Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN RABIES

OLEH

KELOMPOK 3 :

MILDA DJAFAR 2121006


SRI YUSRA KONE 2121007
MOH.IDRAK 2121011
MOH.KAMAL MOPANGGA 2121014
ZHADIAN ABDULLAH 2121016
NUR MUTMAINNAH 2121012

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN RABIES.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Pembangunan Kesehatan di Indonesia
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar 16 November 2023

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................

A. Latar Belakang ...........................................................................................................


B. Tujuan ........................................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN TEORI .........................................................................................................

A. KONSEP DASAR MEDIS (HIPERTENSI) .................................................................


1. Definisi ..............................................................................................................
2. Etiologi Dan Klasifikasi .....................................................................................
3. Patofisiologi ......................................................................................................
4. Manifestasi Klinik ..............................................................................................
5. Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................................
6. Penatalaksanaan Medis ...................................................................................
7. Komplikasi ........................................................................................................
8. Patgoflowdiagram .............................................................................................

B. ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................................


1. Pengkajian ........................................................................................................
2. Analisa Data Dan Diagnosa Keperawatan .......................................................
3. Intervensi ..........................................................................................................
4. Discharga planning ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Rabies adalah suatu ensefalomielitis akut yang disebabkan oleh virus

yang tergolong Rhabdovirus. Virus rabies termasuk jenis virus neurotropik yang dapat

berkembang biak pada jaringan saraf. Penularan kepada manusia terjadi melalui gigitan

anjing yang mengandung virus rabies. Gigitan kucing, kera dan kelelawar dapat pula

menularkan virus rabies tersebut. Penyakit ini bila sudah menunjukan gejala klinis pada

hewan atau manusia selalu diakhiri dengan kematian.

Penyakit rabies endemik di semua benua, kecuali Antartika. Namun 95%

kasusrabies dilaporkan dari benua Asia dan Afrika. Menurut World Health Organization

(WHO) rabies terjadi di 92 negara dan bahkan bersifat endemik di 72 negara.

Diperkirakan 55.000 orang di dunia meninggal akibat rabies setiap tahunnya dan

menurut WHO lebih dari 99% kasus rabies pada manusia terjadi akibat dari gigitan

anjing yang terinfeksi.(Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan,

2016)

Menurut WHO, anjing domestik merupakan reservoir yang paling umum dari virus

rabies, dengan lebih dari 95% kematian manusia yang disebabkan oleh anjing yang

memiliki virus rabies. Penyakit ini dikenal di Indonesia sejak diketahui dan dilaporkan

adanya seekor kerbau menderita rabies oleh Esser pada tahun 1884. Kemudian pada

tahun1894 pertama kali dilaporkan rabies pada manusia oleh E.V. de Haan. Penyakit
rabies di Indonesia masih merupakan penyakit hewan yang penting dan termasuk ke

dalam penyakit hewan menular strategis prioritas karena berdampak terhadap sosial

ekonomi dan kesehatan masyarakat. Kejadian rabies pada hewan maupun manusia

hampir selalu diakhiri dengan kematian (case fatality rate 100%) sehingga akibat

penyakit ini menimbulkan rasa takut dan kekhawatiran serta keresahan bagi

masyarakat. Selain itu rabies juga mengakibatkan kerugian secara ekonomi pada

daerah tertular di antaranya biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya

biaya perawatan pasca pajanan. (Kementrian Kesehatan RIPusat Data dan Informasi

Kesehatan, 2014)

Di Indonesia sebanyak 86 orang meninggal karena rabies pada tahun 2016. Saat

ini terdapat sembilan provinsi di Indonesia dinyatakan sebagai daerah bebas rabies,

sedangkan sebanyak 24 provinsi lainnya masih endemis. Dari 9 provinsi tersebut,

sebanyak lima provinsi di antaranya bebas historis (Bangka Belitung, Kepulauan Riau,

NTB, Papua Barat,dan Papua), dan kemudian 4 provinsi lainnya dinyatakan bebas

rabies (Jawa Tengah, DIYogyakarta, Jawa Timur, dan DKI Jakarta). Seluruh provinsi di

Indonesia diminta untuk berkomitmen dalam pengendalian dan penanggulangan rabies

demi mencapai “IndonesiaBebas Rabies 2020”.(Kementrian Kesehatan RI Pusat Data

dan Informasi Kesehatan,2016)

Mengingat akan bahaya rabies terhadap kesehatan dan ketentraman masyarakat

karena dampak buruknya yang selalu diakhiri kematian, maka usaha pengendalian

penyakit berupa pencegahan dan pemberantasan perlu dilaksanakan seintensif

mungkin.Penatalaksanaan profilaksis rabies sangat kompleks, tergantung dari


epidemiologi lokal, jenis dan sifat hewan pembawa rabies, derajat kontak dan tes

diagnostik yang tersedia didaerah tersebut.

Pemberian vaksin anti rabies (VAR) atau VAR disertai serum anti rabies (SAR)

harus berdasarkan atas tindakan tepat dengan mempertimbangkan hasil-hasil

penemuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mencakup: adanya kontak/

jilatan/gigitan,kejadian di daerah tertular/terancam/bebas, didahului tindakan

provokatif/tidak, hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabies, hewan yang

menggigit hilang/lari dan tidakdapat ditangkap atau dibunuh, hewan yang menggigit

mati, tapi masih meragukan menderita rabies, penderita luka gigitan pernah di VAR,

hewan yang menggigit pernah diVAR, identifikasi luka gigitan (status lokalis) serta

temuan lain pada waktu observasihewan dan hasil pemeriksaan spesimen dari hewan.

(Susilawathi & Raka Sudewi, n.d.)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian rabies?

2. Bagaimana cara penularan rabies ?

3. Berapa lama masa inkubasi rabies ?

4. Bagaimana tanda dan gejala rabies ?

5. Bagaimana mendiagnosis rabies ?

6. Bagaimana upaya pencegahan rabies ?

7. Bagaimana penatalaksanaan terkena gigitan hewan dengan rabies ?

8. Apa saja vaksin rabies ?

9. Bagaimana asuhan keperawatan dengan kasus rabies ?


C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian rabies

2. Untuk mengetahui cara penularan rabies

3. Untuk mengetahui masa inkubasi rabies

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala rabies

5. Untuk mengetahui mendiagnosa rabies

6. Untuk mengetahui upaya pencegahan rabies

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan apabila terkena gigitan hewan dengan

rabies

8. Untuk mengetahui vaksin rabies

9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan kasus rabies


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI RABIES

1. DEFINISI

Rabies atau lebih sering dikenal dengan nama anjing gila merupakan suatu

penyakit infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan

oleh virus rabies dan ditularkan dari gigitan hewan penular rabies. Hewan yang

rentan dengan virus rabies ini adalah hewan berdarah panas. Penyakit rabies

secara alami terdapat pada bangsa kucing,anjing, kelelawar, kera dan

karnivora liar lainnya.Pada hewan yang menderita rabies, virus ditemukan

dengan jumlah yang banyak pada air liurnya. Virus ini ditularkan ke hewan lain

atau ke manusia terutama melalui lukagigitan. Oleh karena itu bangsa

karnivora adalah hewan yang paling utama sebagai penyebar rabies.Penyakit

rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat berbahaya dan ditakuti

karena bila telah menyerang manusia atau hewan akan selau berakhir dengan

kematian.

2. ETIOLOGI

Adapun penyebab dari rabies adalah :

a. Virus rabies.
b. Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.Penyakit rabies

terutama ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang

terdapatdalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan

menginfeksi tubuh manusia

c. Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.Walaupun jarang

ditemukan, virus rabies ini dapat ditularkan ketika air liur hewan yang

terinfeksi mengenai selaput lendir seseorang seperti kelopak mata atau

mulut atau kontak melalui kulit yang terbuka

3. PATOFISIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur

hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya

atau manusia melaui gigitan dan kadang melalui jilatan. Secara patogenesis,

setelah virus rabies masuk lewat gigitan, selama 2 minggu virus akan tetap

tinggal pada tempat masuk dan disekitrnya.Setelah masuk ke dalam tubuh,

virus rabies akan menghindari penghancuran oleh system imunitas tubuh

melalui pengikatannya pada sistem saraf. Setelah inokulasi, virus ini

memasuki saraf perifer. Masa inkubasi yang panjang menunjukkan jarak virus

pada saraf perifer tersebut dengan sistem saraf pusat. Amplifikasi terjadi

hingga nukleokapsid yang kosong masuk ke myoneural junction dan

memasuki akson motorik dan sensorik. Pada tahap ini, terapi pencegahan

sudah tidak berguna lagi dan perjalanan penyakit menjadi fatal dengan

mortalitas 100 %.Jika virus telah mencapai otak, maka ia akan memperbanyak
diri dan menyebar ke dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai

predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus, dan batang

otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron – neuron sentral, virus

kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen dan pada serabut

saraf volunter maupun otonom.

Dengan demikian, virus dapat menyerang hampir seluruh jaringan dan

organ tubuh dan berkembang biak dalam jaringan seperti kelenjar ludah.

Khusus mengenai infeki sistem limbik, sebagaimana diketahui bahwa sistem

limbik sangat berhubungan erat dengan fungsi pengontrolan sikap emosional.

Akibat pengaruh infeksi sel-sel dalam sistemlimbik ini, pasien akan menggigit

mangsanya tanpa adanya provokasi dari luar.

Infeksi rabies pada manusia boleh dikatakan hampir semuanya akibat

gigitan hewan yang mengandung virus dalam salivanya. Kulit yang utuh tidak

dapat terinfeksi oleh rabies akan tetapi jilatan hewan yang terinfeksi dapat

berbahaya jika kulit tidak utuh atau terluka. Virus juga dapat masuk melalui

selaput mukosa yang utuh, misalnya selaput konjungtiva mata, mulut, anus,

alat genitalia eksterna. Penularan melalui makanan belum pernah dikonfirmasi

sedangkan infeksi melalui inhalasi jarang ditemukan pada manusia.Hanya

ditemukan 3 kasus yang infeksi terjadi melalui inhalasi ini.

4. MANIFESTASI KLINIK

a. Pada Manusia
Gejala klinis penyakit rabies pada manusia dibagi menjadi empat

stadium:

1. Stadium Prodromal

Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan

saraf pusat adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual,

sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi

tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa

hari. Ini berlangsung selama 1-10 hari kemudian penyakit

berlanjut sebagai gejala neurologik akut (Paul, 2006:1715)

2. Stadium Sensoris

Gejala yang sering muncul adalah eksitabilitas dan

aerophobia. Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai

kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan

gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan

sensoris. (Lyssa, 2008:427)

3. Stadium Eksitasi

Tonus otot akan beraktivitas menjadi meninggi dengan

gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, kejang otot

menelan menjurus kepada perasaan takut terhadap air, rasa

haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau

suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran


hilang. Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman

dan ketidakberaturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan

berkembang menjadi agresif, halusinasi, dan selalu ketakutan.

Tubuh gemetar atau kaku kejang. (Lyssa, 2008:427)

4. Stadium Paralis/Koma

Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium

eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-

gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat

progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang

yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan. (Paul,

2006 : 1715)

b. Pada Hewan

Gejala klinis dari penyakit rabies pada hewan dibagi menjadi tiga

stadium:

1) Stadium Prodromal

Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang

dapat berlangsung antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat

adanya perubahan temperamen yang masih ringan. Hewan

mulai mencari tempat-tempat yang dingin/gelap, menyendiri,

reflek kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh

terhadap tuannya. Hewan menjadi sangat perasa, mudah


terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi. Dalam keadaan

ini perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu badan.

(James chin, 2000: 428)

2) Stadium Eksitasi

Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap

prodromal, bahkan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan

mulai garang, menyerang hewan lain ataupun manusia yang

dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan tidak ada provokasi

hewan menjadi murung terkesan lelah dan selalu tampak seperti

ketakutan. Hewan mengalami fotopobia atau takut melihat

cahaya sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara

berlebihan dan tampak ketakutan. (James chin, 2000: 428)

3) Stadium Paralisis.

Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat,

sehingga sulit untuk dikenali atau bahkan tidak terjadi dan

langsung berlanjut pada kematian. Hewan mengalami kesulitan

menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh dan mati.

(James chin, 2000: 428)


5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Tes PCR, dengan menggunakan sampel air liur hingga cairan

serebrospinal.

2. Tes antibodi, untuk mendeteksi antibodi yang melawan virus rabies

dengan mengambil sampel air liur atau darah pasien.

3. Biopsi kulit.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pembersihan luka

Luka yang disebabkan oleh gigitan atau cakaran hewan yang

disinyalir terinfeksi rabies akan dibersihkan menggunakan sabun

antiseptik dan air selama kurang lebih 15 menit. Kemudian luka bekas

gigitan atau cakaran tersebut harus diberikan Povidone Iodine, yaitu

agen antiseptik guna mencegah terjadinya infeksi pada luka. Bahkan,

dokter bisa saja langsung memberikan serum antirabies ke luka

tersebut bila diperlukan.

2. Serum antirabies

Human rabies immune globulin (HRIG) atau lebih akrab disebut

dengan serum antirabies diberikan kepada pasien yang belum pernah

memperoleh vaksin rabies dan memiliki luka dengan risiko rabies yang

tinggi. Ada beberapa kategori pasien yang menjadi prioritas dalam

menerima serium antirabies, seperti:


 Terdapat luka lebih dari satu gigitan

 Area yang tergigit hewan berada di area yang terdapat banyak

saraf, seperti leher, kepala ataupun tangan

 Memiliki imun tubuh yang lemah, misalnya penderita HIV atau

mengonsumsi obat antikanker atau rituximab

 Tergigit hewan yang terkonfirmasi terinfeksi rabies

Serum antirabies diberikan dengan tujuan memberi perlindungan

bagi pasien sebelum antibodi yang dihasilkan dari vaksin rabies

terbentuk. Sehingga serum rabies umumnya diberikan bersama

dengan dosis pertama vaksin rabies.

3. Vaksin rabies

Vaksin rabies dapat merangsang sistem kekebalan tubuh guna

menunjang produksi antibodi yang akan membunuh virus rabies.

Karena vaksin rabies mengandung virus rabies yang telah dilemahkan.

Pada orang dengan risiko tinggi terinfeksi virus rabies, vaksin rabies

ideal diberikan sebagai upaya pencegahan.

Kemudian, ada juga vaksin rabies yang disebut dengan post

exposure prophylaxis (PEP) yang dapat diberikan kepada pasien yang

baru dicakar atau digigit hewan yang berpotensi menularkan virus

rabies. Vaksin PEP tersebut juga dapat diberikan kepada pasien

dengan dugaan terinfeksi virus rabies yang memiliki luka bekas gigitan
dengan risiko sedang dan tinggi. Selain itu, dosis pemberian vaksin

juga dapat ditentukan dengan kondisi apakah pasien sudah pernah

memperoleh vaksin rabies atau belum.

Untuk pasien yang sudah pernah memperoleh vaksin rabies,

biasanya dokter akan memberikan 2 dosis vaksin. Berikut

penjelasannya:

 Dosis pertama diberikan secepatnya pacsa tergigit hewan

 Dosis kedua diberikan 3 hari setelah digigit hewan

Dokter akan memberikan vaksin rabies sebanyak 4 dosis vaksin

apabila pasien belum pernah memperoleh vaksin rabies. Berikut

penjelasan 4 dosis vaksin rabies:

 Pasca tergigit vaksin dosis pertama akan diberikan, kemudian

dilanjutkan dengan pemberian suntik serum antirabies guna

mempermudah sistem kekebalan tubuh melawan infeksi

rabies

 Hari ke-3 setelah digigit, vaksin dosis kedua akan diberikan

 Hari ke-7 setelah digigit, vaksin dosis ketiga akan diberikan

 Hari ke-14 hingga hari ke-28, vaksin dosis keempat akan

diberikan

Kemudian, pengobatan yang dilakukan mengacu pada tingkat

keparahan luka yang dialami, seperti:

 Seluruh bagian luka dibersihkan menggunakan cairan

desinfektan bila luka berada dikategori risiko rendah


 Luka dicuci dan diberikan vaksinasi rabies jika luka berada

dikategori risiko sedang

 Luka dicuci, diberikan vaksinasi rabies dan diberikan serum

antirabies bila luka berada dikategori risiko tinggi

7. KOMPLIKASI

Waktu antara paparan dan gejala penyakit yang dikenal sebagai periode

inkubasi dapat berjalan rata-rata dari 20 hingga 90 hari. Ketika infeksi

berkembang dan menuju otak, gejala ensefalitis (radang otak) dan meningitis

(radang jaringan di sekitar otak dan tulang belakang) akan berkembang.

Selama tahap penyakit selanjutnya, seseorang mulai mengalami gejala fisik

dan neuropsikiatri yang progresif dan sering dramatis, seperti paranoia,

perilaku abnormal, halusinasi, dan kejang.

Dari titik ini, penyakit ini berkembang dengan cepat, menyebabkan delirium,

koma, dan kematian dalam 7-10 hari. Begitu gejala prodromal muncul,

pengobatan hampir tidak pernah efektif.


8. PATOFLOWDIAGRAM
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

Pengkajian yaitu suatu pengumpulan data subjektif dan data objektif yang

dapat diperoleh dari pasien. Data yang terkumpul dapat mencakup informasi

pasien, keluarga, masyarakat, lingkungan.Mengkaji tentang pengetahuan

pasien yang dimana tingkat pengetahuannya mengenai penyakit yang

dideritanya.

Pemeriksaan fisik dengan melihat luka gigitan atau cakaran. Pemeriksaan

ini bertujuan untuk menentukan seberapa besar risiko terjadinya infeksi rabies

pada pasien, seperti dijelaskan di bawah ini:

 Kategori luka risiko rendah, jika kontak hanya berupa sentuhan atau

jilatan di kulit yang tidak memiliki luka terbuka

 Kategori luka risiko sedang, jika kontak berupa gigitan kecil yang tidak

dalam, serta cakaran atau lecet yang tidak menyebabkan perdarahan

 Kategori luka risiko tinggi, jika kontak berupa gigitan atau cakaran ke

mata, mulut, atau luka terbuka yang sampai menembus kulit dan

menyebabkan perdarahan

2. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merupakan suatu proses dalam menganalisa data

subjektif dan data objektif yang dimana diperoleh pada saat pengkajian.

Diagnosa untuk masalah rabies adalah: (Doengoes, Marilynn E, 2000)


a) Hipertermi berhubungan dengan viremia

b) Gangguan pola nafas berhubungan dengan asfiksia

c) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan

reflek menelan

d) Ansietas (keluarga) berhubungan dengan kurang terpajan informasi

e) Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan

f) Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka.

3. INTERVENSI

Di dalam buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),

intervensi keperawatan merupakan bentuk terapi yang dilakukan oleh perawat

yang dapat didasarkan pada pengetahuan dan penilain untuk mencapai status

peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan pada klien individu,

keluarga dan komunitas.

Intervensi utama untuk mengeliminasi rabies pada manusia adalah

memberi vaksinasi pada anjing atau hewan penular rabies Jika seseorang

tergigit oleh hewan yang terkena rabies, langkah-langkah yang harus segera

dilakukan adalah:

 Bersihkan Luka: Segera bersihkan luka gigitan dengan air mengalir dan

sabun.

 Segera ke Fasilitas Kesehatan: Segera pergi ke fasilitas kesehatan

untuk mendapatkan perawatan medis dan vaksin anti-rabies.


 Vaksinasi: Dapatkan vaksinasi anti-rabies sesegera mungkin, karena

vaksinasi yang diberikan setelah terinfeksi dapat mencegah

perkembangan penyakit

DAFTAR PUSTAKA
A. SIMPULAN
Penyakit rabies disebabkan oleh virus rabies dan menular pada manusia lewat
gigitan atau cakaran hewan penderita rabies atau dapat pula lewat luka yang
terkena air liur hewan penderita rabies.Secara patogenesis, setelah virus rabies
masuk lewat luka gigitan, selama dua mingguvirus tetap tinggal pada tempat
masuk dan dekatnya. Kemudian, virus akan bergerak mencapai ujung-ujung
serabut saraf posterios tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya.
Masa inkubasi virus ini bervariasi, berkisar antara dua minggu sampai dua
tahun. Tapi umumnya 3-8minggu, tergantung jarak tempuh virus sebelum
mencapai otak. Sesampainya di otak, virus Akan memperbanyak diri dan
menyebar luas dalam semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai
predileksi khusus terhadap sel- sel sistem limbik, hipotalamus dan batang
otak.Akhirnya virus ini akan mencapai otak dan menyerang banyak bagian
penting otak yang menyebabkan kematian.
Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus Ditangani dengan cepat
dan sesegera mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies yang
masuk pada luka gigitan. Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan
dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15
menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 persen, betadine, obat merah atau
lainnya)

Anda mungkin juga menyukai