Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH VIROLOGI I

RABIES
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Virologi I

Di Susun Oleh :

Ayu Sri Wahyuni 1711C1004

S1 Kimia Konsentrasi Analis Medis

Oleh :

Ayu Sri Wahyuni (1711C1004)

S1 Kimia Konsentrasi Analis Medis

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH

BANDUNG 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini yang
berjudul “Rabies” dapat tersusun hingga selesai untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Virologi I.

Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami hingga selesainya makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca, sehingga ke depannya diharapkan dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami memahami bahwa masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Garut, 11 Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat ......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
2.1 Sejarah ......................................................................................................................... 4
2.2 Definisi Penyakit Rabies .............................................................................................. 4
2.3 Etiologi .......................................................................................................................... 6
2.4 Tanda-tanda dan gejala penyakit Rabies .................................................................. 9
2.5 Cara Penularan ............................................................................................................ 11
2.6 Akibat dan bahaya penyakit Rabies........................................................................... 13
2.7 Penanggulangan dan pencegahan Rabies .................................................................. 13
2.8 Diagnosa ........................................................................................................................ 18
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 20
3.2 Saran ............................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang bersifat zoonosis (menular
ke manusia).. Rabies disebabkan oleh virus rabies, dari genus Lyssavirus, famili
Rhabdoviridae (OIE, 2008). Virus rabies termasuk virus yang memiliki genom RNA untai
tunggal berpolaritas negatif (ss-RNA virus), memiliki ukuran diameter 75 nm dan panjang
180 nm. Virus rabies memiliki lima jenis partikel protein yang berbeda yakni glikoprotein
(G), matrik protein (M), RNA polymerase (L), nukleoprotein (N), dan phosphoprotein (P)
(Coll, 1995). Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan ditularkan
melalui gigitan, cakaran atau melalui kulit yang terluka (Bingham, 2005; Kang et al., 2007).

Menurut laporan WHO (2005), penyakit rabies dapat timbul akibat kelalaian manusia
“neglected disease” karena penyakit ini sebenarnya dapat dicegah sebelum muncul. Penyakit
rabies tersebar di seluruh dunia dengan perkiraan 55.000 kematian pertahun, hampir
semuanya terjadi di negara berkembang. Jumlah yang terbanyak dijumpai di Asia sebesar
31.000 jiwa (56%) dan Afrika 24.000 jiwa (44%). Diperkirakan 30% – 50% proporsi dari
kematian yang dilaporkan terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun (WHO, 2006).

Kasus klinis rabies pada hewan maupun manusia selalu berakhir dengan kematian.
Penyakit Rabies menimbulkan dampak psikologis seperti kepanikan, kegelisahan,
kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan pada orang-orang yang terpapar. Kerugian
ekonomi yang ditimbulkan pada daerah tertular terjadi karena biaya penyidikan,
pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya postexposure treatment. Disamping itu,
kerugian akibat pembatalan kunjungan wisatawan, terutama di daerah yang menjadi tujuan
wisata penting di dunia, seperti Bali, dapat saja terjadi jika tingkat kejadian rabies sangat
tinggi.

Rabies telah ada di Indonesia sejak abad ke-19 dan telah tersebar di sebagian besar
wilayah. Rabies dilaporkan pertama kali oleh Stchorl pada tahun 1884, yaitu pada seekor

1
kuda di Bekasi, Jawa Barat. Selanjutnya kasus rabies pada kerbau dilaporkan pada tahun
1889, kemudian rabies pada anjing dilaporkan oleh Penning tahun 1890 di Tangerang.

Kasus rabies pada manusia dilaporkan oleh Eilerts de Haan pada seorang anak di Desa
Palimanan, Cirebon tahun 1894. Selanjutnya rabies dilaporkan semakin menyebar
kebeberapa wilayah di Indonesia, yaitu Sumatra Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun
1953, Sulawesi Selatan tahun 1959, Lampung 1969, Aceh tahun 1970, Jambi dan DI
Yogyakarta tahun 1971. Rabies di Bengkulu, DKI Jakarta, dan Sulawesi Tengah di laporkan
tahun 1972, Kalimantan Timur tahun 1974 dan Riau tahun 1975. Pada dekade 1990-an dan
2000-an rabies masih terus menjalar ke wilayah yang sebelumnya bebas historis menjadi
tertular, yaitu Pulau Flores tahun 1998, Pulau Ambon dan Pulau Seram tahun 2003,
Halmahera dan Morotai tahun 2005, Ketapang tahun 2005, serta Pulau Buru tahun 2006.
Kemudian Pulau Bali dilaporkan tertular rabies tahun 2008, Pulau Bengkalis dan Pulau
Rupat di Propinsi Riau tahun 2009 (Direktorat Kesehatan Hewan, 2006; Kepmentan, 2008).

Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) rabies merupakan salah satu upaya preventif
yang berperan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat gigitan anjing yang
sampai saat ini masih belum dapat dituntaskan. Pelaksanaan program ini merupakan
program yang melibatkan multi sektoral baik oleh seluruh unit pelayanan kesehatan (UPK)
seperti Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Instansi dan Organisasi lain yang
turut mendukung program ini, di samping juga peran serta masyarakat secara paripurna dan
terpadu (Depkes RI, 2001).

Pengendalian penyakit rabies umumnya dilakukan dengan vaksinasi dan eliminasi anjing
liar/diliarkan, disamping program sosialisasi, dan pengawasan lalu lintas hewan penular
rabies (HPR). Vaksinasi massal merupakan cara yang efektif untuk pencegahan dan
pengendalian rabies.Oleh karena itu perlu adanya penyuluhan serta tindakan-tindakan
preventif terkait bahaya yang ditimbulkan akibat penyakit anjing gila ini sehingga
dimungkinkan penyakit anjing gila ini dapat diatasi dan sebagai informasi untuk mengambil
kebijakan pengendalian wabah penyakit rabies dalam program pencegahan penyakit rabies.
Selanjutnya dapat meningkatkan surveilance terpadu dengan Dinas Peternakan dan
Pertanian dalam penanganan kasus tersangka maupun penderita rabies.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian penyakit rabies ?

2. Apakah etiologi (virus penyebab) penyakit rabies ?

3. Bagaimanakah tanda-tanda dan gejala penyakit rabies ?

4. Bagaimana cara penularan penyakit rabies ?

5. Apakah akibat dan bahaya dari penyakit rabies ?

6. Bagaimanakah cara penanggulangan penyakit rabies ?

7. Bagaimana Diagnosa Rabies ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui apa pengertian penyakit rabies.

2. Mengetahui apa etiologi (virus penyebab) penyakit rabies.

3. Mengetahui tanda-tanda dan gejala penyakit rabies.

4. Mengetahui cara penularan penyakit rabies.

5. Mengetahui akibat dan bahaya dari penyakit rabies

6. Mengetahui cara penanggulangan penyakit rabies.

7. Mengetahui Diagnosa Rabies

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan kita dapat mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan penyakit rabies sehingga kita dapat mencegah penyakit rabies ini.
Makalah ini pula dapat menjadi referensi dalam pembuatan makalah mengenai
penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit rabies.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah
Rabies merupakan penyakit hewan yang sangat terkenal, bahkan sudah dikenal sejak
ribuan tahun sebelum masehi. Prasasti rabies yang berisikan aturan denda bagi pemilik
anjing, yang positif rabies menggigit manusia hingga mati telah dibuat pada zaman
kekuasaan raja Hamurabi (2300 SM). Rabies pada anjing dan kucing telah digambarkan oleh
Democritus (500 SM) dan Aristoteles (322 SM), Celcus (100 tahun sesudah masehi) untuk
pertama kalinya memperkenalkan hubungan antara gejala takut air (hidrofobia) pada
manusia dengan rabies pada hewan.
Di Indonesia rabies pertama kali dilaporkan pada kerbau oleh Esser (1884), kemudian
oleh Penning pada anjing (1889) dan oleh E.V. De Haan pada manusia (1894), selanjutnya
selama pendudukan Jepang situasi daerah tertular rabies tidak diketahui dengan pasti, namun
setelah Perang Dunia II peta rabies di Indonesia berubah. Secara kronologis tahun kejadian
penyakit rabies mulai di Jawa Barat (1948), Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
(1953), Sumatera Utara (1956), Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara (1958), Sumatera
Selatan (1959), D.I.Aceh (1970), Jambi dan Yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan
Sulawesi Tenggara (1972), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975), Kalimantan Tengah
(1978), Kalimantan Selatan (1983) dan P. Flores (1997).
Pada akhir tahun 1997, KLB (Kejadian Luar Biasa) rabies muncul di Kab. Flores Timur-
NTT sebagai akibat pemasukan secara ilegal anjing dari pulau Buton-Sulawesi Tenggara
yang merupakan daerah endemik rabies. Sampai dengan saat ini selain beberapa provinsi di
kawasan Timur Indonesia yang tersebut diatas pulau pulau kecil di sekeliling Pulau
Sumatera masih dinyatakan bebas rabies.

2.2 Definisi Penyakit Rabies


Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
virus rabies (Rhabdovirus). Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo yang
berarti berbentuk batang dan Virus yang berarti virus. Jadi Rhabdovirus merupakan virus
yang mempunyai bentuk seperti batang.

4
Penyakit ini bersifat zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Rabies
merupakan salah satu penyakit di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang
menginfeksi susunan saraf pusat. Rabies yang menginfeksi kucing, anjing, rakun, kelelawar
atau kera dapat menular ke manusia melalui kontak dengan kelenjar saliva (air liur) hewan
yang terinfeksi. Rabies disebut juga penyakit anjing gila. Setiap tahun, rabies menyebabkan
kematian sebanyak 50,000 orang dan jutaan hewan di seluruh dunia. Setelah gejala-gejala
muncul, penyakit ini akan berakhir dengan fatal. Apabila sebuah kelompok masyarakat
terkena penyakit ini, maka perbandingannya bisa mencapai 5 : 1.

Di Amerika Serikat rabies terutama terjadi pada musang, raccoon, serigala dan
kelelawar. Rabies serigala terdapat di Kanada, Alaska dan New York. Kelelawar penghisap
darah (vampir), yang menggigit ternak merupakan bagian penting siklus rabies di Amerika
latin. Eropa mempunyai rabies serigala, di Asia dan Afrika masalah utamanya adalah anjing
gila.

Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16
propinsi, meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu,
Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Kasus terakhir yang terjadi
adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).

Data Kasus Rabies


 DUNIA
 Penyakit rabies terjadi lebih dari 150 negara dan wilayah
 40% dari irang yang digigit oleh hewan gila adalah anak dibawah 15 tahun
 99% host virus rabies adalah anjing.
 lebih dari 55.000 orang meninggal dunia akibat penyakit rabies

 INDONESIA
Sampai pada bulan Agustus 2010 sudah 113 orang positif terjangkit virus rabies.
Penyebaran virus rabies sulit dihentikan sehingga tidak mengherankan apabila
kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini mencapai 100%.

5
Tahun 2005 KLB terjadi di Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat. Pada akhir
tahun 2007 terjadi KLB di Banten. Pada November 2008 terjadi KLB di Kab. Bandung,
Bali, Pulau Nias, Sumatra Utara sampai pada Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular
rabies.

2.3 Etiologi
Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdoviridae,
genus Lyssa. Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk
kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun
dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membran selubung (amplop) dibagian
luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari
500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.
Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan jarak
antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70
%, yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam
larutan gliserin 50 %. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam
penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40 C dapat tahan selama bebarapa
tahun.

6
Gambar: Struktur Virus Rabies
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus
Lysavirus. Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu
utas negatif RNA yang tidak bersegmen.Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang
berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai
letak geografis. Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain
rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah
(Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia,
dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi.

Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui
gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka.
Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang
dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke
jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Hewan yang
terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/ tenang. Pada rabies
buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan segala
macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh
dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal
atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit
bernapas, serta menunjukkan kegalakan.

7
Virus Rabies selain terdapat di susunan syaraf pusat, juga terdapat di air liur hewan
penderita rabies. Oleh sebab itu penularan penyakit rabies pada manusia atau hewan lain
melalui gigitan. Gejala-gejala rabies pada hewan timbul kurang lebih 2 minggu (10 hari -
8 minggu). Sedangkan pada manusia 2-3 minggu sampai 1 tahun. Masa tunas ini dapat
lebih cepat atau lebih lama tergantung pada :

- Dalam dan parahnya luka bekas gigitan.


- Lokasi luka gigitan.
- Banyaknya syaraf disekitar luka gigitan.
- Pathogenitas dan jumlah virus yang masuk melalui gigitan.
- Jumlah luka gigitan.
Di Indonesia hewan-hewan yang biasa menyebarkan penyakit rabies adalah :

- Anjing
- Kucing
- Kera
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang
tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah
mereka terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua
kasus rabies terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di
mana ada jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara
karena tidak ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar

Masa Inkubasi
Masa inkubasi rabies pada anjing 10 – 15 hari, dan pada hewan lain 3-6 minggu kadang-
kadang berlangsung sangat panjang 1-2 tahun. Masa inkubasi pada manusia yang khas
adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau
lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus rabies manusia
dengan periode inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang
terjadi.
Masa inkubasi bisa tergantung pada umur pasien, latar belakang genetik, status immun,
strain virus yang terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu masuknya

8
ke susunan saraf pusat.5 Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari
luka sampai ke otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi kirakira 60 hari, pada gigitan di
tangan masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari.

2.4 Tanda-tanda dan Gejala Penyakit Rabies


Gejala yang terlihat pada umumnya adalah berupa manifestasi peradangan otak
(encephalitis) yang akut baik pada hewan maupun manusia. Pada manusia keinginan
untuk menyerang orang lain pada umumnya tidak ada.

Masa inkubasi rabies pada anjing dan kucing berkisar antara 10 sampai 8 minggu.
Pada sapi, kambing, kuda dan babi berkisar antara 1 sampai 3 bulan.

Tanda klinis pada hewan pemamah biak dapat dilibat seperti gelisah, gugup, liar
dan adanya rasa gatal pada seluruh tubuh, kelumpuhan pada kaki belakang dan akhirnya
hewan mati. Pada hari pertama atau kedua gejala klinis terlihat biasanya temperatur
normal, anorexia, eskpresi wajah berubah dari biasa, sering menguak dan ini merupakan
tanda yang spesiftk bagi hewan yang menderita rabies.

Gejala-gejala rabies pada hewan ada dua :

1. Rabies Ganas
o Pada anjing, dari ramah menjadi penakut dan tidak menurut lagi pada tuannya.
o Selalu bersembunya di tempat gelap dan dingin.
o Nafsu makan berkurang.
o Suara menjadi parau.
o Memakan benda-benda asing, batu, kayu, dsb.
o Ekornya ada diantara kedua pahanya.
o Menyerang dan mengigit siapa saja (menjadi lebih agresif).
o Kejang yang disusul dengan kelumpuhan.
o Biasanya akan mati 4-5 hari setelah timbul gejala pertama.
2. Rabies Tenang
o Pada jenis ini, kejang-kejang berlangsung singkat dan sangat jarang terlihat.
o Kelumpuhan sangat menonjol pada rabies jenis ini.
o Tidak dapat menelan.

9
o Mulut terbuka dan air liur keluar terus-menerus, disusul kematian dalam waktu
singkat.

Gejala-gejala rabies pada manusia dibagi menjadi empat stadium :

1. Stadium Prodromal
o Tidak khas seperti gejala sakit biasa seperti, demam, sakit kepala, malaise,
anoreksia, nausea, mual dan rasa nyeri ditenggorokan selama beberapa hari, dsb.
2. Stadium Sensoris
o Biasanya terasa nyeri di daerah bekas gigitan, paraesthesia, panas, gugup,
anxietas. Kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan
terhadap rangsang sensorik.
3. Stadium Eksitasi
o Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala
hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi.
o Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya, yang
sangat khas pada stadium ini ialah adanya macam-macam phobi, yang sangat
terkenal diantaranya ialah hidrofobi (takut dengan air).
o Kontraksi otot-otot Faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh
rangsang sensorik seperti meniupkan udara kemuka penderita atau dengan
menjatuhkan sinar kemata atau dengan menepuk tangan didekat telinga penderita.
o Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsa da tahikardi. Tindak-
tanduk penderita tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai dengan saat-saat
responsif.
o Gejala-gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal,
tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemah,
hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
4. Stadium Paralitic
o Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-
kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-
otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang,
yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.

10
2.5 Cara Penularan
Cara penularan melalui gigitan dan non gigitan (aerogen, transplantasi, kontak
dengan bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa). Cakaran oleh kuku
hewan penular rabies adalah berbahaya karena binatang menjilati kuku-kukunya. Saliva
yang ditempatkan pada permukaan mukosa seperti konjungtiva mungkin infeksius.
Ekskreta kelelawar yang mengandung virus rabies cukup untuk menimbulkan bahaya
rabies pada mereka yang masuk gua yang terinfeksi dan menghirup aerosol yang
diciptakan oleh kelelawar. Penularan rabies melalui transplan kornea dari penderita
dengan ensefalitis rabies yang tidak didiagnosis pada resipen/penerima sehat telah
direkam dengan cukup sering. Penularan dari orang ke orang secara teoritis mungkin
tetapi kurang terdokumentasi dan jarang terjadi.
Luka gigitan biasanya merupakan tempat masuk virus melalui saliva, virus tidak bisa
masuk melalui kulit utuh. Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2
minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak
mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan
fungsinya. Bagian otak yang terserang adalah medulla oblongata dan annon’s hoorn.
Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas
dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel
sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-
neuron sentral, virus kemudian ke arah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf
volunter maupun saraf otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hampir tiap organ
dan jaringan didalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti
kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya. Gambaran yang paling menonjol dalam infeksi
rabies adalah terdapatnya badan negri yang khas yang terdapat dalam sitoplasma sel
ganglion besar.

11
Gambar :
Skema

patogenesis infeksi virus rabies. Nomor pada gambar menunjukkan urutan kejadian.

12
2.6 Akibat dan Bahaya Penyakit Rabies
Rabies hampir selalu berakibat fatal jika post-exposure prophylaxis tidak
diberikan sebelum onset gejala berat. Virus rabies bergerak ke otak melalui saraf perifer.
Masa inkubasi dari penyakit ini tergantung pada seberapa jauh jarak perjalanan virus
untuk mencapai sistem saraf pusat, biasanya mengambil masa beberapa bulan. Setelah
mencapai sistem saraf pusat, orang yang terinfeksi rabies akan mulai menunjukkan
gejala yang kita kenali sebagai fase prodromal. Tahap awal gejala rabies adalah malaise,
sakit kepala dan demam, kemudian berkembang menjadi lebih serius, termasuk nyeri
akut, gerakan dan sikap yang tidak terkendali, depresi dan ketidakmampuan untuk
minum air (hydrophobia). Akhirnya, pasien dapat mengalami periode mania dan lesu,
diikuti oleh koma. Penyebab utama kematian biasanya adalah gangguan pernapasan

2.7 Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Rabies


Untuk melakukan pencegahan penyebaran virus rabies ini, ada baiknya kita
mengenali ciri-ciri anjing piaraan maupun anjing liar yang terjangkit virus rabies atau
anjing gila. Agar kita tidak menjadi korban gigitan anjing rabies, ada baiknya kita perlu
lebih waspada dengan melakukan berbagai upaya pencegahan. Upaya pertama adalah
merawat anjing kesayangan kita dengan baik dan rutin melakukan vaksinasi ke dokter
hewan minimal 1- 2 kali dalam setahun, mengikat atau memberi kandang anjing piaraan
kita. Jangan biarkan anjing kesayangan kita berkeliaran di jalanan dan bergaul dengan
anjing-anjing liar agar terhindar dari penularan virus rabies.

Agar terhindar dari gigitan binatang yang terjangkit virus rabies, alangkah
baiknya kita tidak berada terlalu dekat dengan binatang seperti anjing, kucing, dan kera
liar, karena ketiga hewan ini merupakan hewan yang dapat menularkan panyakit rabies
(HPR). Selain itu, kita sebaiknya bisa mengetahui sedini mungkin ciri-ciri anjing yang
terjangkit virus rabies atau anjing gila. Ciri-ciri tersebut antara lain terjadi perubahan
perilaku pada anjing yang sebelumnya jinak berubah menjadi galak, dan sebaliknya dari
galak menjadi jinak.

Anjing yang terjangkit penyakit rabies biasanya menggigit benda apa saja baik
kayu, karet, besi, dan benda lainnya, mengeluartkan air liur yang menetes berlebihan,

13
melompat-lompat seperti menangkap lalat, takut air dan cahaya, serta senang
bersembunyi di tempat gelap dan dingin. Anjing yang sudah gila juga tidak mau menuruti
perintah majikannya serta hilang nafsu makan. Anjing yang mengidap rabies, setelah
menggigit akan mati maskimal dua minggu setelah menggigit orang.

Apabila ada informasi hewan tersangka rabies atau menderita rabies, maka Dinas
Peternakan harus melakukan penangkapan atau membunuh hewan tersebut sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Apabila seteh melakukan observasi selama lebih kurang dua
minggu ternyata hewan itu masih hidup, maka diserahkan kembali kepada pemiliknya
setelah divaksinasi, atau dapat dimusnahkan apabila tidak ada pemiliknya.

Sementara ciri-ciri orang terkena penyakit rabies antara lain nafsu makannya
hilang yang disertai sakit kepala, tidak bisa tidur, demam tinggi, mual, dan muntah-
muntah. Selain itu, penderita rabies juga takut dengan air maupun cahaya, air liur dan
mata keluar berlebihan, kejang-kejang yang disusul dengan kelumpuhan sebelum
akhirnya meninggal jika tidak segera diobati ke dokter.

Langkah yang perlu ditempuh jika kita maupun orang di sekitar kita digigit anjing
adalah mengambil langkah cepat yaitu mencuci luka gigitan hewan tersebut dengan
sabun selama kurang lebih 5-10 menit di bawah air mengalir atau di guyur. Kemudian
memberi luka gigitan dengan alkohol 70 persen atau yodium tincture, serta segera pergi
ke puskemas, rumah sakit, atau dokter terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang
lebih optimal.

PENANGANAN LUKA GIGITAN


Setiap luka gigitan oleh hewan yang tertular penyakit rabies harus segera diambil
tindakan yang efektif karena penyebaran virus yang cepat. usaha yang paling efektif
untuk mengurangi/mematikan virus rabies ialah mencuci luka gigitan dengan air
(sebaiknya air mengalir) dan sabun atau diteregent selama 10-15 menit, kemudian diberi
antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah dan lain-lain).

Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi. Bila memang
perlu sekali untuk dijahit (jahitannya jahitan situasi), maka diberi Serum Anti Rabies

14
(SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak
mungkin dan sisanya disuntikan secara intra muskuler. Disamping itu harus
dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/vaksin anti tetanus, anti biotik untuk
mencegah infeksi dan pemberian analgetik.

PENCEGAHAN PENULARAN RABIES

Pencegahan rabies pada hewan adalah tanggung jawab Dinas Peternakan dan
dalam pelaksanaannya akan bekerja sama dengan semua instansi. Pencegahan dilakukan
dengan menghindari gigitan anjing atau binatang-binatang liar. Bila sudah terjadi maka
binatang tersebut harus diobservasi oleh dokter hewan untuk kemungkinan rabies. Bila
binatang tersebut menunjukkan tanda-tanda rabies atau bahkan mati dalam waktu 10 hari
maka harus dilakukan pemeriksaan laboratorik terhadap otak binatang tersebut untuk
memastikan diagnosa.

Agar pencegahan dan pemberantasan lebih efektif, maka disusun pedoman khusus
berlandaskan pada surat keputusan bersama antara Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian
dan Menteri Dalam Negeri tentang pencegahan dan penanggulangan rabies.

Adapun langkah-langkah pencegahan rabies dapat diihat dibawah ini:

- Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing, kucing, kera dan
hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.
- Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk tanpa izin ke
daerah bebas rabies.
- Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies kedaerah-daerah bebas
rabies.
- Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing, dan kera. 70% populasi yang ada
dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus.

Sedangkan langkah sederhana yang dapat anda lakukan adalah sebagai berikut:
 Pastikan bahwa Anda vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan. Dalam beberapa tahun
terakhir, rabies pada kucing telah melampaui jumlah kasus rabies pada anjing. Oleh

15
karena itu, mencari tahu dari departemen kesehatan setempat apakah mereka mempunyai
klinik vaksinasi untuk kucing dan anjing. Atau yang lain, Anda dapat meminta dokter
hewan Anda memberi vaksin kepada hewan peliharaan Anda.
 Pastikan Anda tidak membiarkan hewan peliharaan anda untuk menjalankan longgar. Ini
akan membantu untuk menjauhkan mereka dari binatang liar, yang bisa menjadi potensi
pembawa rabies.
 Jika hewan peliharaan Anda telah digigit oleh binatang liar, pastikan Anda
memberitahukan departemen kesehatan setempat dan pengendalian hewan segera.
 Jika Anda melihat binatang liar di daerah Anda, pastikan Anda memberitahukan
departemen kesehatan sehingga petugas pengendali binatang dapat memeriksa hal.
 Pernah makan binatang liar, terutama yang tampak agresif atau sakit.
 Jika hewan liar seperti kelelawar, rakun, rubah, sigung atau Groundhog menggigit orang
atau binatang peliharaan, maka harus segera meletakkan. Kemudian kepala binatang itu
harus diserahkan kepada negara untuk pemeriksaan laboratorium pengujian. Vaksinasi
rabies akan tergantung pada hasil pemeriksaan.
 Jika hewan peliharaan Anda jatuh sakit setelah digigit anjing liar atau hewan liar,
pastikan Anda segera bawa ke dokter hewan Anda.
 Pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan memberikan imunisasi pasif dengan serum
anti rabies, dan pengobatan yang bersifat suportif dan simtomatik. Luka gigitan dirawat
dengan tehnik tertentu dengan tujuan menghilangkan dan menonaktifkan virus.
Immunisasi aktif dengan vaksin anti rabies sebelum tanda-tanda dan gejala muncul
sekaligus merupakan usaha pencegahan bila ada kecurigaan binatang yang menggigit
mengidap rabies.
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah
terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan
(letal).
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus
atau segera setelah terkena gigitan. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada
orang-orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu:
 Dokter hewan.
 Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.

16
 Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada
anjing banyak ditemukan.
 Para penjelajah gua kelelawar.

VAKSINASI RABIES DAN MANFAATNYA TERHADAP ANJING, KUCING,


DAN KERA

Vaksin rabies dikenal sejak tahun 1879 dibuat pertama kali oleh Victor Galtier.
Selanjutnya pada tahun 1884 vaksin tersebut dikembangkan oleh Louis Pasteur membuat
vaksin rabies menggunakan virus yang berasal dari sumsum tulang belakang anjing yang
terkena rabies kemudian dilintaskan pada otak kelinci dan diatenuasikan dengan
pemberian KOH.

Pada tahun 1993 Kliger dan Bernkopf berhasil membiakkan virus rabies pada
telur ayam bertunas. Cara pembiakan virus tersebut dipakai oleh Koprowski dan Cox
untuk membuat vaksin rabies aktif strain flury HEP pada tahun 1955.

Dengan berkembangnya cara pengembangbiakan virus dengan biakan sel,


Naguchi pada tahun 1913 dan Levaditi pada tahun 1914 berhasil membiakan virus rabies
secara in vitro pada biakan gel.

Pada tahun 1958 Kissling membiakan virus rabies CVS pada biakan sel ginjl anak
hamster. Selanjutnya pada tahun 1963 Kissling dan Reese berhasil membuat vaksin
rabies inaktif menggunakan virus rabies yang dibiakan pada sel ginjal anak hamster
(BHK).

Dengan metoda pembuatan vaksin dengan biakan sel ini dapat dihasilkan titer
virus yang jauh lebih tinggi dibandungkan dengan biakan virus memakai otak hewan
yang ditulari virus rabies.

Disamping itu metode biakan sel dapat menghasilkan virus dengan jumlah yang
lebih banyak untuk produksi vaksin rabies dengan skala besar.

Pengendalian penyakit rabies dapat dilakukan antara lain dengan jalan


mengusahakan agar hewan yang peka terhadap serangan rabies kebal terhadap serangan

17
virus rabies. Oleh karena itu sebagian besar populasi hewan harus dokebalkan melalui
vaksin yang berkualitas baik. Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur
hidup. Tetapi seiring berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang
yang berisiko tinggi terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3
tahun. Pentingnya vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga
merupakan salah satu cara pencegahan yang harus diperhatikan.

2.8 Diagnosa
Diagnosa Lapangan
Untuk memperoleh tingkat akurasi yang tinggi, cara yang paling tepat adalah
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut ;
 Anjing yang menggigit harus ditangkap dan diobservasi.
 Riwayat penggigitan, ada tidaknya provokasi.
 Jumlah penderita gigitan.
Penahanan dan observasi klinis selama 10 - 15 hari dilakukan terhadap anjing, kucing
yang walaupun tampak sehat dan diketahui telah menggigit orang (sedangkan anjing atau
kucing yang tidak ada pemiliknya dapat langsung dibunuh dan diperiksa otaknya).
Berdasarkan pengalaman di lapangan, anjing menggigit lebih dari satu orang
tanpa didahului oleh adanya provokasi dan anjing tersebut mati dalam masa observasi
yang kemudian specimen otaknya diperiksa dilaboratorium hasilnya adalah positif rabies,
selanjutnya indikasi kecenderungan rabies di lapangan tanpa adanya tindakan provokasi
dapat ditentukan sebagai berikut :
 Hewan menggigit 1 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif) rabies 25 %.
 Hewan menggigit 2 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif) rabies 50 %.
 Hewan menggigit 3 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif) rabies 75 %.
 Hewan menggigit 4 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif) rabies 100 %.

Diagnosa Laboratorium
Diagnosa rabies secara laboratorium didasarkan atas :
a. Penemuan badan negri (negri body)

18
b. Penemuan antigen
c. Penemuan virus (isolasi)
Antigen, badan negri dan virus banyak ditemukan pada sel saraf (neuron)
sedangkan kelenjar ludah dapat mengandung antigen dan virus tetapi badan negri tidak
selalu dapat ditemukan pada kelenjar ludah anjing. Adanya kontaminasi pada specimen
dapat mengganggu pemeriksaan dan khususnya untuk ”isolasi virus” pengiriman harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga kelestarian hidup virus dalam specimen tetap
terjamin sampai ke laboratorium.
Bahan pemeriksaan dapat berupa seluruh kepala, otak, hippocampus, cortex cerbri
dan cerebellum, preparat pada gelas objek dan kelenjar ludah. Bila negri body tidak
ditemukan, supensi otak (hippocampus) atau kelenjar ludah sub maksiler diinokulasikan
intrakranial pada hewan coba (suckling animals), misalnya hamster, tikus (mice) atau
kelinci (rabbits).
Cara diagnosis rabies secara laboratoris dapat dilakukan dengan :
a. Mikroskopis untuk melihat dan menemukan badan negri, yakni pewarnaan cepat Sellers,
FAT (Fluorescence Antibody Technique) dan histopatologik.
b. Antigen-antibody reaksi dengan uji virus nertralisasi, gel agar presipitasi atau reaksi
peningkatan komplemen dan FAT Isolasi virus secara biologis pada mencit atau in vitro
pada biakan jaringan diikuti identifikasi isolat dengan cara pewarnaan FAT atau uji virus
netralisasi.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
virus rabies. Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae
dan genus Lysavirus. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke
manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing,
kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.

Gejala yang terlihat pada umumnya adalah berupa manifestasi peradangan otak
(encephalitis) yang akut baik pada hewan maupun manusia. Pada manusia keinginan untuk
menyerang orang lain pada umumnya tidak ada.

Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan secara rutin,
menghindari memelihar hewan liar di rumah, dan jika berpergian ke daerah yang terjangkit
rabies segera ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies.
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan
oleh hewan yang berpotensi rebies, kerena apabila tidak dapat berakibat fatal bahkan
mematikan

3.2 Saran
Pencarian referensi sangat penting dalam menyusun makalah, maka pemanfaatan teknologi
juga harus dilibatkan seperti media internet. Selain dari internet, referensi juga bias dicari di
buku-buku yang memuat materi terkait. Sehingga makalah yang dibuat lebih jelas dan
terinci.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis
memohon kritik dan saran kepada pembaca agar ada peningkatan dalam pembuatan makalah
sehingga penulis bisa lebih baik lagi

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Penyakit Rabies. (online), (http://www.slideshare.net/dhiahbw/ penyakit-rabies-

40198885), diakses 10 Juni 2020).

Fajrina, Nur. 2012. Penyakit Rabies. (online), (http://nurfajrina.blogspot.com/ 2012/10/penyakit-

rabies.html, diakses 10 Juni 2020).

Nupratama, Kurniawan. 2014. Makalah Rabies. (online), (http://akurniaaa.

blogspot.com/2014/04/makalah-rabies.html, diakses 10 Juni 2020).

Nurhidayah, Andi. 2012. Makalah Epidemiologi Penyakit Rabies. (online),

(http://idha2793.blogspot.com/2012/12/makalah-epidemiologi-penyakit-rabies.html, diakses 10

Juni 2020).

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasannya:

Erlangga. jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai