Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.

BK DENGAN
MASALAH HIPERTENSI

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 3 :

1. Josua sasela
2. Heru mardiyono
3. Aprillia nontah
4. Fabella sampouw
5. Grasella kumboti
6. Kesya malomis
7. Intan umar

POLTEKKES KEMENKES MANADO


PRODI DIII KEPERAWATAN/ 3A
T.A 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok usia diatas 65
tahun yang rentan terhadap kesehatan fisik dan mental. Lansia adalah tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan. Kemampuan tubuh yang mengalami penurunan
yaitu organ, fungsi dan sistem tubuh yang bersifat fisiologis atau alamiah (Efendi, 2009).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia(lansia) apabila
usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual ( Efendi,2009)
Masalah kesehatan yang muncul pada lansia dapat berupa fisiologis maupun
psikologis. Berbagai macam penyakit atau masalah kesehatan yang dapat muncul pada
lansia akibat dari penurunan fungsi organ tubuh, yaitu secara fisiologis seperti hipertensi,
asam urat, rematik, kolesterol, diabetes melitus, stroke, kardiovaskuler dan penyakit
lainnya. Sedangkan secara psikologis yaitu seperti stress, kecemasan, demensia dan
depresi.
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama
gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Penyakit hipertensi sering tidak menampakan
gejala, begitu penyakit ini di derita tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval
teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Smeltzer,dkk., 2002).
B. Tujuan Penulisan
 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan yang komperensif terhadap lansia binaan dengan
hipertensi dan mampu menerapkan latihan ROM (Gerak Sendi),Penyuluhan tentang
hipertensi kepada Tn.BK
 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan fisik maupun psikologis
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian
3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan memprioritaskan diagnosa
keperawatan
4. Mahasiswa mampu melakukan rencana intervensi yang akan dilakukan untuk
mengurangi masalah kesehatan
5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai dengan rencana intervensi
6. Mahasiwa mampu mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan
C. Manfaat Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diperoleh manfaat apa saja yang akan
dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagi institusi
Menerapkan teori secara terpadu dalam keperawatan gerontik tentang asuhan
keperawatan pada lansia dengan hipertensi
2. Bagi mahasiswa
Mampu mengetahui cara mengkaji lansia dengan baik dan benar serta mampu
menentukan diagnose pada lansia hingga dapat menegakan intervensi yang sesuai.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Menjadi salah satu bahan masukan dengan membuat suatu kebijakan kesehatan
standar asuhan keperawatan terhadap lansia dengan masalah hipertensi dengan
cara penerapan latihan ROM dan Penyuluhan tentang penyakit.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
 Konsep Lansia
a. Pengertian
Seseorang dengan usia diatas 65 tahun akan dikatakan sebagai lansia. Lansia merupakan
suatu tahapan lanjut dari proses kehidupan manusia dimana akan terjadi proses
penurunan fungsi tubuh (Setianto dalam Effendi, 2009).
b. Klasifikasi
Menurut WHO, lansia dapat diklasifikasikan menjadi (Nugroho, 2009):
a. Usia pertengahan : 45-59 tahun (middle age)
b. Lansia : 60-74 tahun (elderly)
c. Lansia tua : 75-90 tahun (old)
d. Lansia sangat tua : >90 tahun (very old)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2,


Indonesia mengakui bahwa batasan lansia adalah seseorang dengan usia lebih dari 60
tahun.

c. Karakteristik Lansia (Dewi, 2014)


1. Berusia > 60 tahun.
2. Kebutuhan dan masalah sangat bervariasi dari rentang sehat hingga sakit, dari
kebutuhan biologis hingga spiritual, serta dari koping yang adaptif hingga
maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
d. Tugas Perkembangan Lansia (Dewi, 2014)
1. Mempersiapkan diri dengan adanya penurunan kondisi.
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3. Membina hubungan yang baik dengan orang seusianya.
4. Mempersiapkan kehidupan baru.
5. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.
e. Perubahan Fisik Lansia (Dewi, 2014)
1. Sistem kardiovaskuler : kekuatan otot jantung menurun, katup jantung mengalami
penebalan, kelistrikan jantung mulai kurang efektif
2. Sistem respirasi : otot abdomen melemah sehingga menurunkan usaha untuk inspirasi
dan ekspirasi, daya recoil paru menurun, penebalan membran alveoli-kapiler
sehingga mengganggu pertukaran gas.
3. Sistem muskuloskeletal : penurunan masa tulang, kartilago menipis sehingga sendi
menjadi kaku, masa otot berkurang.
4. Sistem integumen : elastisitas kulit menurun, kulit menipis.
5. Sistem gastrointestinal : reflek menelan melemah, sekresi asam lambung menurun,
peristaltik usus menurun.
6. Sistem urinaria : penurunan kapasitas kandung kemih, sering kencing.
7. Sistem saraf : terjadi penurunan jumlah neuron di otak, masa otak berkurang.

f. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

Menurut (Hardiwinoto dan Setiabudi, 2005 dalam Suryono dkk., 2016),


berbagai permasalahanyang berkaitan dengan mencapai kesejahteraan lanjut usia,
antara lain:
- PermasalahanUmum

Adapun permasalahan umum yang terjadi pada lansia diantaranya:

1) Makin besar jumlah lansia yang berada di bawa gariskemiskinan.

2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang


berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai, dandihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakatindustri

4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut


usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan
lansia.
- Permasalahan Khusus

Adapun permasalahan umum yang terjadi pada lansia diantaranya:


1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,
mental, maupunsosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

3) Rendahnya produktivitas kerjalansia.

4) Banyak lansia yang miskin, terlantar dancacat

5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat


individualistik.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia (Suryono dkk.,2016).

 Konsep Penyakit
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan diatolik 120 mmHg. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten, di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas
90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut WHO 1996, batasan tekanan darah
normal orang dewasa adalah maksimum 140/90 mmHg. Apabila tekanan darah
seseorang di atas angka tersebut pada beberapa kali pengukuran di waktu yang
berbeda, orang tersebut bisa dikatakan menderita hipertensi. Penderita hipertensi
memiliki resiko lebih besar untuk mendapatkan serangan jantung dan stroke
(Suwarsa, 2006).
Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan resiko penyakit jantung, stroke,
dan gagal ginjal (Sudoyo, dkk. 2007).
Hipertensi menurut kelompok umur berbeda (Tambayong, 2000)

Usia Normal (mmHg) Hipertensi (mmHg)


Bayi 80/40 90/60
Anak 7-11 th 100/60 120/80
Remaja 12-17 th 115/70 130/80
Dewasa 20-45 th 120-125/75-80 135/90
Dewasa 45-65 th 135-140/85 140/90-160/95
Dewasa > 65 th 150/85 160/95

2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut penyebab, hipertensi ada dua jenis yaitu esensial dan sekunder (Tambayong,
2000).
a. Hipertensi essensial
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Golongan hipertensi ini terdapat
pada lebih dari 90% penderita hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Yaitu, hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Kriteria penyakit Hipertensi (Setiawan, 2008)
No Tekanan Darah
Kriteria
. Sistolik Diastolik
1 Normal <130 <85
2 Perbatasan 130-139 85-89
3 Hipertensi
Derajat 1 (ringan) 140-159 90-99
Derajat 2 (sedang) 160-179 100-109
Derajat 3 (berat) 180-209 110-119
Derajat 4 (sangat berat) >210 >120

3. Etiologi Hipertensi
Etiologi Hipertensi (Tambayong, 2000)
a. Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada
usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur.
b. Jenis Kelamin
Pada umumnya insiden pria lebih tinggi memiliki hipertensi daripada wanita,
namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita mulai meningkat,
sehingga pada usia di atas 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi.
c. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit
putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit hitam. Misalnya
mortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi
daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita kulit putih.
d. Pola hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain telah diteliti,
tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah, dan
kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya berhubungan dengan insidens
hipertensi yang lebih tinggi.
e. Diabetes Mellitus
Penyakit lain yang bisa menyebabkan hipertensi salah satunya adalah diabetes
mellitus. Penyebab utama kematian pasien diabetes mellitus adalah penyakit
kardiovaskular, terutama yang mulainya dini dan kurang kontrol. Hipertensi dengan
diabetes mellitus meningkatkan mortalitas.
4. Patofisiologi

Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (2000)
menjelaskan patofisiologi hipertensi terdapat pada, mekanisme yang mengatur atau
mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasonator. Pada
medula otak, dari pusat vasomotor inilah bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna, medula spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meski tidak diketahui dengan
jelas mengapa bisa terjadi hal tersebut.

Pada saat yang bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang. Hal ini mengakibatkan
tambahan aktifitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya
untuk memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal dan memicu pelepasan renin. Pelepasan renin
inilah yang merangsang pembentukan angiotensin I yang akan diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang nantinya akan merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon aldosteron ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume intra vaskular. Semua
faktor ini dapat mencetus terjadinya hipertensi.

Pada keadaan gerontologis dengan perubahan struktural dan fungsional sistem


pembuluh perifer bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah usia lanjut.
Perubahan itu antara lain aterosklerosis hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Akibatnya akan mengurangi kemampuan
aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume secukupnya) dan curah jantung pun ikut menurun, sedangkan tahanan perifer
meningkat (Darmojo & Hadimartono, 1999).
5. Manifestasi Klinis

Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi:

1) Tidak Bergejala: maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa.

2) Gejala yang lazim: gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala,
kelelahan. Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula pada kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhlaeni (2001), manifestasi klinis
pasien hipertensi diantaranya: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan,
gelisah, mual dan muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Gejala lainnya yang sering
ditemukan: marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata
berkunang-kunang.

6. Komplikasi

Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi:


1) Tidak Bergejala: maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa.

2) Gejala yang lazim: gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala,
kelelahan. Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula pada kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhlaeni (2001), manifestasi klinis
pasien hipertensi diantaranya: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan,
gelisah, mual dan muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Gejala lainnya yang sering
ditemukan: marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata
berkunang-kunang.

7. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium :

- Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume


cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.

- BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

- Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh


pengeluaran kadar ketokolamin.

- Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada


DM.

2) CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

3) EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian gelombang P


adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

4) IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan


ginjal.

5) Poto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran


jantung (Sobel, et al, 1999).

8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Sobel (1999), yaitu:
- Penatalaksanaan Non Farmakologis:
Adopsis gaya hidup sehat oleh semua individu penting dalam pencegahan
meningkatnya tekanan darah dan bagian yang tidak terpisahkan dari terapi pasien
dengan hipertensi. Terdapat banyak pilihan terapi non-farmakologis dalam
menangani hipertensi pada lansia, terutama bagi mereka dengan peningkatan
tekanan darah yang ringan. Bukti saat ini menunjukkan bahwa perubahan gaya
hidup cukup efektif dalam menangani hipertensi ringan pada lansia. Beberapa
cara berikut membantu menurunkan tekanan darah pada lansia: mengurangi berat
badan yang berlebihan, mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi
alkohol, mengurangi intake garam pada makanan, dan melakukan olah raga
ringan secara teratur. Cara lain yang secara independen mengurangi resiko
penyakit arteri terutama adalah berhenti merokok. Pada pasien dengan hipertensi
ringan sampai sedang (tekanan diastolik 90-105 mmHg dan atau sistolik 160-
180mmHg) terapi non- farmakologi dapat dicoba selama 3 sampai 6 bulan
sebelum mempertimbangkan pemberian terapi farmakologis. Pada hipertensi
berat, perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi harus dijalani secara
bersama-sama. Pola makan makanan tinggi kalium dan kalsium serta rendah
natrium juga merupakan metode terapi non- farmakologis pada lansia penderita
hipertensi ringan.
- Penatalaksanaan Farmakologis:
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: mempunyai efektivitas yang
tinggi, mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal,
memungkinkan penggunaan obat secara oral, tidak menimbulkan intoleransi,
harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien, dan memungkinkan
penggunaan jangka panjang. Saat ini, pemberian terapi farmakologis
menunjukkan penurunan morbiditas dan mortalitas pada lansia penderita
hipertensi. Berdasarkan penelitian terbaru pada obat- obat antihipertensi yang
tersedia sekarang ini angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor),
angiotensin-receptor blocker (ARBs), calcium channel blocker, diuretik tipe
Tiazid, beta-blocker, semua menurunkan komplikasi penyakit hipertensi.
BAB III
Tinjauan Teoritis

A. Pengkajian

1) Identitas

a) NamaPasien

b) Umur: pada umumnya hipertensi menyerang pria pada usia diatas 31 tahun.
Tetapi diatas usia tersebut, justru wanita (setelah mengalami menopause) yang
berpeluang lebih besar. Para pakar menduga perubahan hormonal berperan
besar dalam terjadinya hipertensi di kalangan wanitausia lanjut (Lanny Sustrani,
2005:26 dalam Wardani, 2016). Berdasarkarkan pra survey, dari 24 sampel
berusia 20-75 tahun, jika diambil nilai tengahnya atau media, maka didapatkan
usia antara dewasa ≤ 45 dan usia lanjut ≥ 46 tahun menderita hipertensi Novian,
2013 dalam Wardani,(2016).
c) Jenis kelamin: wanita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi
wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluhh
darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari
pada wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan,
seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria
berseiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita Novian, 2013
dalam Wardani, (2016). Menurut Stanley dan Beare, (2007) dalam Styawan dan
Muslim, (2014) hipertensi diderita oleh perempuan diatas usia 45 tahun karena
pada usia tersebut perempuan sudah mengalami siklus menopause. Pada saat
menopause estrogen tidak diproduksi lagi atau kadar estrogen sudah mengalami
penurunan, sedangkan salah satu fungsi esterogen dalam tubuh yaitu dapat
meningkatkan HDL (Hight Devisity Lipoprotein) dan merunkan LDL (Low
Devisity Lipoprotein). Sebaliknya jika estrogen dalam tubuh berkurang atau
sudah tidak diproduksi lagi maka kadar LDL akan meningkat sehingga dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol plasma, karena LDL mengandung
70% kolesterol plasma. LDL dapat dikonversi menjadi bentuk teroksidasi yang
bersifat merusak dinding vaskuler dan hal tersebut berperan penting dalam
pembentukan aterosklerosis yang berujung pada hipertensi (Aaronson dan
Waed, 2010 dalam Styawan dan Muslim,2014).
B. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Neurosensori menunjukkan gejala: keluhan pening atau pusing, berdenyut sakit


kepala, suboksipital terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam, gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur, epiktaksis)
(Aspiani, 2014).

2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh
Pasien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat dibawa ke
rumah sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain rumah
sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana
perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian(Aspiani, 2014).
3) Riwayat penyakitdahulu

Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit kardiovaskuler


sebelumnya, riwayat pekerjaan yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas,
riwayat penggunaan obat-obatan, riwayat konsumsi alkohol dan
merokok(Aspiani,2014).

4) Riwayat penyakitkeluarga

Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang
sama karena faktor genetik/keturunan(Aspiani, 2014).
C. Pola kebiasaansehari-hari

Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukkan sehubungan
dengan adanya nyeri dada sebelah kiri dan sesak napas(Aspiani, 2014).
 Aktivitas/ Istirahat
- Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
- Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
 Sirkulasi
- Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi
- Tanda: kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin
lambat/ bertunda.
 Integritas Ego
- Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
- Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
 Eliminasi
- Gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu)
 Makanan/cairan
- Gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir - akhir ini
(meningkat/turun) dan riwayat penggunaan diuretik.
- Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
 Neurosensori
- Gejala : keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, sub
oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah
beberapa jam), gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur,epistakis).
- Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,
efek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
 Nyeri/ketidaknyamanan
- Gejala: angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.
 Pernafasan
- Gejala: dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,
dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
- Tanda: distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi
nafas tambahan. (krakties/mengi), sianosis. 10) Keamanan, gejala:
gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
 Pola hubungan danperan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran Pasien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah dan masalah
keuangan. Pengkajiaan APGAR keluarga (Tabel APGAR keluarga).

 Pola sensori dankognitif

Menjelaskan sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian


penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembauaan. Pada Pasien katarak dapat
ditemukan gejalan gangguan penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan merasa ruang gelap. Sedangkan tandanya adalah tampak kecoklatan atau
putih susu pada pupil, peningkatan air mata. Pengkajian status mental
menggunakan tabel Short Portable Mental Status Quesionare (SPMSQ).

 Pola persepsi dan konsepdiri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap


kemampuan konsep diri. konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri,
peran, identitas diri. manusia sebagai sistem terbuka dan mahluk bio-psiko-
sosio- kultursl-spiritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap sakit.
Pengkajian tingkat depresi menggunakan tabel Inventaris Depresi Back.
 Pola seksual danreproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
 Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampua untuk menanganistress.
 Pola tata nilai dankepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual.
D. Pemeriksaan Fisik

Menurut Aspiani(2014) didapatkan pemeriksaan fisik pada pasien Hipertensi


diantaranya:
1) Keadaanumum

Keadaan umum Pasien lansia biasanya lemah.

2) Kesadaran

Kesadaran Pasien biasanya composmetis, apatis sampai somnolen.

3) Tanda-tanda vital

Terdiri dari pemeriksaan: suhu normalnya (37˚C), nadi meningkat (N:70-


82x/menit), tekanan darah meningkat, pernapasan biasanya mengalami
peningkatan.

E. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Laboratorium :

- Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan
dapat mengindikasikan faktor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

- BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

- Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh


pengeluaran kadar ketokolamin.

- Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

 CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

 EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

 IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan ginjal.

 Foto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung
(Sobel, et al, 1999).
F. Diagnosa Keperawatan
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya control tidur
 Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan after load
G. Intervensi Keperawatan
No Dignosa Kep Luaran dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Dx
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan pertemuan - Monitor kelelahan fisik dan emosional
berhubungan dengan selama 3 hari diharapkan - Monitor pola dan jam tidur
ketidakseimbangan intoleransi aktivitas - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
antara suplai dan meningkat melakukan aktivitas
kebutuhan oksigen Kriteria hasil : - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
- Frekuensi Nadi meningkat stimulus (mis.cahaya,suara,kunjungan)
- Kemudahan dalam - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau
melakukan aktivitas aktif
sehari-hari meningkat - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,jika dapat
- Keluhan lelah menurun berpindah atau berjalan
- Dispnea saat aktivitas - Anjurkan tirah baring
menurun - Anjurkan melakukan aktivitas secara
- Perasaan lemah menurun bertahap.
- Tekanan darah membaik

2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan pertemuan - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
berhubungan dengan selama 3 hari diharapkan efektif digunakan
gejala penyakit status kenyamanan - Monitor respons terhadap teknik relaksasi
meningkat - Berikan informasi tertulis tentang persiapan
Kriteria hasil : dan prosedur teknik relaksasi (Terlampir
- Keluhan tidak nyaman SOP)
menurun - Gunakan nada lembut dengan irama lambat
- Gelisah menurun dan berirama
- Keluhan sulit tidur - Jelaskan tujuan,manfaat,dan jenis relaksasi
menurun yang tersedia (Teknik Nafas Dalam)
- Pola tidur membaik - Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih.
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan pertemuan - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
berhubungan dengan selama 3 hari diharapkan - Identifikasi factor penganggu tidur
kurangnya control tidur Pola tidur membaik - Batasi waktu tidur siang
Kriteria hasil : - Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Keluhan sulit tidur - Tetapkan jadwal tidur rutin
membaik - Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Keluhan tidak puas tidur
- Anjurkan makanan/minuman yang
membaik
mengganggu tidur
- Keluhan istirahat tidak
cukup membaik
4. Penurunan Curah Setelah dilakukan pertemuan - Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
Jantung berhubungan selama 3 hari diharapkan curah jantung (Dispnea dan Kelelahan)
dengan perubahan Curah Jantung Meningkat - Monitor Tekanan Darah
afterload Kriteria hasil : - Posisikan semi fowler atau posisi setengah
- Kekuatan nadi perifer duduk
meningkat - Berikan diet jantung yang sesuai (batasi
- Lelah menurun asupan kafein,kolesterol,dan makanan yang
- Dispnea menurun berlemak)
- Tekanan darah membaik - Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
memodifikasi gaya hidupsehat
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=askep+hipertensi+pada+lansia&oq=#d=gs_qabs&u=%23p%3Dvl-
o1b_Ef3gJ

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=askep+hipertensi+pada+lansia&oq=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DgexT0WwtNwcJ

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=askep+hipertensi+pada+lansia&oq=#d=gs_qabs&u=%23p
%3D81qxh7TEeYcJ

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=askep+hipertensi+pada+lansia&oq=#d=gs_qabs&u=%23p
%3DL4qN1H0EoqsJ

https://akper-sandikarsa.e-journal.id

Anda mungkin juga menyukai