K DENGAN
DIAGNOSA MEDIS VAKUM EKSTRAKSI DELIVERY
DI RUANG D BAWAH
DI SUSUN OLEH :
NIM : 711440119057
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Berkat bimbingan dan
kemudahan yang Allah anugerahkan kepada penulis, sehingga mendapat kesempatan untuk
menyelesaikan penyusunan laporan PKL ini.
Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, penulis menyadari adanya kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Penulis sangat mengharapka saran atau kritik yang bersifat membangun
Dari teman-teman ataupun dari para dosen agar menambah pengetahuan dalam penyusunan
sebuah tugas untuk kedepannya.
Mudah-mudahan laporan PKL ini dapat memenuhi harapan semua pihak terutama teman-teman
mahasiswa yang ingin mempelajarinya.
Penulis
Heru mardiyono
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
a. Pengertian Kehamilan
1) Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum
memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah
anak tersebut lahir (Sukarni dan Wahyu, 2013).
2) Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan
ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-14 minggu,
kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan trimester ketiga
mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017). Peneliti merangkum dari kedua pengertian diatas
bahwa, kehamilan adalah suatu proses yang natural bagi perempuan, dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin dengan rentang waktu 280 hari (40 minggu/ 9 bulan 7
hari).
b. Proses Kehamilan
2) Nidasi Umumnya nidasi terjadi di dinding depat atau belakang uterus, dekat pada
fundus uteri. Jika nidasi ini terjdi, barulah dapat disebut adanya kehamilan. Bila
nidasi telah terjadi, mulailah terjadi diferensiasi zigot menjadi morula kemudian
blastula (Sukarni dan Wahyu, 2013). Blastula akan membelah menjadi glastula dan
akhirnya menjadi embrio sampai menjadi janin yang sempurna di trimester ketiga
(Saiffullah, 2015).
1. Timbul his persalinan yang mempunyai tanda seperti, pinggang terasa sakit, yang
menjalar ke depan, sifatya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin
besar.
2. Keluarnya lendir bercampur dengan darah melalui vagina (Bloody Show) karena
robekan kecil pada serviks. Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks
yang menimbulkan pendataran dan pembukaan.
3. Pengeluaran cairan yang banyak dari jalan lahir. Ini terjadi akibat pecahnya
ketuban atau selaput ketuban robek. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam. 4. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan
pembukaan telah ada (Prawirohardjo, 2009).
Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan
lahir. Persalinan dibagi menjadi empat tahapan, yaitu :
Kala I persalinan dimulai saat terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mecapai pembukaan lengkap yaitu 10 cm, pada primipara kala I
berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira tujuh jam
(Varney 2007). Pada kala I terdapat dua fase, yaitu :
a. Fase Laten Pada fase laten pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai
sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara
bertahap sampai pembukaan 3 cm sampai 4 cm, yang berlangsung sekitar tujuh
sampai delapan jam.
b. Fase Aktif Fase aktif pembukaan pada umumnya dimulai dari 4 cm hingga 10
cm dan berlangsung selama enam jam. Fase aktif dibagi menjadi tiga subfase,
yaitu:
a) Periode akselerasi, yaitu berlangsung selama dua jam dan terjadi pembukaan 3
cm menjadi 4 cm
b) Periode dilatasi maksmal, yaitu berlangsung selama dua jam dan pembukaan
berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
Kala II persalinan dimulai sejak pembukaan serviks sudah lengkap yaitu 10 cm dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama dua jam dan
pada multipara berlangsung selama satu jam. Tanda dan gejala pada kala II, yaitu :
Kala IV dilakukan observasi yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah proses tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya postpartum.
Observasi yang dilakukan pada kala IV:
a. Tingkat kesadaran
c. Kontraksi uterus
Komplikasi persalinan adalah suatu keadaan penyimpangan dari normal, yang secara
langsung dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi akibat dari
masalah saat persalinan. Komplikasi persalinan terdiri dari perdarahan, infeksi atau
sepsis, pre-eklampsia dan eklampsia, persalinan lama dan abortus (Kemenkes, 2011).
a. Perdarahan
Infeksi persalinan biasanya terjadi pada traktus genitalia, yang menimbulkan gejala nyeri
pelvis, demam lebih dari 38,50 oC, mengeluarkan cairan vagina yang abnormal, berbau
busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus. Hal ini dapat terjadi
akibat dari penggunaan instrument medis yang tidak steril dan penolong persalinan yang
tidak menggunakan alat pelindung diri (Oxorn, 2010).
Pre-eklampsia adalah suatu keadaan hipertensi yang disertai proteinuria dan edema
(penimbunan cairan dalam cairan tubuh sehingga menyebabkan pembengkakan pada
tungkai dan kaki), akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Sedangkan, eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita pre-eklampsia
yang disusul dengan koma. Kejang ini bukan akibat dari kelainan neurologis.
Preeklampsia merupakan penyakit yang terjadi pada kehamilan pertama (nullipara), dan
biasanya juga terdapat pada wanita yang masa suburnya ekstrim yaitu pada umur remaja
belasan tahun dan wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada wanita multipara,
penyakit ini biasanya dijumpai dalam keadaan kehamilan multifetal (kembar), dan
hidropsfetalis (kehamilan air), penyakit vaskuler, dan penyakit ginjal (Mambo, 2006).
d. Persalinan lama
Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Sebagian
persalinan yang lama menunjukkan pemanjangan kala satu. Penyebab utama partus lama,
yaitu disproporsi fetopelvik, malpresentasi dan malposisi, kerja uterus yang tidak efisien,
termasuk serviks yang kaku. Faktor tambahan lainnya, yaitu primigraviditas, ketuban
pecah dini ketika serviks masih tertutup, keras dan belum mendatar, analgesi dan anestesi
yang berlebihan, dan wanita yang cemas dan ketakutan (Oxorn, 2010).
e. Abortus
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum
mampu hidup diluar rahim, dengan kriteria usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram (Archadiat, 2004).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Ekstraksi vakum adalah salah satu prosedur untuk membantu proses persalinan normal.
Persalinan dengan bantuan ekstraksi vakum dilakukan dengan alat yang disebut vakum
ekstraktor. Umumnya, tindakan ini baru dilakukan ketika proses persalinan normal mengalami
hambatan.
Vakum ekstraktor adalah instrumen medis yang digunakan sebagai alat bantu untuk menarik bayi
keluar dari vagina dalam proses persalinan. Dokter biasanya akan membantu persalinan dengan
ekstraksi vakum apabila bayi sulit dilahirkan secara normal tanpa alat bantu.
Perangkat vakum ekstraktor memiliki bentuk yang menyerupai mangkuk dan terbuat dari bahan
plastik (soft cup). Namun, ada juga vakum yang terbuat dari bahan logam (metal cup). Alat ini
dilengkapi dengan pompa vakum yang digunakan untuk menarik bayi.
Jika perlu, dokter mungkin akan melakukan episiotomi untuk memperlebar jalan lahir, sehingga
bayi bisa dikeluarkan dengan mudah. Ketika vakum sudah berada di kepala bayi, dokter akan
meminta ibu untuk mengejan saat merasakan kontraksi.
Jika ibu mendapat suntik epidural dan tidak merasakan kontraksi, dokter yang akan memberikan
isyarat. Selanjutnya, dokter akan menggunakan pompa vakum dan menarik bagian bawah
vakum, sehingga kepala bayi akan tertarik keluar.
Bila dalam 3 kali upaya penarikan dengan ekstraksi vakum bayi belum bisa dikeluarkan, dokter
mungkin akan mempertimbangkan penggunaan alat bantu lain, seperti forceps atau memulai
prosedur operasi caesar.
Alat bantu persalinan sering kali menjadi solusi ketika proses persalinan berjalan terlalu
lama atau dirasa melelahkan bagi ibu. Persalinan dengan alat bantu, termasuk vakum, biasanya
dilakukan ketika fase kedua persalinan dianggap terlalu lama.
Bagi ibu yang baru pertama kali melahirkan, durasi fase kedua persalinan yang normal adalah
sekitar 3 jam secara alami atau 4 jam dengan suntik epidural.
Sementara itu, bagi ibu yang melahirkan untuk kedua kali atau seterusnya, fase kedua yang
dinilai terlalu lama adalah sekitar 1 jam secara alami dan 2 jam dengan suntik epidural.
Selain itu, ada beberapa hambatan dalam persalinan yang mengharuskan dokter untuk
menggunakan alat bantu persalinan seperti vakum, di antaranya:
Meski demikian, ada beberapa kondisi saat melahirkan yang menyebabkan alat vakum dilarang
untuk digunakan, yaitu pada kelahiran prematur atau saat usia kandungan kurang dari 34
minggu, bayi dalam posisi sungsang, dan posisi wajah bayi menghadap vagina atau jalan lahir.
Sebelum prosedur ekstraksi vakum dilakukan, dokter akan melakukan beberapa langkah untuk
membantu proses persalinan agar berlangsung dengan cepat dan lancar, misalnya dengan induksi
persalinan menggunakan obat-obatan atau dengan prosedur episiotomi.
Bila semua upaya tersebut sudah dilakukan namun bayi masih sulit dilahirkan, dokter akan
mencoba melakukan ekstraksi vakum. Sebelum melakukannya, dokter akan menjelaskan
manfaat dan risiko dari tindakan tersebut dan meminta persetujuan ibu dan keluarga.
Setelah mendapatkan persetujuan dari ibu, dokter akan mulai melakukan prosedur ekstraksi
vakum. Seperti halnya ketika melahirkan normal, ibu akan diminta untuk berbaring dengan
posisi kedua kaki terbuka lebar.
Agar lebih kuat dan bertenaga saat melakukan kontraksi, ibu dapat memegang kedua sisi tempat
tidur atau tempat lain yang dirasa lebih nyaman.
Setelah kepala bayi sudah tampak di jalan lahir, dokter akan memasukkan vakum ekstraktor ke
dalam vagina dan menempelkannya ke kepala bayi. Selanjutnya, pompa vakum diaktifkan agar
penarikan bisa dilakukan dan bayi dapat segera keluar melalui vagina.
Setelah kepala bayi berhasil dikeluarkan, dokter kemudian akan melepaskan alat vakum
ekstraktor dari kepala bayi dan menarik tubuh bayi keluar dari vagina.
Jika ekstraksi vakum tidak berhasil mengeluarkan bayi, dokter mungkin akan
mempertimbangkan penggunaan alat bantu lain, yaitu forceps, atau melahirkan bayi dengan
operasi Caesar
Setelah ibu selesai melahirkan, dokter dan bidan atau perawat akan memeriksa kemungkinan
adanya cedera pada ibu maupun bayi akibat penggunaan vakum.
Jika sebelumnya dokter melakukan prosedur episiotomi dengan membuat sayatan di bagian
vagina untuk mempermudah proses persalinan, bagian ini akan dijahit usai persalinan.
Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui adanya tanda-
tanda komplikasi akibat ekstraksi vakum pada bayi, misalnya cedera pada kepala bayi.
Berikut ini adalah beberapa risiko yang dapat terjadi akibat proses persalinan dengan bantuan
ekstraksi vakum:
Ibu yang melahirkan dengan alat bantu persalinan memiliki risiko mengalami pembekuan atau
penggumpalan pada pembuluh darah kaki atau panggul.
Untuk mencegahnya, ibu dapat mencoba untuk tetap bergerak setelah melahirkan (apabila sudah
diperbolehkan oleh dokter), menggunakan stoking khusus, atau mendapatkan suntikan
heparin dari dokter.
Terkadang, ibu yang melahirkan dengan bantuan ekstraksi vakum dan mengalami robekan
perineum berat, memiliki risiko lebih tinggi mengalami inkontinensia urine atau feses, yaitu
kondisi sulit menahan buang air kecil atau buang air besar.
Bayi yang terlahir dengan bantuan ekstraksi vakum berisiko tinggi mengalami cedera atau lebam
di kepalanya. Namun, kondisi ini umumnya akan membaik dalam waktu beberapa hari.
Terkadang, bayi yang terlahir dengan bantuan ekstraksi vakum bisa mengalami cedera yang
lebih berat, misalnya lebam otak atau perdarahan otak. Kondisi ini perlu segera ditangani oleh
dokter spesialis anak.
Pada kasus tertentu, terlahir dengan bantuan ekstraksi vakum juga dapat meningkatkan risiko
bayi mengalami penyakit kuning dan perdarahan di retina mata.
Melahirkan dengan bantuan ekstraksi vakum umumnya dilakukan ketika proses persalinan
mengalami kendala. Meski penting dilakukan untuk membantu proses persalinan, teknik ini juga
memiliki beberapa risiko yang telah disebutkan di atas.
Oleh karena itu, tanyakanlah lebih lanjut ke dokter kandungan mengenai manfaat dan risiko dari
penggunaan alat bantu kelahiran tersebut.
Menurut Fatmawati & Purwaningsih, (2010:1) mengatakan bahwa sistem reproduksi wanita
dibagi menjadi 2, yaitu : 2.1.1.1 Genetalia eksternal
a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis,
labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethae externum,
kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
b. Monspubis/monsveneris
Lapisan lemak dibagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi rambut pubis.
c. Labia Mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis kearah bawah belakang, banyak mengandung plekus
vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri
berakhir pada atas labia mayora. Dibagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada
commisura posterior).
d. Labia minora
Lapisan jaringan tipis dibalik labia mayora,tidak mempunyai folikel rambut. Banyak
terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabuut saraf.
e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoris yang terletak dibagian superior vulva, dan corpus
clitoridis yang tertanam didalam dinding anterior vagina. Homolog embriologi dengan
penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah
dan ujung serabut saraf, sangat sensitive.
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora.
Berasal dari sinus
urogenital. Terdapat 6 lubang orificium, yaitu orificium urethae externum, intoritus
vagine, ductus glandulae bartholinii kanan-kiri, dan duktus skene kanan-kiri. Antara
fourchet dan vagina terdapat fossa hymen yang abnormal, misalnya primer tidak
berlubang (hymen imperforate) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah
menstruasi terkumpul dirongga genitalia interna.
g. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri dibagian
cranial dan dorsal sampai ke vulva dibagian kaudal ventral. Daerah disekitar cervix
disebut fornix,, dan dibagi dalam 4 kuadran : fomix anterior, fomix posterior, dan fomix
lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastic.
Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina : untuk
mengeluarkan eksresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi
(persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah urogenitalis.
Batas dalam secara klinis yaitu fomicer anterior, posterior, dan lateralis disekitar servix
uteri.
h. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan bawah tepi bawah anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Perineum meregang pada
persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomy) untuk memperbesar jalan lahir dan
mencegah rupture.
2.1.1.2 Genitalia internal
a. Uterus
Suatu organ muscular berbentuk seperti buah pir. Dilapisi peritonium (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai implantasi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada
saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks
uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan
serviks uteri. Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1) Lapisan serosa (lapisan peritonium) di luar.
2) Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah.
3) Lapisan mukosa (endometrium) di dalam. Fungsi utama uterus:
1) Setiap bulan berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan adanya perubahan
dan pelepasan dari endometrium.
2) Tempat janin tumbuh dan berkembang.
3) Tempat melekatnya plasenta.
4) Pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan kontraksi untuk memperlancar
persalinan dan kembalinya uterus pada saat involusi.
Marmi, (2011:11) membahas tentang Masa nifas adalah masa dimulai beberapa
jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
Mitayani (2013:122) membahas tentang postpartum adalah waktu penyembuhan
dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian
terhadap hadirnya anggota keluarga baru.
2.1.4.1 Kelelahan pada ibu: terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena
kelelahan fisik pada ibu.
2.1.4.2 Partus tak maju: his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lajim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan persalinan mengalami
hambatan atau kematian.
2.1.4.3 Gawat janin: denyut jantung bayi abnormal ditandai dengan :
a. Denyut jantung bayi irreguler dalam persalinan sangat bereaksi dan dapat
kembali dalam beberapa waktu. Bila denyut jantung bayi tidak kembali normal
setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan adanyahipoksia.
b. Bradikardi yang terjadi diluar saat kontraksi atau tidak menghilang setelah
kontraksi.
c. Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya demam pada ibu.
2.1.5 Teknik operasi ekstraksi vakum
Menurut manuaba (2010:129)
2.1.5.1 Setelah persiapan dilakukan sebagaimana mestinya, penolong memilih
cup yang dipasang pada kepala janin.
2.1.5.2 Cup dimasukan secara obstetri, menuju kepala janin, dan dipasang
sedemikian rupa sehingga tidak menjepit serviks uteri.
2.1.5.3 dengan dipasangnya cup vakum ditempatnya dan tangan masih didalam,
dilakukan pemompa tekanan negative sampai mencapai 7,5-15 kg/cm2.
2.1.5.4 Setiap penurunan 0,2 kg/cm2 dikerjakan dalam waktu 2 menit; untuk
memberikan kesempatan pembentuk kaput suksedanum diperlukan waktu antara
15-30 menit.
2.1.5.5 Dilakukan pemeriksaan apakah terdapat bagian serviks yang terjepit
antara cup dan kepala janin.
2.1.5.6 Setelah pemeriksaan, dilakukan tarikan vakum pada waktu/ bersaan
dengan his dan mengejan sehingga kekuatan tarikan melalui vakum merupakan
kekuatan tambahan.
2.1.5.7 Bila pembukaan belum lengkap, dilakukan dilatasi serviks secara paksa,
sambil melakukan tarikan cup alat ekstraksi vakum.
2.1.5.8 Tarikan dilakukan sesuai dengan mekanisme persalinan normal, dengan
hipomoklion sebagai titik putarnya. Setelah kepala lahir cup dilepaskan dan
persalinan janin dilakukan sesuai dengan mekanisme persalinan normal.
Ekstraksi vakum, disini arah tarikan hampir vertical sementara kepala sedang
dilahirkan diatas perineum.
Ekstraksi vakum, arah traksi horizontal sampai kepala tertahan dibawah simfisis.
2.1.10 Pathofisiologi
Tindakan ekstraksi
vacuum
Postpartum
Trauma Fisiologi
kepala bayi
nyeri Hormone
TIK Resiko Perdaraha laktogenik/
meningkat gang n prolactin
tumbang
Anemia Hipovele
Produksi
mi
ASI
Suction
Kekurangan
kurang
vol cairan Oksitoksi
n
Resiko kurang Bandungan Pengeluaran
nutrisi pada bayi ASI asi
Nyeri
Gangguan
Menyusui Payudara rasa
tidak efektif bengkak nyaman/nyeri
2.1.12 Pemeriksaan penunjang
2.1.12.1 Hitung darah lengkap dengan deferensial, menandakan adanya anemia dan infeksi serta
tingkat hidrasi.
2.1.12.3 USG menentukan usia gestasi, ukuran janin, adanya gerakan jantung janin, dan lokasi
plasenta 2.1.12.4 Pelvimetri, mengidentifikasi disproposi CPD atau posisi janin.
2.1.13 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan post partum spontan dengan vakum ekstraksi menurut Mochtar (2007:122)
adalah :
2.1.13.1 Pada robekan perinium lakukan penjahitan dengan baik lapis demi lapis, perhatikan
jangan sampaiterjadi ruang kosong terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki
bekuanbekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.
2.1.13.2 Segera mobilisasi dan realimentasi (pemberian makanan bayi secara bertahap dan
teratur) 2.1.13.3 Konseling keluarga berencana
Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan : NORMAL (vakum ekstraksi )
Tgl/Jam : 28 mei 2021 jam 14.00
2. Jenis kelamin bayi: L/, BB : 2,7 kg PB : 2900 gram/47 cm, A/S: 3-5-8
3. Perdarahan : tidak ada
4. Masalah dalam persalinan : indikasi kala II + bekas SC (2019)
Riwayat Ginekologi
1. Masalah Ginekologi : tidak memiliki penyakit pada daerah reproduksi
2. Riwayat KB (jenis, lama pemakaian, efek samping) : KB suntik 3 bulan, berat badan
naik
Genogram
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= pasien
= tinggal serumah
Tanda Vital
Tekanan Darah :110/70 mmHg,
Nadi : 84 x/menit,
Suhu : 36,6 oC
Pernafasan : 20 x/menit
III. PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kepala Leher
o Kepala : bentuk simetris, kulit kepala baik, tidak ada nyeri tekan.
o Mata : simetris, konjungtiva merah mudah, pupil isokor.
o Hidung : lubang hidung simetris, tidak ada cuping hidung.
o Mulut : mukasa bibir tampak lembab, keadaan mulut bersih.
o Telinga : daun telinga simetris, lubang telinga bersih.
o Leher : posisi trachea normal, tidak ada pembesaran thypoid.
o Masalah khusus : tidak ada
B. Dada
o Jantung : irama jantung teratur
o Paru : inspeksi thoraks simetris
o Payudara : bentuk normal
Puting Susu : Menonjol
Pengeluaran ASI : Colostrum Ada
Masalah khusus : tidak ada
C. Abdomen
o Involusi uterus : rahim kembali pada ukuran semula
.Palpasi TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus : nyeri menyerupai kram menstruasi
Posisi : perut
o Kandung kemih : terpasang kateter
o Fungsi pencernaan : baik
o Masalah khusus : tidak ada
Nyeri : ya
Masalah khusus : tidak ada
E. Ekstremitas
o Ekstremitas Atas : simetris kiri dan kanan, keadaan kuku tangan bersih
terpotong rapih
o Edema : tidak ada
o Ekstremitas Bawah : simetris kiri dan kanan
o Edema : tidak ada
o Lokasi : -
V . Varises : tidak ada
Lokasi :-
o Masalah khusus : tidak ada
F. Eliminasi
o BAK : lancer
Kebiasaan BAK : tidak ada
o BAK saat ini : terpasang kateter
nyeri : tidak
o BAB : lancer
Kebiasaan BAB : tidak ada
BAB saat ini : normal
Konstipasi : tidak
o Masalah khusus : -
J. Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : status sosial mental pasien baik
o Penerimaan terhadap bayi : pasien beserta suaminya sangat senang atas
kelahiran anak ke 2 mereka
VIII. Masalah khusus : tidak ada
K. DATA TAMBAHAN:
Kemampuan menyusui : baik
Suhu : 36,6 oC
Pernafasan : 20 x/menit
Jenis persalinan : normal ( vakum ekstraksi )
Proses persalinan : berjalan dengan lancer tidak ada hambatan
Kala I :5 jam 10 menit (08.50-13.49)
Kala II : 11 menit (13.49-14.00 )
Komplikasi persalinan : tidak ada
Lamanya ketuban pecah : hamil 36-37 minggu
kondisi ketuban : jernih kekuningan
fleksi Gerakan
Lumpuh
sedikit aktif 100
Tonus otot Tidak
bereaksi Reaksimelawa
Gerakan
n
Iritabilitas sedikit
refleks Biru/pucat
Kemerahan
Tubuh
kemerahan
Warna tangan dan kaki
biru
Keterangan: penilaian menit ke-1, penilaian menit ke-5
sel/mm3
Hemoglobin 12.9 13-18 g/dL 12.0-16.0
Hematokrit 41.4 40%-50% 37.0-47.0
Trombosit 225 170-380.10/mm 150-450
MCH 27.1 28-34 pg/sel 27.0-35.0
MCHC 31.1 32-36 g/dL 30.0-40.0
001 Eosinofil 0 0%-6% 1-5
002 Basofil 0 0%-2% 0-1
003 Netrofil batang 2 0%-12% 2-8
004 Netrofil sakmen 76 36%-37% 50-70
005 Limfosit 17 15%-45% 20-40
006 monosit 5 1-10% 2-8
MCV 86.6 80-86 fl 80.0-100.0
O. Therapi :
Nama obat Jumlah Dosis Frekwensi
Cefadroxil 6 50 mg 12
S.f 3 200 mg 24
Asamefenamat 9 500 mg 8
p. analisa data
Kontraks
Nyeri
Rencana asuhan keperawatan
perencanaan
No Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional Jam Implementasi Evaluasi
( D.0077 ) ( l.08063 ) ( 1.08238) 1. Agar mengetahui 07.30 1. S : Pasien
1 Nyeri akut b/d 1.Identifikasi lokasi .Mengidentifikasi mengatakan nyeri
bagian yang
Setelah dilakukan berkurang dari skala
agen pencederaan tindakan keperawatan nyeri merasakan nyeri lokasi nyeri nyeri 6 menjadi 3
selama 3×24 jam di
fisik di tandai 2. Identifikasi skala 2. mengetahui kurang
harapkan tingkat O : wajah pasien
dengan jahitan nyeri pada daerah nyeri atau bertambanya 11.00 2. tidak tampak
pirenium pasien
pada daerah 3. Anjurkan non- rasa nyeri yang Mengidentifikasi meringis
berkurang dengan
TTV dalam batas
pirenium kriteria hasil : varmakologis dirasakan skala nyeri
1. di harapkan nyeri normal
4. Anjurkan monitor 3. melakukan 12.45 3.
berkurang dengan
kriteria hasil 0-1 nyeri secara mandiri relaksaksi teknik Menganjurkan A: Masalah teratasi
2. Pola tidur pasien sebagian
mengurangi nyeri non-varmakologis
tidak terganggu
3. diharapkan luka 4. Dapat memantau P:Pertahankan
pada perenium cepat Intervensi
rasa nyeri yang 4. Menganjurkan
sembuh. 13.45
dirasakan pada monitor nyeri
daerah pirenium secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham G.F., Gant F.N., Levono J.K., Gilstrap III, C. Larry, Hayth C.J., Wesnstrom D.K.
Obstetri Williams. Vol.1 Edisi 21. Jakarta: EGC; 2006.
Rusydi S.D. Tindakan Ekstraksi Vakum dan Forsep di Departemen Obstetri dan Ginekologi di
RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang selama 5 tahun ( periode Agustus 1999 – Juli 2004).
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan [Internet]. 2005 [cited 2011 Oct 5]. Available from: Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan
Darmayanti A.R., Pramono B.A. Luaran Maternal dan Perinatal pada Wanita Usia Lebih dari 35
Tahun di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2008. Eprints Undip [Internet] . 2010 [cited 2011
Oct 8]; Available from : http://eprints.undip.ac.id/4733/1/Luaran_maternal.pdf
PPNI (2016 ). Strandar diagnose keperawatan Indonesia : definisi dan indikator diagnostic, edisi
1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia :definisi dan kriteria hasil keperawatan,
edisi 1 Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar intervesi keperawatan Indonesia : definisi dan tindakan keperawatan, edisi
1 jakarta : DPP PPNI