ASUHAN KEPERAWATAN
“PENYAKIT EBOLA”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga Asuhan
Keperawatan ini dapat tersusun hingga selesai. Asuhan Keperawatan ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan Asuhan Keperawatan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Asuhan
Keperawatan ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah tentang Proses Imunitas ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Kelompok 2
3
DAFTAR ISI
C. Tujuan........................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................6
1. Pengertian………………………...................................................................6
2. Sejarah......................................................................................................6
4. Patofisiologi...............................................................................................8
5. Penatalaksanaan........................................................................................10
A. Pengkajian………………………………………………………………………11
B. Diagnosa…………………………………………………………………………12
C. Intervensi .................................................................................................13
D. Evaluasi…………………………………………………………………………15
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran
C. Daftar Pustaka.................................................................................................
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai penyakit menular pada manusia yang bersumber dari hewan telah banyak
mewabah di dunia. Istilah zoonosis telah dikenal untuk menggambarkan suatu kejadian
penyakit infeksi pada manusia yang ditularkan dari hewan vertebrata. Hal inilah yang dewasa
ini menjadi sorotan publik dan menjadi objek berbagai studi untuk mengkaji segala aspek
yang berkaitan dengan wabah tersebut yang diharapkan nantinya akan diperoleh suatu sistem
terpadu untuk pemberantasan dan penanggulangannya. Kemunculan dari suatu penyakit
zoonosis tidak dapat diprediksi dan dapat membawa dampak yang menakutkan bagi dunia,
terutama bagi komunitas yang bergerak di bidang kesehatan masyarakat dan veteriner.
Pada negara yang berkembang seperti Indonesia, zoonosis belum mendapatkan perhatian
yang cukup baik pemerintahnya maupun rakyatnya. Bukti konkritnya adalah kasus emerging
zoonosis Avian Influenza di Indonesia dimana sejak Agustus 2003, sebanyak 4,7 juta ayam
mati akibat wabah ini. Sejumlah 62 orang positif terinfeksi AI dan 47 orang diantaranya
meninggal dunia. Di samping itu, masih banyak kasus-kasus zoonosis lainnya yang mewabah
di Indonesia seperti antraks dan rabies. Kesuksesan penanggulangan penyakit zoonosis di
negara lain menjadi tantangan bagi Indonesia untuk keluar dari kungkungan penyakit
zoonosis.
Setiap era sejarah kehidupan manusia selalu disertai kemunculan dari suatu penyakit yang
baru. Perubahan sosial dan ekologi yang berkaitan dengan penyebaran populasi manusia,
perubahan lingkungan dan globalisasi dapat berimplikasi pada kemunculan suatu penyakit
zoonosis. Peningkatan populasi manusia dan globalisasi menyebabkan perpindahan manusia
dari satu benua ke benua lainnya. Seiring dengan hal tersebut maka juga akan terjadi
perpindahan hewan antar wilayah, bahkan benua, melalui perusakan habitat, perdagangan,
permintaan pribadi dan kepentingan teknologi, dimana mikroorganisme, termasuk
mikroorganisme patogen, juga mengalami perpindahan ke daerah yang baru. Pada dasarnya,
penyakit yang ada di dunia juga mengalami perkembangan yang sejalan dengan
perkembangan dunia yang cukup pesat.
Sehingga sampai sekarang belum dapat diketahui dari mana virus itu berasal, atau
hewan apa yang menjadi “host” awalnya. Berbagai binatang yang dijumpai di sekitar tepian
sungai Ebola diteliti, dari serangga, ular, sampai monyet, tetapi tidak ditemukan indikasi
bahwa virus itu dari hewan-hewan tersebut. Sehingga membuat para peneliti yang melakukan
penelitian akan penyebab terjadinya penyakit ini hingga menyebabkan wabah di daerah
kongo dan Uganda belum dapat dipecahkan dan didapatkan solusi pengobatannya
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
6
A. Konsep Ebola
1. Sejarah
Tahun 2014 merupakan tahun epidemi terbesar virus Ebola sepanjang sejarah. Pada
Februari 2014, ditemukan lebih dari 150 orang terserang virus Ebola di Guinea dan Liberia,
Afrika Barat. Kemudian kasus Ebola ditemukan meluas di negara Afrika lain.Angka
kematian karena Ebola telah mencapai 90% penderita.Virus Ebola pertama kali ditemukan
pada tahun 1976 di Sudan. Virus ini termasuk dalam famili Filoviridae, genus Ebolavirus.
Terdapat 5 spesies Ebolavirus, 4 diantaranya menyebabkan penyakit pada manusia yaitu:
Zaire ebolavirus, Sudan ebolavirus, Taï Forest ebolavirus, Côte d’Ivoire ebolavirus dan
Bundibugyo ebolavirus. Virus jenis kelima adalah virus Ebola yang menyerang primata yaitu:
Reston ebolavirus.Penyebaran dan penularan virus Ebola pada manusia masih belum
diketahui tapi dicurigai merupakan penyakit yang ditularkan oleh hewan yaitu kelelawar.
Penularan virus Ebola dari manusia ke manusia mudah terjadi. Menurut para ahli, virus
Ebola dapat ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh penderita seperti darah, urin,
cairan semen, air liur dan muntahan. Virus dapat masuk ke tubuh manusia melalui kulit atau
mukosa yang tidak intak. Penyakit yang ditimbulkan virus Ebola disebut dengan Ebola
hemorrhagic fever.Masa inkubasinya sekitar 6-8 hari. Manifestasi klinis yang terjadi adalah
demam tinggi mencapai 40oC, nyeri kepala hebat, nyeri otot, muntah, diare, nyeri perut dan
diikuti perdarahan spontan yang masif. Diagnosis Ebola pada awal penyakit sulit ditegakkan
jika hanya berdasarkan gejala klinis. Jika ada kecurigaan kontak dengan penderita Ebola,
perlu dilakukan pemeriksaan seperti ELISA, PCR, isolasi virus atau imunohistokimia.5 Obat
antivirus maupun vaksin untuk penyakit Ebola belum ditemukan hingga saat ini. Terapi yang
dapat diberikan kepada penderitanya hanya sebatas terapi suportif seperti pemberian oksigen,
cairan intravena dan obat-obat simtomatik.6 Karena penularan dan penyebarannya sangat
cepat dan prognosisnya buruk, penyakit Ebola harus segera dicegah.Dahsyatnya wabah Ebola
di benua Afrika saat ini menjadi perhatian dunia termasuk Indonesia. Bahkan, pemerintah
Arab Saudi telah membatalkan kuota umroh dan haji tahun 2014 bagi negara-negara Afrika
yang terserang wabah virus Ebola demi mencegah penyebarannya. Diharapkan negara-negara
di luar benua Afrika termasuk Indonesia dapat melakukan upaya-upaya untuk mencegah
penyebaran virus Ebola masuk ke negaranya.
2. Pengertian
Penyakit virus ebola (EVD) atau demam berdarah Ebola (EHF) adalah penyakit pada
manusia yang disebabkan oleh virus Ebola. Masa inkubasi biasanya dimulai dua hari hingga
tiga minggu setelah terjangkit virus, dengan adanya demam, sakit tenggorokan, nyeri otot,
dan sakit kepala. Gejala ini biasanya diikuti dengan mual, muntah, dan diare, serta
7
menurunnya fungsi liver dan ginjal. Pada kondisi tersebut, orang yang terpapar virus Ebola
mulai mengalami masalah pendarahan.
3. Etiologi
Virus Ebola berasal dari genus Ebolavirus, famili Filoviridae.13 Famili Filoviridae
memiliki garis tengah 800 nm dan panjang mencapai 1000 nm. Virus Ebola mengandung
molekul lurus dan RNA negatif. Apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron,
bentuk virus seperti berfilamen, atau kelihatan bercabang. Terdapat juga virus yang
berbentuk “U”, “b” dan berbentuk bundar.
Pada beberapa kasus, pendarahan dalam dan luar dapat saja terjadi, 5 sampai 7 hari,
setelah gejala pertama terjadi. Semua penderita yang terinfeksi menderita kesulitan
pembekuan darah. Pendarahan dari selaput mulut, hidung dan tenggorokan serta dari bekas
lubang suntikan terjadi pada 40-50 persen kasus. Hal ini menyebabkan muntah darah, batuk
darah dan berak darah. Pendarahan pada kulit menyebabkan petechiae, purpura, ecchymoses
or hematomas (terutama sekitar tempat injeksi). Mata menjadi merah karena pendarahan
8
dapat juga terjadi. Pendarahan berat jarang terjadi, dan jika terjadi biasanya terlokalisasi di
saluran pencernaan.
Kesembuhan (recovery) mulai terjadi antara 7 sampai 14 hari, setelah gejala pertama
terjadi. Kematian, jika ini terjadi, biasanya antara 6 sampai 16 hari, setelah gejala pertama
terjadi, dan sering kali, karena 'syok' tekanan darah rendah akibat akibat kekurangan cairan.
Pada umumnya, pendarahan sering kali menunjukkan hal yang buruk, kehilangan darah dapat
menyebabkan kematian. Seringkali penderita mengalami koma, sebelum kematiannya.
Penderita yang selamat sering kali mengalami sakit otot dan sendi secara terus menerus,
pembengkakan hati, berkuangnya pendengaran, dan mungkin mengalami hal-hal sebagai
berikut: merasa capai, lemas berkelanjutan, berkurangnya nafsu makan, dan kesulitan
mencapai berat semula sebelum sakit. Antibodi terbentuk untuk sekurangnya 10 tahun, tetapi
belum jelas apakah penderita yang selamat akan kebal terhadap infeksi berulang. Dan
sesesorang yang telah sembuh tidak akan menyebarkan penyakit lagi.
5. Patofisiologi
Seperti filovirus lainnya , EBOV bereplikasi dengan sangat efisien di banyak sel ,
menghasilkan sejumlah besar virus di monosit , makrofag , sel dendritik , dan sel lain
termasuk sel hati , fibroblas , dan sel kelenjar adrenal . Replikasi virus memicu sinyal
kimiawi inflamasi tingkat tinggi dan menyebabkan keadaan septik .
EBOV diperkirakan menginfeksi manusia melalui kontak dengan selaput lendir atau
kerusakan kulit. Setelah infeksi, sel endotel (sel yang melapisi bagian dalam pembuluh
darah), sel hati, dan beberapa jenis sel kekebalan seperti makrofag, monosit , dan sel
dendritik adalah sasaran utama serangan. Setelah infeksi, sel-sel kekebalan membawa virus
ke kelenjar getah bening terdekat di mana reproduksi virus lebih lanjut terjadi. Dari sana,
virus dapat memasuki aliran darah dan sistem limfatik dan menyebar ke seluruh tubuh.
Makrofag adalah sel pertama yang terinfeksi virus, dan infeksi ini mengakibatkan kematian
sel terprogram . Jenis sel darah putih lainnya , seperti limfosit , juga mengalami kematian sel
terprogram yang menyebabkan konsentrasi limfosit dalam darah rendah secara abnormal . Ini
berkontribusi pada respons imun yang lemah yang terlihat pada mereka yang terinfeksi
EBOV.
Sel endotel mungkin terinfeksi dalam tiga hari setelah terpapar virus. Kerusakan sel
endotel yang menyebabkan cedera pembuluh darah dapat dikaitkan dengan glikoprotein
EBOV . Kerusakan ini terjadi karena sintesis glikoprotein virus Ebola (GP), yang mengurangi
ketersediaan integrin spesifik yang bertanggung jawab untuk adhesi sel ke struktur antarsel
dan menyebabkan kerusakan hati, yang menyebabkan pembekuan yang tidak tepat .
Perdarahan yang meluas yang terjadi pada orang yang terkena menyebabkan pembengkakan
dan syok karena kehilangan volume darah . Ituperdarahan disfungsional dan pembekuan
sering terlihat di EVD telah dikaitkan dengan peningkatan aktivasi dari jalur ekstrinsik dari
kaskade koagulasi karena berlebihan faktor jaringan produksi oleh makrofag dan monosit.
Setelah infeksi, glikoprotein yang disekresikan , glikoprotein larut kecil (sGP atau GP)
disintesis. Replikasi EBOV mengalahkan sintesis protein sel yang terinfeksi dan pertahanan
9
kekebalan tubuh. GP membentuk kompleks trimerik , yang mengikat virus ke sel endotel.
SGP membentuk protein dimer yang mengganggu pensinyalan neutrofil , jenis lain dari sel
darah putih. Hal ini memungkinkan virus menghindari sistem kekebalan dengan menghambat
langkah-langkah awal aktivasi neutrofil.
Protein struktural VP24 dan VP35 dari EBOV memainkan peran kunci dalam
gangguan ini. Ketika sel terinfeksi EBOV, reseptor yang terletak di sitosol sel (seperti RIG-I
dan MDA5 ) atau di luar sitosol (seperti Toll-like receptor 3 (TLR3) , TLR7 , TLR8 dan
TLR9 ) mengenali molekul infeksius yang terkait dengan virus. Pada aktivasi TLR, protein
termasuk faktor pengaturan interferon 3 dan faktor pengaturan interferon 7 memicu kaskade
pensinyalan yang mengarah pada ekspresi interferon tipe 1 . Interferon tipe 1 kemudian
dilepaskan dan mengikat reseptor IFNAR1 dan IFNAR2 yang diekspresikan pada permukaan
sel tetangga. Setelah interferon terikat ke reseptornya di sel tetangga, protein pensinyalan
STAT1 dan STAT2 diaktifkan dan pindah ke inti sel . Ini memicu ekspresi gen yang
distimulasi interferon , yang mengkode protein dengan sifat antivirus. Protein V24 EBOV
memblokir produksi protein antivirus ini dengan mencegah protein pensinyalan STAT1 di sel
tetangga memasuki nukleus. Protein VP35 secara langsung menghambat produksi interferon-
beta. Dengan menghambat respons imun ini, EBOV dapat dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh.
6. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada terapi spesifik yang terbukti efektif, sehingga prinsip
penatalaksaannya berupa terapi suportif. Penatalaksanaan syok juga harus dipikirkan karena
kebocoran vaskuler pada sirkulasi sistemik. Rehidrasi cairan baik oral maupun parenteral
harus segera diberikan untuk mencegah ataupun memperbaiki kondisi syok. Pengobatan lain
bersifat simptomatis.
10
B. Konsep Askep
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pendidikan : pendidikan pasien saat ini status : menikah atau belum (adanya kemungkinan
istri/suami/anaknya sedang terserang virus penyakit ebola)
Suku dan warga negara : mengetahui wilayah pasien berpotensi terserang ebola atau tidak
Diagnosa medis : untuk mengetahui diagnosa pasien sebelum pengkajian saat masuk rumah
sakit sekarang
b. Keluhan utama
11
Alasan/kelulan yang menonjol pada pasien infeksi virus ebola untuk datang kerumah sakit
biasanya demam yang disertai nyeri otot dan kelemahan fisik.
Timbul demam mendadak, kelemahan yang sangat, nyeri otot, sakit kepala dan sakit
tenggorokan; yang disertai dengan muntah, diare, ruam, gangguan fungsi ginjal dan hati, dan
dalam beberapa kasus, terjadi perdarahan internal dan eksternal (perdarahan pada gusi atau
melena). Pada pemeriksaan laborat ditemukan penurunan tajam sel darah putih dan trombosit
serta terjadinya peningkatan enzim hati.
e. Syarat imunisasi
f. Riwayat gizi
Pasien dengan EVD (ebola virus disease/ infeksi virus ebola) sering mengalami keluhan
mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka pasien dapat mengalami penurunan berat
badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Pemeriksaan fisik
- Breath : Takipnea
- Blood : Mata merah, hipotensi, hipovolemia, takikardi.
- Brain :-
- Bladder : -
- Bowel : biasanya klien mual, muntah, sakit perut
- Bone : biasanya klien kelemahan, kelelahan
h. Pemeriksaan Laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan leucopenia, trombositopenia, dan
peningkatan transaminase serum, serta kelainan ginjal dan koagulasi. Temuan laboratorium
lainnya termasuk : penurunan tajam total protein plasma (reflektif dari sindrom kebocoran
kapiler) dan kadar amylase tinggi.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam resiko perdarahan dapat teratasi.
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam resiko kekurangan volume
cairan dapat teratasi.
3. Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diare dapat diatasi
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam nyeri berkurang
5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam hipertermia berkurang dan suhu
tubuh normal 36 derajat C
6. Setelah melakukan tindakan keperawatan 2x24 jam ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh dapat di atasi dan BB pasien ideal
7. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam intoleransi aktivitas dapat teratsi
15
BAB III
16
BAB IV
A. Kesimpulan
Virus ebola merupakan virus yang menular dan mematikan yang belum
ditemukan obatnya. Walaupun virus ini muncul dan mewabah di benua Afrika
tetapi tidak menutup kemungkinan virus ini akan mewabah juga di negara-negara di
luar benua Afrika. Hal ini dikarenakan cara penularan virus ebola yang relatif mudah.
Virus ebola bisa menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita
ebola atau hewan pembawa virus ebola. Virus ebola menyerang sistem pertahanan
tubuh manusia dan menyebabkan
pendarahan internal pada tubuh manusia. Akibat efek yang mematikan ini
tingkat kematian penderita ebola mencapai /SD. Indonesia perlu waspada akan
wabah ebola. Bila kita mengingat beberapa tahun lalu wabah virus lain pernah
merebak di Indonesia dan memakan banyak korban jika. Oleh karena itu kesadaran
masyarakat untuk meminimalisir penularan virus ebola perlu dibangun agar virus
ebola tidak memberi dampak buruk bagi indonesia.
B. Saran
sebagai berikut.
3. solusi efektif yang diberikan harus lebih inovatif dan kreatif dengan
C. Daftar Pustaka