‘RABIES’
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : PENANGANAN PENYAKIT DAERAH
TROPIS
Dosen Pengampun:
Joko Sapto Pramono, S.Kp., MPHM
Disusun Oleh :
1. Sindi Aulia (NIM: P07220121085)
2. Siti Rahmi Damyanti (NIM : P07220121087)
Puji syukur yang saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
karunianya.Saya ingin mengucapkan Terima kasih kepada Bapak Joko Sapto Pramono,
S.Kp., MPHM
yang telah memberi kesempatan saya untuk membuat makalah tentang “Rabies”.
Makalah ini merupakan salah satu mata kuliah PENANGANAN PENYAKIT DAERAH
TROPIS di program study Politeknis Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.
Tidak lupa juga kepada segenap pihakyangtelahmemberikan bimbingan serta arahan selama
penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini
Penyusun
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Pengertian Penyakit Rabies..........................................................................................3
B. Etiologi Penyakit Rabies..............................................................................................3
C. Tanda-tanda dan Gejala Penyakit Rabies.....................................................................4
1. Cara Penularan Penyakit Rabies...............................................................................8
2. Akibat dan Bahaya Penyakit Rabies........................................................................8
3. Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Rabies..................................................9
4. VAKSINASI RABIES DAN MANFAATNYA TERHADAP ANJING, KUCING,
DAN KERA..................................................................................................................13
BAB III.................................................................................................................................14
PENUTUP............................................................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................................14
LAMPIRAN-LAMPIRAN GAMBAR-GAMBAR...........................................................15
ASKEP RABIES.................................................................................................................17
DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………………28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang system syaraf pusat ( SSP )
manusia dan mamalia dengan mortanitas 100%. Penyebab adalah virus rabies yang
termasuk genus lyssa virus, famili rhabdoviridae, virus rabies terdapat pada air liur
hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewannya atau
manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan.Banyak hewan yang bias
menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies
adalah anjing,hewan lainnya yang juga bias menjadi sumber penularan rabies adalah
kucing, kelelawar, rakun, singing, rubah.
Penyakit rabies menpunyai gejalah patognomik takut air (hydrophobia),
takut sinar matahari
( photophobia ), takut suara , dan takut udara ( aerophobia ). Gejalah tersebut
disertai dengan air mata berlebihan ( hiperlakrimasi ) , air liur berlebihan
( hipersalivasi ) , timbul gejala bila ada rangsangan ,kemudian lumpuh dan terdapat
tanda bekas gigitan hewan penular rabies. Menurut laporan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia di Indonesia , kasus gigit rabies ke Indonesia mencapai jumlah
20.926 kasus gigitan per tahun pada tahun 2010 yang terlaporkan kepada dinas-
dinas kesehatan di seluruh kabupaten Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian penyakit rabies?.
2. Apakah etiologi (virus penyebab) penyakit rabies?.
3. Bagaimanakah tanda-tanda dan gejala penyakit rabies?.
4. Bagaimana cara penularan penyakit rabies?.
5. Apakah akibat dan bahaya dari penyakit rabies?.
6. Bagaimanakah cara penanggulangan penyakit rabies.
1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa pengertian penyakit rabies.
2. Mengetahui apa etiologi (virus penyebab) penyakit rabies.
3. Mengetahui tanda-tanda dan gejala penyakit rabies.
4. Mengetahui cara penularan penyakit rabies.
5. Mengetahui akibat dan bahaya dari penyakit rabies
6. Mengetahui cara penanggulangan penyakit rabies.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung
gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang
terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di
tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan.
Virus Rabies selain terdapat di susunan syaraf pusat, juga terdapat di air liur hewan
penderita rabies. Oleh sebab itu penularan penyakit rabies pada manusia atau hewan
lain melalui gigitan. Gejala-gejala rabies pada hewan timbul kurang lebih 2 minggu
(10 hari - 8 minggu). Sedangkan pada manusia 2-3 minggu sampai 1 tahun.
Masa tunas ini dapat lebih cepat atau lebih lama tergantung pada :
- Dalam dan parahnya luka bekas gigitan.
- Lokasi luka gigitan.
- Banyaknya syaraf disekitar luka gigitan.
- Pathogenitas dan jumlah virus yang masuk melalui gigitan.
- Jumlah luka gigitan.
Di Indonesia hewan-hewan yang biasa menyebarkan penyakit rabies adalah :
- Anjing
- Kucing
- Kera
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara
yang tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini
setelah mereka terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun 1950,
dilaporkan dua kasus rabies terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang
menghirup udara di mana ada jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga
tertular lewat udara karena tidak ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas
gigitan kelelawar.
4
Masa inkubasi rabies pada anjing dan kucing berkisar antara 10 sampai 8 minggu.
Pada sapi, kambing, kuda dan babi berkisar antara 1 sampai 3 bulan.
Tanda klinis pada hewan pemamah biak dapat dilibat seperti gelisah, gugup, liar dan
adanya rasa gatal pada seluruh tubuh, kelumpuhan pada kaki belakang dan akhirnya
hewan mati. Pada hari pertama atau kedua gejala klinis terlihat biasanya temperatur
normal, anorexia, eskpresi wajah berubah dari biasa, sering menguak dan ini merupakan
tanda yang spesiftk bagi hewan yang menderita rabies.
5
Gejala-gejala rabies pada manusia dibagi menjadi empat stadium :
1. Stadium Prodromal
Tidak khas seperti gejala sakit biasa seperti, demam, sakit kepala, malaise,
anoreksia, nausea, mual dan rasa nyeri ditenggorokan selama beberapa hari, dsb.
2. Stadium Sensoris
Biasanya terasa nyeri di daerah bekas gigitan, paraesthesia, panas, gugup, anxietas.
Kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap
rangsang sensorik.
3. Stadium Eksitasi
6
4. Stadium Paralitic
7
1. Cara Penularan Penyakit Rabies
Masa inkubasi pada anjing dan kucing kurang lebih dua minggu (10 hari
sampai 8 minggu). Pada manusia 2 sampai 3 minggu, yang paling lama satu tahun
tergantung pada jumlah virus yang masuk melalui luka gigitan, dalam atau tidaknya
luka, luka tunggal atau banyak dan dekat atau tidaknya luka dengan susunan syaraf
pusat.
Virus ditularkan terutama melalui luka gigitan, oleh karena itu bangsa
carnivora adalah hewan yang paling utama (efektif) sebagai penyebar rabies antara
hewan dan manusia.
Pada hewan percobaan virus masih dapat ditemukan ditempat suntikan selama
14 hari. Virus menuju ke susunan syaraf pusat melalui syaraf perifer dengan
kecepatan 3mm per jam (dean dkk, 1963) kemudian virus berkembang biak di sel-sel
syaraf terutama di hypocampus, sel purkinye dan kelenjar ludah akan terus infektif
selama hewan sakit.
8
3. Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Rabies
Untuk melakukan pencegahan penyebaran virus rabies ini, ada baiknya kita
mengenali ciri-ciri anjing piaraan maupun anjing liar yang terjangkit virus rabies
atau anjing gila. Agar kita tidak menjadi korban gigitan anjing rabies, ada baiknya
kita perlu lebih waspada dengan melakukan berbagai upaya pencegahan. Upaya
pertama adalah merawat anjing kesayangan kita dengan baik dan rutin melakukan
vaksinasi ke dokter hewan minimal 1- 2 kali dalam setahun, mengikat atau memberi
kandang anjing piaraan kita. Jangan biarkan anjing kesayangan kita berkeliaran di
jalanan dan bergaul dengan anjing-anjing liar agar terhindar dari penularan virus
rabies.
Agar terhindar dari gigitan binatang yang terjangkit virus rabies, alangkah baiknya
dua minggu setelah menggigit orang.
Apabila kita tidak berada terlalu dekat dengan binatang seperti anjing, kucing,
dan kera liar, karena ketiga hewan ini merupakan hewan yang dapat menularkan
panyakit rabies (HPR). Selain itu, kita sebaiknya bisa mengetahui sedini mungkin
ciri-ciri anjing yang terjangkit virus rabies atau anjing gila. Ciri-ciri tersebut antara
lain terjadi perubahan perilaku pada anjing yang sebelumnya jinak berubah menjadi
galak, dan sebaliknya dari galak menjadi jinak.
Anjing yang terjangkit penyakit rabies biasanya menggigit benda apa saja baik
kayu, karet, besi, dan benda lainnya, mengeluartkan air liur yang menetes berlebihan,
melompat-lompat seperti menangkap lalat, takut air dan cahaya, serta senang
bersembunyi di tempat gelap dan dingin. Anjing yang sudah gila juga tidak mau
menuruti perintah majikannya serta hilang nafsu makan. Anjing yang mengidap
rabies, setelah menggigit akan mati maskimal ada informasi hewan tersangka rabies
atau menderita rabies, maka Dinas Peternakan harus melakukan penangkapan atau
membunuh hewan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila seteh
melakukan observasi selama lebih kurang dua minggu ternyata hewan itu masih
hidup, maka diserahkan kembali kepada pemiliknya setelah divaksinasi, atau dapat
dimusnahkan apabila tidak ada pemiliknya.
9
Sementara ciri-ciri orang terkena penyakit rabies antara lain nafsu makannya
hilang yang disertai sakit kepala, tidak bisa tidur, demam tinggi, mual, dan muntah-
muntah. Selain itu, penderita rabies juga takut dengan air maupun cahaya, air liur dan
mata keluar berlebihan, kejang-kejang yang disusul dengan kelumpuhan sebelum
akhirnya meninggal jika tidak segera diobati ke dokter.
Langkah yang perlu ditempuh jika kita maupun orang di sekitar kita digigit
anjing adalah mengambil langkah cepat yaitu mencuci luka gigitan hewan tersebut
dengan sabun selama kurang lebih 5-10 menit di bawah air mengalir atau di guyur.
Kemudian memberi luka gigitan dengan alkohol 70 persen atau yodium tincture, serta
segera pergi ke puskemas, rumah sakit, atau dokter terdekat untuk mendapatkan
pengobatan yang lebih optimal.
PENANGANAN LUKA GIGITAN
Setiap luka gigitan oleh hewan yang tertular penyakit rabies harus segera diambil
tindakan yang efektif karena penyebaran virus yang cepat. usaha yang paling efektif
untuk mengurangi/mematikan virus rabies ialah mencuci luka gigitan dengan air
(sebaiknya air mengalir) dan sabun atau diteregent selama 10-15 menit, kemudian
diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah dan lain-lain).
Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi. Bila
memang perlu sekali untuk dijahit (jahitannya jahitan situasi), maka diberi Serum
Anti Rabies (SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan secara infiltrasi di sekitar
luka sebanyak mungkin dan sisanya disuntikan secara intra muskuler. Disamping itu
harus dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/vaksin anti tetanus, anti
biotik untuk mencegah infeksi dan pemberian analgetik.
10
bahkan mati dalam waktu 10 hari maka harus dilakukan pemeriksaan laboratorik
terhadap otak binatang tersebut untuk memastikan diagnosa.
11
Jika Anda melihat binatang liar di daerah Anda, pastikan Anda memberitahukan
departemen kesehatan sehingga petugas pengendali binatang dapat memeriksa hal.
Pernah makan binatang liar, terutama yang tampak agresif atau sakit.
Jika hewan liar seperti kelelawar, rakun, rubah, sigung atau Groundhog menggigit
orang atau binatang peliharaan, maka harus segera meletakkan. Kemudian kepala
binatang itu harus diserahkan kepada negara untuk pemeriksaan laboratorium
pengujian. Vaksinasi rabies akan tergantung pada hasil pemeriksaan.
Jika hewan peliharaan Anda jatuh sakit setelah digigit anjing liar atau hewan liar,
pastikan Anda segera bawa ke dokter hewan Anda.
Pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan memberikan imunisasi pasif dengan
serum anti rabies, dan pengobatan yang bersifat suportif dan simtomatik. Luka
gigitan dirawat dengan tehnik tertentu dengan tujuan menghilangkan dan
menonaktifkan virus. Immunisasi aktif dengan vaksin anti rabies sebelum tanda-
tanda dan gejala muncul sekaligus merupakan usaha pencegahan bila ada
kecurigaan binatang yang menggigit mengidap rabies.
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi
gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan (letal).
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus
atau segera setelah terkena gigitan. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada
orang-orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu:
Dokter hewan.
Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.
Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies
pada anjing banyak ditemukan.
Para penjelajah gua kelelawar.
12
4. VAKSINASI RABIES DAN MANFAATNYA TERHADAP ANJING, KUCING,
DAN KERA
Vaksin rabies dikenal sejak tahun 1879 dibuat pertama kali oleh Victor Galtier.
Selanjutnya pada tahun 1884 vaksin tersebut dikembangkan oleh Louis Pasteur
membuat vaksin rabies menggunakan virus yang berasal dari sumsum tulang
belakang anjing yang terkena rabies kemudian dilintaskan pada otak kelinci dan
diatenuasikan dengan pemberian KOH.
Pada tahun 1993 Kliger dan Bernkopf berhasil membiakkan virus rabies pada
telur ayam bertunas. Cara pembiakan virus tersebut dipakai oleh Koprowski dan Cox
untuk membuat vaksin rabies aktif strain flury HEP pada tahun 1955.
Dengan berkembangnya cara pengembangbiakan virus dengan biakan sel,
Naguchi pada tahun 1913 dan Levaditi pada tahun 1914 berhasil membiakan virus
rabies secara in vitro pada biakan gel.
Pada tahun 1958 Kissling membiakan virus rabies CVS pada biakan sel ginjl
anak hamster. Selanjutnya pada tahun 1963 Kissling dan Reese berhasil membuat
vaksin rabies inaktif menggunakan virus rabies yang dibiakan pada sel ginjal anak
hamster (BHK).
Dengan metoda pembuatan vaksin dengan biakan sel ini dapat dihasilkan titer virus
yang jauh lebih tinggi dibandungkan dengan biakan virus memakai otak hewan yang
ditulari virus rabies.
Disamping itu metode biakan sel dapat menghasilkan virus dengan jumlah
yang lebih banyak untuk produksi vaksin rabies dengan skala besar.
Pengendalian penyakit rabies dapat dilakukan antara lain dengan jalan
mengusahakan agar hewan yang peka terhadap serangan rabies kebal terhadap
serangan virus rabies. Oleh karena itu sebagian besar populasi hewan harus
dokebalkan melalui vaksin yang berkualitas baik. Vaksinasi idealnya dapat
memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring berjalannya waktu kadar
antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies harus
mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies. Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke
keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat
ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan
hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga
penyakit anjing gila.
Gejala yang terlihat pada umumnya adalah berupa manifestasi peradangan otak
(encephalitis) yang akut baik pada hewan maupun manusia. Pada manusia keinginan
untuk menyerang orang lain pada umumnya tidak ada.
Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan
secara rutin, menghindari memelihar hewan liar di rumah, dan jika berpergian ke daerah
yang terjangkit rabies segera ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan
vaksinasi rabies. Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin
setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rebies, kerena apabila tidak dapat
berakibat fatal bahkan mematikan.
B. Saran
Adapun saran dari penulis dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat
mengetahui penyakit rabies dan dapat mencegah penyakit tersebut. Dan terhadap pembaca
khususnya yang memiliki hewan peliharaan yakni kucing, anjing, dll agar dapat menjadi
seorang pemelihara yang baik dengan selalu melakukan pemeriksaan hewan peliharaan
mengingat penyakit-penyakit yang dapat menyerang hewan tersebut yang tidak menutup
kemungkinan mendatangkan bahaya terhadap pemelihara itu sendiri.
14
LAMPIRAN-LAMPIRAN GAMBAR-GAMBAR
15
Cara Pengobatan Tradisional Jika Di Gigit Anjing
Etiologi rabies
16
ASKEP RABIES
I. Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusatyang
disebabkan oleh virus rabiesb. Etiologi
b. Etiologi
Adapun penyebab dari rabies adalah :
Virus rabies.
Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.
Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.
17
c. Patofisiologi
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkaninfeksi
kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan.Virus
akan berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf menuju kemedulla spinalis dan
otak, dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akanberpindah lagi melalui saraf
menuju ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia.Yang paling sering menjadi
sumber dari rabies adalah anjing, hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan
rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah.Rabies pada anjing masih sering
ditemukan di Amerika latin, Afrika dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan
mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini.hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies
buas atau rabies jinak.
pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh
dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan
total.meskipun sangat-sangat jarang, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang
tercemar. Telah dilaporkan - kasus yang terjadi pada penjelajah yang menghirup udara di
dalam goa dimana banyak terdapat kelelawar.
D. Manifestasi Klinis
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa
inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya
paling pendek pada orang yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup celana pendek,
atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.Pada 20% penderita,rabies dimulai dengan
kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh.
Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental,
keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan
yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan
pita suara bisa menyebankan rasa sakit luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya
gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi
dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita
rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut
hidrofobia (takut air).
E. Pemeriksaan Fisik
palpasi : Apakah ada kaku kuduk atau tidak ?
18
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ?
peristaltik usus ?
19
Skrining toksik dari serum dan urin
GDA
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N<200 mq/dl)
BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi neprotoksik
akibat dari pemberian obat.
Elektrolit : K, Na
Ketidak seimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium (N 3,80 -5,00 meq/dl)
Natrium ( N 123 – 144 meq/dl)
G. Tindakan Pengobatan
1. jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit
hewan yang menderita rabies kemungkian tidak akan menderita rabies.Orang yang digigit
kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih
lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang
buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena
hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
2.Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera
mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot
dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah
mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin rabies,
dimana separuh dari dosisnya disuntikkan ditempat gigitan.
3.jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada
saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3,7,14, dan 28. nyeri dan pembengkakan di
tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang
dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
4.jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan
berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada
hari 0 dan 2).
5.Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari.
Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang,kelelahan
atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan,
20
tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif
untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan otak. Pemberian vaksin
maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan
gejala-gejala rabies.
H..Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera
setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang
berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu
1.Dokter hewan.
2.Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
3.Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada
anjing banyak ditemukan.
4. Para penjelajah gua kelelawar.
5.Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun,
sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapatkan
dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.
c) Status Neurosensori
21
Adanya tanda-tanda inflamasi
d) Keamanan
Kejang
Kelemahan
e) Integritas Ego
Klien merasa cemas
Klien kurang paham tentang penyakitnya
Pernapasan
Denyut jantung
Tekanan darah
Tekanan Nadi
2. Hasil Pemeriksaan kepala
Fotanel : menonjol,rata,cekung
Bentuk umum kepala
3. Reaksi Pupil
Ukuran
Reaksi terhadap cahya
Kesamaan respon
4. Tingkat Kesadaran
Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
Iritabilitas
Lantergi dan rasa kantuk
Orietasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Afek
Alam perasaan
Labilitas
6. Aktivitas kejang j
Jenis
lamanya
22
7. fungsi sensoris Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap suhu
8. Refeks
Refeks tendo superfsial
Refeks pantologi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
No.DX.Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
23
pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan/dibutuhkan.
kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
ukur berat badan pasien setiap minggu.
untuk menetapkan cara mengatasinya.
cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.
mebantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.
untuk menghindari mual.
untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan
intake nutrisi pasien meningkat.
Untuk mengetahui status gizi pasien
24
kaji tingkat kecemasan keluarga.
jelaskan kepada keluarga tentang penyakit dan kondisi pasien.
berikan dukungan dan support kepada keluarga pasien. untuk mengetahui
tingkat cemas,dan mengambil cara apa yang akan digunakan.
informasi yang benar tentang kondisi pasien akan mengurangi tingkat
kecemasan keluarga.
dengan dukungan dan support,akan mengurangi rasa cemas keluarga pasien
7. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan setelah
diberikan tindakan keperawatan, diharapkan pasien tidak mengalami
cedera,dengan kriteria hasil :
25
pemeberian antikonvulsan (valium, dilantin, phenobarbital)
pemberian oksigen tambahan
pemberian cairan parenteral
pembuatan CT scan
Penemuan faktor pencetus untuk memutuskan rantai penyebaran
virus rabies.
Tempat yang nyaman dan tenang dapat mengurangi stimuli atau rangsangan
yang dapat menimbulkan kejang
efektivitas energi yang dibutuhkan untuk metabolisme.
lidah jatung dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas.
tindakan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya cedera FIsik.
dokumentasi untuk pedoman dalam penaganan berikutnya.
Tanda-tanda vital indikator terhadap perkembangan penyakitnya dan
gambaran status umum klien.
efek samping dan efektifnya obat diperlukan motitoring untuk tindakan lanjut.
kompliksi kejang dapat terjadi depresi pernafasan dan kelainan irama jantung.
kompliksi kejang dapat terjadi depresi pernafasan dan kelainan irama jantung.
untuk mengantisipasi kejang, kejang berulang dengan menggunakan obat
antikonvulsan baik berupa bolus, syringe pump.
26
DX 1 : pasien tidak mengalami gangguan dalam bernafas
- pasien tidak menggunakan alat bantu dalam bernafas.
DX 2 : Pasien tidak mengalami gangguan dalam makan dan minum.
- Pasien bisa menelan dengan baik
- Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.
DX 3 : $uhu pasien normal (36-370C)
- Pasien tidak mengeluh demam.
DX 4 : Keluarga pasien tidak cemas lagi.
- Keluarga pasien bisa memahami kondisi pasiendan ikut
membantu dalam pemberian pengobatan.
DX 5 : Pasien tidak mengalami cedera
- Pasien tidak mengalami kejang
DX 6 : Tidak ada tanda –tanda infeksi seperti :
kalor,dolor,tumor,dubor dan fungsionalasia
- Luka pasien terjaga dan terawatt
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2451/2/BAB%20I.pdf
27
https://www.academia.edu/18635184/ASKEP_RABIES
https://www.alodokter.com/rabies
https://disnakkeswan.jatengprov.go.id/read/mengenal-penyakit-rabies
28