Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

‘RABIES’
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : PENANGANAN PENYAKIT DAERAH
TROPIS
Dosen Pengampun:
Joko Sapto Pramono, S.Kp., MPHM

Disusun Oleh :
1. Sindi Aulia (NIM: P07220121085)
2. Siti Rahmi Damyanti (NIM : P07220121087)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


PRODI D~III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
karunianya.Saya ingin mengucapkan Terima kasih kepada Bapak Joko Sapto Pramono,
S.Kp., MPHM
yang telah memberi kesempatan saya untuk membuat makalah tentang “Rabies”.
Makalah ini merupakan salah satu mata kuliah PENANGANAN PENYAKIT DAERAH
TROPIS di program study Politeknis Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.
Tidak lupa juga kepada segenap pihakyangtelahmemberikan bimbingan serta arahan selama
penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Balikpapan,25 Juli 2022

Penyusun

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Pengertian Penyakit Rabies..........................................................................................3
B. Etiologi Penyakit Rabies..............................................................................................3
C. Tanda-tanda dan Gejala Penyakit Rabies.....................................................................4
1. Cara Penularan Penyakit Rabies...............................................................................8
2. Akibat dan Bahaya Penyakit Rabies........................................................................8
3. Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Rabies..................................................9
4. VAKSINASI RABIES DAN MANFAATNYA TERHADAP ANJING, KUCING,
DAN KERA..................................................................................................................13
BAB III.................................................................................................................................14
PENUTUP............................................................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................................14
LAMPIRAN-LAMPIRAN GAMBAR-GAMBAR...........................................................15
ASKEP RABIES.................................................................................................................17
DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………………28

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang system syaraf pusat ( SSP )
manusia dan mamalia dengan mortanitas 100%. Penyebab adalah virus rabies yang
termasuk genus lyssa virus, famili rhabdoviridae, virus rabies terdapat pada air liur
hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewannya atau
manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan.Banyak hewan yang bias
menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies
adalah anjing,hewan lainnya yang juga bias menjadi sumber penularan rabies adalah
kucing, kelelawar, rakun, singing, rubah.
Penyakit rabies menpunyai gejalah patognomik takut air (hydrophobia),
takut sinar matahari
( photophobia ), takut suara , dan takut udara ( aerophobia ). Gejalah tersebut
disertai dengan air mata berlebihan ( hiperlakrimasi ) , air liur berlebihan
( hipersalivasi ) , timbul gejala bila ada rangsangan ,kemudian lumpuh dan terdapat
tanda bekas gigitan hewan penular rabies. Menurut laporan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia di Indonesia , kasus gigit rabies ke Indonesia mencapai jumlah
20.926 kasus gigitan per tahun pada tahun 2010 yang terlaporkan kepada dinas-
dinas kesehatan di seluruh kabupaten Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian penyakit rabies?.
2. Apakah etiologi (virus penyebab) penyakit rabies?.
3. Bagaimanakah tanda-tanda dan gejala penyakit rabies?.
4. Bagaimana cara penularan penyakit rabies?.
5. Apakah akibat dan bahaya dari penyakit rabies?.
6. Bagaimanakah cara penanggulangan penyakit rabies.

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa pengertian penyakit rabies.
2. Mengetahui apa etiologi (virus penyebab) penyakit rabies.
3. Mengetahui tanda-tanda dan gejala penyakit rabies.
4. Mengetahui cara penularan penyakit rabies.
5. Mengetahui akibat dan bahaya dari penyakit rabies
6. Mengetahui cara penanggulangan penyakit rabies.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Rabies


Rabies adalah penyakit menular khas pada hewan tertentu khusunya anjing
dan srigala yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan kepada manusia melalui
gigitan hewan yang tertular (Kamus Kedokteran : 295)
Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan
dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan
misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga
penyakit anjing gila.

B. Etiologi Penyakit Rabies


Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae
dan genus Lysavirus. Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya
memiliki satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen.Virus ini hidup pada beberapa
jenis hewan yang berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara
bervariasi pada berbagai letak geografis. Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi
perantara rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis)
di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia,
dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang
masih tinggi.
Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia
melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit
yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum
tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah
lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air
liur. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/
tenang. Pada rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif,

3
menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung
gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang
terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di
tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan.
Virus Rabies selain terdapat di susunan syaraf pusat, juga terdapat di air liur hewan
penderita rabies. Oleh sebab itu penularan penyakit rabies pada manusia atau hewan
lain melalui gigitan. Gejala-gejala rabies pada hewan timbul kurang lebih 2 minggu
(10 hari - 8 minggu). Sedangkan pada manusia 2-3 minggu sampai 1 tahun.
Masa tunas ini dapat lebih cepat atau lebih lama tergantung pada :
- Dalam dan parahnya luka bekas gigitan.
- Lokasi luka gigitan.
- Banyaknya syaraf disekitar luka gigitan.
- Pathogenitas dan jumlah virus yang masuk melalui gigitan.
- Jumlah luka gigitan.
Di Indonesia hewan-hewan yang biasa menyebarkan penyakit rabies adalah :
- Anjing
- Kucing
- Kera
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara
yang tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini
setelah mereka terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun 1950,
dilaporkan dua kasus rabies terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang
menghirup udara di mana ada jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga
tertular lewat udara karena tidak ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas
gigitan kelelawar.

C. Tanda-tanda dan Gejala Penyakit Rabies


Gejala yang terlihat pada umumnya adalah berupa manifestasi peradangan otak
(encephalitis) yang akut baik pada hewan maupun manusia. Pada manusia keinginan
untuk menyerang orang lain pada umumnya tidak ada.

4
Masa inkubasi rabies pada anjing dan kucing berkisar antara 10 sampai 8 minggu.
Pada sapi, kambing, kuda dan babi berkisar antara 1 sampai 3 bulan.
Tanda klinis pada hewan pemamah biak dapat dilibat seperti gelisah, gugup, liar dan
adanya rasa gatal pada seluruh tubuh, kelumpuhan pada kaki belakang dan akhirnya
hewan mati. Pada hari pertama atau kedua gejala klinis terlihat biasanya temperatur
normal, anorexia, eskpresi wajah berubah dari biasa, sering menguak dan ini merupakan
tanda yang spesiftk bagi hewan yang menderita rabies.

Gejala-gejala rabies pada hewan ada dua :


1. Rabies Ganas
a. Pada anjing, dari ramah menjadi penakut dan tidak menurut lagi pada
tuannya.
b. Selalu bersembunya di tempat gelap dan dingin.
c. Nafsu makan berkurang.
d. Suara menjadi parau.
e. Memakan benda-benda asing, batu, kayu, dsb.
f. Ekornya ada diantara kedua pahanya.
g. Menyerang dan mengigit siapa saja (menjadi lebih agresif).
h. Kejang yang disusul dengan kelumpuhan.
i. Biasanya akan mati 4-5 hari setelah timbul gejala pertama.
2. Rabies Tenang
a. Pada jenis ini, kejang-kejang berlangsung singkat dan sangat jarang terlihat.
b. Kelumpuhan sangat menonjol pada rabies jenis ini.
c. Tidak dapat menelan.
d. Mulut terbuka dan air liur keluar terus-menerus, disusul kematian dalam
waktu singkat.

5
Gejala-gejala rabies pada manusia dibagi menjadi empat stadium :
1. Stadium Prodromal

Tidak khas seperti gejala sakit biasa seperti, demam, sakit kepala, malaise,
anoreksia, nausea, mual dan rasa nyeri ditenggorokan selama beberapa hari, dsb.

2. Stadium Sensoris

Biasanya terasa nyeri di daerah bekas gigitan, paraesthesia, panas, gugup, anxietas.
Kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap
rangsang sensorik.

3. Stadium Eksitasi

a. Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala


hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi.
b. Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya, yang sangat
khas pada stadium ini ialah adanya macam-macam phobi, yang sangat terkenal
diantaranya ialah hidrofobi (takut dengan air).
c. Kontraksi otot-otot Faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh
rangsang sensorik seperti meniupkan udara kemuka penderita atau dengan
menjatuhkan sinar kemata atau dengan menepuk tangan didekat telinga penderita.
d. Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsa da tahikardi. Tindak-tanduk
penderita tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai dengan saat-saat
responsif.
e. Gejala-gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal,
tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemah, hingga
terjadi paresis flaksid otot-otot.

6
4. Stadium Paralitic

Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang


ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang
bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang, yang
memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.

7
1. Cara Penularan Penyakit Rabies
Masa inkubasi pada anjing dan kucing kurang lebih dua minggu (10 hari
sampai 8 minggu). Pada manusia 2 sampai 3 minggu, yang paling lama satu tahun
tergantung pada jumlah virus yang masuk melalui luka gigitan, dalam atau tidaknya
luka, luka tunggal atau banyak dan dekat atau tidaknya luka dengan susunan syaraf
pusat.
Virus ditularkan terutama melalui luka gigitan, oleh karena itu bangsa
carnivora adalah hewan yang paling utama (efektif) sebagai penyebar rabies antara
hewan dan manusia.
Pada hewan percobaan virus masih dapat ditemukan ditempat suntikan selama
14 hari. Virus menuju ke susunan syaraf pusat melalui syaraf perifer dengan
kecepatan 3mm per jam (dean dkk, 1963) kemudian virus berkembang biak di sel-sel
syaraf terutama di hypocampus, sel purkinye dan kelenjar ludah akan terus infektif
selama hewan sakit.

2. Akibat dan Bahaya Penyakit Rabies


Rabies hampir selalu berakibat fatal jika post-exposure prophylaxis tidak
diberikan sebelum onset gejala berat. Virus rabies bergerak ke otak melalui saraf
perifer. Masa inkubasi dari penyakit ini tergantung pada seberapa jauh jarak
perjalanan virus untuk mencapai sistem saraf pusat, biasanya mengambil masa
beberapa bulan. Setelah mencapai sistem saraf pusat, orang yang terinfeksi rabies
akan mulai menunjukkan gejala yang kita kenali sebagai fase prodromal. Tahap awal
gejala rabies adalah malaise, sakit kepala dan demam, kemudian berkembang
menjadi lebih serius, termasuk nyeri akut, gerakan dan sikap yang tidak terkendali,
depresi dan ketidakmampuan untuk minum air (hydrophobia). Akhirnya, pasien
dapat mengalami periode mania dan lesu, diikuti oleh koma. Penyebab utama
kematian biasanya adalah gangguan pernapasan.

8
3. Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Rabies
Untuk melakukan pencegahan penyebaran virus rabies ini, ada baiknya kita
mengenali ciri-ciri anjing piaraan maupun anjing liar yang terjangkit virus rabies
atau anjing gila. Agar kita tidak menjadi korban gigitan anjing rabies, ada baiknya
kita perlu lebih waspada dengan melakukan berbagai upaya pencegahan. Upaya
pertama adalah merawat anjing kesayangan kita dengan baik dan rutin melakukan
vaksinasi ke dokter hewan minimal 1- 2 kali dalam setahun, mengikat atau memberi
kandang anjing piaraan kita. Jangan biarkan anjing kesayangan kita berkeliaran di
jalanan dan bergaul dengan anjing-anjing liar agar terhindar dari penularan virus
rabies.
Agar terhindar dari gigitan binatang yang terjangkit virus rabies, alangkah baiknya
dua minggu setelah menggigit orang.
Apabila kita tidak berada terlalu dekat dengan binatang seperti anjing, kucing,
dan kera liar, karena ketiga hewan ini merupakan hewan yang dapat menularkan
panyakit rabies (HPR). Selain itu, kita sebaiknya bisa mengetahui sedini mungkin
ciri-ciri anjing yang terjangkit virus rabies atau anjing gila. Ciri-ciri tersebut antara
lain terjadi perubahan perilaku pada anjing yang sebelumnya jinak berubah menjadi
galak, dan sebaliknya dari galak menjadi jinak.
Anjing yang terjangkit penyakit rabies biasanya menggigit benda apa saja baik
kayu, karet, besi, dan benda lainnya, mengeluartkan air liur yang menetes berlebihan,
melompat-lompat seperti menangkap lalat, takut air dan cahaya, serta senang
bersembunyi di tempat gelap dan dingin. Anjing yang sudah gila juga tidak mau
menuruti perintah majikannya serta hilang nafsu makan. Anjing yang mengidap
rabies, setelah menggigit akan mati maskimal ada informasi hewan tersangka rabies
atau menderita rabies, maka Dinas Peternakan harus melakukan penangkapan atau
membunuh hewan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila seteh
melakukan observasi selama lebih kurang dua minggu ternyata hewan itu masih
hidup, maka diserahkan kembali kepada pemiliknya setelah divaksinasi, atau dapat
dimusnahkan apabila tidak ada pemiliknya.

9
Sementara ciri-ciri orang terkena penyakit rabies antara lain nafsu makannya
hilang yang disertai sakit kepala, tidak bisa tidur, demam tinggi, mual, dan muntah-
muntah. Selain itu, penderita rabies juga takut dengan air maupun cahaya, air liur dan
mata keluar berlebihan, kejang-kejang yang disusul dengan kelumpuhan sebelum
akhirnya meninggal jika tidak segera diobati ke dokter.
Langkah yang perlu ditempuh jika kita maupun orang di sekitar kita digigit
anjing adalah mengambil langkah cepat yaitu mencuci luka gigitan hewan tersebut
dengan sabun selama kurang lebih 5-10 menit di bawah air mengalir atau di guyur.
Kemudian memberi luka gigitan dengan alkohol 70 persen atau yodium tincture, serta
segera pergi ke puskemas, rumah sakit, atau dokter terdekat untuk mendapatkan
pengobatan yang lebih optimal.
 PENANGANAN LUKA GIGITAN
Setiap luka gigitan oleh hewan yang tertular penyakit rabies harus segera diambil
tindakan yang efektif karena penyebaran virus yang cepat. usaha yang paling efektif
untuk mengurangi/mematikan virus rabies ialah mencuci luka gigitan dengan air
(sebaiknya air mengalir) dan sabun atau diteregent selama 10-15 menit, kemudian
diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah dan lain-lain).
Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi. Bila
memang perlu sekali untuk dijahit (jahitannya jahitan situasi), maka diberi Serum
Anti Rabies (SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan secara infiltrasi di sekitar
luka sebanyak mungkin dan sisanya disuntikan secara intra muskuler. Disamping itu
harus dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/vaksin anti tetanus, anti
biotik untuk mencegah infeksi dan pemberian analgetik.

 PENCEGAHAN PENULARAN RABIES


Pencegahan rabies pada hewan adalah tanggung jawab Dinas Peternakan dan
dalam pelaksanaannya akan bekerja sama dengan semua instansi. Pencegahan
dilakukan dengan menghindari gigitan anjing atau binatang-binatang liar. Bila sudah
terjadi maka binatang tersebut harus diobservasi oleh dokter hewan untuk
kemungkinan rabies. Bila binatang tersebut menunjukkan tanda-tanda rabies atau

10
bahkan mati dalam waktu 10 hari maka harus dilakukan pemeriksaan laboratorik
terhadap otak binatang tersebut untuk memastikan diagnosa.

Agar pencegahan dan pemberantasan lebih efektif, maka disusun pedoman


khusus berlandaskan pada surat keputusan bersama antara Menteri Kesehatan,
Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri tentang pencegahan dan
penanggulangan rabies.
Adapun langkah-langkah pencegahan rabies dapat diihat dibawah ini:
- Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing, kucing, kera
dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.
- Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk tanpa izin
ke daerah bebas rabies.
- Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies kedaerah-daerah
bebas rabies.
- Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing, dan kera. 70% populasi
yang ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus.

Sedangkan langkah sederhana yang dapat anda lakukan adalah sebagai


berikut:
 Pastikan bahwa Anda vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan. Dalam beberapa
tahun terakhir, rabies pada kucing telah melampaui jumlah kasus rabies pada anjing.
Oleh karena itu, mencari tahu dari departemen kesehatan setempat apakah mereka
mempunyai klinik vaksinasi untuk kucing dan anjing. Atau yang lain, Anda dapat
meminta dokter hewan Anda memberi vaksin kepada hewan peliharaan Anda.
 Pastikan Anda tidak membiarkan hewan peliharaan anda untuk menjalankan
longgar. Ini akan membantu untuk menjauhkan mereka dari binatang liar, yang bisa
menjadi potensi pembawa rabies.
 Jika hewan peliharaan Anda telah digigit oleh binatang liar, pastikan Anda
memberitahukan departemen kesehatan setempat dan pengendalian hewan segera.

11
 Jika Anda melihat binatang liar di daerah Anda, pastikan Anda memberitahukan
departemen kesehatan sehingga petugas pengendali binatang dapat memeriksa hal.
 Pernah makan binatang liar, terutama yang tampak agresif atau sakit.
 Jika hewan liar seperti kelelawar, rakun, rubah, sigung atau Groundhog menggigit
orang atau binatang peliharaan, maka harus segera meletakkan. Kemudian kepala
binatang itu harus diserahkan kepada negara untuk pemeriksaan laboratorium
pengujian. Vaksinasi rabies akan tergantung pada hasil pemeriksaan.
 Jika hewan peliharaan Anda jatuh sakit setelah digigit anjing liar atau hewan liar,
pastikan Anda segera bawa ke dokter hewan Anda.
 Pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan memberikan imunisasi pasif dengan
serum anti rabies, dan pengobatan yang bersifat suportif dan simtomatik. Luka
gigitan dirawat dengan tehnik tertentu dengan tujuan menghilangkan dan
menonaktifkan virus. Immunisasi aktif dengan vaksin anti rabies sebelum tanda-
tanda dan gejala muncul sekaligus merupakan usaha pencegahan bila ada
kecurigaan binatang yang menggigit mengidap rabies.
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi
gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan (letal).
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus
atau segera setelah terkena gigitan. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada
orang-orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu:
 Dokter hewan.
 Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.
 Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies
pada anjing banyak ditemukan.
 Para penjelajah gua kelelawar.

12
4. VAKSINASI RABIES DAN MANFAATNYA TERHADAP ANJING, KUCING,
DAN KERA
Vaksin rabies dikenal sejak tahun 1879 dibuat pertama kali oleh Victor Galtier.
Selanjutnya pada tahun 1884 vaksin tersebut dikembangkan oleh Louis Pasteur
membuat vaksin rabies menggunakan virus yang berasal dari sumsum tulang
belakang anjing yang terkena rabies kemudian dilintaskan pada otak kelinci dan
diatenuasikan dengan pemberian KOH.
Pada tahun 1993 Kliger dan Bernkopf berhasil membiakkan virus rabies pada
telur ayam bertunas. Cara pembiakan virus tersebut dipakai oleh Koprowski dan Cox
untuk membuat vaksin rabies aktif strain flury HEP pada tahun 1955.
Dengan berkembangnya cara pengembangbiakan virus dengan biakan sel,
Naguchi pada tahun 1913 dan Levaditi pada tahun 1914 berhasil membiakan virus
rabies secara in vitro pada biakan gel.
Pada tahun 1958 Kissling membiakan virus rabies CVS pada biakan sel ginjl
anak hamster. Selanjutnya pada tahun 1963 Kissling dan Reese berhasil membuat
vaksin rabies inaktif menggunakan virus rabies yang dibiakan pada sel ginjal anak
hamster (BHK).
Dengan metoda pembuatan vaksin dengan biakan sel ini dapat dihasilkan titer virus
yang jauh lebih tinggi dibandungkan dengan biakan virus memakai otak hewan yang
ditulari virus rabies.
Disamping itu metode biakan sel dapat menghasilkan virus dengan jumlah
yang lebih banyak untuk produksi vaksin rabies dengan skala besar.
Pengendalian penyakit rabies dapat dilakukan antara lain dengan jalan
mengusahakan agar hewan yang peka terhadap serangan rabies kebal terhadap
serangan virus rabies. Oleh karena itu sebagian besar populasi hewan harus
dokebalkan melalui vaksin yang berkualitas baik. Vaksinasi idealnya dapat
memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring berjalannya waktu kadar
antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies harus
mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies. Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke
keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat
ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan
hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga
penyakit anjing gila.
Gejala yang terlihat pada umumnya adalah berupa manifestasi peradangan otak
(encephalitis) yang akut baik pada hewan maupun manusia. Pada manusia keinginan
untuk menyerang orang lain pada umumnya tidak ada.
Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan
secara rutin, menghindari memelihar hewan liar di rumah, dan jika berpergian ke daerah
yang terjangkit rabies segera ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan
vaksinasi rabies. Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin
setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rebies, kerena apabila tidak dapat
berakibat fatal bahkan mematikan.

B. Saran
Adapun saran dari penulis dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat
mengetahui penyakit rabies dan dapat mencegah penyakit tersebut. Dan terhadap pembaca
khususnya yang memiliki hewan peliharaan yakni kucing, anjing, dll agar dapat menjadi
seorang pemelihara yang baik dengan selalu melakukan pemeriksaan hewan peliharaan
mengingat penyakit-penyakit yang dapat menyerang hewan tersebut yang tidak menutup
kemungkinan mendatangkan bahaya terhadap pemelihara itu sendiri.

14
LAMPIRAN-LAMPIRAN GAMBAR-GAMBAR

Gejala rabies pada manusia struktur rabies virus

Masa inkubasi virus rabies anjing terkena rabies

15
Cara Pengobatan Tradisional Jika Di Gigit Anjing

Etiologi rabies

16
ASKEP RABIES
I. Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusatyang
disebabkan oleh virus rabiesb. Etiologi
b. Etiologi
Adapun penyebab dari rabies adalah :
 Virus rabies.
 Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.
 Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.

17
c. Patofisiologi
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkaninfeksi
kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan.Virus
akan berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf menuju kemedulla spinalis dan
otak, dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akanberpindah lagi melalui saraf
menuju ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia.Yang paling sering menjadi
sumber dari rabies adalah anjing, hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan
rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah.Rabies pada anjing masih sering
ditemukan di Amerika latin, Afrika dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan
mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini.hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies
buas atau rabies jinak.
pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh
dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan
total.meskipun sangat-sangat jarang, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang
tercemar. Telah dilaporkan - kasus yang terjadi pada penjelajah yang menghirup udara di
dalam goa dimana banyak terdapat kelelawar.

D. Manifestasi Klinis
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa
inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya
paling pendek pada orang yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup celana pendek,
atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.Pada 20% penderita,rabies dimulai dengan
kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh.
Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental,
keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan
yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan
pita suara bisa menyebankan rasa sakit luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya
gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi
dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita
rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut
hidrofobia (takut air).

E. Pemeriksaan Fisik
 palpasi : Apakah ada kaku kuduk atau tidak ?

18
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ?

Adakah pembesaran lien dan heapr ?

 Auskultasi : Adakah suara napas tambahan ?



bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ?

Adakah bunyi tambahan ?

Adakah bradicardi atau tachycardia ?

peristaltik usus ?

 perkusi : Apakah ada distensi abdomen ?

 Infeksi : Amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,frekwensinya,


irama, kedalaman, adakah retraksi intercostale ?

Adakah tanda rhisussardonicus, opistotonus, trimus ?

Apakah ada gangguan nervus cranial ?


f. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari
kejang.
2.Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah - daerah
otak yang tidak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET) : untuk mengevaluasi kejang yang
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah
dalam otak.
5. Uji laboratorium
 fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
 Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
 Panel elektrolit

19
 Skrining toksik dari serum dan urin

GDA
 Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N<200 mq/dl) 
BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi neprotoksik
akibat dari pemberian obat.
 Elektrolit : K, Na
 Ketidak seimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
 Kalium (N 3,80 -5,00 meq/dl)
 Natrium ( N 123 – 144 meq/dl)

G. Tindakan Pengobatan
1. jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit
hewan yang menderita rabies kemungkian tidak akan menderita rabies.Orang yang digigit
kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih
lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang
buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena
hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
2.Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera
mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot
dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah
mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin rabies,
dimana separuh dari dosisnya disuntikkan ditempat gigitan.

3.jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada
saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3,7,14, dan 28. nyeri dan pembengkakan di
tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang
dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
4.jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan
berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada
hari 0 dan 2).
5.Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari.
Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang,kelelahan
atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan,

20
tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif
untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan otak. Pemberian vaksin
maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan
gejala-gejala rabies.
H..Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera
setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang
berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu
1.Dokter hewan.
2.Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
3.Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada
anjing banyak ditemukan.
4. Para penjelajah gua kelelawar.
5.Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun,
sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapatkan
dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN RABIES
I. PENGKAJIAN
Pengkajian mengenai
a) Status Pernafasaan
 Peningkatan tingkat pernapasan
 Takikardi
 Suhu umumnya meningkat (37,9`C)
 Menggigil
b) Status Nutrisi
 kesulitan dalam menelan makanan
 berapa berat badan pasien
 mual dan muntah
 porsi makanan dihabiskan
 status gizi

c) Status Neurosensori

21
 Adanya tanda-tanda inflamasi
d) Keamanan
 Kejang
 Kelemahan
e) Integritas Ego
 Klien merasa cemas
 Klien kurang paham tentang penyakitnya

1. Pengkajian Fisik Neurologik

 Tanda -tanda vital 


Suhu

 Pernapasan

 Denyut jantung

 Tekanan darah

Tekanan Nadi
2. Hasil Pemeriksaan kepala
 Fotanel : menonjol,rata,cekung
Bentuk umum kepala
3. Reaksi Pupil
 Ukuran
 Reaksi terhadap cahya
 Kesamaan respon
4. Tingkat Kesadaran
 Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
 Iritabilitas
 Lantergi dan rasa kantuk
 Orietasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Afek
 Alam perasaan
 Labilitas

6. Aktivitas kejang j
 Jenis

 lamanya

22
7. fungsi sensoris Reaksi terhadap nyeri
 Reaksi terhadap suhu

8. Refeks
 Refeks tendo superfsial
 Refeks pantologi

 
2. Diagnosa Keperawatan

 gangguan pola nafas berhubungan dengan afksia


 gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks
menelan
 demam berhubungan dengan viremia
 cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi
 Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahanL
 Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka

3. Intervensi
No.DX.Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afksia.

setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan pasien bernafas tanpa


ada gangguan, dengan kriteria hasil :
 pasien bernafas,tanpa ada gangguan.
 pasien tidak menggunakan alat bantu dalam bernafas
 respirasi normal (16-20x/menit )
 obsevasi tanda- tanda vital pasien terutama respirasi.
 beri pasien alat bantu pernafasan seperti o2
 beri posisi yang nyaman.
 tanda vital merupakan acuan untuk melihat kondisi pasien.
 O2 membantu pasien dalam bernafas.
 cposisi yang nyaman akan membantu pasien dalam bernafas.

4. Gangguan Pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refreksi


menelan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi,dengan kriteria hasil :

23
pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan/dibutuhkan.
 kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
 kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
 berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
 berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
 catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
 berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
 ukur berat badan pasien setiap minggu.
 untuk menetapkan cara mengatasinya.
 cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.
 mebantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.
 untuk menghindari mual.
 untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
 Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan
intake nutrisi pasien meningkat.
 Untuk mengetahui status gizi pasien

5.demam berhubungan dengan viremia setelah dilakukan tindakan


keperawatan diharapkan demam pasien teratasi, dengan kriteria hasil:

- Suhu tubuh normal (36-370C)


- Pasien bebas dari demam.
 Kaji saat timbulnya demam
 Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3jam
 Berikan kompres hangat
 Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
 untuk mengidentifkasi pola demam pasien.
 tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
 dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan dan
mempercepatpenurunan suhu tubuh.
 pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

6.cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi tentang


penyakit.
setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
kecemasan keluarga pasien menurun/hilang,dengan kriteria hasil :

-melaporkan cemas berkurang sampai hilang


-melaporkan pengetahuan yang cukup terhadap penyakit pasien
-keluarga menerima keadaan panyakit yang dialami pasien

24
 kaji tingkat kecemasan keluarga.
 jelaskan kepada keluarga tentang penyakit dan kondisi pasien.
 berikan dukungan dan support kepada keluarga pasien. untuk mengetahui
tingkat cemas,dan mengambil cara apa yang akan digunakan.
 informasi yang benar tentang kondisi pasien akan mengurangi tingkat
kecemasan keluarga.
 dengan dukungan dan support,akan mengurangi rasa cemas keluarga pasien

 
7. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan setelah
diberikan tindakan keperawatan, diharapkan pasien tidak mengalami
cedera,dengan kriteria hasil :

 klien tidak ada cedera akibat serangan kejang


 klien tidur dengan tempat tidur pengaman
 tidak terjadi serangan kejang ulang
 suhu 36-37,5`c,nadi 60-80x/menit ,respirasi 16-20 x/menit
 kesadaran composmentis
 identifikasi dan hindari factor pencetus
 tempatkan klien pada tempat tidur yang memakai pengaman di ruang yang
tenag dan nyaman
 ajukan klien istirahat
 sediakan disamping tempat tidur tongue spatel dan gundel untuk mencegah
lidah jatuh kebelakang pabila klien kejang
 lindungan klien pada saat kejang dengan :
 longarkan pakaian
 posisi miring kesatu sisi
 jauhkan klien dari alat yang dapat melukainya
 kencangkan pengaman tidur
 lakukan suction bila banyak sekrert
 catat penyebab mulai kejang,proses berapa lama adannya sinatosis dan
inkotinesia ,diviasi dari mata dan gejalah –gejalah lain yang timbul
 sesudah gejalah observasi keadaan klien TTV setiap 15-30 menit dan
observasi keadaan klien sampai benar-benar pulih dari kejang
 obserfasi efek samping dari keefektifan obat
 observasi adanya depresi pernafasaan dan dan gangguan irama jantung
 lakukan pemeriksaan neurologi setelah kejang
 kerja sama dengan tim

 pemberian obat antikonvulsan dosis tinggi

25
 pemeberian antikonvulsan (valium, dilantin, phenobarbital)
 pemberian oksigen tambahan
 pemberian cairan parenteral
 pembuatan CT scan
 Penemuan faktor pencetus untuk memutuskan rantai penyebaran
virus rabies.
 Tempat yang nyaman dan tenang dapat mengurangi stimuli atau rangsangan
yang dapat menimbulkan kejang
 efektivitas energi yang dibutuhkan untuk metabolisme.
 lidah jatung dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas.
 tindakan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya cedera FIsik.
 dokumentasi untuk pedoman dalam penaganan berikutnya.
 Tanda-tanda vital indikator terhadap perkembangan penyakitnya dan
gambaran status umum klien.
 efek samping dan efektifnya obat diperlukan motitoring untuk tindakan lanjut.
 kompliksi kejang dapat terjadi depresi pernafasan dan kelainan irama jantung.
  kompliksi kejang dapat terjadi depresi pernafasan dan kelainan irama jantung.
 untuk mengantisipasi kejang, kejang berulang dengan menggunakan obat
antikonvulsan baik berupa bolus, syringe pump.

8.Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka


setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
tanda-tanda infeksi.
kriteria hasil:
-tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti:kalor,dubor,tumor,dolor,dan
fungsionalasia.
-TTV dalam batas normal a.Kaji tanda - tanda infeksib.
 Pantau TTV,terutama suhu tubuh.
 Ajarkan teknik aseptik pada pasien.
 Cuci tangan sebelum memberi asuhan keperawatan ke pasien.
 Lakukan perawatan luka yang steril.
 Untuk mengetahui apakah pasian mengalami infeksi. Dan untuk menentukan
tindakan keperawatan berikutnya.
4.EVALUASI
 tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
perubahan suhu menjadi tinggi merupakan salah satu tanda - tanda
infeksi.
 meminimalisasi terjadi nya infeksi
 mencegah terjadi nya infeksi nosokomial.
 perawatan luka yang steril meminimalisasi terjadinya infeksi.

26
 DX 1 : pasien tidak mengalami gangguan dalam bernafas
- pasien tidak menggunakan alat bantu dalam bernafas.
 DX 2 : Pasien tidak mengalami gangguan dalam makan dan minum.
- Pasien bisa menelan dengan baik
- Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.
 DX 3 : $uhu pasien normal (36-370C)
- Pasien tidak mengeluh demam.
 DX 4 : Keluarga pasien tidak cemas lagi.
- Keluarga pasien bisa memahami kondisi pasiendan ikut
membantu dalam pemberian pengobatan.
 DX 5 : Pasien tidak mengalami cedera
- Pasien tidak mengalami kejang
 DX 6 : Tidak ada tanda –tanda infeksi seperti :
kalor,dolor,tumor,dubor dan fungsionalasia
- Luka pasien terjaga dan terawatt

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2451/2/BAB%20I.pdf

27
https://www.academia.edu/18635184/ASKEP_RABIES
https://www.alodokter.com/rabies
https://disnakkeswan.jatengprov.go.id/read/mengenal-penyakit-rabies

28

Anda mungkin juga menyukai