Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG PENYAKIT RABIES

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Patofisiologi


Dosen pengampu : Ibu Sansri Diah KD. SPd., S.Kp., M.Kes., AIFO
Dosen Pembimbing :Ibu Hj. Henny Cahyaningsih, S.Kp., M.Kes., AIFO

Disusun oleh :

Ericko Satria Pramudya


P17320122028
Tingkat 1B

PROGRAM STUDI DIII JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG


POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas
mengenai ”Penyakit Rabies”.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi
yang di ampu oleh Ibu Sansri Diah KD. SPd., S.Kp., M.Kes., AIFO Proses
penyusunannya tak lepas dari masukan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ucapkan terima kasih atas bimbingannya.
Saya menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam pembuatan maupun
penyusunan makalah. Oleh karena itu, dalam keterbatasan kemampuan saya, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa saya harapkan untuk makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembacanya dan
khussunya mahasiswa.

Bandung, 19 Maret 2023

(Ericko Satria Pramudya)


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii


Daftar isi ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
1.2Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3Tujuan Pembahasan .................................................................................... 2
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Sejarah Penyakit Rabies ............................................................................. 3
2.2 Definisi Penyakit Rabies............................................................................. 3
2.3 Penyebab Penyaki Rabies .......................................................................... 5
2.4 Ciri-ciri hewan dan manusia yang terkena rabies....................................... 6
2.5 Proses penularan penyakit rabies ............................................................... 9
2.6 Gejala dan tanda penyakit rabies................................................................. 10
2.7 Penanganan penyakit rabies ....................................................................... 10
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 12
3.2 Saran ........................................................................................................... 12
Daftar Pustaka .................................................................................................. 13
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang sistem saraf pusat (SSP)manusia dan
mamalia dengan mortalitas 100%. Penyebabnya adalah virus rabies yang termasuk
genus Lyssa virus, famili Rhabdoviridae, Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang
terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewanlainnya atu manusia melalui gigitan
dan kadang melalui jilatan. Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia.
Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan lainnya yang juga bisa
menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah. Penyakit
rabies mempunyai gejala patognomik takut air (hydrophobia), takut sinar matahari
( photophobia), takut suara, dan takut udara (aerophobia). Gejala tersebut disertai dengan air
mata berlebihan (hiperlakrimasi), air liur berlebihan (hipersalivasi), timbul kejang bilaada
rangsangan, kemudian lumpuh dan terdapat tanda bekas gigitan hewan penular rabies.

Menurut laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia, kasus


gigitan rabies ke Indonesia mencapai jumlah 20.926 kasus gigitan per tahun pada tahun 2010
yang terlaporkankepada Dinas-Dinas Kesehatan di seluruh Kabupaten di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana sejarah penyakit rabies ?
1.2.2 Apa definisi dari penyakit rabies ?
1.2.3 Bagaiman penyebab penyakit rabies berdasarkan metode trias epidemiologi ?
1.2.4 Apa saja ciri-ciri hewan yang terkena rabies ?
1.2.5 Bagaimana proses penularan penyakit rabies ?
1.2.6 Bagaimana gejala dan tanda penyakit rabies ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana sejarah penyakit rabies.
1.3.2 Untuk mengetahui definisi dari penyakit rabies.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana penyebab penyakit rabies berdasarkan metode trias
epidemiologi.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri hewan yang terkena rabies.
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana proses penularan penyakit rabies.
1.3.6 Untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit rabies.
1.3.7 Untuk mengetahui bagaimana penanganan penyakit rabies.

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan kita dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan
dengan penyakit rabies sehingga kita dapat mencegah penyakit rabies ini. Makalah ini pula
dapat menjadi referensi dalam pembuatan makalah mengenai penyakit menular dalam hal ini
adalah penyakit rabies.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Penyakit Rabies

Rabies pertama kali ditemukan pada 2000 tahun SM, yaitu ketika Aristoteles
menemukan bahwa anjing dapat menularkan infeksi kepada anjing yang lain melalui gigitan.
Lalu pada tahun 1885, ketika seorang anak laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor
anjing yang terinfeksi virus rabies, Louis Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla
spinalis anjing tersebut. Hal ini menjadikannya orang pertama yang mendapatkan imunitas,
karena anak tersebut tidak menderita rabies. Kemudian pada tahun 1903 ditemukan badan
Negri yang bersifat diagnostik. Pada tahun 1940-an sudah dimulai penggunaan vaksin rabies
pada anjing. Penambahan globulin imun rabies untuk manusia setelah pemaparan
pengobatan vaksinasi dilakukan pada tahun 1954. Lalu pada tahun 1958 dilakukan
penumbuhan virus rabies dalam biakan sel. Pada tahun 1959 dilakukan pengembangan tes
antibodi fluoresen diagnostik.

2.1.1 Definisi Penyakit Rabies

Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
virus rabies (Rhabdovirus). Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo yang
berarti berbentuk batang dan Virus yang berarti virus. Jadi Rhabdovirus merupakan virus
yang mempunyai bentuk seperti batang.

Penyakit ini bersifat zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.
Rabies merupakan salah satu penyakit di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang
menginfeksi susunan saraf pusat. Rabies yang menginfeksi kucing, anjing, rakun, kelelawar
atau kera dapat menular ke manusia melalui kontak dengan kelenjar saliva (air liur) hewan
yang terinfeksi. Rabies disebut juga penyakit anjing gila. Setiap tahun, rabies menyebabkan
kematian sebanyak 50,000 orang dan jutaan hewan di seluruh dunia. Setelah gejala-gejala
muncul, penyakit ini akan berakhir dengan fatal. Apabila sebuah kelompok masyarakat
terkena penyakit ini, maka perbandingannya bisa mencapai 5 : 1.
Di Amerika Serikat rabies terutama terjadi pada musang, raccoon, serigala dan
kelelawar. Rabies serigala terdapat di Kanada, Alaska dan New York. Kelelawar penghisap
darah (vampir), yang menggigit ternak merupakan bagian penting siklus rabies di Amerika
latin. Eropa mempunyai rabies serigala, di Asia dan Afrika masalah utamanya adalah anjing
gila.

Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi,
meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera
Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Kasus terakhir yang terjadi
adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).

Data Kasus Rabies


 DUNIA
 Penyakit rabies terjadi lebih dari 150 negara dan wilayah
 40% dari irang yang digigit oleh hewan gila adalah anak dibawah 15 tahun
 99% host virus rabies adalah anjing.
 lebih dari 55.000 orang meninggal dunia akibat penyakit rabies

 INDONESIA

Sampai pada bulan Agustus 2010 sudah 113 orang positif terjangkit virus rabies.
Penyebaran virus rabies sulit dihentikan sehingga tidak mengherankan apabila
kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini mencapai 100%. Tahun 2005 KLB terjadi
di Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat. Pada akhir tahun 2007 terjadi KLB di
Banten. Pada November 2008 terjadi KLB di Kab. Bandung, Bali, Pulau Nias,
Sumatra Utara sampai pada Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular rabies.
2.1.2 Penyebab Penyakit Rabies Berdasarkan Metode Trias Epidemiologi

 Faktor Agent
Faktor penyebab rabies adalah virus rabies yang termasuk famili Rhabdovirus. Bentuknya
menyerupai peluru, berukuran 180 nm dengan diameter 75 nm, dan pada permukaannya terlihat
struktur seperti paku dengan panjang 9 nm. virus ini tersusun dari protein, lemak, RNA, dan
karbohidrat. Virus rabies tidak dapat bertahan lama diluar jaringan hidup. Virus mudah mati oleh
sinar matahari dan sinar ultraviolet. Dengan pemanasan 60ºC selama 5 menit, virus rabies akan
mati. Virus ini tahan terhadap suhu dingin, bahkan dapat bertahan beberapa bulan pada suhu -
4ºC

 Faktor Host
Hewan-hewan yang terkena virus rabies seperti anjing, kucing, monyet, musang,
dan manusia. Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang
cukup banyak. Tahun 2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa
setiap tahun di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena
rabies, kepekaan terhadap rabies kelihatannya tidak berkaitan dengan usia, seks atau ras.

 Faktor Environment

Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim. Penyakit ini sering terjadi
dilingkungan dimana anjing lebih banyak daripada orang yang tinggal disitu.
 Port of Entry and Exit

Pada Hewan, Pertama-tama, virus rabies ini akan melekat atau menempel pada
dinding sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri glikoproteinnya, reseptor
asetilkolin nikotinat dapat bertindak sebagai reseptor seluler untuk virus rabies.
Kemudian secara endositosis virus dimasukan ke dalam sel inang. Pada tahap penetrasi,
virus telah masuk kedalam sel inang dan melakukan penyatuan diri dengan sel inang
yang ia tempati. Lalu terjadilah transkripsi dan translasi. Kemudian hewan
mengeluarkan air liur yang mengandung virus rabies (Rhabdovirus) dan dapat
menularkan kepada sesame hewan maupun manusia.

2.1.2 Ciri-ciri Hewan dan Manusia yang Terkena Rabies

Gejala rabies pada binatang bisa dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:


 Fase Prodromal

Selama fase awal yang berlangsung selama beberapa hari, penyakit ini menghasilkan
perubahan yang tidak terlalu terlihat, yaitu:
 Hilang nafsu makan
 Lesu
 Demam kadang muncul kadang hilang
 Mudah marah atau keinginan untuk sendiri
 Fase “Mad Dog”

Fase ini biasa berlangsung kurang dari seminggu, ini adalah yang paling
menakutkan karena biasanya gejala kekerasan paling sering terjadi pada fase ini,
meskipun perlu dicatat bahwa tidak semua hewan yang terinfeksi rabies melalui fase
ini. Beberapa orang dan hewan melewati fase ini dan langsung menuju ke fase ke-3,
yaitu Paralytic.
Gejala yang muncul pada fase ini adalah :
 Kurangnya kordinasi, gerakan otot yang tidak teratur atau kejang
 Perilaku agresif terhadap benda atau makhluk lain
 Gelisah dan berkeliaran tanpa tujuan dari satu tempat ke tempat lain
 Kurangnya rasa takut
 Kebingungan dan tidak begitu mengenali orang-orang dan tempat yang
seharusnya dia tau.

 Fase Paralytic
Dalam tahap akhir dan mematikan dari penyakit ini, manusia dan anjing yang
terinfeksi rabies memperlihatkan gejala-gejala berikut ini:
 Mulut berbusa : Gejala ini disebabkan oleh kelumpuhan yang terjadi pada
tenggorokan dan otot rahang, yang membuat sulit untuk menelan ludah.
Akibatnya, kebanyakan hewan tidak akan mau makan dan minum sama sekali
pada tahap ini.
 Rahang mengendur yang juga disebabkan oleh berkembangnya kelumpuhan.
 Kelumpuhan seluruh tubuh yang berakhir pada kematian.

Gejala sakit yang akan dialami oleh seseorang apabila terkena virus rabies
dibagi dalam 4 tahap, yaitu :
 Stadium Prodnormal
Dalam stadium prodnormal sakit yang timbul pada penderita tidak mencolok/
tidak khas. Hanya menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam,
sulit makan, pusing, pening, dan sebagainya.

 Stadium Sensoris
Dalam stadium sensoris penderita yang terkena virus rabies umumnya akan
mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup,kebingungan,
hiperhidrosis, hiperlakriminasi, hipersalivasi dan lain sebagainya.

 Stadium Eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap
ada rangsangan dari luar sehingga terjadi aerofobia, fotofobia dan hidrofobia. Kejang-
kejang ini terjadi sebagai akibat dari adanya gangguan di daerah otak yang mengatur
proses menelan dan pernafasan.
 Stadium Paralitik
Pada stadium ini menunjukkan tanda-tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke
bawah yang progresif. karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka
keempat stadium sebelumnya akan terlihat sangat jelas perbedaannya.

 Proses Penularan Penyakit

Sumber penularan penyakit rabies 90% dari anjing, 6% dari kucing, 4% dari monyet
dan hewan lain. Setelah menyerang dan mengakibatkan radang otak. Virus akan menyebar
ke air liur penderita rabies. Pada anjing, virus ditemukan kurang dari 5 hari sebelum
timbulnya gejala. Gigitan hewan terinfeksi bias langsung menularkan penyakit. Cakaran
hewan terinfeksi perlu diwaspadai karena kebiasaan hewan yang menjilati cakarnya.
Masa inkubasi pada hewan hampir sama dengan masa inkubasi pada manusia. Pada
manusia, masa inkubasi virus rabies ini sekitar 20-90 hari. Beberapa literature menyatakan
30-60 hari. Masa inkubasi dipengaruhi oleh beberapa factor, di antaranya:
 Virulensi/srain virus
 Banyak sedikitnya virus
 Jarak lokasi gigitan dengan kepala (Susunan saraf pusat)
 Jumlah luka gigitan
 Dalam dan luasnya luka gigitan
 Jumlah saraf pada luka gigitan
 Respon imun penderita.

Setelah tergigit, virus rabies akan tetap berada pada lokasi gigitan sampai selama + 2
minggu, kemudian virus akan bergerak menuju ujung syaraf posterior untuk menuju ke otak.
Dalam perjalanannya, Virus akan bereplikasi (memperbanyak diri). Di otak, Virus akan
menempati bagian neuron saraf pusat terutama di hipotalamus, bagian otak , dan pada
system limbic.

Selanjutnya, virus akan bergerak menuju saraf tepi melalui saraf eferen, volunteer,
dan otonom, untuk mencapai hamper semua organ, terutama pada kelenjar air liur, air mata
dan ginjal. Pergerakan virus tidak melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe. Pada saat
perjalanan virus ke otak , tubuh penderita belum menunjukkan gejala-gejala terserang
penyakit. Setelah berkembang biak di otak, Jumlah virus akan cukup signifikan untuk
menyebabkan gangguan fungsi. Adanya virus pada system limbik yang mengontrol emosi
yang menyebabkan penderita kehilangan control kesadaran emosinya. Pada hewan, hal ini
dapat menyebabkan serangan pada pihak lain secara tiba-tiba tanpa provokasi sebelumnya.

 Gejala dan Tanda

1. Pada manusia
Gejala awal biasanya tidak jelas. Pasien merasa tidak enak dan gelisah. Gejala yang
menonjol adalah rasa nyeri, panas, dan gatal disekitar luka, kemudian bisa di ikuti
kejang, sakit kepala, demam, dan sulit menelan. Apabila telah terjadi kelumpuhan
otot pernapasan, maka penderita dapat terancam meninggal. Gejala khas lainnya
adalah hidrofobia, yaitu ketakutan penderita terhadap air yang bisa sampai terjadi
kejang bila berdekatan dengan air. Gejala aerofobia dapat juga terjadi kejang bila
berdekatan dengan air.
2. Pada hewan (anjing peliharaan)
Hewan terinfeksi mengeluarkan banyak liur karena sulit menelan. Anjing seringkali
menjepit ekor diantara kedua kakinya atau bertingkah laku aneh seperti tidak
mengenal majikanya. Selain itu, anjing yang biasa keluar malam akan lebih sering
keluar pada siang hari. Anjing yang tadinya jinak bisa menjadi ganas. Ia akan
menyerang apa saja yang bergerak dan takut terhadap air (hidrofobia).

 Penanganan Penyakit Rabies

 Pencegahan
Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan rutin,
hindari memelihara hewan liar di rumah, jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit
rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi
rabies.
Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring
berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi
terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya
vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu
cara pencegahan yang harus diperhatikan.

 Pengobatan

Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan


sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam
disemprot dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum
pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan
immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan.
Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada
saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14 dan 28. Nyeri dan pembengkakan di
tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang
dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi. Jika penderita pernah
mendapatkan vaksinasi, maka resiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka
gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).
 Penanggulangan
Tindakan Penanganan Kasus Gigitan :
Setiap penderita kasus gigitan oleh hewan penular rabies harus diduga sebagai
tersangka rabies, tindakan yang harus dilakukan adalah:
 Pertolongan pertama terhadap penderita gigitan:
1. Luka gigitan dicuci dengan detergen selama 5-10 menit, keringkan dan diberi
yodium tinture atau alcohol 70%
2. Penderita di bawah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penanganan
lebih lanjut.
 Kejadian penggigitan dilaporkan ke petuga Dinas Peternakan/Pertanian setempat.
 Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas
Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama 14 hari, jika hewan mati
dengan gejala rabies dalam masa masa obeservas maka hewan tersangka dinyatakan
positif rabies.
 Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan tersebut divaksinasi
anti rabies dan dikembalikan pada pemiliknya atau dibunuh bila tidak ada pemilik.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rabies adalah penyakit infeksi virus yang berlangsung akut dan menyerang susunan
saraf pusat yang disebabkan oleh rabiesvirus yang berasal dari family Rhabdovirus.
Penyebaran bisa terjadi kebanyakan dari hewan anjing melalui gigitan hewan penderita
tersebut atau kontak langsung dengan air liur dari hewan yang menderita rabies. Gejala yang
akan timbul pada manusia adalah sensasi dingin atau kesemutan di tempat gigitan, tidak
enak badan, sakit kepala, anoreksia, mual, sakit tenggorokan, rasa gugup/keresahan,
hiperestesia, fotofobia, takut terhadap air dan sensitive terhadap suara keras. Pandangan
islam mengenai penyakit ini juga sangat terkait dengan pandangan klinis dari rabies tersebut,
yang diamana islam mengatakan kenajisan dari air kiur anjing tersebut serta toleransi dalam
memelihara anjing hanya untuk sebab tertentu. Seperti berburu, menjaga tanaman dan
hewan ternak.

3.2 Saran

 Dengan adanya makalah ini diharapkan kesadaran masyarakat untuk lebih


memperhatikan kesehatannya dan juga lingkungan sekitar.
 Dengan makalah ini juga diharapkan pemahaman masyarakat tentang penyakit rabies
dan juga cara agar terhindar dari penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Penyakit Rabies. (online), (http://www.slideshare.net/dhiahbw/ penyakit-rabies-

40198885, diakses 19 Maret 2023).

Fajrina, Nur. 2012. Penyakit Rabies. (online), (http://nurfajrina.blogspot.com/ 2012/10/penyakit-

rabies.html, diakses 19 Maret 2023).

Nupratama, Kurniawan. 2014. Makalah Rabies. (online), (http://akurniaaa.

blogspot.com/2014/04/makalah-rabies.html, diakses 19 Maret 2023).

Nurhidayah, Andi. 2012. Makalah Epidemiologi Penyakit Rabies. (online),

(http://idha2793.blogspot.com/2012/12/makalah-epidemiologi-penyakit-rabies.html,

diakses 19 Maret 2023).

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasannya:

Erlangga. jakarta

Anda mungkin juga menyukai