

Profil Penyakit Tidak Menular (2017) Kementerian Kesehatan

menyebutkan bahwa penderita penyakit jantung koroner mencapai 4.920

penderita baru setiap tahunya, dimana 2.320 penderita berjenis kelamin

lakilaki, dan 2.600 penderita berjenis kelamin perempuan. Secara global

World Health Organization (2015) melaporkan bahwa insiden kematian

akibat penyakit jantung mencapai 17,7 juta (45%) (Kemenkes.RI, 2017).

Data nasional menyebutkan bahwa prevalensi Sindrom koroner

akut yang terdiagnosis oleh prefesional kesehatan mencapai 1,5% dari

penyakit tidak menular lainya, dengan prevalensi kematian mencapai

12,9% dari penyebab kematian lainya (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Tercatat prevalensi penyakit jantung di Provinsi Kaltara berada

pada peringkat pertama dengan prevalensi 2,2% dan provinsi Kaltim pada

peringkat keenam dari keseluruhan 34 provinsi dan Indonesia

(Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari ruang ICU RSPKT

Bontang, total pasien yang telah dirawat dari bulan Januari hingga Mei

2022 yang terdiagnosis Acute Coronary Syndrome (ACS) berjumlah 9

pasien.

Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah kondisi yang dimana

darah yang dihasilkan oleh pasokan ke arteri coroner mempengaruhi otot

jantung yang tidak dapat digunakan dengan baik. Nyeri dada adalah

indikator utama dari sindrom koroner akut yang sering menjalar kelengan

kiri, leher, rahang


dan punggung. Kualitas nyeri dada yang dirasakan jantung seperti sesak,

terasa berat, terasa diremas-remas, atau sensasi cengukan dan terasa mual,

muntah dan berkeringat. Koroner akut sindrom terhubung dengan tiga

manifestasi klinis yaitu peningkatan ST miokard (STEMI, 30%), non ST

elevasi infark miokard (NSTEMI, 25%) atau angina tidak stabil (38%)

(Dan Longo et al, 2018)

Nyeri dada yang tidak terkontrol yang menyebabkan masalah

fisiologis dan psikologis seperti ketidaknyamanan, gangguan pernafasan,

hipertensi, kecemasan, detak jantung tidak normal. Kondisi ini

meningkatkan beban kerja jantung dan meningkatnya oksigen miokard,

menghasilkan memperburuk miokard infark dan bertambahnya tekanan

pada dada (Finamore, S. R, 2015).

Penanganan rasa nyeri harus dilakukan secepat mungkin untuk

mencegah aktivasi saraf simpatis, karena aktifasi saraf simpatik ini dapat

menyebabkan takikardi, vasokontriksi, dan peningkatan tekanan darah

yang pada tahap selanjutnya dapat memperberat beban jantung dan

memperluas kerusakan miokardium. Tujuan penatalaksanaan nyeri adalah

menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai

oksigen ke jantung (Anif Prayusi, 2016).

Perawat mempunyai peranan dalam penatalaksanaan nyeri yaitu

membantu meredakan nyeri dengan memberikan intervensi penghilang

nyeri (termasuk pendekatan farmakologis dan non farmakologis).

Penanganan nyeri bisa dilakukan secara farmakologis yakni dengan


pemberian obat-obatan. Sedangkan secara non farmakologis melalui

distraksi, relaksasi dan stimulasi kulit kompres hangat atau dingin, latihan

nafas dalam, terapi musik, aromaterapi, imajinasi terbimbing, relaksasi

(Brunner, et al, 2014).

Terapi farmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri

dada pada pasien dengan ACS salah satunya morfin. Karena reaksi obat

yang merugikan dan respon pasien yang berbeda-beda, hal ini penting

untuk mengkolaborasikan terapi farmakologi dan nonfarmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri dan kecemasan pada pasien dengan ACS untuk

meminimalisir efek samping dari terapi farmakologi dan untuk

meningkatkan efektifitas penurunan nyeri (Moradkhani, et al, 2018).

Dewasa ini, ilmu medis telah mencoba mengurangi peggunaan

terapi farmakologi dan lebih memilih untuk menggunakan terapi non-

farmakologi. Karena efek samping yang lebih sedikit, lebih efektif dan

mudah untuk digunakan. Thermoterapy adalah salah satu teknik

nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, yang dapat memperbaiki tanda

gejala pasien melalui mekanisme yang berbeda beda (Moradkhani, et al,

2018).

Salah satu terapi non farmakologi yang diterapkan untuk

mengurangi nyeri dada pada pasien sindrom koroner akut salah satunya

dengan terapi panas (thermotherapy). Thermotherapy adalah pemberian

aplikasi panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut maupun

nyeri kronis. Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri, terapi ini biasanya
digunakan untuk meningkatkan aliran darah dengan melebarkan pembuluh

darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan meningkat selain

itu dapat meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot

(Arovah, 2014).

Thermotherapy merupakan salah satu terapi nonfarmakologi yang

menghilangkan rasa sakit dan gejala dengan meningkatkan perfusi pada

jaringan yang terluka atau meradang, melancarkan peredaran darah dan

menghilangkan mediator inflamasi sehingga tingkat kesakitan dapat

menurun. Selain itu terapi panas dapat mengurangi kontraksi otot polos

dan mengurangi aksi sistem syaraf sehingga dapat menghilangkan rasa

nyeri. Menurut teori kontrol gerbang, terapi panas mengurangi tingkat rasa

sakit dengan meningkatkan reseptor rasa sakit dikulit dengan demikian

menutup jalur nyeri (Sharon L. Lewis et al, 2017).

Thermotherapy, dapat beraksi dalam dua arah untuk mengurangi

nyeri, yaitu pada jaringan permukaan seperti kulit dan jaringan yang lebih

dalam pada jaringan otot. Thermotherapy meringankan gejala nyeri pada

pasien dengan cara membuang metabolisme yang bersifat racun seperti

histamine dan bradikinin dari area yang terkena terapi, dan membuat

pembuluh darah dalam fase dilatasi sehingga meningkatkan alirah darah ke

area yang meradang atau rusak dan mengurangi aktifitas saraf sipatik

(Moradkhani et al., 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Moradkhani et all pada tahun 2018

yang berjudul “Effect Local Thermotherapy on Chest Pain in Acute


Coronary Syndrome Patients A Clinical Trial” menemukan hasil bahwa

thermotherapy dengan suhu 45o – 50o yang diberikan pada bagian anterior

dada selama 20 menit satu kali sehari memberikan efek penurunan

intensitas nyeri yang signifikan dibandingkan dengan kelompok yang tidak

diberikan perlakuan (Moradkhani et al., 2018).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hala et al pada tahun

2018 dengan judul “Effect of Local Heat Application on Physiological

Status and Pain Intensity among Acute Coronary Syndrome Patient”

thermotherapy menggunakan hotpack yang diisi air dan pemanas elektrik

yang dipanaskan hingga 500 lalu dibungkus dengan handuk berbahan katun

serta diletakkan dibagian depan dada selama 20 menit setiap 12 jam

selama 24 jam memberikan efek penurunan nyeri yang signifikan

dibanding dengan kelompok yang tidak diberikan perlakuan yang sama

(Hala et al., 2018).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

mengaplikasikan hasil riset mengenai pengaruh local thermotherapy untuk

mengurangi skala nyeri dada pada pasien sindrom korona akut, yang

dituangkan dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul

“Analisis Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Acute Coronary

Syndrome (ACS) Dengan Intervensi Thermotherapy Local Terhadap

Perubahan Skala Nyeri Dada di Ruang ICU RSPKT Bontang”.


B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) Dengan Intervensi

Thermotherapy Local Terhadap Perubahan Skala Nyeri Dada di Ruang

ICU RSPKT Bontang ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulisan Karya Ilmiah Akhir-Ners (KIA-N) bertujuan untuk

melakukan analisis terhadap kasus kelolaan pada pasien ACS dengan

intervensi local thermtherapy terhadap perubahan tingkat nyeri dada di

ruang Ruang ICU RSPKT Bontang.

2. Tujuan Khusus

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi tentang pengaruh termoterapy local pada pasien

sebleum dilakukan termoterapy.

b. Mengidentifikasi tentang pengaruh termoterapi pada pasien yang

sudah dilakukan termoterapy.

c. Menganalisa kasus kelolaan pada pasien dengan diagnosa medis

ACS.

d. Menganalisa pengaruh intervensi atau pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien ACS dengan pemberian termoterapi lokal

terhadap perubahan tingkat nyeri dada di ruang Ruang ICU RSPKT

Bontang.
D. Manfaat

1. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Pasien

Dapat membantu menurunkan tingkat nyeri pada pasien dengan ACS

sehingga pasien dapat mengaplikasikan secara mandiri baik selama

dirawat di rumah sakit ataupun ketika berada dirumah untuk membantu

mengrangi nyeri dada.

b. Bagi tenaga kesehatan

Dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan terutama dalam memberikan informasi mengenai

pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan ACS dengan

menggunakan proses keperawatan yang meliputi: pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Manfaat Keilmuan

a. Bagi Peneliti

Sebagai saran untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan

yang telah diperoleh selama mengikuti masa perkuliahan dan

sebagai tambahan pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan

tentang asuhan keperawatan pada pasien ACS.

b. Bagi rumah sakit

Sebagai bahan masukan dan evalusi yang diperlukan dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif khususnya

termoterapi lokal terhadap perubahan tingkat nyeri dada pada

pasien SKA.
c. Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

wawasan dan sebagai bahan perkembangan ilmu pengetahuan

dibidang kesehatan khususnya dibidang ilmu keperawatan dalam

melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan SKA.


E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Level
No Judul dan Peneliti Metode Penelitian Intervensi Kesimpulan
Penelitian
1. Judul: Effect of Local Desain Penelitian: terapi thermotherapy yang Selama 24 jam setelah IIB
Heat Application on kuasi eksperimen dengan pre dipanaskan hingga 500 pemberian terapi pada kelompok
Physiological Status and post with control group, yang dibungkus perlakuan 60% tidak merasa
and Pain Intensity menggunakan kain katun nyeri dan 40% nyeri ringan
among Patients with dan diletakkan dibagian
Acute Coronary Sampel: depan dada selama 20
Synndrome 30 kontrol, 30 perlakuan, dengan menit setiap 12 jam
menggunakan purposive selama 24 jam
Peneliti: Hala et al, sampling dengan kriteria inklusi
2018
2. Judul: Effects Local Desain Penelitian: terapi thermotherapy Ada perbedaan signifikan IB
Thermotherapy on Uji klinis ( Clinical Trial ) dengan suhu 500 C terhadap intensitas nyeri
Chest Pain in Patients diberikan setelah masuk kelompok perlakuan mengalami
with Acute Sampel: keunit jantung diberikan penurunan daripada kelompok
39 perlakuan dan 39 kontrol dengan di dada bagian posterior kontrol
Coronary Syndrome A menggunakan purposive sampling. selama 20 menit sekali
Clinical Trial . sehari, mengisi data
demografi (diabetes,
Peneliti : Moradkhani A hipertensi dan
et al hiperlipidemia) dan diukur
tingkat nyeri
Level
No Judul dan Peneliti Metode Penelitian Intervensi Kesimpulan
Penelitian
3 Judul : Keefektifan Desain Penelitian: Diberikan terapi kompres IIb
Kompres Hangat untuk Penelitian one group pretest hangat. Frekuensi responden yang
Menurunkan Skala posttest tanpa ada kelompok Di bagian dada selama 20 pernah mengalami nyeri
Nyeri Pada Pasien kontrol menit perhari dada 63,3%
Dengan Angina Pektoris - Adanya penurunan
di IGD RS Jantung dan nadi sebanyak 55%
Pembuluh Darah Sampel : - Adanya penurunan
Harapan Kita Jakarta 60 responden yang tekanan darah sebanyak
2017 mendapat perlakuan 55%

4. Judul: Heat Therapy to Diberikan terapi kompres Respon nyeri yang dialami S2
Reduce Chest-Pain Desain penelitian: dengan studi hangat untuk menurunkan ACS juga bisa dioptimalkan
Among Patients with lieratur riview nyeri dada. dengan menggunakan terapi
Acute Coronary panas. Terapi panas
Syndromes (ACS): A Sampel: memiliki efek yang
Literature Review Pasien dengan penyakir jantung signifikan dalam mengurangi
Peneliti: coroner akut. nyeri dada, serta
Aan Nur’aeni, et al (2020) mempengaruhi penurunan
denyut jantung
Level
No Judul dan Peneliti Metode Penelitian Intervensi Kesimpulan
Penelitian
5. Judul: Desain peneltian: uji klinis Pemberian terapi panas Tidak ada perbedaan yang Q4
The effect of local heat terkontrol plasebo double-blind ada lokal dada pada parameter signifikan pada kedua kelompok
therapy on physiologic kelompok control fisiologis pada pasien sebelum dan sesudah intervensi
parameters of patients dengan ACS dalam hal tekanan darah sistolik
with acute coronary Sampel: sebanyak 22 sampel di uni dan diastolik serta denyut jantung.
syndrome: a randomized perawatan jantung. Namun, dibandingkan dengan
controlled clinical trial Kriteria inklusi meliputi: diagnosis sebelum intervensi, tekanan darah
Peneliti: Ali pasti ACS oleh spesialis, situasi sistolik dan diastolik pada
Mohammadpour et al fisiologis yang stabil untuk menjawab kelompok eksperimen menurun
(2015) pertanyaan, kurangnya alkoholisme secara signifikan (p<0,05)
dan kecanduan obat, kurangnya
menderita diabetes, kurangnya
penyakit otot dada dan tulang atau
pencernaan pada saat penyakit,
kemampuan berbicara dan pemahaman
lengkap bahasa Persia, gangguan
psikologis, kurangnya peradangan,
luka, lecet dan kemerahan di dada,
denyut jantung lebih dari 60 denyut per
menit, tekanan darah sistolik di atas 90
mmhg dan BMI antara 18,5 sampai 25.
Kriteria eksklusi termasuk;
keengganan untuk melanjutkan
partisipasi dalam penelitian dan setiap
jenis kondisi klinis yang memerlukan
prosedur diagnostik dan terapeutik
tertentu dan dengan diagnosis ahli
jantung, terapi panas lokal tidak
Level
No Judul dan Peneliti Metode Penelitian Intervensi Kesimpulan
Penelitian
memungkinkan untuk
pasien.digunakan

6. Judul: Pengaruh Kompres Desain penelitian : pemberian kompres hangat ada pengaruh kompres hangat S3
Hangat Terhadap menggunakan Pra-Experimental terhadap penurunan nyeri terhadap penurunan nyeri pada
Penurunan Nyeri Pada dengan pendekatan One-group pra-post asam urat penderita penyakit asam urat di
Penderita Penyakit Artritis test design. Paguyuban Lansia Budi Luhur
Gout Sampel: Populasinya adalah seluruh Surabaya.
lansia penderita penyakit asam urat di
Peneliti: Paguyuban Budi Luhur Surabaya
Zahroh Dan Kartika sebesar 30 lansia, besar sampel 30
(2018) lansia. Teknik pengambilan sampel
menggunakan Total Sam-pling
Level
No Judul dan Peneliti Metode Penelitian Intervensi Kesimpulan
Penelitian
7. Judul: Efektivitas Terapi Desain penelitian: Desain penelitian Pemberian kompres hangat Hasil penelitian ini menunjukkan S5
Kompres Hangat ini berupa Pra-Eksperimen dengan untuk menurunkan nyeri P-value = 0,000 dimana P-value <
Terhadap Penurunan Nyeri menggunakan pendekatan One-Group disminore. 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya
Dismenore Pada Remaja Pra test- Post test Desig terdapat efektivitas pemberian
Di Bandung kompres hangat penurunan nyeri
haid (dismenore) pada remaja usia
Peneliti: Maidartati, dkk Sampel: Sampel remaja putri kelas VII 13-15 Kota Bandung
(2018) dan VIII yang mengalami dismenore
sebanyak 47 siswi pada bulan Juli -
Agustus tahun 2017. Teknik sampling
penelitian ini adalah Purposive
Sampling.
8. Judul: Efektivitas Desain penelitian : Desain penelitian Pemberian kompres hangat Pemberian kompres hangat efektif S1
kompres hangat terhadap menggunakan Quasi Expeimental pre- untuk menurunkan nyeri dalam menurunkan nyeri pada
penurunan nyeri penderita test dan post test one grup design pada penderita gout. penderita gout arthritis, intervensi
gout arthritis di wilayah ini dapat dilakukan secara mandiri
kerja puskesmas Pulosari Sampel: Sampel dalam penelitian ini oleh pasien
Kabupaten Pandegelang menggunaan total sample dengan
jumlah sample 44 responden
Banten Tahun 2021
Peneliti:
Eneng, dkk (2021)
Level
No Judul dan Peneliti Metode Penelitian Intervensi Kesimpulan
Penelitian
9. Judul: pengaruh terapi Desain penelitian: Pemberian kompres hangat - Hasil analisis univariat S5
kompres hangat penelitian yang digunakan adalah untuk menurunkan nyeri menunjukkan sebagian besar
terhadap penurunan experimen dengan pendekatan One sendi. nyeri sendi responden
nyeri sendi osteoarthritis Group PretestPosttest Design test sebelum terapi kompres
pada lansia hangat adalah nyeri sedang
Sampel: Populasi yang diteliti pada
Peneliti: Italia dan penelitian ini adalah seluruh lanisa di 15 sebanyak orang (60%) dan
enggar (2022) Panti Sosial Lanjut usia Harapan Kita sebagian besar nyeri sendi
KM 5 Palembang sebanyak responden sesudah terapi
60partisipan, sampel penelitian kompres hangat adalah nyeri
sebagian dari populasi berjumlah 25 ringan sebanyak 9 orang
orang dengan cara pengambilan (36%).
sampel non probability samping - ada pengaruh terapi kompres
menggunakan metode purposive hangat terhadap penurunan
sampling. nyeri osteartritis pada lansia
di Panti Lanjut Usia Harapan
Kita Palembang
10. Judul: Pengaruh kompres Desain peneltiian: Pemberian kompres hangat - Terdapat pengaruh yang S4
hangat terhadap nyeri Jenis penelitian ini adalah quasi untuk menurunkan nyeri di signifikan skala nyeri leher
leher pada penderita eksperimen dengan desain pre test post leher pada hipertensi. sebelum dan sesudah diberikan
hipertensi esensial di test with control group. kompres hangat (P value=
wilayah Puskesmas Depok 0,003). Terdapat perbedaan
I, Sleman Yogyakarta Sampel: sampel sebanyak 40 yang signifikan skala nyeri
responden yang terbagi dalam 2 kelompok intervensi dan
Peneliti: Fadilah,siti kelompok yaitu 20 responden kelompok kontrol (P
(2019) kelompok intervensi dan 20 responden value=0,000). Kompres hangat
kelompok kontro dapat menurunkan skala
nyeri leher pada penderita
hipertensi esensia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Konsep Teori Acute Coronary Syndrome (ACS)

a. Definisi

Penyakit pembuluh darah arteri coroner adalah gangguan

fungsi sistem kardiovaskuler yang disebabkan karena otot jantung

kekurangan darah akibat adanya oklusi pembuluh darah arteri

coroner dan tersumbatnya pembuluh darah jantung (AHA, 2017).

Penyempitan lumen arteri terjadi karena adanya penumpukan

lemak, klasifikasi lemak dan proliferasi sel-sel otot polos.

Penyumbatan pada pembuluh darah koroner disebabkan oleh adanya

penumpukan lemak dan kolesterol yang mengeras disepanjang

dinding arteri. Kolesterol yang menumpuk ini akan menyumbat

aliran darah sehingga akan mengganggu kerja jantung untuk

memompa darah keseluruh tubuh, sehingga akan menyebabkan

penyumbatan darah koroner, bersifat parsial maupun total (Lee,

Kang, Song, Rho & Kim, 2015).

Acute Coronary Syndrome adalah suatu kondisi yang dikenal

sebagai sindrom koroner akut (SKA) yang terjadi akibat

tersumbatnya aliran darah di pembuluh darah koroner. Kondisi ini

melibatkan tersumbatnya plak atheroma yang terlepas sehingga

mengganggu aliran darah. Akibatnya seseorang akan merasakan

gejala nyeri ada

21
seperti ditindih benda berat, menjalar ke tangan kiri hingga ke

rahang, menembus ke punggung, mual ataupun muntah, keringat

dingin, serta dirasakan cukup lama akibat tidak adanya suplai darah

menuju sel otot jantung (ESC, 2020).

Yang termasuk ke dalam sindrom koroner akut adalah angina

tak stabil, IMA dengan elevasi segmen ST (STEMI) dan IMA tanpa

elevasi segmen ST (NSTEMI) (Bassand, 2017).

b. Klafisikasi

Menurut Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut

(2018) dilihat dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan biomarka jantung,

Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi:

1. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST)

2. Infark miokard akut non-elevasi segmen ST (IMA-NEST)

3. Angina pektoris tidak stabil (APTS).

Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST akut

(IMA_EST) merupakan indikator kejadian oklusi total pembuluh

darah arteri koroner. Keadaan ini memerlukan tindakan

revaskularisasi untuk mengembalikan aliran darah dan reperfusi

miokard secepatnya; secara medikamentosa menggunakan agen

fibrinolitik atau secara mekanis melalui intervensi coroner perkutan

primer. Diagnosis IMA-EST ditegakkan jika terdapat keluhan

angina pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang persisten di 2


sadapan yang bersebelahan. Inisiasi tata laksana revaskularisasi tidak perlu

menunggu hasil peningkatan biomarka jantung.

Diagnosis IMA-NEST dan APTS ditegakkan jika terdapat keluhan

angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang menetap di 2 sadapan

yang bersebelahan. Rekaman EKG saat presentasi dapat berupa depresi

segmen ST, inversi gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang T

pseudo-normalisasi, atau bahkan tanpa perubahan. Angina pektoris tidak

stabil dan IMA-NEST dibedakan berdasarkan hasil pemeriksaan biomarka

jantung. Biomarka jantung yang lazim digunakan adalah high sensitivivy

troponin, troponin, atau CK-MB. Bila hasil pemeriksaan biokimia

biomarka jantung terjadi peningkatan bermakna, maka diagnosisnya infark

miokard akut tanpa elevasi segmen ST (IMA-NEST), jika biomarka

jantung tidak meningkat secara bermakna maka diagnosisnya APTS. Pada

SKA, nilai ambang untuk peningkatan biomarka jantung yang abnormal

adalah beberapa unit melebihi nilai normal atas (upper limits of normal/

ULN)

Pemeriksaan EKG awal tidak menunjukkan kelainan (normal) atau

menunjukkan kelainan yang non-diagnostik sementara angina masih

berlangsung, maka pemeriksaan diulang 10-20 menit kemudian. Jika EKG

ulangan tetap menunjukkan gambaran non-diagnostik sementara keluhan

angina sangat sugestif SKA/ACS, maka pasien dipantau selama 12-24 jam.

EKG diulang setiap terjadi angina berulang atau setidaknya 1 kali dalam

24 jam.
c. Etiologi dan Faktor Risiko

American Heart Association/American College of Cardiologi

(2017), membagi faktor risiko kardiovaskuler dalam 3 bagian, yaitu:

1) Faktor risiko utama yaitu faktor risiko yang menunjukkan hubungan

kuantitatif fajtor risiko dengan risiko ACS, yaitu:

a) Merokok

Orang yang merokok mempunyai risiko 2 kali lebih banyak

untuk menderita penyakit kardiovaskuler dibanding orang yang

tidak merokok. Efek merokok terhadap terjadinya aterosklerosis

antara lain dapat menurunkan kadar HDL, trombosir lebih mudah

mengalami agregasi, mudah terjadi luka endotel karena radikal

bebas dan pengeluaran katekolamin berlebihan serta dapat

meningkatkan kadar LDL dalam darah.

Merokok dapat menaikkan kadar karbondioksida dalam

darah, kemampuan mengikat oksigen menjadi menurun dan

jumlah oksigen yang rendah dapat mengganggu kemampuan

jantung untuk memompa dan nikotin yang terkandung dalam

rokok menstimulasi diproduksinya katekolamin yang akan

meningkatkan frekuensi heart rate dan blood pressure. Merokok

akan mengganggu respon vaskuler sehingga meningkatkan adhesi

dari platelet, yang akan meningkatkan risiko terjadinya thrombus

(Hoo, Foo, Lim, Ching & Boo, 2016).


b) Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan

darah sistolik atau tekanan darah diastolic yang tidak normal.

Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai usia dan jenis kelamin.

Hipertensi merupakan faktor risiko yang secara langsung dapat

menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Hipertensi merupakan

beban tekanan terhadap dinding arteri yang mengakibatkan

semakin berat beban jantung untuk memompakan darah ke

seluruh jaringan, hal ini mengakibatkan fungsi jantung akan

semakin menurun dan dinding jantung akan semakin menebal dan

kaku (AHA, 2015). Selain itu, pada kondisi menurunkan

kelenturan dinding arteri dan meningkatnya adhesi platelet,

tingginya tekanan juga akan mengakibatkan plak yang menempel

pada dinding arteri akan mudah terlepas dan mengakibatkan

thrombus (Hoo et al, 2016).

AHA merekomendasikan target tekanan darah pada ACS

adalah <140/90 mmHg pada pasien berusia <80 tahun dan

<150/90 mmHg pada mereka yang berusia >80 tahum. European

Society of Cardiology (ESC) juga merekomendasikan untuk

menurunkan tekanan darah >140/90 mmHg tanpa

mempertimbangkan usia dan

<140/85 mmHg pada pasien dengan diabetes mellitus (Archbold,

2016).
c) Dyslipidemia

Dyslipidemia adalah meningkatnya kadar kolesterol dan

bentuk ikatannya dengan protein seperti trigliserida dan LDL,

tetapi sebaliknya kadar HDL menurun. Dyslipidemia tidak lepas

dari keterpajanan terhadap asupan lemak sehari-hari terutama

asupan lemak jenuh dan kolesterol, yang dapat meningkatkan

insidens penyakit jantung koroner. Kolesterol merupakan suatu

jenis lemak yang terdapat di dalam darah, bentuknya seperti lilin

berwarna kuning dan diproduksi oleh hati dan usu halus. Bila

tubuh mengkonsumsi cukup banyak makanan maka jumlah

trigliserida dan kolesterol akan meningkat.

Kelebihan trigliserida akan disimpan dalam jaringan lemak

dibawah kulit yang kemudian akan digunakan sebagai cadangan

makanan untuk tubuh. Penelitian sebelumnya menunjukkan

bahwa hipertrigliseridemia berat berkorelasi positif dengan

mortalitas ACS. Atherogenic Dyslipidemia (AD) adalah

komponen utama dari sindrom metabolic dan merupakan

predictor penyakit jantung koroner (ACS). Sedangkan LDL

merupakan faktor utama penyebab pathogenesis ACS (Wan et al.,

2015).

d) Diabetes Mellitus

Pada penderita diabetes terjadi kelainan metabolism yang

disebabkan oleh hiperglikemia yang mana metabolit yang

dihasilkan akan merusak endotel pembuluh darah teermasuk


didalamnya pembuluh darah koroner. Pada penderita diabetes

yang terlah berlangsung lama akan mengalami mikroangiopati

diabetic yaitu mengenai pembuluh darah besar, dimana pada

penderita ini akan sering mengalami triopati diabetik yaitu

neuropati, retinopati dan nefropati. Pada penderita D, terjadi

percepatan aterosklerosis dan 75-80% kematian penderita DM

disebabkan oleh makroangiopati terutama yang terjadi pada

jantung, yaitu ACS.

e) Stress

Banyak ahli yang mengatakan bahwa faktor stress erat

kaitannya dengan kejadian penyakit jantung koroner. Dalam

kondisi stress yang kronis dan berkepanjangan syaraf simpatis

akan dipacu setiap waktu dan adrenalin pun akan meningkat, yang

akan menyebabkan peningkatan tekanan darah bersamaan dengan

meningkatnya kadar kolesterol dalam darah. Hal ini tentunya akan

membebani jantung dan merusak pembuluh darah koroner. Stress

merupakan salah satu risiko koroner yang kuat, tapi sukar

diidentifikasi.

Stress merupakan respon yang tidak spesifik dari seseorang

terhadap setiap tuntutan kehidupan. Stress yang terus menerus

berlangsung lama akan meningkatkan tekanan darah dan kadar

katekolamin sehingga mengakibatkan penyempitan pada arteri

koroner yang menyebabkan stress psikologis dengan kejadian

ACS (Onk et al, 2016).


f) Obesitas

Seseorang yang obesitas secara umum berisiko mengalami

hyperlipidemia dan hiperkolesterolemia yang merupakan faktor

dominan yang dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis.

Selain itu beban cairan tubuh yang cukup besar dan menurunnya

kemampuan beraktivitas secara bertahap akibat dari obesitas,

lambat laun akan menimbulkan meningkatnya beban kerja jantung

dan menurunkan fungsinya. Obesitas berhubungan dengan

peningkatan volume darah dan curah jantung yang disebabkan

oleh peningatan aktivitas metabolic yang tinggi dan jaringan

adipose yang akan mempengaruhi perubahan hemodinamik pasien

ACS. Hasil perubahan hemodinamik tersebut menyebabkan left

ventrikel (LV) remodeling, peningkatan stress dinding miokard

sehingga berdampak pada ketidaknyamanan fisik (Lee et al,

2015).

2) Faktor risiko yang tidak dapat dirubah, yaitu:

a) Umur dan jenis kelamin

Semakin bertambahnya umur akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner. SKA lebih

sering timbul pada usia lebih dari 35 tahun keatas dan pada usia

55-64 tahun terdapat 40% kematian disebabkan oleh penyakit

jantung koroner. (Lee et al, 2015) menyatakan bahwa seseorang

yang berumur lebih atau sama dengan 60 tahun memiliki risiko

kematian sebesar 10,13 kali dibandingkan yang berumur 25-49


tahun. Insiden SK dikalangan wanira lebih rendah daripada laki-

laki, tetapi hal ini akan berubah begitu memasuki periode

menopause. Aterosklerosis mengalami peningkatan seiring

dengan adanya pertambahan usia. Pada wanita usia dibawah 55

tahun angka kejadian ACS lebih rendah dibandingkan dengan

laki-laki, namun pada usia 55 tahun angka kejadian relative

sama anatara keduanya. Pada usia diatas 55 tahun angka

kejadian jantung koroner pada wanita lebih tinggi dibandingkan

dengan laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan wanita

mempunyai risiko lebih tinggi terjadi serangan jantung

dibandingkan dengan laki- laki (AHA, 2016).

d. Patofisiologi

Sebagian besar ACS adalah manifestasi akut dari plak

atheroma pembuluh darah coroner yang koyak atau pecah akibat

perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrosa yang

menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses

agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi sehingga terbentuk

thrombus yang kaya trombosit. Thrombus ini akan menyumbat

lubang pembuluh darah coroner, baik secara total maupun parsial;

atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh darah

coroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif

yang menyebabkan vasokontriksi sehingga memperberat gangguan

aliran darah coroner. Berkurangnya aliran darah coroner

menyebabkan iskemia miokardium. Suplai oksigen yang

berhenti kurang lebih 20 menit


menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (Infark Miokard). Infark

Miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi pembuluh darah koroner.

Sumbatan total yang disertai vasokontriksi yang dinamis juga dapat

menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung. Selain

nekrosis, iskemia juga dapat menyebabkan gangguan kontraktilitas

miokardium karena proses hibernating dan stunning (setelah iskemia

hilang), disertai distritmia dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk,

ukuran dan fungsi ventrikel). Pada Sebagian pasien, ACS terjadi karena

sumbatan dinamis akibat spasme local arteri koronaria epikardia (angina

prizmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun thrombus,

dapat disebabkan oleh progesi pembentukan plak atau restenosis setelah

intervensi coroner perkutan (IKIP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti

demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi

pencetus terjadinya ACS pada pasien yang telah mempunyai plak

aterosklerosis. (PERKI, 2018).

e. Diagnosis ACS

1) Manifestasi Klinis

Diagnosis klinis unstable angina ditegakkan berdasarkan onset,

durasi dan frekuensi dari nyeri dada. Unstable angina dapat

dikatagorikan menjadi rest angina, new-onset severe angina atau

increasing angina. Perubahan EKG pada angina mungkin tidak ada

dan biasanya serum kardiak marker normal (Califf & Roe, 2010).
a) Rest angina, yaitu angina yang terjadi pada waktu istirahat,

biasanya terjadi selama satu minggu dengan lama episode > 20

menit.

b) New-onset severe angina, yaitu angina yang baru pertama kali

dirasakan dengan jenis angina pada kelas III-IV. Angina terjadi

setelah melakukan perkerjaan minimal.

c) Increasing angina yaitu pasien yang sudah pernah terdiagnosis

angina sebelumnya. Keluhan angina semakin bertambah, serangan

angina timbul lebih sering dan lebih lama. Pada angina jenis ini

setidaknya terdapat kenaikan satu kelas derajat nyeri misalnya

dari kelas III ke kelas IV.

Klasifikasi Angina menurut Canadian Cardiovascular Cociety (CCS)

adalah :

a) Menjelaskan tingkat disabiliti yang disebabkan angina

b) Kelas I – Angina hanya terjadi saat aktivitas berat atau lama

c) Kelas II – keterbatasan ringan akibat angina pada aktivitas normal

d) Kelas III – keterbatasan berat akibat angina pada aktivitas biasa

e) Kelas IV – tidak mampu melakukan aktivitas fisik. Terjadi angina

pada waktu istirahat (Gray, et al., 2015).

Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pada pasien

dengan Akut Miocard Infark (AMI). Sifat nyeri dada angina sebagai

berikut:

a) Lokasi : substernal, retrosternal dan precordial


b) Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih

beban berat seperti ditusuk, rasa diperas dan terpelintir

c) Penjalaran : biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang

bawah, gigi, punggung/interskapula, perut dan dapat juga ke

lengan kanan

d) Faktor pencetus : latihan fisik, stress, emosi, udara dingin dan

sesudah makan

Nyeri dada tidak selalu ditemukan pada STEMI. Infark Miokard akut

dengan elevasi ST (STEMI) tanpa nyeri dada lebih sering dijumpai pada

diabetes militus dan usia lanjut. Kombinasi nyeri dada substernal selama >

30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Gejala

penyerta seperti dispnea, mual, muntah, diaporesis dan cemas biasanya

sering terjadi pada STEMI dan jarang ditemukan pada NSTEMI (Alwi,

2019). Gejala khas pada NSTEMI adalah nyeri dada dengan lokasi nyeri di

retrosternal menjalar ke lengan kiri, leher atau bagian rahang. Nyeri

tersebut bisa terjadi secara intermittent (biasanya berlangsung beberapa

menit) atau persistent. Gejala khas merupakan nyeri seperti diikat,

terbakar, nyeri tumpul rasa berat atau tertekan. Gejala tidak khas seperti

nyeri epigastrium, gangguan pencernaan, nyeri dada yang menusuk atau

dispneu. Gejala tidak khas ini lebih sering terjadi pada kelompok pasien

berusia lebih dari 75 tahun, wanita, pasien dengan diabetes, gagal ginjal

kronis, atau demensia (Hamm, et al., 2011).

f. Komplikasi ACS
Ada beberapa komplikasi yang dapat ditemukan, antara lain (Setiawan,

2018):

a. Aritmia

b. Kematian mendadak

c. Syok kardiogenik

d. Gagal jantung

e. Emboli paru

f. Rupture septum ventrikuler

g. Rupture muskulus papilaris

h. Anerisma ventrikel

g. Pemeriksaan Penunjang

Berdasarkan Buku Pedoman Tatalaksana Sindrom Koronaria Akut

pada tahun 2018, ada beberapa Pemeriksaan Penunjang yang dapat

dilakukan untuk mendiagnosis ACS, yaitu:

1) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor

pencetus iskemia, komplikasi iskemia, penyakit dan menyingkirkan

diagnosis banding. Regurgitas katup mitral akut, suara jantung tiga

(S3), ronkhi basah halus dan hipotensi hendaknya selalu diperiksa

untuk mengidentifikasi komplikasi iskemia. Ditemukannya tanda-

tanda regurgitas katup mitral akut, hipotensi, diaphoresis, ronkhi basah

hasul atau edema paru meningkatkan kecurigaan terhadap ACS.

Pericardial friction rub karena pericarditis, kekuatan nadi tidak

seimbang dan
regurgitas katup aorta akibat diseksi aorta, pneumothoraks, nyeri

pleuritik disertai suara napas yang tidak seimbang perlu

dipertimbangkan dalam memikirkan diagnosis banding ACS.

2) Pemeriksaan Elektrokardiogram

Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang

mengarah kepada iskemia harus menjalani pemeriksaan EKG 12

sadapan sesegera mungkin sesampainya di ruangan perawatan.

Sadapan V3R dan V4R, serta V7-V9 sebaiknya direkam pada semua

pasien dengan perubahan EKG yang mengarah kepada iskemia

dinding inferior. Sadapan V7-V9 juga harus direkam pada semua

pasien angina yang mempunyai EKG awal non-diagnostik. Perekaman

EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak kontak medis pertama.

Bila bisa didapatkan perbandingan dengan hasil EKG sebelumnya

sangat membantu diagnosis. Setelah perekaman EKG awal dan

penatalaksanaan, perlu dilakukan perekaman EKG serial atau

pemantauan terus-menerus, EKG yang mungkin dijumpai pada pasien

IMA-NEST dan APTS anatara lain:

a) Depresi segmen ST dan atau inversi gelombang T, dapat disertai

dengan elevasi segmen ST yang tidak persisten (<20 menit)

b) Gelombang Q yang menetap

c) Non-diagnostik

d) Normal
3) Pemeriksaan Biomarka Jantung

Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau troponin I/T merupakan

beomarka nekrosis miosit jantung dan menjadi biomarka untuk

diagnosis infark miokard. Troponin I/T sebagai biomarka nakrosis

jantung mempunyai sensitivitas dan spesivitas lebih tinggi dari CK-

MV. Peningkatan biomarka jantung hanya menunjukkan adanya

nekrosis miosit, namun tidak dapat dipakai untuk emnentukan

penyebab nekrosis miosit tersebut (penyebab koroner atau non-

koroner). Pemeriksaan biomarka jantung sebaiknya dilakukan di

laboratorium sentral. Troponin I/T juga dapat meningkat akibat

kelainan kardiak non-koroner seperti takiaritmia, trauma kardiak,

gagal jantung, hipertrofi ventrikel kiri, miokarditis/pericarditis.

Keadaan non- kardiak yang dapat meningkatkan kadar troponin I/T

adalah sepsis, luka bakar, gagal napas, penyakit neurologic akut,

emnboli paru, hipertensi pulmoner, kemoterapi dan insufisiensi ginjal.

Pemeriksaan di ruang darurat atau ruang rawat intensif jantung (point

of care testing) pada umumnya berupa tes kualitatif atau

semikuantitatif, lebih cepat (15-20 menit) tetapi kurang sensitive.

Point of care testing sebagai alat diagnostic rutin ACS hanya

dianjurkan jika waktu pemeriksaan dilaboratorium sentral memerlukan

waktu >1 jam. Jika biomarka jantung secara point of care testing

menunjukkan hasil negative maka pemeriksaan harus diulang di

laboratorium sentral.

4) Pemeriksaan Non-Invasif
Pemeriksaan ekokardiografi transtorakal saat istirahat dapat

memberikan gambaran fungsi ventrikel kiri secara umum dan berguna

untuk menentukan diagnosis banding. Hipokinesia atau akinesia

segmental dinding ventrikel kiri dapat terlihat saat iskemia dan

menjadi normal saat iskemia menghilang. Selain itu, diagnosis

banding seperti stenosis aorta, kardiomiopati hipertrofik, atau diseksi

aorta dapat dideteksi melalui pemeriksaan ekokardiografi. Jika

memungkinkan, pemeriksaan ekokardiografi transtorakal saat istirahat

harus tersedia diruang perawatam dan dilakukan secara rutin sesegera

mungkin pada pasien tersangaka SKA. Stress test seperti EKG dapat

membantu menyingkirkan diagnosis banding PJK obstruktif pada

pasien-pasien tanpa rasa nyeri, EKG istirahat normal, dan marka

jantung yang negative.

5) Pemeriksaan Invasif (Angiografi Koroner)

Angiografi koroner memberikan informasi mengenai keberadaan

dan tingkat keparahan PJK, sehingga dianjurkan segera dilakukan

untuk tujuan diagnostic pada pasien dengan risiko tinggi dan diagnosis

banding yang tidak jelas. Penemuan oklusi trombotik akut, misalnya

pada arteri serkumfleksa, sangat penting pada pasien yang sedang

mengalami gejala atau peningkatan troponin, namun tidak ditemukan

perubahan EKG diagnostic. Pada pasien dengan penyakit pembuluh

multiple dan pasien dengan stenosis arteri utama kiri yang memiliki

risiko tinggi untuk kejadian kardiovaskuler yang serius, angiografi


koroner disertai perekaman EKG dan abnormalitas gerakan dinding

regional seringkali memungkinkan identifikasi lesi yang menjadi

penyebab. Penemuan angiografi yang khas antara lain eksentrisitas,

batas yang irregular, ulserasi, penampakkan yang kabur, dan filling

defect yang mengesankan adanya thrombus intrakoroner.

6) Pemeriksaan Laboratorium

Data laboratorium, disampung biomarka jantung yang harus

dikumpulkan di ruang perawatan adalah tes darah rutin, gula darah

sewaktu, status elektrolit, koagulasi darah, tes fungsi ginjal dan panel

lipid. Pemeriksaan laboratorium tidak boleh menunda terapi SKA.

7) Pemeriksaan Foto Polos Dada

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk membuat diagnosis

banding, identifikasi komplikasi dan penyakit penyerta. Dengan

mengintegrasikan informasi yagn diperoleh dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, EKG, tes bimarka jantung, dan foto polos dada,

diagnosis awal pasien dengan keluhan nyeri dada dapat

dikelompokkan sebagai berikut: non-kardiak, angina stabil,

kemungkinan SKA dan definitive SKA. Kemungkinan SKA adalah

dengan gejala dan tanda: nyeri dada yang sesuai dengan kriteria angina

ekuivalen atau tidak seluruhnya tipikal pada saat evaluasi di ruang

perawatan, EKG normal atau non-diagnostik dan biomarkan jantung

normal.
2. Konsep Nyeri Dada

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang

dari 3 bulan atau lebih dari 3 bulan (SDKI, 2018).

a. Definisi Nyeri Dada

Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak

ditemukan pada penyakit jantung. Nyeri dada adalah keluhan yang paling

banyak dirasakan oleh para pasien dan penderita panyakit jantung

koroner. Nyeri dada juga bisa disebabkan oleh berbagai macam

penyebab, bisa dari otot atau tulang, jantung, paru-paru, saluran

pencernaan, atau bisa pula karena masalah psikologis. Nyeri karena

masalah penyakit paru-paru atau kelainan paru biasanya berkaitan dengan

tarikan napas, dan disertai dengan keluhan-keluhan lain seperti demam,

batuk, atau sesak. Misalnya nyeri saat menarik napas panjang. Gejala

nyeri khas untuk keluhan penyakit jantung adalah nyeri dada kiri yang

digambarkan seperti tertimpa benda berat, ditekan, atau diremas, nyeri

berlangsung 2-5 menit, menjalar ke bahu kiri dan kedua lengan terutama

pada permukaan tangan dan lengan bawah. Nyeri juga dapat menembus

ke punggung, dasar dari leher, rahang, gigi, dan ulu hati. Nyeri yang

demikian disebut dengan acute coronary syndrome (ACS) (T. Bahri,

2014).
b. Macam-Macam Nyeri Dada

Ada 2 macam nyeri dada, yaitu:

1. Nyeri dada pleuritik

Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral.

Sifatnya tajam dan seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk dan

bernafas dalam dan berkurang bila menahan nafas atau sisi dada

yang sakit digerakkan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga,

pleura parietalis, saluran nafas besar, diafragma, mediastinum dan

saraf interkostalis. Nyeri dada pleuritik dapat disebabkan oleh:

Difusi pleura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan atau

radang subdiafragmatik; pneumotoraks dan pneumo mediastinum

(T. Bahri, 2014).

2. Nyeri dada non pleuritik

Nyeri dada non pleuritik biasanya lokasi sentral, menetap,

atau dapat menyebar ke tempat lain. Paling sering disebabkan

kelainan di luar paru.

a) Kardial

1) Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri

substernal yang menjalar ke axila dan turun ke bawah ke

bagian dalam lengan terutama lebih sering ke lengan kiri.

Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigastrium, leher,

rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada

substernal. Nyeri disebabkan karena saraf eferen viseral

akan terangsang
selama iskemik miokard, akan tetapi korteks serebral tidak

dapat menentukan apakah nyeri berasal dari miokard.

Karena rangsangan saraf melalui medula spinalis T1-T4

yang juga merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris

dari sistem somatis yang lain. Iskemik miokard terjadi bila

kebutuhan O2 miokard tidak dapat dipenuhi oleh aliran

darah koroner. Pada penyakit jantung koroner aliran darah

ke jantung akan berkurang karena adanya penyempitan

pembuluh darah koroner. Ciri rasa nyeri yang perlu

diketahui adalah derajat, lamanya dan frekuensinya. Ada 3

sindrom iskemik yaitu:

1.1 Angina stabil (Angina klasik, Angina of Effort)

Serangan nyeri dada khas yang timbul waktu bekerja.

Berlangsung hanya beberapa menit dan menghilang

ketika istirahat atau dengan pemberian nitrogliserin.

Nyeri dada dapat timbul setelah makan, pada udara

dingin, reaksi simpatis yang berlebihan atau

gangguan emosi.

1.2 Angina tak stabil

Jenis angina ini dicurigai bila penderita telah sering

berulang kali mengeluh rasa nyeri di dada yang timbul

waktu istirahat atau saat kerja ringan dan berlangsung

lebih lama.
1.3 Infark miokard

Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30

menit dapat menyebabkan infark miokard. Nyeri dada

berlangsung lebih lama, menjalar ke bahu kiri, lengan

dan rahang. Berbeda dengan angina pektoris, timbulnya

nyeri tidak ada hubungannya dengan aktivitas fisik dan

bila tidak diobati berlangsung dalam beberapa jam.

Disamping itu juga penderita mengeluh dispea,

palpitasi, dan berkeringat. Diagnosa ditegakkan

berdasarkan EKG dan pemeriksa enzim jantung.

2) Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada

prekordinal atau substernal yang dapat berlangsung

sebentar maupun lama. Adanya murmur akhir sistolik dan

mid-sistolik cocok dengan gambaran echocardiogram

dapat membantu menegakkan diagnosa (T. Bahri, 2014).

3) Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang

idiopatik juga dapat menimbulkan nyeri dada iskemik (T.

Bahri, 2014).

b) Perikardial

Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium

parietalis diatas diafragma. Nyeri perikardial lokasinya di daerah

sternal dan area preokordinal, tetapi dapat menyebar ke

epigastrium, leher, bahu, dan punggung. Nyeri biasanya seperti


ditusuk dan timbul pada waktu menarik nafas dalam, menelan,

miring atau bergerak. Nyeri hilang bila penderita duduk dan

bersandar ke depan. Gerakan tertentu dapat menambah rasa

nyeri yang membedakannya rasa nyeri angina. Radang

perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri

epigastrium dan punggung seperti pada pankreatitis atau

kolesistesis (T. Bahri, 2014).

c) Aortal

Penderita hipertensi, koatasio aorta, trauma dinding dada

merupakan resiko tinggi untuk pendesakan aorta. Diagnosa

dicurigai bila rasa nyeri dada yang hebat timbul tiba-tiba atau

nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai infark miokard

akan tetapi lebih tajam dan lebih sering menjalar ke daerah

interskapuler serta turun ke bawah tergantung lokasi dan luasnya

pendesakan (T. Bahri, 2014).

d) Gastrointestinal

Refluks geofagitis, keganasan atau infeksi esofagus dapat

menyebabkan nyeri esofageal. Nyeri esofageal lokasinya di

tengah, dapat menjalar ke punggung, bahu dan kadang-kadang

ke bawah ke bagian dalam lengan sehingga sangat menyerupai

nyeri sindrom koronari sindrom. Perforasi ulkus peptikum,

pankreatitis akut, distensi gaster terkadang dapat menyebabkan

nyeri substernal sehingga mengacaukan nyeri iskemik kardinal.

Nyeri
seperti terbakar yang sering bersama-sama dengan disfagia dan

regurgitasi bila bertambah pada posisi berbaring dan berkurang

dengan antasid adalah khas untuk kelainan esofagus, foto

gastrointestinal secara seriual, esofagogram, test perfusi asam,

esofagoskopi dan pemeriksaan esofageal dapat membantu

menegakkan diagnosa (T. Bahri, 2014).

e) Muskuloskeletal

Trauma lokal atau radang dari otot rongga dada, tulang

kartilago sering menyebabkan nyeri dada setempat. Nyeri

biasanya timbul setelah aktivitas fisik, berbeda halnya dengan

nyeri angina yang terjadi waktu beraktivitas . Seperti halnya

nyeri pleuritik, nyeri dada dapat bertambah waktu bernafas

dalam. Nyeri otot juga timbul pada gerakan yang berputar

sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak demikian (T. Bahri,

2014).

f) Fungsional

Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau

prekordinal, rasa tidak enak di dada, palpitasi, dispnea,pusing,

dan rasa takut. Gangguan emosi tanpa adanya kelainan objektif

dari organ jantung dapat membedakan nyeri fungsional dengan

nyeri iskemik miokard (T. Bahri, 2014).

g) Pulmonal

Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi

laring kronis dapat menyebabkan nyeri dada, terutama terjadi


pada waktu menelan. Pada emboli paru akut nyeri dada

menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila disertai

dengan infark paru sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi

pulmonal primer lebih dari 50% penderita mengeluh nyeri

prekordial yang terjadi pada waktu exercise. Nyeri dada

merupakan keluhan utama pada kanker paru yang menyebar ke

pleura, organ medianal atau dinding dada (T. Bahri, 2014).

Sistem Organ Penyebab

Jantung Penyakit artero koronaria,

penyakit katup aorta, hipertensi,

pulmonal, prolaps katup mitral,

pericarditis, stenosis subaorta

hipertrofik idiopatik (IHSS)

Vaskular Diseksi aorta

Pulmonal Emboli paru, pneumonia,

pleuritis, pneumothorax

Muskuloskeletal Kostokondritis, artritis, spasme

otot, tumor tulang

Neural Herpez Zooster

c. Manifestasi Klinis Nyeri Dada

Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah sebagai berikut:

1) Nyeri ulu hati


2) Sakit kepala

3) Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung

4) Diaphoresis/keringat dingin

5) Sesak napas

6) Takikardi

7) Kulit pucat

8) Sulit tidur (insomnia)

9) Mual, muntah, anoreksia

10) Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri

11) Kelemahan

12) Wajah tegang, merintih, menangis

13) Perubahan kesadaran

e. Karakteristik Nyeri

Karakteristik dapat juga dilihat dengan pendekatan analisis

symptom, meliputi PQRST: P (Paliatif/ Provocatif = yang menyebabkan

timbulnya masalah). Q (Quality dan Quantity = kualitas dan kuantitas

nyeri yang dirasakan), R (Region = lokasi nyeri). S (Severity =

keparahan), T (Timing = waktu).

f. Pengukuran Nyeri

Menurut Sulistyo Andarmoyo (2013), yaitu:

1) Skala Deskriptif

Garis yang terdiri dari 3 – 5 kata deskripsi yang tersusun

dengan jarak yang sama di sepanjang garis disebut Skala

pendeskriptis
verbal (Verbal Descriptor Scale (VDS)). Skala deskriptif

merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keparahan

nyeri yang lebih objektif. Cara ini dapat dilihat dari seseorang yang

tidak merasa nyeri sampai rasa nyeri tidak dapat tertahankan.

Gambar 2.1 Skala Nyeri Deskriptif (Wulan & Chynthia, 2015)

2) Skala Numerik

Dalam menilai nyeri dapat menggunakan skala numerik

(Numerical Rating Scale (NRS)). Penilaian ini untuk menyebutkan

pendeskripsian yang diubah menjadi skala angka 0-10, yang artinya

0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri berat,

≥10

nyeri tidak tertahankan.

Gambar 2.2 Skala Nyeri Numeric (Aziah & Azma, 2015)

C. Konsep Thermotherapy

a. Definisi

Terapi panas atau thermotherapy merupakan terapi dengan

menggunakan suhu panas biasanya dipergunakan dengan kombinasi

dengan modalitas fisioterapi yang lain seperti exercise dan manual

therapy (Novita, 2019). Pengertian terapi panas atau thermotherapy

adalah bentuk
terapi yang diaplikasiakan ke tubuh untuk meningkatkan suhu pada

jaringan otot (Scott F. Nadler, 2019).

b. Tujuan

Tujuan dari pemberian thermotherapy yaitu untuk meningkatkan

aliran darah pada kulit dengan jalan melebarkan pembulub darah yang

dapat meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Menurut

Asmadi (2018) tujuan pemberian terapi panas untuk memperlancar

sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, memberi rasa hangat dan tenang,

merangsang peristaltic usus. Thermotherapy dilakukan untuk

meningkatkan aliran darah pada daerah tersebut (Novita, 2020)

c. Jenis Thermotherapy

Terdapat beberapa jenis thermotherapy (Novita, 2020), antara lain:

1) Krim panas (hot cream), dapat meredakan nyeri otot ringan.

Walaupun demikian krim tidak dapat menembus otot sehingga kurang

efektif dalam mengatasi nyeri otot

2) Bantal pemanas (heat pad), bantal yang digunakan berupa kain yang

berisi silika gel yang dapat dipanaskan. Biasanya, bantal panas

dipergunakan untuk mengurangi nyeri otot pada leher, tulang

belakang, kaki, kekakuan otot/ spasme otot, inflamasi pada tendo dan

bursa.

3) Kantung panas (heat pack), berisi silika gel yang dapat direndam air

panas. Kantung panas kemudian diaplikasikan selama 15-20 menit.

Kantung panas ini diindikasikan untuk mendapatkan relaksasi tubuh

secara umum dan mengurangi siklus nyeri spasme iskemia hipoksia.


Pengobatan tradisional China, selama lebih dari 2000 tahun lebih

memilih untuk menangani cedera musculoskeletal karena berdasarkan

para terapis tradisional, panas berdampak lebih baik sebagai upaya

untuk melancarkan sirkulasi (John, 2017).

4) Tanki Whirpool, merupakan jenis kombinasi hydrotherapy,

thermotherapy, dan massage. Efek fisiologis yang ditimbulkan terapi

ini antara lain untuk meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan

pelebaran pembuluh darah dan membantu untuk melemaskan jaringan

kolagen. Terapi tanki whirpool diindikasikan untuk mengurangi

pembengkakan pada radang kronis, spasme otot, dan mengurangi

nyeri.

5) Paraffin Bath, merupakan teknik yang sering dipergunakan untuk

terapi bagian ujung tubuh. Paraffin merupakan semacam lilin cair

yang tidak berwarna yang terbuat dari hidrokarbon yang dipergunakan

sebagai pelumas. Paraffin biasanya dicampur dengan minyak mineral

pada bak khusus dimana bagian tubuh yang mengalami keluhan

dicelupkan di dalamnya.

6) Contras Bath, merupakan terapi jenis hydrotherapy yang

mengkombinasikan suhu panas dan dingin. Biasanya contras bath ini

digunakan pada aplikasi ekstremitas. Pelaksanaannya terapi ini

memerlukan dua container untuk penampungan air hangat dengan

suhu (41-43 °c) dan penampungan air dingin (10-18 °c). Terapi ini

diindikasikan pada fase peralihan antara tahap akut dan kronis dimana
diperlukan peningkatan suhu secara maksimal untuk meningkatkan

aliran darah dan mencegah terjadinya pembengkakan.

d. Indikasi

Terapi panas dapat dipergunakan untuk mengatasi berbagai keadaan

(Novita. 2020) seperti:

1) Kekakuan otot, arthritis (radang persendian)

2) Hernia discus intervertebral, nyeri bahu

3) Bursitis (radang bursa)

4) Sprain (robekan pada ligament sendi

5) Strain (robekan otot)

6) Nyeri pada mata yang diakibatkan oleh peradangan kelopak mata

(blepharitis)

7) Gangguan sendi temporo mandibular, nyeri dada yang disebabkan

oleh nyeri pada tulang rusuk (costochondritis)

8) Nyeri perut dan pelvis

9) Fibromyalgia dengan gejala nyeri otot, kekakuan, kelelahan dan

gangguan tidur, gangguan nyeri kronis seperti pada lupus

e. Kontraindikasi

Menurut Ardiansyah (2019) kontraindikasi pemberian terapi panas

yaitu, kulit yang bengkak terjadi perdarahan, karena panas akan

meningkatkan perdarahan dan pembengkakan yang semakin parah,

perdarahan aktif, panas akan menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan

perdarahan, edema noninflamasi, panas meningkatkan permeabilitas


kapiler dan edema, tumor ganas terlokalisasi, karena panas mempercepat

metabolisme sel, pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas

dapat mempercepat metastase (tumor sekunder), gangguan kulit yang

menyebabkan kemerahan atau lepuh.

f. Definisi Terapi Panas (Heat Pad)

Terapi panas (heat pad) merupakan salah satu modalitas terapi fisik

yang menggunakan sifat fisik panas secara konduksi untuk menstimulasi

kulit sehingga dapat menurunkan persepsi nyeri seseorang. Selain itu,

teknik ini juga mudah dilakukan oleh penderita nyeri sehari-hari (Potter &

Perry, 2016).

g. Fisiologis Terapi Panas (Heat Pad)

Kerja thermotherapy meningkatkan aktivitas molekuler (Sel)

dengan metode pengaliran energy melalui konduksi (pengaliran lewat

media padat), konveksi (pengaliran lewat media cair atau gas), konversi

(pengubahan bentuk energi) dan radiasi (pemancaran energi). Efek

teraupetik thermotherapy antara lain mengurangi nyeri, mengurangi

ketengangan otot, mengurangi edema/pembekakan pada fase kronis dan

meningkatkan aliran darah. Kekakuan otot yang disebabkan iskemia dapat

diperbaiki dengan jalan meningkatkan aliran darah pada daerah radang.

Mekanisme thermotherapy meningkatkan permeabilitas kapiler, pelepasan

histamin dan bradikinin yang mengakibatkan vasodilatasi.


h. Manfaat Terapi Panas (Heat Pad)

Dapat memperingan gejala nyeri dengan cara membuang

metabolisme yang bersifat toksin seperti histamin dan bradikinin dari

area yang diberikan panas melalui mekanisme vasodilatasi pembuluh

darah yang meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami

kerusakan atau peradangan.

Terapi panas adalah salah satu teknik non farmakologis yang dapat

meredakan nyeri dan meningkatkan perfusi pada area jaringan yang

terluka atau meradang. Meningkatkan suplai aliran darah ke jaringan

yang mengalami masalah dan meningkatkan oksigenasi ke dalam

jaringan dan menghilangkan mediator inflamasi dari jaringan yang

terluka untuk mengurangi level nyeri. Disisi lain, terapi panas ini dapat

mengurangi kontraksi otot polos di dalam pembuluh darah dengan cara

menstimulasi reseptor panas dan menyebabkan dilatasi pembuluh darah.

Dalam hal ini dapat mengurangi kerja dari system syaraf yang dapat

mengurangi gejala nyeri (Gale GD et al, 2016).

i. Langkah – Langkah Pemberian Terapi Panas (Heat Pad)

1) Salam terapeutik
2) Identifikasi kembali pasien dan periksa tanda-tanda vital
3) Memberitahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
4) Menyiapkan alat-alat sesuai kebutuhan (heat pead)
5) Mendekatkan alat-alat kesisi tempat tidur pasien
6) Posisikan pasien senyaman mungkin
7) Mencuci tangan
8) Memakai sarung tangan
9) Colok bantalan ke aliran listrik dan tunggu sampai 3 menit
10) Jika sudah terasa panas sekitar 40° tempelkan ke dada pasien yang
mengalami nyeri
11) Tempelkan ke bagian depan dada pasien (anterior) dan bagian
belakang dada pasien (posterior) dalam waktu 20 menit sambil
melihat respon pasien
12) Meminta pasien untuk mengungkapkan rasa ketidak nyaman saat
dilakukan tindakan
13) Mengkaji kembali kondisi kulit disekitar area dada depan dan
punggung yang telah dilakukan thermotherapy local jika terdapat
tanda-tanda kemerahan
14) Merapikan pasien keposisi semula
15) Memberitahu bahwa tindakan sudah selesai
16) Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan melepaskan sarung
tangan
17) Mencuci tangan
18) Mengkaji respon pasien (respon subjektif dan objektif)
19) Mendokumentasikan pada catatan keperawatan

j. Kriteria Pasien
1) Kriteria Inklusi
a) Pasien bersedia menjadi responden dalam intervensi
b) Skala nyeri pada pasien ACS 1-5
c) Pasien dirawat inap di ruang ICCU RSPKT Bontang
2) Kriteria Eksklusi
a) Pasien tidak kooperatif
b) Skala nyeri 6-10
B. Kerangka Teori
Faktor risiko penyebab ACS :
Faktor risiko utama
Merokok,hipertensi,dyslipidemia,DM, stress, dan ACS
obesitas
Faktor risiko yang tidak dapat diubah Umur dan jenis
kelamin.

Manifestasi klinis:
Nyeri dada, perubahan EKG, peningkatan enzim
jantung

Non Farmakologi : Farmakologi : Tatalaksana ACS


- Penanganan fisik/ stimulasi fisik: Analgesic, antiplatelet,
stimulasi kulit, stimulasi elektrik penurun kolesterol, stratifikasi
(TENS), akupuntur, placebo, massage, risiko, terapi reperfusi
terapi es, dan terapi panas.
- Penanganan kognitif: relaksasi, umpan
balik biologis, mengurangi preceptor
Mengurangi aksi sistem
nyeri, hipnotis, distraksi, dan guide
syaraf, meningkatkan
imaginary. rasa nyaman dan
menghilangkan rasa
Termoterapi Lokal nyeri

Vasodilator

Oksida nitrit 🡑

Elastisitas pembuluh darah dan


melancarkan peredaran darah
Proses angiogenesis 🡑

Kontraksi otot polos 🡑


Perfusi miokard 🡑

Bagan 2.1 Kerangka Teori


C. Kerangka Konsep

Thermoterapy Local

Tingkat nyeri dada pasien

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis
Terdapat perubahan tingkat nyeri dada pasien Acute Coronary Syndrome
(ACS) setelah diberikan intervensi thermotherapy local pada dada pasien.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELOLAAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian yaitu suatu pemikiran yang bertujuan untuk

mengumpulkaninformasi maupun data dari klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan atau

keperawatan klien baik secaramental, fisik, lingkungan dan sosial dan

(Arif Muttaqin, 2010).

Terdiri dari:

a. Biodata Klien

1) Identitas klien meliputi : nama,umur,jeniskelamin, pendidikan,

pekerjaan,agama,suku/bangsa, waktu masuk rumah sakit, waktu

pengkajian, diagnosa medis, nomor MR dan alamat.

2) Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan,

agama, pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien.

b. Pengkajian Primary

1) Airway

Proses jalan nafas yaitu pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya

suaranafas tambahan adanya benda asing.


2) Breathing

Frekuensi nafas, apa ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi

dada, adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi

suara nafas, kaji adanya suara nafas tambahan.

3) Circulation

Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta

adanyaperdarahan. pengkajian juga meliputi status hemodinamik,

warna kulit, nadi.

4) Disability

Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis GCS15,

pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah normal,

tidak ada gangguan menelan.

5) Exsposure

Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan

ciderayang lain, dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus

tetap dijaga dalam kondisi hangat supaya untuk mencegah

terjadinyahipotermi.

6) Foley Chateter

Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra

jikaada tidak dianjurkan untuk pemasangan kateter, kateter

dipasang untuk memantau produksi urin yang keluar.


7) Gastric tube

Pemeriksaan ini tujuan nya untuk mengurangi distensi

pada lambung dan mengurangi resiko untuk muntah.

8) Monitor EKG

Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat kondisi irama

dan denyut jantung.

c. Pengkajian Survey Sekunder

1) Keluhan utama

Keluhan utama yaitu penyebab klien masuk rumah sakit

yang dirasakansaat dilakukan pengkajian yang ditulis

dengan singkat dan jelas. Keluhan klien pada gagal jantung

bisa terjadi sesak nafas, sesaknafassaat beraktivitas, badan

terasa lemas, batuk tidak kunjung sembuhberdahak sampai

berdarah, nyeri pada dada, nafsu makan menurun, bengkak

pada kaki.

2) Riwayat penyakit sekarang

Merupakan alasan dari awal klien merasakan keluhan

sampai akhirnyadibawa ke rumah sakit dan pengembangan

dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST.

P (Provokative/Palliative : apa yang menyebabkan gejala

bertambahberat dan apa yang dapat mengurangi gejala.

(Quality/Quantity): apa gejala dirasakan klien namun


sejauh mana gejala yang timbul dirasakan. R

(Region/Radiation) :dimana gejala dirasakan? menyebar?

Yang harus dilakukan untuk mengurangi dan

menghilangkan rasa nyeri. S(Saferity/Scale) : berapa

tingkat parah nya gejala dirasakan? Skalanya brapa? T

(Timing) : lama gejala dirasakan ? waktu tepatnya gejala

mulai dirasakan.

3) Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya

riwayat penyakit jantung, hipertensi, perokok hebat,

riwayat gagal jantung, pernah dirawat dengan penyakit

jantung, kerusakan katub jantungbawaan, diabetes militus

dan infark miokard kronis.

4) Riwayat penyakit keluarga

Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang

menderitapenyakit sama dengan klien, penyakit jantung,

gagal jantung, hipertensi.

5) Riwayat psikososial spiritual

Yaitu respon emosi klien pada penyakit yang di derita

klien danperanklien di pada keluarga dan masyarakat serta

respon dan pengaruhnyadalam kehidupan sehari-hari

dalam keluarga atau masyarakat.

6) Pola persepsi dan konsep diri


Resiko dapat timbul oleh pasien gagal jantung yaitu timbul

akan kecemasan akibat penyakitnya. Dimana klien tidak

bisa beraktifitas aktif seperti dulu dikarenakan jantung nya

yang mulai lemah.

7) Pola Aktivitas Sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Kebiasaan makan klien sehari-hari, kebiasaan makan-

makanan yang dikonsumsi dan kebiasaan minum klien

sehari-hari, pasien akibat gagal jantung akan mengalami

penurunan nafsu makan, meliputi frekwensi, jenis,

jumlah dan masalah yang dirasakan.

b) Pola Eliminasi

Kebiasaan BAB dan BAK klien akan berpengaruh

terhadap perubahan sistem tubuhnya.

c) Pola Istirahat Tidur

Kebiasaan klien tidur sehari-hari, terjadi perubahan saat

gejalasesak nafas dan batuk muncul pada malam hari.

Semua klien akibar gagal jantung akan mengalami

sesak nafas, sehingga hal ini dapat menganggu tidur

klien.

d) Personal Hygiene

Yang perlu di kaji sebelum dan sesudah pada psien


yaitunyakebiasaan mandy, gosok gigi, cuci rambut, dan

memotong kuku.

e) Pola Aktivitas
Sejauh mana kemampuan klien dalam beraktifitas

dengan kondisi yang di alami pada saat ini.

8) Pemeriksaan Fisik Head Toe To a.)

a) Kepala

Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan

kusam, warna rambut hitam atau beuban, tidak adanya

hematom pada kepala, tidak adanya pedarahan pada kepala.

Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala, rambut teraba

kasar.

b.) Mata

Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan pada

mata, reflek pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis,

sklera tidakikterik, tidak ada pembengkakan pada mata, tidak

memakai kacamata. Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan lepas

pada daerah mata, tidakteraba benjolan disekitar mata

c.) Telinga

Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi

perdarahan, tidak ada pembengkakan, dan pendengaran

masihbaik. Palpasi : tidak terasa benjolan pada daun telinga,

tidak ada nyeri saat diraba bagian telinga, tidak ada


perdarahan pada telinga baik luar maupun dalam.
d) Hidung

Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan

bentukpadahidung, tidak ada perdarahan, ada cuping hidung,

terpasang oksigen.Palpasi : tidak terasa benjolan pada hidung dan

tidakadaperdarahan pada hidung.

e.) Mulut dan tenggorokan

Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak sesuai dengan

usia, mukosa lembab/ kering, tidak ada stomatitis, dan tidakterjadi

kesulitan menelan.

f.) Thoraks

Inspeksi: dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak, tidak ada

otot bantu pernafasan, dan tidak terjadi perdarahan pada thorak.

Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak

terabasama kiri kanan Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi: vesikuler atau terdapat suara tambahan pada

thoraksseperti ronkhi, wheezing, dullnes

g.) Jantung

Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan jelas di

leher. Palpasi: denyut nadi meningkat, CRT > 3 detik Perkusi : pekak

Auskultasi : S1 dan S2 reguler atau terdapat suara tambahan seperti

mur-mur dan gallop.

h.) Abdomen

Inspeksi: abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran, tidak ada

bekas operasi, dan tidak adanya lesi pada abdomen. Auskultasi :

bising
usus 12x/m Perkusi : saat diperkusi terdengat bunyi tympani Palpasi

: tidak terasa adanya massa/ pembengkakan, hepar danlimpa tidak

terasa,tidak ada nyeri tekan dan lepas didaerah abdomen.

i.) Genitalia

Pasien terpasang kateter, produksi urin banyak karena pasienjantung

dapat diuretik.

j.) Ekstremitas

Ekstremitas atas : terpasang infus salah satu ekstremtas atas,

tidakditemukan kelainan pada kedua tangan, turgor kulit baik, tidak

terdapat kelainan, akral teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada

terjadi fraktur pada kedua tangan.

Ekstremitas bawah: tidak ditemukan kelainan pada kedua kaki,

terlihat edema pada kedua kaki dengan piring udem> 2 detik,

typederajat edema, tidak ada varises pada kaki, akral teraba hangat.

9) Pemeriksaan penunjang

a) Laboratorium: hematologi (Hb, Ht, Leukosit), eritolit (kalium,

natrium, magnesium), analisa gas darah. 2)

b) EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan

keteraturan denyut jantung

c) Ekokardiografi: untuk mendeteksi gangguan fungsional

sertaanatomis yang menjadi penyebab gagal jantung.

d) Foto rontgen dada: untuk melihat adanya pembesaran pada jantung,

penimbunan cairan pada paru-paru atau penyakit paru lain.


e) Therapy

1) Digitalis: untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan

memperlambat frekuensi jantung misal: Digoxin

2) Diuretik: untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal

serta mengurangi edema paru misal : Furosemide (lasix)

3) Vasodilator: untuk mengurani tekanan terhadap penyemburandarah

oleh ventrikel misal: Natriumnitrofusida, nitrogliserin

4) Trombolitik/ pengencer darah dan antibiotic.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit SKA dalam Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia (2016) antara lain:

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama,


konduksi elektrikal (D.0008).
Definisi: ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolism tubuh.
Tanda dan Gejala:
a) Perubahan irama jantung: palpitasi, bradikaria/takikardia, gambaran
EKG aritmia atau gangguan konduksi.
b) Perubahan preload: pasien mengeluh Lelah, edema,distensi vena
jugularis, CVP meningkat/menurun, dan hepatomegaly.
c) Perubahan afterload: pasien mengeluh sesak, tekanan darah
meningkat/menurun, nadi perifer teraba lemah,CRT>3 detik, oliguria,
dan warna kulit pucat.
d) Perubahan kontrktilitas: ortopnea, PND (Paroxysmal nocturnal
dyspnea),EF menurun, terdengar suara jantung S3 dan S4.
2. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen dengan kebutuhan miokardium akibat sekunder dari penurunan
suplai darah ke miokardium (D.0077)

Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan


kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.

Tanda dan gejala:

a) Pasien mengeluh nyeri

b) Tampak meringis

c) Gelisah

d) Tekanan darah dan Frekuensi nadi meningkat

e) Sulit tidur

f) Bersikap protektif

g) Pola nafas berubah

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan


perifer akibat sekunder dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokardium dengan kebutuhan (D.0056).
Definisi:ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda dan gejala:
a) Pasien mengeluh Lelah
b) Frekuensi jantung meningkat
c) Merasa lemah
d) Dispnea saat atau setelah aktivitas
e) Gambaran EKG menunjukkan aritmia
f) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
g) Sianosis.
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


1. Penurunan curah Setelah dilakukan a. I.02075 Perawatan
tindakan keperawatan Jantung Observasi:
jantung b/d perubahan selama ..x 8 jam, 1) Identifikasi tanda/gejala
irama/ frekuensi masalah keperawatan primer penurunan crah
penurunan curah jantung (meliputi
jantung, pre load dan
jantungteratasi dengan dipsnea,kelelahan,
afterload, kriteria hasil: edema,ortopnea,
kontraktilitas jantung. 1) Curah paroymalnoturnal dyspnea,
Jantung peningkatanCVP)
(D.0008) (L.02008) 2) Identifikasi tanda/gejala
 Kekuatan nadi sekunder penurunan curah
perifer jantung
meningkat 3) Monitor tekanan darah
(skala 5) 4) Monitor intake dan output
 Distensi vena cairan
jugularis 5) Monitor saturasi oksigen
menurun(skala 6) Monitor keluhan nyeri dada
5)
7) Monitor EKG 12 sadapan
 Pucat/sianosis 8) Monitor aritmia (kelainan
menurun irama dan frekuensi)
(skala 5)
9) Periksa tekanan darah dan
 Tekanan darah frekuensi nadi sebelum dan
membaik sesudah aktivitas
(skala 5)
10) Periksa tekanan darah dan
 CRT frekuensi nadi sebelum
membaik pemberian obat
(Skala 5)
2) Perfusi Teraupetik :
Miokard
1) Posisikan pasien semi
(L.02011)
fowler atau fowler dengan
 Kadar urea kaki ke bawah atau posisi
nitrogen darah nyaman
membaik (skala 5)
2) Berikan diet jantung yang
 Kadar kreatinin
sesuai
plasma membaik
(skala 5) 3) Berikan oksigen untuk
 Keseimbangan mempertahankan saturasi
asam basa oksigen > 94%
membaik (skala 5) Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan a. I.08238 Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan
kerusakan jaringan. selama ..x 8 jam, Observasi :
(D.0077) masalah keperawatan 1) Identifikasi lokasi,
tingkat nyeri karakteristik,durasi,
menurun dengan frekuensi,kualitas, intensitas
kriteria hasil: nyeri.
(L.08066) 2) Identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri 3) Identifikasi respon nyeri non verbal
menurun (skala 5) 4) Identifikasi faktor yang
 Gelisah menurun memperberat dan memperingan
(skala 5) nyeri
 Meringis menurun
(skala 5) Terapeutik :
 Kesulitan tidur
1) Berikan teknik Non farmakologis
dengan thermotherapy heat pead
menurun (skala
untuk mengurangi nyeri
 Ketegangan otot 2) Kontrol lingkungan yang
menurun (skala 5) memperberat nyeri
3) Fasilitasi istirahat tidur

Edukasi :
1)Ajarkan tenik farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.

3. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi


b.d Ketidakseimba asuhan keperawatan (I.05178)
1x30 menit diharapkan Observasi
ngan Antara Suplai toleransi aktivitas 1. Identifikasi gangguan
dan Kebutuhan meningkat (L.05047) fungsi tubuh yang
dengan kritera hasil : mengakibatkan kelelahan
Oksigen (D.0056)
1.Frekuensi nadi 2. Monitor lokasi dan
meningkat (5) ketidaknyamanan selama
2. Keluhan lelah melakukan aktivitas
menurun (5) Terapeutik
3. Dispnea saat 1. Berikan aktivitas distraksi
aktivitas menurun yangmenenangkan
(5) 2. Fasilitasi duduk di sisitempat tidur,
4. Dispnea setelah jika tidak dapat berpindah atau
aktivitasmenurun (5) berjalan
5. Perasaan lemah
menurun (5) Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Ajarkan strategi koping
3. untuk mengurangi
kelelahan

D. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri

(independent) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri merupakan aktivitas

perawat yang didasarkan pada kesimpulan dan keputusan sendiri dan bukan

merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain

(Mufidaturrohmah 2017). Bentuk-bentuk implementasi keperawatan antara

lain:

a. Pengkajian untuk mengidentifikasi masalah baru atau mempertahankan

masalah yang ada

b. Pengajaran atau pendidikan kesehatan pada klien untuk membantu

menambah pengetahuan tentang Kesehatan

c. Konseling klien untuk memutuskan kesehatan klien

d. Bentuk penatalaksanaan secara spesifik atau tindakan untuk memecahkan

masalah Kesehatan

e. Membantu klien dalam melakukan aktivitas sendiri

f. Konsultasi atau diskusi dengan tenaga kesehatan lainnya.


E. Evaluasi

Evaluasi perkembangan kesehatan klien dapat dilihat dari

hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui perawatan yang

diberikan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi dapat berupa evaluasi

struktur, proses, dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif

adalah hasil dari umpan balik selama proses keperawatan

berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang

dilakukan setelah proses keperawatan selesai dilaksanakan dan

memperoleh informasi efektivitas pengambilan keputusan

(Mufidaturrohmah 2017).
BAB IV

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. Pengkajian Kasus

Hasil pengkajian yang dimulai pada tangga 01 Juni 2022, dari empat

kasus yang didapatkan melalui wawancara, observasi secara langsung,

pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan perawat maka didapatkan

data, sebagai berikut:

1. Kasus 1

a. Identitas Klien

Ny. L lahir 29 Mei 7(55 tahun), jenis kelamin perempuan, suku

Jawa, agama Islam, alamat Jl. RE Martadinata Loktuan.

Ny. L masuk melalui IGD dengan diagnosa medis UAP CAD.

b. Riwayat Penyakit

Keluhan utama yang dirasakan Ny. L adalah rasa sesak pada

napasnya belum berkurang.Ny. L juga mengeluh kadang-kadang

muncul nyeri.Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat pada dada

bagian kiri dengan skala 5 (sedang) dan bersifat hilang timbul.

Hasil pengkajian yang diperoleh, dua hari sebelum masuk Rumah

Sakit Ny. L mengeluh nyeri dada kiri tebus belakang & sesak. Ny.

L merasakan nyeri dari satu hari sebelum MRS dan semakin sakit

pada saat pagi hari. Ny. L tidak memiliki riwayat penyakit

keluarga.
c. Pengkajian Persistem

Hasil pemeriksaan pengkajian persistem didapatkan pada

Ny. L, diantaranya:

1) Keadaan Umum : Lemah

2) Tanda-tanda Vital : TD 145/80 mmHg; N 89 x/menit; T 36,8 oC;

RR 24 x/menit. Saturasi : 98 % dengan nasal kanul 3lt/menit.

3) Breath (B1) :Ny. L mengatakan, sesaknya belum berkurang.

Pergerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu napas,

dan penggunaan alat bantu napas nasal kanul 3 lt/menit, SpO2

98%.

4) Blood (B2) : Suara jantung S1 S2 normal, irama jantung

regular, intensitas kuat, CRT < 2 detik, tidak ada peningkatan

JVP, tidak ada edema, IV Line terpasang RL 10 tts/menit.

5) Brain (B3) : Tingkat kesadaran kualitatif compos mentis

dan kuantitatif E4V5M6, reaksi pupil terhadap cahaya isokor,

miosis, diameter 3 mm/ 3 mm, reflek fisiologis bisep (+) dan

trisep (+), reflek patologis Babinski (-), dan tidak ada tanda

meningeal sign.

6) Bladder (B4) : Jumlah urine 350cc/8 jam, warna kuning

pekat dan tidak ada keluhan kesulitan BAK.

7) Bowel (B5) : Mukosa bibir kering, kondisi lidah bersih dan

gigi lengkap, tidak ada nyeri telan, tidak disetensi abdomen,

peristaltik usus normal 12 x/menit, tidak ada mual dan muntah,


tidak ada hematemesis, tidak ada melena, tidak ada masalah

buang air besar (BAB).

8) Bone (B6) : Turgor kulit baik, tidak ada perdarahan kulit,

tidak ada tanda icterus, akral teraba hangat, pergerakan sendi

bebas, tidak ada fraktur dan luka pada ekstremitas.

d. Pemeriksaan Penunjang

1) Data Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan : 01/07/2022


Tabel 4.1
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kasus I

No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1. Glukosa sewaktu 124 < 200 mg/Dl


2. HbA1c 7,4 4,5-6,5 %
3. SGOT 307 < 40 u/L
4. SGPT 2821 < 41 u/L
5. Bilirubin total 0,3 < = 1,0 mg/dL
6. HDL Cholesterol 42 > 45 mg/dL
7. Asam urat 9,0 3,4-7,0 mg/dL
8. Ureum 94,3 17,0-43,0 mg/dL
9. HbsAg Non Reaktif Non reaktif
10. Troponin T 70 < 30 pg/ml

2) Hasil EKG: Normal sinus rhytm, Non-ST-segment Elevation


lead II, III, V2-V3
e. Terapi
Tabel 4.2
Terapi Obat kasus I

Hari/ Bentuk/ Dosis/ Aturan Rute/ Cara


Nama Obat Kekuatan
Tanggal Sediaan Pakai Pemberian
02/01/2022 Nitrokaf Tablet 7,5 mg 3 x 7,5 mg Oral
Allupurinol Tablet 10 mg 2 x 10 mg Oral
Calos Tablet 500 mg 2 x 500 mg Oral
CPG Tablet 75 mg 1 x 75mg Oral
Asam Folat Tablet 1 mg 2 x 1mg Oral
Aspilet Tablet 80 mg 1 x 80 mg Oral
Amlodipin Tablet 10mg 1 x 10mg Oral
Bisoprolol Tablet 7,5mg 1 x 7,5mg Oral
Valsartan Tablet 80mg 1 x 80mg Oral
Novorapid Injeksi 4 ui 3 x 4ui Subcutan
Furocemide Injeksi 20mg 3 x 30mg IV
Lantus Injeksi 6 ui 1 x 6 ui Subcutan
f. Analisa Data

Tabel 4.3
Analisa Data Kasus I

No. Data Etiologi Masalah


1. Data Agen pencedera Nyeri Akut b.d Agen
Subje fisiologis (iskemia) Pencedera Fisiologis
ktif : (D.0077)
a. Ny. L mengatakan,
“Nyerinya kadang-kadang,
tapi tidak begitu terlalu
sakit.”
b. Pengkajian Nyeri
a. P : nyeri dada
disebabkan penurunan
oksigen ke miokardium
b. Q : nyeri seperti
tertekan beban berat
c. R : dada bagian kiri
d. S : skala nyeri ringan
(3)
e. T : nyeri bersifat hilang
timbul
Data
Objek
tif :
1. Keadaan umum : lemah
2. Tanda-tanda vital

TD 145/80 mmHg; N 89
x/menit; T 36,8oC; RR 24
x/menit. Saturasi : 98 %
dengan nasal kanul 3lt/menit
3. Hasil EKG

Normal sinus rhytm, Non-


ST-segment Elevation
lead II, III, V2-V3
2. Data Subjektif : Perubahan irama Penurunan Curah Jantung
1. Ny. L mengatakan, “Sesak jantung b.d Perubahan After
napasnya belum Load (D.0008)
berkurang.”
2. Ny. L mengatakan, “Lelah
No. Data Etiologi Masalah
ketika bergerak
banyak/beraktivitas.”
Data Objektif :
1. Tanda-tanda vital
2. TD 145/80 mmHg; N 90
x/menit; T 36,8oC; RR 24
x/menit. Saturasi : 98 %
dengan nasal kanul
3lt/menit Hasil
pemeriksaan Laboratorium
Troponin T 70 pg/ml
3. Ny. L terpasang O2 nasal
kanul3 lt/menit
4. CRT < 2 detik
5. Auskultasi: irama jantung
regular dan intensitas kuat

2. Kasus 2

a. Identitas Klien

Tn. R lahir 12 Januari 1958 (63 tahun), jenis kelamin laki-laki, suku

Jawa, agama Islam, alamat Jl. Mangga No.56 BTN PKT . Tn. R masuk

melalui IGD dengan diagnosa medis ACS STEMI .

b. Riwayat Penyakit

Keluhan utama yang dirasakan Tn. R adalah rasa nyeri pada dada kiri.

Kualitas nyeri seperti tertimpa benda berat dengan skala nyeri 5

(sedang) nyeri dirasakan hilang timbul. Hasil pengkajian yang

diperoleh, 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit Tn. R

mengalami demam, sesak napas dan badan lemas, kemudian Keliarga

membawa Tn. R ke RSPKT. Tn. R sebelumnya pernah dirawat di


rumah sakit dengan hipertensi dan Tn. R mengatakan dari keluarga

ada yang menderita penyakit jantung seperti Tn. R.

c. Pengkajian Persistem

Hasil pemeriksaan pengkajian persistem didapatkan pada Tn. R

diantaranya:

1) Keadaan Umum : Lemah

2) Tanda-tanda Vital : TD 130/80 mmHg; N 90 x/menit; T 36,1 oC;

RR 24x/menit.

3) Breath (B1) : Tn. R mengatakan sudah tidak merasakan

sesak napas lagi. Pergerakan dada simetris, tidak ada penggunaan

otot bantu napas, tidak ada suara napas tambahan dan tidak

menggunakan alat bantu pernapasan, irama napas reguler, SPO2:

98%

4) Blood (B2) : Suara jantung S3 gallop, irama jantung

regular, intensitas kuat, CRT < 2 detik, tidak ada peningkatan

JVP, tidak ada edema, IV Line terpasang RL 10 tts/menit.

5) Brain (B3) : Tingkat kesadaran kualitatif compos mentis

dan kuantitatif E4V5M6, reaksi pupil terhadap cahaya isokor,

miosis, diameter 3 mm/ 3 mm, reflek fisiologis bisep (+) dan

trisep (+), reflek patologis Babinski (-), dan tidak ada tanda

meningeal sign.

6) Bladder (B4) : Jumlah urine 500cc/8 jam, warna kuning

jernih dan tidak ada keluhan kesulitan BAK.


7) Bowel (B5) : Mukosa bibir lembab, kondisi lidah bersih dan gigi

tidak lengkap, tidak ada nyeri telan, tidak disetensi abdomen,

peristaltik usus normal 10x/menit, tidak ada mual dan muntah,

tidak ada hematemesis, tidak ada melena, tidak ada masalah

buang air besar (BAB).

8) Bone (B6) :Turgor kulit baik, tidak ada perdarahan kulit, tidak

ada tanda icterus, akral teraba hangat, pergerakan sendi bebas,

tidak ada fraktur dan luka pada ekstremitas.

d. Pemeriksaan Penunjang

a) Data Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan : 02/01/2022

Tabel 4.4

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kasus 2

No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1. Glukosa sewaktu 79 < 200 mg/Dl
2. Total Protein 7,6 6.5-8.3
3. SGOT 38 < 40 u/L
4. SGPT 28 < 41 u/L
5. Albumin 3.9 < = 3.5-5.5 mg/dL
6. Cholesterol 196 > 200mg/dL
7. Asam urat 4.2 3,4-7,0 mg/dL
8. Ureum 37.3 17,0-43,0 mg/dL
9. HbsAg Non Reaktif Non reaktif
10. Creatinin 0.7 0.7-1.2

b) Hasil EKG

Normal sinus rhytm, ST-segment Elevation Myocardial lead V2,

V3, V4, V6
b. Terapi

Tabel 4.5

Rute/

Hari/
Bentu
N Kekua D

Cl Tablet 75 mg 2x Oral

As Tablet 80 mg 1x Oral

Si Tablet 20 mg 2x Oral

Bi Tablet 5 mg 1x Oral

IS Tablet 5 mg 3x Oral

Ni Kapsul 2,5 mg 1x Oral

Ar Injeksi 2,5 mg 1x

Terapi Obat kasus 2

c. Analisa Data

Tabel 3.6

Analisa Data Kasus 2


No Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. Data Subjektif: Agen Pencedera Nyeri Akut b.d Agen
1. Tn. R mengatakan “Nyeri Fisiologis (iskemia) Pencedera Fisiologis
masih dirasakan ketika (D.0077)
sedang beristirahat dan
setelah melakukan aktivitas
dasar ringan”
2. Tn. R mengatakan “Nyeri
dirasakan: P: Nyeri dada
disebabkan setelah
beraktivitas, Q: Nyeri dirasa
seperti tertimpa benda berat,
R: Dada bagian kiri, S: Skala
nyeri 5 (sedang), T: Nyeri
bersifat hilang timbul”
3. Tn. R mengatakan, “Ketika
nyeri timbul, klien merasakan
tidak nyaman dan gelisah
serta cemas”

Data
Objektif:
1. Keadaan umum: lemah
2. Gelisah
3. Tanda-tanda vital: TD:
130/80 mmHg, N: 90x/menit,
T: 36,10C, RR: 24x/menit
4. Terlihat lelah dan cemas
5. Hasil EKG
Normal sinus rhytm, ST-
segment Elevation
Myocardial lead V2, V3,
V4, V6

2. Data Subjektif: Perubahan After Load Penurunan Curah


1. Tn. R mengatakan “Sangat Jantung b.d Perubahan
lelah ketika sedang After Load (D.0008)
beraktivitas ringan”
2. Tn. R mengatakan “Tidak
bisa tidur nyenyak pada
malam hari, perasaan gelisah”

Data
Objektif:
1. Tanda-tanda vital: TD:
130/80mmHg, N: 90x/menit,
T: 36,10C, RR: 24x/menit
2. Hasil pemeriksaan ekg:
Normal sinus rhytm, Right
axis deviation, Nonspecific
intraventricular conduction
delay, Anteroseptal MI
3. CRT <2 detik
4. Wajah lesu

3. Kasus 3

a. Identitas Klien

Tn. D lahir 16 Mei 1955 (67 tahun), jenis kelamin laki-laki, suku

Jawa, agama Islam, alamat Jl. Sidrap RT 22 Bontang. Tn. D masuk

melalui IGD dengan diagnosa medis UAP DD NSTEMI, CAD.

b. Riwayat Penyakit

Keluhan utama yang dirasakan Tn. D adalah nyeri pada dada kiri

sejak 2 hari yang lalu. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat pada

dada bagian kiri dengan skala 6 (ringan) dan bersifat hilang timbul.

Hasil pengkajian yang diperoleh, pasien mengatakan telah melakukan

pemasangan ring yang kedua pada tanggal 3 Desember 2021 di RSUD

AWS Samarinda, 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit Tn. D mengeluh

nyeri pada dada kiri disertai nyeri pada ulu hati. Saat keluhan tersebut

muncul, Tn. D segera ke fasilitas kesehatan dan melakukan

pemeriksaan. Setelah didapatkan hasil setelah melakukan pemeriksaan

kesehatan, Tn. D dirujuk kembali ke RSUD AWS Samarinda untuk


melakukan pemasangan ring yang ketiga. Sebelumnya Tn. D rutin

memeriksakan kesehatannya dan sudah pernah dirawat di Rumah

Sakit untuk pemasangan ring. Tn. D mengatakan keluarganya

memiliki riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit

gula darah.

c. Pengkajian Persistem

Hasil pemeriksaan pengkajian persistem didapatkan pada Tn. D,

diantaranya:

1) Keadaan Umum : Lemah

2) Tanda-tanda Vital : TD 120/70 mmHg; N 64 x/menit; T 36,5 oC;

RR 21 x/menit.

3) Breath (B1) : Tn. D mengatakan tidak mengalami sesak

Pergerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu napas,

batuk tidak produktif, auskultasi sonor pada lapang paru sinistra,

dan tidak menggunakan alat bantu napas.

4) Blood (B2) :Suara jantung 1 & 2 reguler, irama jantung regular,

intensitas kuat, CRT < 2 detik, tidak ada peningkatan JVP, tidak

ada edema, IV line terpasang NaCl 0.9 % 10 tpm.

5) Brain (B3) :Tingkat kesadaran kualitatif compos mentis dan

kuantitatif E4V5M6, reaksi pupil terhadap cahaya isokor, miosis,

diameter 3 mm/ 3 mm, reflek fisiologis bisep (+) dan trisep (+),

reflek patologis Babinski (-), dan tidak ada tanda meningeal sign.
6) Bladder (B4) : Jumlah urine 300cc/8 jam, warna kuning jernih dan

tidak ada keluhan kesulitan BAK

7) Bowel (B5) : Mukosa bibir lembab, kondisi lidah bersih dan gigi

lengkap, tidak ada nyeri telan, tidak disetensi abdomen, peristaltik

usus normal 10 x/menit, tidak ada mual dan muntah, tidak ada

hematemesis, tidak ada melena, tidak ada masalah buang air besar

(BAB).

8) Bone (B6) :Turgor kulit baik, tidak ada perdarahan kulit, tidak ada

tanda icterus, akral teraba hangat, pergerakan sendi bebas, tidak ada

fraktur dan luka pada ekstremitas.


d. Pemeriksaan Penunjang

1) Data Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan : 04/07/2022


Tabel 4.7
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kasus 3

No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1. Glukosa sewaktu 210 < 200 mg/dL
2. Natrium 134 135 – 146 mmol/ L
3. RBC 3.8 4.5 – 5.5 10^6/ u/L
4. HGB 10.0 14.0 – 17.4 g/ dL
5. Hct% 30.00 25.0 – 40.0 %
6. Ureum 27 17.0 – 43.0 mg/dL
7. Creatinine 0.70 0.67 – 1.17 mg/dL
8. CK - MB 11.04 17,0-43,0 mg/dL
9. HbsAg Reaktif 11.04 U/mL
10. Troponin T hs STAT 11.06 < 14.00 pg/ml

2) Hasil EKG: 04/07/2022 Hasil : Non-ST-segment Elevation


lead I, II, III, aVF, V1-V3

3) Hasil Pemeriksaan Radiologi


Hasil Pemeriksaan :
Foto thorax AP view, posisi supine, asimetris, inspirasi dan
kondisi cukup, hasil :
Corakan bronchovaskular normal
Tak tampak penebalan pleural space bilateral
Kedua diafragma licin, tak mendatar
Cor, CTR > 0,56
Sistema tulang yang tervisualisasi intak
Kesimpulan
Pulmo dalam batas normal
Cardiomegaly
4. Terapi
Tabel 4.8
Terapi Obat kasus 3

Hari/ Bentuk/ Dosis/ Aturan Rute/ Cara


Nama Obat Kekuatan
Tanggal Sediaan Pakai Pemberian
04 Juli 2022 Nitrokaf Tablet 2,5 mg 1 x 2,5 mg Oral
Brilinta Tablet 5 mg 3 x 5 mg Oral
Aspilet Tablet 80 mg 1 x 80 mg Oral
Atorvastatin Tablet 20 mg 1 x 20 mg Oral
Ramipril Tablet 5 mg 1 x 5 mg Oral
Novorapid Injeksi 10 iu 3 x 10 iu SC
Lantus Injeksi 12 iu 0 – 0 – 12 iu SC
Diviti Injeksi 2,5 mg 1 x 2,5 mg SC

5. Analisa Data

Tabel 4.9
Analisa Data Kasus 3

No. Data Etiologi Masalah


1. Data Agen pencedera Nyeri akut
Subje fisiologis (iskemia) [D.0077; Kategori.
ktif : Psikologis;
1. Tn. D mengatakan, Subkategori. Nyeri dan
“Nyerinya datang Kenyamanan]
hilang timbul dan
terasa tertekan benda
berat.”
2. Istri Tn. D mengatakan,
“Saat muncul keluhan
nyeri dada, suami saya
langsung dibawa ke
rumah sakit, pada saat di
RS diberikan obat
pengurang rasa nyeri.”
3. Istri Tn. D mengatakan,
“Dua hari sebelum
masuk rumah sakit
kemarin, gara-gara
nyerinya suami saya
gelisah dan tidak bisa
No. Data Etiologi Masalah
tidur sama sekali.”
4. Tn. D mengatakan,
“Setiap jam dua malam
saya sering terbangun
dan tidak bisa tidur
lagi.”
5. Pengkajian Nyeri
a. P : nyeri dada
disebabkan
penurunan oksigen ke
miokardium
b. Q : nyeri seperti
tertekan beban berat
c. R : dada bagian kiri
d. S : skala nyeri ringan
(6)
e. T : nyeri bersifat
hilang timbul

Data
Objek
tif :
1. Keadaan umum : lemah
2. Tanda-tanda vital
TD 120/70mmHg; N 64
x/menit; T 36,5oC; RR
21 x/menit.
3. Tn. D terlihat lelah.
4. Hasil EKG
Non-ST-segment Elevation
lead I, II, III, aVF, V1-
V3

2. Data Subjektif : Perubahan after load Penurunan curah jantung


Tn. D [D.0008;
menga Kategori.Fisiologis;
takan, Subkategori.Sirkulasi]
“lelah
saat
berakt
No. Data Etiologi Masalah
ivitas
banya
k”

Data Objektif :
a. Tanda-tanda vital
TD 120/70 mmHg; N
64x/menit; T 36,5oC;
RR 21 x/menit.
b. Hasil pemeriksaan
Laboratorium
(04/07/2022)
Troponin T 11,06 pg/ml
c. CRT < 2 detik
d. Hasil pemeriksaan
Rontgen Thorax
(04/07/2022)

Kesan:
Pulmo dalam batas
normal, Cardiomegali.

5. Kasus 4

a. Identitas Klien

Tn. A lahir 12 April 1977 (45 tahun), jenis kelamin laki-laki, suku

Bugis, agama Islam, alamat Jln. Atletik 12 no 30 RT 02 Bontang.Tn.

A masuk melalui IGD dengan diagnosa medis ACS STEMI.

b. Riwayat Penyakit

Keluhan utama yang dirasakan Tn. A adalah nyeri pada dada kiri sejak

3 hari yang lalu. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat pada dada

bagian kiri dengan skala 5 (ringan) tembus ke belakang dan menjalar

ke lengan kiri.Hasil pengkajian yang diperoleh, pasien mengatakan


nyeri dada sejak 3 hari yang lalu dan terasa memberat ± ½ jam SMRS,

nyeri yang dirasakan dari dada kiri tembus ke belakang, menjalar ke

lengan kiri dan disertai nyeri pada ulu hati. Tn. A mengatakan

keluarganya memiliki riwayat penyakit hipertensi.

c. Pengkajian Persistem

Hasil pemeriksaan pengkajian persistem didapatkan pada

Tn. A, diantaranya:

1) Keadaan Umum : Lemah

2) Tanda-tanda Vital : TD 125/70 mmHg; N 92 x/menit; T 36,5 oC;

RR20 x/menit.

3) Breath (B1) : Tn. A mengatakan tidak mengalami sesak

Pergerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu napas,

batuk tidak produktif, auskultasi sonor pada lapang paru sinistra,

dan tidak menggunakan alat bantu napas.

4) Blood (B2) :Suara jantung 1 & 2 reguler, irama jantung

regular, intensitas kuat, CRT < 2 detik, tidak ada peningkatan

JVP, tidak ada edema, IV line terpasang RL 12 tpm,

5) Brain (B3) :Tingkat kesadaran kualitatif compos mentis

dan kuantitatif E4V5M6, reaksi pupil terhadap cahaya isokor,

miosis, diameter 3 mm/ 3 mm, reflek fisiologis bisep (+) dan

trisep (+), reflek patologis Babinski (-), dan tidak ada tanda

meningeal sign.
6) Bladder (B4) : Jumlah urine 300cc/8 jam, warna kuning

jernih dan tidak ada keluhan kesulitan BAK.

7) Bowel (B5) :Mukosa bibir lembab, kondisi lidah bersih

dan gigi lengkap, tidak ada nyeri telan, tidak disetensi

abdomen, peristaltik usus normal 10 x/menit, tidak ada mual

dan muntah, tidak ada hematemesis, tidak ada melena, tidak

ada masalah buang air besar (BAB).

8) Bone (B6) :Turgor kulit baik, tidak ada perdarahan

kulit, tidak ada tanda icterus, akral teraba hangat, pergerakan

sendi bebas, tidak ada fraktur dan luka pada ekstremitas.

d. Pemeriksaan Penunjang

1) Data Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan : 04/01/2022

Tabel 4.10
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kasus 4

No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1. Glukosa sewaktu 160 < 200 mg/dL
2. Natrium 134 135 – 146 mmol/ L
3. HGB 12.2 14.0 – 17.4 g/ dL
4. Hct 35.8 25.0 – 40.0 %
5. Ureum 63.2 17.0 – 43.0 mg/dL
6. Creatinine 2.3 0.67 – 1.17 mg/dL
7. HGB 12.2 14.0 – 17.4 g/ dL
8. Troponin T 302 < 30 pg/ml

2) Hasil EKG
10/12/2021 Hasil : Sinus Tachycardia, ST-segment Elevation
lead V1-V4
e. Terapi
Tabel 4.11
Terapi Obat kasus 4

Hari/ Bentuk/ Dosis/ Aturan Rute/ Cara


Nama Obat Kekuatan
Tanggal Sediaan Pakai Pemberian
Jumat, CPG Tablet 75 mg 1 x 75 mg Oral
10/12/2021 Aspilet Tablet 80 mg 1 x 80 mg Oral
Atorvastatin Tablet 20 mg 1 x 20 mg Oral
Ramipril Tablet 2,5 mg 1 x 2,5 mg Oral
Aminefron Tablet 500 mg 1 x 5 mg Oral
Arixtra Injeksi 2,5 mg 1 x 2,5 mg SC

f. Analisa Data

Tabel 4.12
Analisa Data Kasus 4

No. Data Etiologi Masalah


1. Data Agen pencedera Nyeri akut
Subj fisiologis [D.0077; Kategori.
ektif (iskemia) Psikologis; Subkategori.
: Nyeri dan Kenyamanan]
a. Tn. A mengatakan,
“Nyerinya datang
hilang timbul dan
terasa tertekan benda
berat.”
b. Istri Tn. A mengatakan,
“Saat muncul keluhan
nyeri dada, bapak saya
langsung dibawa ke
rumah sakit, pada saat
di RS diberikan obat
pengurang rasa nyeri.”
c. Istri Tn. A
mengatakan, “Tiga hari
sebelum masuk rumah
sakit kemarin, gara-
gara nyerinya Suami
saya gelisah.”
No. Data Etiologi Masalah
d. Tn. A mengatakan,
“Setiap malam saya
sering terbangun dan
tidak bisa tidur lagi.”
e. Pengkajian Nyeri
a. P : nyeri dada
disebabkan
penurunan oksigen
ke miokardium
b. Q : nyeri seperti
tertekan beban berat
c. R : dada bagian kiri
dan menjalar ke
lengan kiri
d. S : skala nyeri
ringan (6)
e. T : nyeri bersifat
hilang timbul
Data
Obje
ktif :
1. Keadaan umum : lemah
2. Tanda-tanda vital
3. Tn. A terlihat lelah.
4. Hasil EKG
Sinus Tachycardia, ST-
segment Elevation lead
V1-V4

2. Data Subjektif : Perubahan after Penurunan curah


Tn. A mengatakan, “lelah load jantung
saat beraktivitas [D.0008;
banyak” Kategori.Fisiologis;
Subkategori.Sirkulasi]
Data Objektif :
a. Tanda-tanda Vital :
TD 125/70 mmHg; N
92 x/menit; T 36,5 oC;
RR 20 x/menit.
b. Hasil pemeriksaan
Laboratorium
No. Data Etiologi Masalah
(04/07/2022)
Troponin T 302 pg/ml
c.CRT < 2 detik
BAB V

ANALISA SITUASI

A. Profil Lahan Praktik

Gambaran Umum Rumah Sakit Pupuk Kaltim

1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Pupuk Kaltim

Rumah Sakit Pupuk Kaltim merupakan salah satu rumah sakit yang

mempunyai peranan penting dalam rangka menunjang jasa pelayanan

kesehatan keluarga besar PT. Pupuk Kaltim pada khususnya dan

masyarakat Kaltim pada umumnya, sehingga menjadi rumah sakit

mandiri yang berkembang dan meningkatkan kesejahteraan karyawan.

Selain itu juga Rumah Sakit ini berperan sebagai penyelenggara

pelayanan sesuai etika profesi dengan mengutamakan kepuasan

a. Pada awalnya, Tahun 1979 – 1981 merupakan first Aid Klinik di

proyek kaltim I, EX Champ First Aid PPT. KRS ( Kali Raya

Sari), kontraktor pertamina di Bontang.

b. Tahun 1981-1988 berubah menjadi bagian atau Departemen

Kesehatan RS. Pupuk Kaltim ( Persero ) menempati Rumah

Sehat Semi Permanen dari kayu.

c. Tahun 1988-1990 berubah menjadi Divisi khusus Rumah Sakit,

sebagai masa peralihan untuk membenahi hal-hal yang

diperlukan.

d. Tahun 1990 – 2012 dikelola secara swadana dalam bentuk

Yayasan Rumah Sakit Pupuk Kaltim. Rumah Sakit Pupuk Kaltim


yang peletakan batu pertamanya pada tanggal 5 Maret 1987 oleh

Direktur Utama PT. Pupuk Kaltim, Ir.H. Kotan Pasaman dan

mulai ditempati pada tanggal 8 Agustus 1988 (hanya unit KIA,

Poli Gigi, dan Poli Umum ). Kemudian pada tanggal 4 April

1989 diresmikan penggunaannya oleh ibu Tien Soeharto, Ibu

negara saat itu. Selanjutnya pada tanggal 10 Januari 2012 Rumah

Sakit Pupuk Kaltim berubah status menjadi Perseroan Terbatas

dengan nama PT. Kaltim Medika Utama sesuai Akta Pendirian PT

Kaltim Medika Utama nomor: 24 tanggal 19 Oktober 2011

Notaris J. Frans De Lannoy, SH. Dan sesuai surat Keputusan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

nomor: AHU-01566.AH.01.01. Tahun 2012 tentang Pengesahan

Badan Hukum Perseroan.

2. Akreditasi Rumah Sakit Pupuk Kaltim

a. Tahun 1998 telah mendapat akreditasi internasional untuk

program Rumah Sakit Sayang Bayi dari badan kesehatan PBB

(WHO).

b. Tanggal 10 Juli 1998, akreditasi tingkat I periode 10 Juli 1998-10

Juli 2001 dengan 5 unit pelayanan ( Medical Record, Kamar

Bedah, Radiologi, Laboratorium dan Perawatan ).

c. Tanggal 2 Januari 2002, Akreditasi tingkat II periode 2 Januari

2002 – 2 Januari 2005 dengan 12 unit pelayanan ( Pelayanan

Medik, Administrasi & Manajemen UGD, Kamar Bedah,


Laboratorium, K3, Radiologi, Perawatan, Instalasi Farmasi,

Perinatal Resiko Tinggi, Infeksi Nosokomial dan Medical Record)

d. Tanggal 25 Juli 2005, Akreditasi tingkat III (PENUH TINGKAT

LENGKAP) periode 27 Juli 2005 s/d 27 Juli 2008 16 unit

pelayanan ( Adm. Manajemen, pelayanan Medis, Farmasi, K3,

Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi, Perinatal Resiko

Tinggi, Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan Gizi, Pelayanan

Insentif dan Pelayanan Darah.

e. Sertifikat ISO 9001 : 2000 pada bulan Maret 2008.

f. Akreditasi KARS tingkat Paripurna 19 Juli tahun 2017

3. Penghargaan Serta Prestasi Yang Telah Diperoleh

a. 2005 : Juara I dan II Kebersihan antar unit kerja PT Pupuk

Kaltim.

b. 2012 : Juara 1 Bidan Teladan dalam Rangka Hari Kesehatan

Nasional.

c. 2013 : Juara 1 lomba KB Pasca Salin, Pasca Keguguran Rs tipe

d. 2013 : Juara 1 lomba KB Perusahaan.

e. 2014 : Juara 1 Bidan Teladan dalam Rangka Hari Kesehatan

Nasional.

f. 2014 : Juara II Perawat Teladan dalam rangka Hari Kesehatan

Nasional.

g. 2014 : Juara I Lomba RSSIB (Rumah sakit sayang ibu & bayi)
h. 2015 : Juara I Lomba Promosi dan Konseling Kes Reproduksi

RS Tipe C.

i. 2015 : Juara I Lomba KB Perusahaan , Klinik Satelit 1 RSPKT

j. 2015 : Juara I Lomba RSSIB ( Rumah sakit sayang ibu & bayi )

k. 2015 : Bidan Berprestasi dari IBI Cabang Bontang.

l. 2016 : Juara I Lomba RSSIB ( Rumah sakit sayang ibu & bayi )

m. 2017 : Juara I Lomba RSSIB ( Rumah sakit sayang ibu & bayi )

Tingkat Provinsi Kaltim

a. 1991 : Juara I Lomba Taman RS. Type “C” se Kaltim

b. 1991 : Juara I Penampilan Kerja RS. Type “C” se Kaltim

c. 1993 : Juara I penampilan kerja RS Swasta kelas madya se

Kaltim

d. 1994 : Penampilan Kerja terbaik RS Swasta Klc “C” se Kaltim

e. 2005 : Konsultan Laktasi di Kaltim

f. Juli 2006 : Proper Lingkungan “ Hijau “ untuk Rumah Sakit se

Kaltim

g. Juli 2007 : Proper Lingkungan “ Hijau “ untuk Rumah Sakit se

Kaltim

h. Juli 2008 : Proper Lingkungan “ Hijau “ untuk Rumah Sakit se

Kaltim

i. Juli 2009 : Proper Lingkungan “ Hijau “ untuk Rumah Sakit se

Kaltim
j. Juli 2010 : Proper Lingkungan “ Hijau “ untuk Rumah Sakit se

Kaltim

k. Juli 2011 : Proper Lingkungan “ Hijau “ untuk Rumah Sakit se

Kaltim

l. Juni 2012 : Proper Lingkungan “Emas” untuk Rumah Sakit se

Kaltim

m. Juli 2012 : Juara 1 Lomba KB Perusahaan untuk Rumah Sakit

seKaltim

n. Juli 2013 : Proper Lingkungan “Emas” untuk Rumah Sakit se

Kaltim

o. 2013 : Juara II Lomba Pasca Salin & Pasca Keguguran RS

Tipe C

p. 2013 : Juara II Lomba KB perusahaan RSPKT

q. 2013 : Juara I Lomba KB Pasca Salin & Pasca keguguran RS

Tipe C

r. 2013 : Nominasi persi Award Hospital Family Planning Project

s. 2014 : Juara I Lomba KB perusahaan PT KMU

t. 2014 : Juara II Lomba RSSIB Tingkat Provinsi Kaltim

u. Juli 2014 : Proper Lingkungan “Emas” untuk Rumah Sakit se

Kaltim

v. 2014 : Juara I Lomba KB pasca salin dan Pasca Keguguran RS

tipe C

w. 2014 : Juara I Lomba KB Perusahaan PT.Kaltim Medika Utama


x. 2015 : Juara I Lomba Promosi & Konseling KB & Kesehatan

Reproduksi

y. 2014 : Nominasi persi Award Hospital Family Planning Project

z. Juli 2015 : Proper Lingkungan "Hijau" untuk Rumah Sakit Se

Kaltim

aa. 2015 : Juara I Lomba KB Perusahaan Klinik Satelit RSPKT

bb. Jan 2016 : Juara 1 Kaltim Award Hospital Family

cc. Juni 2017 : Proper Lingkungan “Emas” untuk Rumah Sakit se

Kaltim

dd. Sept 2018 : Juara I Promosi dan Konseling KB Pasca

Persalinan Keguguran RS Tipe C dalam Rangka Hari Keluarga

Nasional Ke XXIV Kota Bontang

Tingkat Nasional

a. 1992 : Juara harapan lomba Taman Rumah Sakit

b. 1992 : Juara I Tempat Tidur goyang Bayi dari Kemenkes

c. Juli 2013 : Proper Lingkungan " Biru " untuk Rumah Sakit

d. Sept 2013 : Penghargaan Program P2-HIV & AIDS Di Tempat

Kerja

e. Sept 2014 : Penghargaan Program P2-HIV & AIDS Di Tempat

Kerja

f. Sept 2015 : Penghargaan Program P2-HIV & AIDS Di Tempat

Kerja

g. Agustus 2014 : Proper Lingkungan " Biru " untuk Rumah Sakit
h. 2014 : Juara 1 KB Perusahaan BUMN kategori III karyawan

1001 s/d 5000

i. 2014 : Juara II Lomba KB perusahaan PT Kaltim Medika Utama,

Regional luar Jawa Bali II

j. 2014 : Juara I Lomba Promosi & Konseling Kes

Reproduksi RS Tipe C

k. 2015 : Juara II Lomba KB perusahaan, Klinik Satelit 1 RS PKT

PT.KMU

l. 2015 : Juara II Percy Award "Hospital Family PLanning Project"

m. 2016 : Juara I Trauma Center Award tahun 2016 dari BPJS

Kesehatan

n. 2018 : Juara Lomba Implementasi Green Hospital HKN ke 54

Tahun 2018

o. Juara I Green Hospital untuk RS Swasta BUMN tahun 2019

Tingkat Internasional

a. 1992 : Baby Friendly Hospital dari WHO

4. Tata Tertib Rumah Sakit Pupuk Kaltim

a. Bekerja secara Non Shift maupun yang bekerja secara Shift dan

datang di tempat masing-masing.

b. Setiap pegawai atau karyawan wajib memberi daftar hadir

kepada pencatat waktu ( Time Recorder ) Handkey.


c. Setiap pegawai atau karyawan harus bersikap sopan dengan

memperhatikan etika pergaulan yang baik terhadap

atasan, teman sekerja maupun bawahan.

d. Menerima tamu yang bersifat pribadi hanya boleh diterima di

ruangan umuma

e. Pembicara dengan tamu dibatasi pada pembicaraan mengenai

soal-soal kedinasan yang tidak bersifat rahasia perusahaan.

f. Tanda pengenal atau badge harus selalu dipakai selama jam

kerja.

g. Diwajibkan memakai seragam yang telah ditentukan secara sopan

dan tidak dibenarkan memakai sandal kecuali sebab tertentu.

h. Menggunakan dan menjaga alat-alat atau perlengkapan kerja

sebaik-baiknya dengan rasa tanggung jawab.

i. Melaksanakan tugas pekerjaan sebaik-baiknya dengan

menggunakan kepentingan perusahaan diatas kepentingan pribadi

atau golongan.

j. Tidak diperbolehkan pulang sebelum selesai jam kerja kecuali

adanya suatu hal yang penting dan harus sepengetahuan

temannya dan mengisi formulir yang telah tersedia di unit kerja

SDM.

5. Jenis Pelayanan Rumah Sakit Pupuk Kaltim

a. Pelayanan 24 jam

1) Unit Gawat Darurat


2) Pendaftaran

3) Laboratorium

4) Radiologi

5) Farmasi

6) Ambulance 118

b. Medical Check Up

c. Unit Rawat Inap & ICU

d. Unit Penunjang Medis

1) Radiologi

2) Laboratorium

3) Rehabilitasi Medis

4) Gizi

e. Fasilitas Pendukung

1) Kamar Bedah

2) Instalasi Farmasi

3) Hemodialisa

4) PKMRS

f. Unit Rawat Jalan

1) Poliklinik Umum

2) Poliklinik Imunisasi

3) Poliklinik Tumbuh Kembang Anak

4) Bidan & KB

5) Poliklinik Psikologi
6) Poliklinik Gigi & Mulut

7) Pelayanan Optik

8) Poliklinik Spesialis

9) Spesialis Bedah

10) Spesialis Penyakit Dalam

11) Spesialis Mata

12) Spesialis Anak

13) Spesialis Jantung

14) Spesialis Syaraf

15) Spesialis Kulit & Kelamin

16) Spesialis Kebidanan & Kandungan

17) Spesialis Psikiatri

18) Spesialis Radiologi

19) Spesialis Patologi Klinik

20) Spesialis Konsulen/sub spesialis

6. Visi, Misi Dan Motto Rumah Sakit Pupuk Kaltim

Menetapkan : VISI DAN MISI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM

Pertama : Memberlakukan Visi dan Misi Rumah Sakit Pupuk Kaltim

untuk diketahui, dihayati dan dijadikan acuan dalam menetapkan

rencana kerja oleh seluruh kepala unit kerja di lingkungan Rumah

Sakit Pupuk Kaltim beserta jajarannya.

Kedua : Visi Rumah Sakit Pupuk Kaltim adalah sebagai berikut:

a. Visi
Menjadi Rumah Sakit terbaik di Kalimantan Timur dengan standar

nasional.

b. Misi

1) Respek dalam pelayanan

2) Safety pasien dan menerapkan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3)

3) Peduli dan ramah lingkungan

4) Komunikatif dan informatif dalam melaksanakan pelayanan

5) Tepat aksi dalam semua tindakan

c. Motto

Personal dan Profesional

A. Profil Lahan Praktek

RS Pupuk Kaltim Bontang adalah rumah sakit swasta milik PT Kaltim

Medika Utama yang berkedudukan di Bontang. RS Pupuk Kaltim Bontang

merupakan Rumah Sakit tipe C dengan capaian akreditasi paripurna. Salah

satu sarana yang mendukung dalam pelayanan rumah sakit yaitu tersedianya

ruangan Intensive Care Unit, yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana

yang sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit.

RS Pupuk Kaltim Bontang memiliki unit pelayanan intensif yang terdiri

dari 2 ruangan yaitu; Unit Intensive Care Unit (ICU / ICCU) dan Hight Care

Unit ( HCU ). Jumlah kapasitas tempat tidur sebanyak 9 tempat tidur,

dengan fasilitas yang cukup memadai,.

Visi Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang adalah menjadi rumah sakit
terbaik di Kalimantan Timur dengan standar nasional. Dalam mencapai visi

tersebut, RS Pupuk Kaltim menetapkan misi yang diantaranya :

1. Respek dalam pelayanan

2. Safety pasien dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 )

3. Peduli dan ramah lingkungan

4. Komunikatif dan informatif dalam melaksanakan pelayanan

5. Tepat aksi dalam semua tindakan

Dalam perjalananya sampai saat ini, RS yang telah mendapatkan

brevet terakreditasi paripurna, akan terus menjaga dan meningkatkan

dalam pelayanan yang paripurna untuk mencapai target dan kepuasan

pelanggan.

B. Analisa Masalah ke Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep

Terkait dan Konsep Kasus Terkait

Kasus kelolaan utama dalam karya ilmiah ini adalah klien dengan

Acute Coronary Syndrome (ACS) merupakan kondisi yang dihasilkan dari

gangguan suplai darah ke arteri koroner yang mempengaruhi otot jantung

sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik atau matim (Amsterdam et al.,

2014). ACS merupakan suatu masalah kardiovaskular yang utama karena

menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian tinggi

(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2018).

Pengkajian dilakukan pada lima klien, dengan menggunakan metode

wawancara, observasi, serta catatn rekam medis. Pada Ny. L dengan


diagnosa UAP CAD, Tn. R dengan diagnosa ACS Stemi , Tn. D dengan

diagnosa UAP dd NSTEMI. Tn A dengan diagnosa ACS Stemi.

Kerusakan yang ditimbulkan pada klien ACS, menyebabkan

beberapa masalah keperawatan, masalah keperawatan yang muncul pada

klien Ny. L meliputi : Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (iskemia)

dan Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload . Pada Tn. R

meliputi : Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (iskemia) dan

Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload. Pada Tn. D meliputi:

Nyeri akut b/d Agen pencedera fisiologis (iskemia) dan Penurunan curah

jantung b/d perubahan afterload. Pada Tn. A meliputi : Nyeri akut b/d agen

pencedera fisiologis (iskemia) dan Penurunan curah jantung b/d perubahan

afterload. Masalah-masalah keperawatan tersebut akan didiskusikan lebih

lanjut pada pembahasan dibawah ini :

1. Nyeri Akut

Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau

fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas

ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan (SDKI,

2017).

Mekanisme nyeri dada pada pasien jantung diebabkan oleh

adanya sumbatan di arteri koroner atau penurunan curah

jantung( Stroke Volume menurun/ kontraktilitas menurun), akibatnya

suplai darah yang membawa oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan


tubuh untuk metabolisme menurun. Oleh karena suplai oksigen dan

nutrisi menurun maka dapat terjadi metabolisme anaerob, yang

menghasilkan asam laktak dan ATP (yang seharusnya menghasilkan

ATP dan H2O) sehingga menyebabkan nyeri (Brunner, 2010). Berikut

adalah data objektif dan subjektif yang didapatkan dari masing-masing

klien,diantaranya :
Tabel 5.1
Data objektif dan subyektif diagnose nyeri akut

Ny. L Tn. R Tn. D Tn. A

Data Subjektif : Data Subjektif : Data Subjektif : Data Subjektif :

1. Ny. L mengatakan, 1. Tn. R mengatakan 1. Tn. D mengatakan, 1. Tn. A mengatakan, “Nyerinya


“Nyerinya kadang- “Nyeri masih dirasakan “Nyerinya datang hilang datang hilang timbul dan terasa
kadang, tapi tidak ketika sedang beristirahat timbul dan terasa tertekan benda berat.”
begitu terlalu sakit.” dan setelah melakukan tertekan benda berat.” 2. Istri Tn. A mengatakan, “Saat
2. Pengkajian Nyeri aktivitas dasar ringan” 2. Istri Tn. D mengatakan, muncul keluhan nyeri dada, bapak
P : nyeri dada “Saat muncul keluhan saya langsung dibawa ke rumah
disebabkan 2. Tn. R mengatakan nyeri dada, suami saya sakit, pada saat di RS diberikan obat
penurunan oksigen “Nyeri dirasakan: P: langsung dibawa ke pengurang rasa nyeri.”
ke miokardium Nyeri dada disebabkan rumah sakit, pada saat 3. Istri Tn. A mengatakan, “Tiga hari
Q : nyeri seperti setelah beraktivitas, Q: di RS diberikan obat sebelum masuk rumah sakit
tertekan beban berat Nyeri dirasa seperti pengurang rasa nyeri.” kemarin, gara-gara nyerinya bapak
R : dada bagian kiri tertimpa benda berat, R: 3. Istri Tn. D mengatakan, saya gelisah.”
S : skala nyeri Dada bagian kiri, S: “Dua hari sebelum 4. Tn. A mengatakan, “Setiap malam
ringan (3) Skala nyeri 5 (sedang), masuk rumah sakit saya sering terbangun dan tidak bisa
T : nyeri bersifat T: Nyeri bersifat hilang kemarin, gara-gara tidur lagi.”
hilang timbul timbul” nyerinya suami saya 5. Pengkajian Nyeri
gelisah dan tidak bisa P : nyeri dada disebabkan
3. Tn. R mengatakan, tidur sama sekali.” penurunan oksigen ke miokardium
“Ketika nyeri timbul, 4. Tn. D mengatakan, Q : nyeri seperti tertekan beban
klien merasakan tidak “Setiap jam dua malam berat
nyaman dan gelisah serta saya sering terbangun R : dada bagian kiri dan menjalar ke
cemas” dan tidak bisa tidur lengan kiri
lagi.” S : skala nyeri sedang (6)
5. Pengkajian Nyeri T : nyeri bersifat hilang timbul
P : nyeri dada
disebabkan penurunan
oksigen ke miokardium
Q : nyeri seperti
tertekan beban berat
R : dada bagian kiri
S : skala nyeri sedang
(6)
T : nyeri bersifat hilang
timbul

Data Objektif : Data Objektif : Data Objektif : Data Objektif :

1. Keadaan umum : 1. Keadaan umum: 1. Keadaan umum : lemah 1. Keadaan umum : lemah
lemah lemah 2. Tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital
2. Tanda-tanda vital: 2. Gelisah TD 120/70 mmHg; N 64 TD 12570 mmHg; N 92 x/menit; T 36,5
TD 145/80 mmHg; 3. Tanda-tanda vital: x/menit; T 36,5oC; RR o
C; RR 20 x/menit.
N 89 x/menit; T TD: 130/80 mmHg, 21 x/menit. 3. Tn. A terlihat lelah.
36,1oC; RR 24 N: 90x/menit, T: 3. Tn. D terlihat lelah. 4. Hasil EKG
x/menit. Saturasi : 36,10C, RR: 4. Hasil EKG Sinus Tachycardia, ST-segment
98 % dengan nasal 24x/menit Non-ST-segment Elevation Elevation lead V1-V4
kanul 3lt/menit 4. Terlihat lelah dan lead I, II, III, aVF, V1-
3. Hasil EKG cemas V3
Normal sinus rhytm, 5. Hasil EKG
Non-ST-segment Normal sinus rhytm, ST-
Elevation lead II, III, segment Elevation
V2-V3 Myocardial lead V2,
V3, V4, V6
Masalah keperawatan nyeri akut yang dialami Ny. L, Tn. R dan

Tn. D, Tn. A, karena agen pencedera fisiologis (iskemia), rasa nyeri

timbul terutama saat menarik napas dan batuk untuk mengeluarkan

sputum. Nyeri yang muncul juga ditandai dengan pola tidur yang

terganggu (SDKI, 2017). Durasi nyeri biasanya tidak terlalu lama,

tetapi ekspresi wajah klien yang tampak meringis menandakan bahwa

nyeri yang dirasakan masih sangat mengganggu. Rentang nyeri pada

Ny. L cenderung ringan, sementara pada Tn. R, Tn. D, dan Tn. A

masih pada rentang sedang. Nyeri dada yang muncul disebabkan oleh

stimulus fokal ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

miokard akibat oklusi pada arteri koroner. Oklusi arteri koroner

menyebabkan penurunan perfusi vaskuler miokard dimana dalam

waktu 10 detik saja, sel-sel miokard dapat hipoksia dan jika terus

berlangsung dalam waktu beberapa menit, sel miokard akan kehilangan

oksigen dan glukosa yang akan memicu terjadinya metabolisme

anaerob. Metabolisme anaerob berlangsung dan terjadi asam akumulasi

laktat. Asam laktak mengiritasi serat saraf miokard dan mengiritasi dan

mentransmisikan pesan nyeri ke saraf-saraf miokard dan serabut-

serabut saraf toraks posterior bagian atas (Lewis, Dirksen, Heitkemper,

2011).

Perangsangan saraf memunculkan sensasi rasa nyeri dada di

bagian kiri dan dapat menyebar ke bahu dan lengan kiri.Kondisi

iskemik ini dapat pulih kembali jika berlangsung hanya sekitar 20


menit, dengan pemulihan aliran darah, metabolisme anaerob terhenti

dan sel-sel miokard pulih kembali (Lewis, Dirksen, Heitkemper, 2011).

2. Penurunan Curah Jantung

Penurunan curah jantung didefinisikan sebagai

ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme tubuh. Gejala dan tanda mayor yang biasanya muncul

adalah adanya perubahan irama jantung, perubahan preload ditandai

dengan keluhan lelah, perubahan afterload ditandai dengan keluhan

dypsnea, dan perubahan kontraktilitas yang ditandai dengan keluhan

batuk serta terdengar suara jantung S3 dan/atau S4 (SDKI, 2017).

Masalah penurunan curah jatung yang terjadi pada Ny L, Tn. R

Tn. D, dan Tn. A diakibatkan oleh injuri miokard dan perubahan

kontraktilitas miokard. Hal ini salah satunya ditandai dengan tekanan

darah yang cenderung rendah dan keluhan sesak napas. Diagnosa ini

ditegakkan setelah dilakukan pengkajian pada hari perawatan ke-1

pada ketiga klien. Kondisi hemodinamik sesudah infark miokard

bervariasi, namun curah jantung biasanya menurun. Case study yang

dilakukan oleh Mutarobin dkk (Mutarobin, Elly Nurachmah, 2019).

Pada diagnosa penurunan curah jantung juga didapatkan data

adanya penurunan tekanan darah dan frekuensi jantung. Meningkatnya

frekuensi jantung biasanya tidak berlangsung terus-menerus kecuali

jika terjadi depresi miokard yang hebat. Tekanan darah merupakan

fungsi interaksi antar depresi miokard dan refleks otonom. Respon


otonom terhadap infark miokard tidak selalu merupakan proses

bantuan simpatis terhadap sirkulasi yang mengalami gangguan.

Perangsangan ganglion parasimpatis dapat mengganggu hemodinamik,

menurunkan frekuensi jantung dan tekanan darah, sebaliknya

mempengaruhi curah jantung dan perfusi perifer (Price & Wilson,

2016).

C. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Penyakit pembuluh darah arteri coroner adalah gangguan fungsi

sistem kardiovaskuler yang disebabkan karena otot jantung kekurangan

darah akibat adanya oklusi pembuluh darah arteri coroner dan tersumbatnya

pembuluh darah jantung (AHA, 2017).

Penyempitan lumen arteri terjadi karena adanya penumpukan lemak,

klasifikasi lemak dan proliferasi sel-sel otot polos. Penyumbatan pada

pembuluh darah koroner disebabkan oleh adanya penumpukan lemak dan

kolesterol yang mengeras disepanjang dinding arteri. Kolesterol yang

menumpuk ini akan menyumbat aliran darah sehingga akan mengganggu

kerja jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh, sehingga akan

menyebabkan penyumbatan darah koroner, bersifat parsial maupun total

(Lee, Kang, Song, Rho & Kim, 2015).

Nyeri dada adalah indikator utama dari sindrom koroner akut yang

sering menjalar kelengan kiri, leher, rahang dan punggung. Kualitas nyeri

dada yang dirasakan jantung seperti sesak, terasa berat, terasa diremas-

remas, atau sensasi cengukan dan terasa mual, muntah dan berkeringat.
Koroner akut sindrom terhubung dengan tiga manifestasi klinis yaitu

peningkatan ST miokard (STEMI, 30%), non ST elevasi infark miokard

(NSTEMI, 25%) atau angina tidak stabil (38%) (Dan Longo et al, 2018).

Nyeri dada yang tidak terkontrol yang menyebabkan masalah

fisiologis dan psikologis seperti ketidaknyamanan, gangguan pernafasan,

hipertensi, kecemasan, detak jantung tidak normal. Kondisi ini

meningkatkan beban kerja jantung dan meningkatnya oksigen miokard,

menghasilkan memperburuk miokard infark dan bertambahnya tekanan

pada dada (Finamore, S. R, 2015).

Perawat mempunyai peranan dalam penatalaksanaan nyeri yaitu

membantu meredakan nyeri dengan memberikan intervensi penghilang

nyeri (termasuk pendekatan farmakologis dan non farmakologis).

Penanganan nyeri bisa Penanganan rasa nyeri harus dilakukan secepat

mungkin untuk mencegah aktivasi saraf simpatis, karena aktifasi saraf

simpatik ini dapat menyebabkan takikardi, vasokontriksi, dan peningkatan

tekanan darah yang pada tahap selanjutnya dapat memperberat beban

jantung dan memperluas kerusakan miokardium. Tujuan penatalaksanaan

nyeri adalah menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk

meningkatkan suplai oksigen ke jantung (Anif Prayusi, 2016).

dilakukan secara farmakologis yakni dengan pemberian obat-

obatan. Sedangkan secara non farmakologis melalui distraksi, relaksasi

dan stimulasi kulit kompres hangat atau dingin, latihan nafas dalam, terapi

musik, aromaterapi, imajinasi terbimbing, relaksasi (Brunner, et al, 2014).


Terapi farmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri

dada pada pasien dengan ACS salah satunya morfin. Karena reaksi obat

yang merugikan dan respon pasien yang berbeda-beda, hal ini penting

untuk mengkolaborasikan terapi farmakologi dan nonfarmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri dan kecemasan pada pasien dengan ACS untuk

meminimalisir efek samping dari terapi farmakologi dan untuk

meningkatkan efektifitas penurunan nyeri (Moradkhani, et al, 2018).

Salah satu terapi non farmakologi yang diterapkan untuk

mengurangi nyeri dada pada pasien sindrom koroner akut salah satunya

dengan terapi panas (thermotherapy). Thermotherapy adalah pemberian

aplikasi panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut maupun

nyeri kronis. Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri, terapi ini biasanya

digunakan untuk meningkatkan aliran darah dengan melebarkan pembuluh

darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan meningkat selain

itu dapat meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot

(Arovah, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Moradkhani et all pada tahun 2018

yang berjudul “Effect Local Thermotherapy on Chest Pain in Acute

Coronary Syndrome Patients A Clinical Trial” menemukan hasil bahwa

thermotherapy dengan suhu 45o – 50o yang diberikan pada bagian anterior

dada selama 20 menit satu kali sehari memberikan efek penurunan

intensitas nyeri yang signifikan dibandingkan dengan kelompok yang tidak

diberikan perlakuan (Moradkhani et al., 2018).


Pemberian terapi heat pad untuk membantu meringankan nyeri

didukung dengan penelitian yang dilakukan Hala et al pada tahun 2018

dengan judul “Effect of Local Heat Application on Physiological Status

and Pain Intensity among Acute Coronary Syndrome Patient”

thermotherapy menggunakan hotpack yang diisi air dan pemanas elektrik

yang dipanaskan hingga 500 lalu dibungkus dengan handuk berbahan katun

serta diletakkan dibagian depan dada selama 20 menit setiap 12 jam

selama 24 jam memberikan efek penurunan nyeri yang signifikan

dibanding dengan kelompok yang tidak diberikan perlakuan yang sama

(Hala et al., 2018).

Intervensi Thermotherapy Local yang diberikan menggunakan heat

pad electric dengan suhu 40oC selama + 20 menit dapat membantu

meringankan rasa nyeri ringan hingga sedang, suhu 40 oC merupakan suhu

panas yang efektif yang dapat menembus hingga kedalam jaringan otot

(Guyton. AC dalam Arisonya, 2018). Hasil evaluasi penilaian dituangkan

dalam tabel pre dan post intervensi pada tabel berikut :

Kasus Sebelum diberi Intervensi Sesudah diberi Intervensi


I DS: DS:
1. Ny. L mengatakan, “Nyerinya kadang- 1. Ny. L mengatakan, “dada saya sakitnya
kadang, tapi tidak begitu terlalu sakit.” berkurang.”
2. Pengkajian Nyeri 2. Ny. L mengatakan, “heat pad terasa hangat
P : nyeri dada disebabkan penurunan dan nyaman.”
oksigen ke miokardium 3. Pengkajian nyeri
Q : nyeri seperti tertekan beban berat P: nyeri dada disebabkan penurunan O2 ke
R : dada bagian kiri miokardium
S : skala nyeri ringan (3) Q: nyeri seperti tertekan beban berat
T : nyeri bersifat hilang timbul R: dada bagian kiri
S: skala nyeri turun ringan (2)
T: nyeri bersifat hilang timbul.
DO:
Kasus Sebelum diberi Intervensi Sesudah diberi Intervensi
1 Keadaan umum : lemah
2 Tanda-tanda vital
TD 145/80 mmHg; N 89 x/menit; T 36,8oC; DO:
RR 24 x/menit. Saturasi : 98 % dengan 1. Keadaan umum : lemah
nasal kanul 3lt/menit 2. Tanda-tanda vital
TD 138/70 mmHg; N 85 x/menit; T 36,2oC; RR
22 x/menit. Saturasi : 97 % dengan nasal
kanul 3lt/menit
3. Pasien terlihat tenang
4. Pasien bedrest

DS: DS:
1. Tn. R mengatakan “Nyeri masih 1. Tn. R mengatakan “Nyeri berkurang setelah
dirasakan ketika sedang beristirahat dan diberikan intervensi”
setelah melakukan aktivitas dasar ringan” 2. Tn. R mengatakan “Nyeri dirasakan: P:
2. Tn. R mengatakan “Nyeri dirasakan: P: Nyeri dada disebabkan setelah beraktivitas, Q:
Nyeri dada disebabkan setelah beraktivitas, Nyeri dirasa seperti tertimpa benda berat, R:
Q: Nyeri dirasa seperti tertimpa benda berat, Dada bagian kiri, S: Skala nyeri turun 4
R: Dada bagian kiri, S: Skala nyeri 5 (sedang), T: Nyeri bersifat hilang timbul”
(sedang), T: Nyeri bersifat hilang timbul”
3. Tn. R mengatakan, “Ketika nyeri timbul,
II
klien merasakan tidak nyaman dan gelisah
serta cemas”

DO: DO:
1 Keadaan umum: lemah 1. Keadaan umum: lemah
2 Gelisah 2. Pasien terlihat tenang
3. TD 110/70 mmHg; N 95x/menit; SpO2
3 Tanda-tanda vital: TD: 119/73 mmHg,
98%,
N: 98x/menit, T: 36,80C, RR: 24x/menit 4. Pad electric menghasilkan panas 40oc
4 Terlihat lelah dan cemas

III DS: DS:


1. Tn. D mengatakan, “Nyerinya datang 1. Tn. D mengatakan, “Nyeri saya mulai
hilang timbul dan terasa tertekan benda berkurang.”
berat.” 2. Tn. D mengatakan, “Saya merasa enakkan.”
Kasus Sebelum diberi Intervensi Sesudah diberi Intervensi
2. Istri Tn. D mengatakan, “Saat muncul 3. Pengkajian nyeri
keluhan nyeri dada, suami saya P: nyeri dada disebabkan penurunan O2 ke
langsung dibawa ke rumah sakit, pada miokardium
saat di RS diberikan obat pengurang Q: nyeri seperti tertekan beban berat
R: dada bagian kiri
rasa nyeri.”
S: skala nyeri turun ringan (4)
3. Istri Tn. D mengatakan, “Dua hari T: nyeri bersifat hilang timbul.
sebelum masuk rumah sakit kemarin,
gara-gara nyerinya suami saya gelisah DO:
dan tidak bisa tidur sama sekali.” 1. Tn. D terlihat nyaman
4. Tn. D mengatakan, “Setiap jam dua 2. Tn. D tidak gelisah
malam saya sering terbangun dan tidak 3. TD 110/70 mmHg; N 65x/menit; SpO2
bisa tidur lagi.” 98%,
5. Pengkajian Nyeri 4. Pad electric menghasilkan panas 40oc
P : nyeri dada disebabkan penurunan
oksigen ke miokardium
Q : nyeri seperti tertekan beban berat
R : dada bagian kiri
S : skala nyeri sedang (6)
T : nyeri bersifat hilang timbul

DO:
a. Keadaan umum : lemah
b. Tanda-tanda vital
TD 116/70 mmHg; N 63 x/menit; T
36,5oC; RR 20 x/menit.
c. Tn. B terlihat lelah.

IV DS: DS:
1. Tn. A mengatakan, “Nyerinya datang 1. Tn. A mengatakan, “Nyeri dada saya mulai
hilang timbul dan terasa tertekan benda berkurang.”
berat.” 2. Tn. A mengatakan, “Saya merasa lebih
2. Istri Tn. A mengatakan, “Saat muncul nyaman.”
keluhan nyeri dada, bapak saya langsung 3. Pengkajian nyeri
dibawa ke rumah sakit, pada saat di RS P: nyeri dada disebabkan penurunan O2 ke
diberikan obat pengurang rasa nyeri.” miokardium
3. istriTn. A mengatakan, “Tiga hari Q: nyeri seperti tertekan beban berat
R: dada bagian kiri dan menjalar ke lengan kiri
sebelum masuk rumah sakit kemarin,
S: skala nyeri turun ringan (4)
gara-gara nyerinya bapak saya gelisah.” T: nyeri bersifat hilang timbul.
4. Tn. A mengatakan, “Setiap malam saya
sering terbangun dan tidak bisa tidur
Kasus Sebelum diberi Intervensi Sesudah diberi Intervensi
lagi.”
5. Pengkajian Nyeri
P : nyeri dada disebabkan penurunan
oksigen ke miokardium
Q : nyeri seperti tertekan beban berat
R : dada bagian kiri dan menjalar ke
lengan kiri
S : skala nyeri sedang (6)
T : nyeri bersifat hilang timbul
DO:
1. Keadaan umum : lemah
DO : 2. Tanda-tanda vital
5. Keadaan umum : lemah TD 118/70mmHg; N 65x/menit; T 36,5oC; RR
6. Tanda-tanda vital 20x/menit.
TD 116/70 mmHg; N 63 x/menit; T 36,5 oC; 3. Tn. A terlihat nyaman
RR 20 x/menit. 4. Tn. A tidak gelisah
7. Tn. A terlihat lelah. 5. Pad electric menghasilkan panas 40oc

Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan kepada lima pasien

didapatkan bahwa skala nyeri cenderung menurun setelah diberikan

tindakan thermotherapy local yaitu Ny. L dari skala 3 ke skala 2 (ringan),

Tn. R dari skala 5-4 (sedang), Tn. D dari skala 6 ke skala 4 (sedang), Tn.

A dari skala 6 ke skala 4 (sedang),

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Gale GD et

al, 2016) dimana pemberian thermotherapy local dapat memperingan

gejala nyeri dengan cara membuang metabolisme yang bersifat toksin

seperti histamin dan bradikinin dari area yang diberikan panas melalui

mekanisme vasodilatasi pembuluh darah yang meningkatkan aliran darah

ke daerah yang mengalami kerusakan atau peradangan.

Terapi panas adalah salah satu teknik non farmakologis yang dapat
meredakan nyeri dan meningkatkan perfusi pada area jaringan yang

terluka atau meradang. Meningkatkan suplai aliran darah ke jaringan

yang mengalami masalah dan meningkatkan oksigenasi ke dalam

jaringan dan menghilangkan mediator inflamasi dari jaringan yang

terluka untuk mengurangi level nyeri. Disisi lain, terapi panas ini dapat

mengurangi kontraksi otot polos di dalam pembuluh darah dengan cara

menstimulasi reseptor panas dan menyebabkan dilatasi pembuluh darah.

Dalam hal ini dapat mengurangi kerja dari system syaraf yang dapat

mengurangi gejala nyeri.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan dari hasil

pembahasan dan memberikan saran kepada beberapa pihak agar dapat

dijadikan acuan dalam menunjang perkembangan keilmuan khususnya pada

bidang keperawatan.

1. Hasil analisis didapatkan lima kasus kelolaan yang meliputi: Ny. L

dengan diagnosa medis UAP CAD., Tn. R dengan diagnosa medis ACS

STEMI ., Tn. D dengan diagnosa medis UAP dd NSTEMI., dan Tn. A

dengan diagnose medis ACS STEMI. Masalah keperawatan yang

ditemukan pada empat kasus kelolaan meliputi: Penurunan curah

jantung dan nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (iskemia).

2. Intervensi inovasi yang diberikan berupa pemberian thermotheraphy

local pada dada (anterior dan bagian posterior) dengan heat pad

electric
B.Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat

menjadi bahan masukkan atau sumber informasi serta dasar

pengetahuan bagi para mahasiswa khususnya dibidang keperawatan

tentang pemberian thermotheraphy local pada dada (Anterior dan

posterior) dengan heat pad electric pada klien dengan ACS.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan menjadi

landasan yang kuat untuk penelitian-penelitian yang selanjutnya.

Saran untuk peneliti selanjutnya agar dapat mengkombinasikan

thermotherapy local dengan intervensi lainnya.

b. Ditinjau dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada

penelitian ini, diharapkan peneliti selanjutnya dapat menerapkan

penelitian selanjutnya dengan menggunakan kelompok kontrol

untuk mengurangi risiko bias pada penelitian.

3. Bagi Rumah Sakit

Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pelayanan klien dengan ACS di Rumah Sakit

dengan menerapkan termo terapi lokal ini sebagai salah satu terapi non

farmakologi yang dapat dipertimbangkan untuk diberikan kepada pasien

khususnya pada pasien nyeri dada yang disebabkan karena ACS.


4. Bagi Profesi Perawat

a. Hasil KIAN ini diharapkan dapat meningkatkan Asuhan

Keperawatan klien dengan ACS secara komperhensif.

b. Hasil KIAN ini diharapkan dapat menjadi salah satu tindakan

mandiri keperawatan sebagai tindakan nonfarmakologi dalam

melaksanakan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan

nyeri dada ACS.


Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada: Bapak/Ibu/Saudara/i Calon Responden Di Ruang ICCU RS Pupuk Kaltim Bontang


Dengan hormat, kami kelompok 4 adalah mahasiswa Keperawatan Program Studi Pendidikan
Profesi Ners 2022 Poltekkes Kemenkes Kaltim, akan melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Praktik Keperawatan Klinik Pada Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS)
dengan Intervensi Thermotherapy Local Terhadap Perubahan Skala Nyeri Dada di Ruang
Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) ICCU RS Pupuk Kaltim Bontang”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/Ibu/Sdr/i
sebagai responden. Semua informasi akan dijaga kerahasiaannya dan dipergunakan untuk
kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu/Sdr/i tidak bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini, maka tidak ada ancaman bagi Bapak/Ibu/Sdr/i. Jika Bapak/Ibu/Sdr/i
menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan
saya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya sertakan. Atas perhatian dan
kesediaannya sebagai responden saya ucapkan terima kasih.

Peneliti
Lampiran 2

INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kami, Ns Okta, ns Fera, ns Fahmi, ns Lilik, ns Winarti mahasiswa Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur. Saya ingin mengajak Anda untuk berpartisipasi dalam
penelitian saya yang berjudul “Analisis Praktik Keperawatan Klinik Pada Pasien Acute Coronary
Syndrome (ACS) dengan Intervensi Thermotherapy Local Terhadap Perubahan Skala Nyeri Dada di
Ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) RS Pupuk Kaltim Bontang”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh thermotherapy local terhadap nyeri dada pada pasien Acute Coronary
Syndrome (ACS) di Ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) RS Pupuk Kaltim Bontang.
Partisipasi Anda dalam penelitian ini adalah sukarela tanpa paksaan. Anda berhak untuk menolak
keikutsertaan dan berhak pula untuk mengundurkan diri dari penelitian ini, meskipun Anda sudah
menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi. Tidak akan ada kerugian atau sanksi apapun yang akan
Anda alami akibat penolakan atau pengunduran diri Anda. Jika Anda memutuskan untuk tidak
berpartisipasi atau mengundurkan diri dari penelitian ini, Anda dapat melakukannya kapanpun.
Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah pemberian terapi kompres hangat
(thermotherapy local) yang akan dilakukan selama 3 hari, dan akan dilakukan pemeriksaan skala nyeri
sebelum dan sesudah dilakukan terapi kompres hangat (thermotherapy local).
Partisipasi Anda dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan,
wawasan, dan sebagai bahan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya di bidang
ilmu keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Acute Coronary Syndrome (ACS).
Kami menjamin kerahasiaan seluruh data dan tidak akan mengeluarkan atau mempublikasikan
informasi tentang data diri Anda tanpa izin langsung dari Anda sebagai partisipan. Jika Anda bersedia
untuk berpartisipasi, maka Anda akan mendapatkan satu salinan dari lembar informasi dan kesediaan
ini. Tanda tangan Anda pada lembar ini menunjukkan kesediaan Anda untuk menjadi partisipan dalam
penelitian.

Bontang, juni
2022
Tanda tangan Partisipan,

(........................................)
Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN


KLINIK PADA PASIEN ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) DENGAN
INTERVENSI THERMOTHERAPY LOCAL TERHADAP PERUBAHAN SKALA
NYERI DADA DI RUANG INTENSIVE CARDIAC CARE UNIT RS PUPUK
KALTIM BONTANG

Kode Responden :
Inisial :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir/Umur :
Obat-obat : Ya/Tidak:
Makan/Minum 24 jam lalu :
Aktivitas Harian :

Skala nyeri dada Pre test :


Skala nyeri dada Post test :

Bontang, juni 2022


Peneliti

KELOMPOK 4 ICCU
Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN


ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KLINIK PADA PASIEN ACUTE
CORONARY SYNDROME (ACS) DENGAN INTERVENSI THERMOTHERAPY
LOCAL TERHADAP PERUBAHAN SKALA NYERI DADA DI RUANG
INTENSIVE CARDIAC CARE UNIT RS PUPUK KALTIM BONTANG

No Inisial Jenis Kelamin


Pre Test Post Test

Bontang, juni 2022


Peneliti

KELOMPOK 4 ICCU
Lampiran 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

THERMOTHERAPY LOCAL
Pengertian Terapi panas atau thermotherapy merupakan terapi dengan
menggunakan suhu panas, biasanya dipergunakan dengan
kombinasi dengan modalitas fisioterapi yang lain seperti
exercise
dan manual therapy
Tujuan 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Mengurangi rasa sakit
3. Memberi rasa hangat, nyaman, dan rasa tenang pada klien.
Indikasi 1. Klien dengan nyeri dada (iskemia miokard)
2. Spasme otot

Persiapan Alat 1. Sarung tangan


2. Heat pead
Persiapan pasien 1. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital atau
tingkat nyeri pada pasien
2. Menjelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan dan
kontrak waktu
Prosedur 1. Salam terapeutik
2. Identifikasi kembali pasien dan periksa tanda-tanda vital
3. Memberitahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
4. Menyiapkan alat-alat sesuai kebutuhan (heat pead)
5. Mendekatkan alat-alat kesisi tempat tidur pasien
6. Posisikan pasien senyaman mungkin
7. Mencuci tangan
8. Memakai sarung tangan
9. Sambungkan bantalan ke aliran listrik dan tunggu sampai 3
menit
10. Jika sudah terasa panas sekitar 40° (atau saat lampu
indikator pemanas sudah padam) tempelkan ke dada pasien
yang mengalami nyeri
11. Tempelkan ke bagian depan dan belakang dada pasien
secara langsung atau menggunakan lapisan kain
berbahan katun maksimal 1 lapis
dalam waktu 20 menit sambil melihat respon pasien
12. Meminta pasien untuk mengungkapkan rasa ketidak nyaman
saat dilakukan tindakan
13. Mengkaji kembali kondisi kulit disekitar area dada yang t
elah dilakukan thermotherapy local jika terdapat tanda-
tanda kemerahan
14. Merapikan pasien keposisi semula
15. Memberitahu bahwa tindakan sudah selesai
16. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan melepaskan
sarung tangan
17. Mencuci tangan
18. Mengkaji respon pasien (respon subjektif dan objektif)
19. Mendokumentasikan pada catatan keperawatan
Unit terkait 1. ICCU
Lampiran 6
Dokumentasi

Gambar 6.1 Pemberian Thermotherapy Local kepada Tn. R

Gambar 6.2 Pemberian Thermotherapy Local kepada Tn. D


Gambar 6.3 Pemberian Thermotherapy Local
kepada Tn. D Posterior

Gambar 6.4 Pemberian Thermotherapy Local kepada Tn. D


Posterior
Daftar Pustaka

AHA (american Heart Association). (2017). Hypertension : The Silent Killer 


Updated JNC-8 Guideline Recommendations. Alabama Pharmacy
Association. https://doi.org/0178-0000-15-104-H01-P

Alwi I., 2009. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST, dalam: Buku Ajar Ilmu
Pengetahuan Penyakit Dalam Jilid II. Sudoyo A. W, Setryohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing pp. 1741- 1754.

Amsterdam, E. A., Wenger, N. K., Brindis, R. G., Jr, D. E. C., Ganiats, T. G., Jr,
D. R. H., … Zieman, S. J. AHA / ACC Guideline 2014 AHA / ACC Guideline
for the Management of Patients With Non – ST-Elevation Acute Coronary
Syndromes A Report of the American College of Cardiology / American
Heart Association Task Force on Practice Guidelines. , (2014).

Anderson JL, Morrow DA. (2017). Acute Myocardial Infarction. N Engl J Med.
376: 2053-64

Hala, P., Assist, B., Amal, P., Assist, A. E., Hamed, A., Elhy, A., … Ismael, A.
(2018). Effect of Local Heat Application on Physiological Status and Pain
Intensity among Patients with Acute Coronary Syndrome. Journal of Nursing
and Health Science, 7(6), 70–80. https://doi.org/10.9790/1959-0706117080

Hidayat, A. Azis Alimil. 2017. Metodeologi Penelitian Keperawatan dan


Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Moradkhani, A., Baraz, S., Haybar, H., Hematipour, A., & Hesam, S. (2018).
Effects of Local Thermotherapy on Chest Pain in Patients with Acute
Coronary Syndrome: A Clinical Trial. Jundishapur Journal of Chronic
Disease Care. https://doi.org/10.5812/jjcdc.69799
Morton, Patricia, G., Fontaine, D., Hudak, C.M., & Gallo, Barbara, M. (2018).
Keperawatan Kritis (edisi 8). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Mutarobin, Elly Nurachmah, M. A. (2019). Analisis Asuhan Keperawatan


Pasien Coronary Artery Disease Pre Coronary Artery Bypass Grafting.
Jurnal Kesehatan, 13(1), 9–21.

Mufidaturrohmah. 2017. Dasar-Dasar Keperawatan Buku Referensi Ilmu

Keperawatan. Yogyakarta: Gava Media.

Nadler, Scott F., Kurt Weingand, and Roger J. Kruse. (2019). “The Physiologic
Basis and Clinical Applications of Cryotherapy and Thermotherapy for the
Pain Practitioner.” Pain Physician 7(3): 395–99.

Rekam medis RSPKT Bontang. 2021.Jumlah pasien STEMI dan Nstemi.

World Health Organization. (2017). Cardiovasculer Disease. Retrieved from


http://www.who.int/mediacenter/factsheets/fs317/en.

Anda mungkin juga menyukai