Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E.

K DENGAN
DIAGNOSA MEDIS VAKUM EKSTRAKSI DELIVERY
DI RUANG D BAWAH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : HERU MARDIYONO

NIM : 711440119057

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

PRODI D III KEPERAWATAN

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Berkat bimbingan dan
kemudahan yang Allah anugerahkan kepada penulis, sehingga mendapat kesempatan untuk
menyelesaikan penyusunan laporan PKL ini.

Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, penulis menyadari adanya kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Penulis sangat mengharapka saran atau kritik yang bersifat membangun
Dari teman-teman ataupun dari para dosen agar menambah pengetahuan dalam penyusunan
sebuah tugas untuk kedepannya.

Mudah-mudahan laporan PKL ini dapat memenuhi harapan semua pihak terutama teman-teman
mahasiswa yang ingin mempelajarinya.

Manado, 22 juni 2021

Penulis

Heru mardiyono
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

a. Pengertian Kehamilan

Beberapa pengertian dari kehamilan adalah sebagai berikut:

1) Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum
memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah
anak tersebut lahir (Sukarni dan Wahyu, 2013).

2) Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan
ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-14 minggu,
kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan trimester ketiga
mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017). Peneliti merangkum dari kedua pengertian diatas
bahwa, kehamilan adalah suatu proses yang natural bagi perempuan, dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin dengan rentang waktu 280 hari (40 minggu/ 9 bulan 7
hari).

b. Proses Kehamilan

1) Fertilisasi Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang


mengandung ovum dibuahi oleh sperma atau terjadi penyatuan ovum dan sperma.
Penetrasi zona pelusida memungkinkan terjadinya kontak antara spermatozoa dan
membran oosit. Membran sel germinal segera berfusi dan sel sperma berhenti
bergerak. Tiga peristiwa penting terjadi dalam oosit akibat peningkatan kadar kalsium
intraseluler yang terjadi pada oosit saat terjadi fusi antara membran sperma dan sel
telur. Ketiga peristiwa tersebut adalah blok primer terhadap polispermia, reaksi
kortikal dan blok sekunder terhadap polispermia. Setelah masuk kedalam sel telur,
sitoplasma sperma bercampur dengan sitoplasma sel telur dan membran inti (nukleus)
sperma pecah. Pronukleus laki-laki dan perempuan terbentuk (zigot). Sekitar 24 jam
setelah fertilisasi, kromosom memisahkan diri dan pembelahan sel pertama terjadi
(Heffner, 2008).

2) Nidasi Umumnya nidasi terjadi di dinding depat atau belakang uterus, dekat pada
fundus uteri. Jika nidasi ini terjdi, barulah dapat disebut adanya kehamilan. Bila
nidasi telah terjadi, mulailah terjadi diferensiasi zigot menjadi morula kemudian
blastula (Sukarni dan Wahyu, 2013). Blastula akan membelah menjadi glastula dan
akhirnya menjadi embrio sampai menjadi janin yang sempurna di trimester ketiga
(Saiffullah, 2015).

C. Tanda Persalinan Normal

Tanda-tanda persalinan antara lain :

1. Timbul his persalinan yang mempunyai tanda seperti, pinggang terasa sakit, yang
menjalar ke depan, sifatya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin
besar.

2. Keluarnya lendir bercampur dengan darah melalui vagina (Bloody Show) karena
robekan kecil pada serviks. Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks
yang menimbulkan pendataran dan pembukaan.

3. Pengeluaran cairan yang banyak dari jalan lahir. Ini terjadi akibat pecahnya
ketuban atau selaput ketuban robek. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam. 4. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan
pembukaan telah ada (Prawirohardjo, 2009).

D. Tahap Persalinan Normal

Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan
lahir. Persalinan dibagi menjadi empat tahapan, yaitu :

1. Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I persalinan dimulai saat terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mecapai pembukaan lengkap yaitu 10 cm, pada primipara kala I
berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira tujuh jam
(Varney 2007). Pada kala I terdapat dua fase, yaitu :

a. Fase Laten Pada fase laten pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai
sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara
bertahap sampai pembukaan 3 cm sampai 4 cm, yang berlangsung sekitar tujuh
sampai delapan jam.

b. Fase Aktif Fase aktif pembukaan pada umumnya dimulai dari 4 cm hingga 10
cm dan berlangsung selama enam jam. Fase aktif dibagi menjadi tiga subfase,
yaitu:

a) Periode akselerasi, yaitu berlangsung selama dua jam dan terjadi pembukaan 3
cm menjadi 4 cm

b) Periode dilatasi maksmal, yaitu berlangsung selama dua jam dan pembukaan
berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm

c) Periode deselerasi, yaitu berlangsung lambat, dalam dua jam pembukaan


lengkap menjadi 10 cm

2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai sejak pembukaan serviks sudah lengkap yaitu 10 cm dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama dua jam dan
pada multipara berlangsung selama satu jam. Tanda dan gejala pada kala II, yaitu :

a. His semakin kuat, dengan interval dua sampai tiga menit

b. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

c. Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya

d. Perineum terlihat menonjol

e. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka

f. Peningkatan pengeluaran lender dan darah

3. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)


Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban. Proses ini biasanya berlangsung lima sampai 30 menit setelah bayi
lahir.

4. Kala IV ( Kala Pengawasan)

Kala IV dilakukan observasi yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah proses tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya postpartum.
Observasi yang dilakukan pada kala IV:

a. Tingkat kesadaran

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi dan pernapasan

c. Kontraksi uterus

d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap normal apabila jumlahnya tidak melebihi


400 sampai 500 cc (Prawirohardjo, 2009)

E. Komplikasi Persalinan Normal

Komplikasi persalinan adalah suatu keadaan penyimpangan dari normal, yang secara
langsung dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi akibat dari
masalah saat persalinan. Komplikasi persalinan terdiri dari perdarahan, infeksi atau
sepsis, pre-eklampsia dan eklampsia, persalinan lama dan abortus (Kemenkes, 2011).

a. Perdarahan

Perdarahan merupakan penyebab tersering kematian ibu. Tanda perdarahan yaitu


mengeluarkan darah dari jalan lahir lebih dari 500 cc. Apabila terjadi perdarahan tidak
perlu harus menunggu darah hingga 500 cc karena bila segera dihentikan lebih dini,
progonis akan lebih baik. Perdarahan yang tidak ditangani segera akan menyebabkan
perubahan tanda vital, seperti kesadaran menurun, pucat, berkeringat dingin, sesak napas,
serta tekanan darah 100/menit, bahkan sampai syok. Penyebab perdarahan pada saat
persalinan, yaitu gangguan myometrium, robekan jalan lahir yang biasanya terjadi pada
persalinan dengan trauma, retensio plasenta yaitu keadaan dimana plasenta belum lahir
dalam waktu 1 jam setelah lahir, dan gangguan pembekuan darah (Prawirohardjo, 2009).
b. Infeksi

Infeksi persalinan biasanya terjadi pada traktus genitalia, yang menimbulkan gejala nyeri
pelvis, demam lebih dari 38,50 oC, mengeluarkan cairan vagina yang abnormal, berbau
busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus. Hal ini dapat terjadi
akibat dari penggunaan instrument medis yang tidak steril dan penolong persalinan yang
tidak menggunakan alat pelindung diri (Oxorn, 2010).

c. Pre-eklampsia dan eklampsia

Pre-eklampsia adalah suatu keadaan hipertensi yang disertai proteinuria dan edema
(penimbunan cairan dalam cairan tubuh sehingga menyebabkan pembengkakan pada
tungkai dan kaki), akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Sedangkan, eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita pre-eklampsia
yang disusul dengan koma. Kejang ini bukan akibat dari kelainan neurologis.
Preeklampsia merupakan penyakit yang terjadi pada kehamilan pertama (nullipara), dan
biasanya juga terdapat pada wanita yang masa suburnya ekstrim yaitu pada umur remaja
belasan tahun dan wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada wanita multipara,
penyakit ini biasanya dijumpai dalam keadaan kehamilan multifetal (kembar), dan
hidropsfetalis (kehamilan air), penyakit vaskuler, dan penyakit ginjal (Mambo, 2006).

d. Persalinan lama

Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Sebagian
persalinan yang lama menunjukkan pemanjangan kala satu. Penyebab utama partus lama,
yaitu disproporsi fetopelvik, malpresentasi dan malposisi, kerja uterus yang tidak efisien,
termasuk serviks yang kaku. Faktor tambahan lainnya, yaitu primigraviditas, ketuban
pecah dini ketika serviks masih tertutup, keras dan belum mendatar, analgesi dan anestesi
yang berlebihan, dan wanita yang cemas dan ketakutan (Oxorn, 2010).

e. Abortus

Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum
mampu hidup diluar rahim, dengan kriteria usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram (Archadiat, 2004).
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1.1 Definisi ekstrasi vakum

Ekstraksi vakum adalah salah satu prosedur untuk membantu proses persalinan normal.
Persalinan dengan bantuan ekstraksi vakum dilakukan dengan alat yang disebut vakum
ekstraktor. Umumnya, tindakan ini baru dilakukan ketika proses persalinan normal mengalami
hambatan.

Vakum ekstraktor adalah instrumen medis yang digunakan sebagai alat bantu untuk menarik bayi
keluar dari vagina dalam proses persalinan. Dokter biasanya akan membantu persalinan dengan
ekstraksi vakum apabila bayi sulit dilahirkan secara normal tanpa alat bantu.

Perangkat vakum ekstraktor memiliki bentuk yang menyerupai mangkuk dan terbuat dari bahan
plastik (soft cup). Namun, ada juga vakum yang terbuat dari bahan logam (metal cup). Alat ini
dilengkapi dengan pompa vakum yang digunakan untuk menarik bayi.

1.2 Penggunaan Vakum Ekstraktor pada Persalinan


Vakum ekstraktor terdiri dari 2 jenis, yaitu vakum yang menggunakan tenaga manusia dan
vakum dengan tenaga mesin. Namun, cara penggunaannya kurang lebih sama. Alat ini
digunakan dengan cara menempelkan cup vakum ekstraktor ke permukaan kepala bayi saat
mulai terlihat keluar dari vagina.

Jika perlu, dokter mungkin akan melakukan episiotomi untuk memperlebar jalan lahir, sehingga
bayi bisa dikeluarkan dengan mudah. Ketika vakum sudah berada di kepala bayi, dokter akan
meminta ibu untuk mengejan saat merasakan kontraksi.

Jika ibu mendapat suntik epidural dan tidak merasakan kontraksi, dokter yang akan memberikan
isyarat. Selanjutnya, dokter akan menggunakan pompa vakum dan menarik bagian bawah
vakum, sehingga kepala bayi akan tertarik keluar.
Bila dalam 3 kali upaya penarikan dengan ekstraksi vakum bayi belum bisa dikeluarkan, dokter
mungkin akan mempertimbangkan penggunaan alat bantu lain, seperti forceps atau memulai
prosedur operasi caesar.

1.3 Kondisi Persalinan yang Membutuhkan Ekstraksi Vakum

Alat bantu persalinan sering kali menjadi solusi ketika proses persalinan berjalan terlalu
lama atau dirasa melelahkan bagi ibu. Persalinan dengan alat bantu, termasuk vakum, biasanya
dilakukan ketika fase kedua persalinan dianggap terlalu lama.

Bagi ibu yang baru pertama kali melahirkan, durasi fase kedua persalinan yang normal adalah
sekitar 3 jam secara alami atau 4 jam dengan suntik epidural.

Sementara itu, bagi ibu yang melahirkan untuk kedua kali atau seterusnya, fase kedua yang
dinilai terlalu lama adalah sekitar 1 jam secara alami dan 2 jam dengan suntik epidural.

Selain itu, ada beberapa hambatan dalam persalinan yang mengharuskan dokter untuk
menggunakan alat bantu persalinan seperti vakum, di antaranya:

 Bayi mengalami gawat janin saat ibu mengejan


 Ibu sudah merasa sangat lelah dan bayi tidak kunjung lahir
 Ibu memiliki kondisi medis tertentu yang membuatnya tidak boleh mengejan terlalu
lama, misalnya penyakit jantung atau gangguan pada retina

Meski demikian, ada beberapa kondisi saat melahirkan yang menyebabkan alat vakum dilarang
untuk digunakan, yaitu pada kelahiran prematur atau saat usia kandungan kurang dari 34
minggu, bayi dalam posisi sungsang, dan posisi wajah bayi menghadap vagina atau jalan lahir.

1.4 Tahapan Prosedur dan Proses Melahirkan Vakum

Berikut ini adalah tahapan proses melahirkan dengan menggunakan vakum:


Sebelum prosedur ekstraksi vakum

Sebelum prosedur ekstraksi vakum dilakukan, dokter akan melakukan beberapa langkah untuk
membantu proses persalinan agar berlangsung dengan cepat dan lancar, misalnya dengan induksi
persalinan menggunakan obat-obatan atau dengan prosedur episiotomi.

Bila semua upaya tersebut sudah dilakukan namun bayi masih sulit dilahirkan, dokter akan
mencoba melakukan ekstraksi vakum. Sebelum melakukannya, dokter akan menjelaskan
manfaat dan risiko dari tindakan tersebut dan meminta persetujuan ibu dan keluarga.

1.5 Selama prosedur ekstraksi vakum

Setelah mendapatkan persetujuan dari ibu, dokter akan mulai melakukan prosedur ekstraksi
vakum. Seperti halnya ketika melahirkan normal, ibu akan diminta untuk berbaring dengan
posisi kedua kaki terbuka lebar.

Agar lebih kuat dan bertenaga saat melakukan kontraksi, ibu dapat memegang kedua sisi tempat
tidur atau tempat lain yang dirasa lebih nyaman.

Setelah kepala bayi sudah tampak di jalan lahir, dokter akan memasukkan vakum ekstraktor ke
dalam vagina dan menempelkannya ke kepala bayi. Selanjutnya, pompa vakum diaktifkan agar
penarikan bisa dilakukan dan bayi dapat segera keluar melalui vagina.

Setelah kepala bayi berhasil dikeluarkan, dokter kemudian akan melepaskan alat vakum
ekstraktor dari kepala bayi dan menarik tubuh bayi keluar dari vagina.

Jika ekstraksi vakum tidak berhasil mengeluarkan bayi, dokter mungkin akan
mempertimbangkan penggunaan alat bantu lain, yaitu forceps, atau melahirkan bayi dengan
operasi Caesar

1.6 Setelah penggunaan vakum

Setelah ibu selesai melahirkan, dokter dan bidan atau perawat akan memeriksa kemungkinan
adanya cedera pada ibu maupun bayi akibat penggunaan vakum.

Jika sebelumnya dokter melakukan prosedur episiotomi dengan membuat sayatan di bagian
vagina untuk mempermudah proses persalinan, bagian ini akan dijahit usai persalinan.
Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui adanya tanda-
tanda komplikasi akibat ekstraksi vakum pada bayi, misalnya cedera pada kepala bayi.

1.7 Risiko Melahirkan dengan Bantuan Vakum

Berikut ini adalah beberapa risiko yang dapat terjadi akibat proses persalinan dengan bantuan
ekstraksi vakum:

1.8 Risiko bagi ibu

Ibu yang melahirkan dengan alat bantu persalinan memiliki risiko mengalami pembekuan atau
penggumpalan pada pembuluh darah kaki atau panggul.

Untuk mencegahnya, ibu dapat mencoba untuk tetap bergerak setelah melahirkan (apabila sudah
diperbolehkan oleh dokter), menggunakan stoking khusus, atau mendapatkan suntikan
heparin dari dokter.

Terkadang, ibu yang melahirkan dengan bantuan ekstraksi vakum dan mengalami robekan
perineum berat, memiliki risiko lebih tinggi mengalami inkontinensia urine atau feses, yaitu
kondisi sulit menahan buang air kecil atau buang air besar.

1.9 Risiko bagi bayi

Bayi yang terlahir dengan bantuan ekstraksi vakum berisiko tinggi mengalami cedera atau lebam
di kepalanya. Namun, kondisi ini umumnya akan membaik dalam waktu beberapa hari.

Terkadang, bayi yang terlahir dengan bantuan ekstraksi vakum bisa mengalami cedera yang
lebih berat, misalnya lebam otak atau perdarahan otak. Kondisi ini perlu segera ditangani oleh
dokter spesialis anak.

Pada kasus tertentu, terlahir dengan bantuan ekstraksi vakum juga dapat meningkatkan risiko
bayi mengalami penyakit kuning dan perdarahan di retina mata.

Melahirkan dengan bantuan ekstraksi vakum umumnya dilakukan ketika proses persalinan
mengalami kendala. Meski penting dilakukan untuk membantu proses persalinan, teknik ini juga
memiliki beberapa risiko yang telah disebutkan di atas.
Oleh karena itu, tanyakanlah lebih lanjut ke dokter kandungan mengenai manfaat dan risiko dari
penggunaan alat bantu kelahiran tersebut.

2.1 Tinjauan Teoritis Medis Eksraksi Vakum

2.1.1 Anatomi fisiologi

Menurut Fatmawati & Purwaningsih, (2010:1) mengatakan bahwa sistem reproduksi wanita
dibagi menjadi 2, yaitu : 2.1.1.1 Genetalia eksternal

a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis,
labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethae externum,
kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
b. Monspubis/monsveneris
Lapisan lemak dibagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi rambut pubis.
c. Labia Mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis kearah bawah belakang, banyak mengandung plekus
vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri
berakhir pada atas labia mayora. Dibagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada
commisura posterior).
d. Labia minora
Lapisan jaringan tipis dibalik labia mayora,tidak mempunyai folikel rambut. Banyak
terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabuut saraf.
e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoris yang terletak dibagian superior vulva, dan corpus
clitoridis yang tertanam didalam dinding anterior vagina. Homolog embriologi dengan
penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah
dan ujung serabut saraf, sangat sensitive.
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora.
Berasal dari sinus
urogenital. Terdapat 6 lubang orificium, yaitu orificium urethae externum, intoritus
vagine, ductus glandulae bartholinii kanan-kiri, dan duktus skene kanan-kiri. Antara
fourchet dan vagina terdapat fossa hymen yang abnormal, misalnya primer tidak
berlubang (hymen imperforate) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah
menstruasi terkumpul dirongga genitalia interna.
g. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri dibagian
cranial dan dorsal sampai ke vulva dibagian kaudal ventral. Daerah disekitar cervix
disebut fornix,, dan dibagi dalam 4 kuadran : fomix anterior, fomix posterior, dan fomix
lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastic.
Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina : untuk
mengeluarkan eksresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi
(persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah urogenitalis.
Batas dalam secara klinis yaitu fomicer anterior, posterior, dan lateralis disekitar servix
uteri.
h. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan bawah tepi bawah anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Perineum meregang pada
persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomy) untuk memperbesar jalan lahir dan
mencegah rupture.
2.1.1.2 Genitalia internal

a. Uterus
Suatu organ muscular berbentuk seperti buah pir. Dilapisi peritonium (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai implantasi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada
saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks
uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan
serviks uteri. Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1) Lapisan serosa (lapisan peritonium) di luar.
2) Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah.
3) Lapisan mukosa (endometrium) di dalam. Fungsi utama uterus:
1) Setiap bulan berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan adanya perubahan
dan pelepasan dari endometrium.
2) Tempat janin tumbuh dan berkembang.
3) Tempat melekatnya plasenta.
4) Pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan kontraksi untuk memperlancar
persalinan dan kembalinya uterus pada saat involusi.

b. Serviks Uteri (mulut rahim)

Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan/menembus dinding


dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos,
jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar didalam
rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
eksternum (luar,arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan
ostium uteri inernu (dalam, arah cavum) sebelum melahirkan (nullipara/primigravida)
lubang ostium externum bulat kecil, setelah/riwayat melahirkan
(primipara/multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah
kekaudal posterior, setinggi spina inchiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan
lendir getah serviks yang mengandung gliko protein kaya karboohidrat (musin) dan
larutan berbagai garam, eptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir
serviks dipengaruhi siklus haid.
c. Corpus uteri (batang/badan rahim)
Terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritonium yang melekat pada ligamentum
letum uteri diintra abdomen, tengah lapisan muscular/miometrium berupa otot polos
tiga lapis (dari luar kedalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular),
serta dalam lapisan endometrium yang melapisi cavum dinding uteri, menebal dan
runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus
intraabdomen mendatar dengan fleksi, fundus uteri berada diatas vesika urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervarriasi selama
pertumbuhan dan perkembangan wanita.
d. Ligamenta
Penyangga Uterus Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligametum
cardinal, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouteria propium, ligamentum
infudibulopelvicum, ligamentum vesicouteria, ligamentum rectouterina.
e. Vaskularisasi Uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/ illiaca interna, serta arteri
ovarica cabang aorta abdominalis.
f. Salping/Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan,
panjang 8-14 cm, berfungsi
sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba
terdiri dari lapisan: serosa, muscular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan
epitel bersilia. Terdiri dari pars interstilitas, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infudibulum dengan fimbria, dengan karak teristik silia dan ketebalan dinding yang
berbedabeda pada setiap bagiannya.
1) Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat stingter uterotuba
pengendali transfer gamet.
2) Pars ampuris (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilitasi adalah daerah ampula/infudibulum, dan
pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba
bagian ini.
3) Pars infudibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya,
melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum
yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya kedalam
tuba.
4) Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus)
5) Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak didalam rongga peritonium, sepasang
kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh
darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam
pembentukkan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal
promordial dilapisan terluar epitel ovarium dikorteks), ovulasi (pengeluaran
ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna
folikel, progesterone oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan pars
infudibulum tuba falopii melalui pelekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap”
ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum
ovarii proprium, ligamentum infudibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium.
Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

2.1.2 Teori masa nifas

Marmi, (2011:11) membahas tentang Masa nifas adalah masa dimulai beberapa
jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
Mitayani (2013:122) membahas tentang postpartum adalah waktu penyembuhan
dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian
terhadap hadirnya anggota keluarga baru.

2.1.3 Teori ekstraksi vakum

Mitayani, (2013:107) membahas tentang ekstraksi vakum adalah suatu


persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan tenaga negatif (vakum) pada
kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse. Vacuum is an
operation for the delivery of the fetal head from the mother by use of a vacuum
extractor applied to the fetal scalp on presence of maternal effort (Hughes).
Walyani (2015:67) membahas tentang Ekstraksi vakum merupakan tindakan
untuk melahirkan bayi, dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif dengan
alat vakum. Jadi, Ekstraksi vakum adalah persalinan buatan yang dilakukan
dengan tekanan negatif menggunakan alat ekstraktor vakum.

2.1.4 Etiologi ekstraksi vakum

2.1.4.1 Kelelahan pada ibu: terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena
kelelahan fisik pada ibu.
2.1.4.2 Partus tak maju: his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lajim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan persalinan mengalami
hambatan atau kematian.
2.1.4.3 Gawat janin: denyut jantung bayi abnormal ditandai dengan :
a. Denyut jantung bayi irreguler dalam persalinan sangat bereaksi dan dapat
kembali dalam beberapa waktu. Bila denyut jantung bayi tidak kembali normal
setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan adanyahipoksia.
b. Bradikardi yang terjadi diluar saat kontraksi atau tidak menghilang setelah
kontraksi.
c. Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya demam pada ibu.
2.1.5 Teknik operasi ekstraksi vakum
Menurut manuaba (2010:129)
2.1.5.1 Setelah persiapan dilakukan sebagaimana mestinya, penolong memilih
cup yang dipasang pada kepala janin.
2.1.5.2 Cup dimasukan secara obstetri, menuju kepala janin, dan dipasang
sedemikian rupa sehingga tidak menjepit serviks uteri.
2.1.5.3 dengan dipasangnya cup vakum ditempatnya dan tangan masih didalam,
dilakukan pemompa tekanan negative sampai mencapai 7,5-15 kg/cm2.
2.1.5.4 Setiap penurunan 0,2 kg/cm2 dikerjakan dalam waktu 2 menit; untuk
memberikan kesempatan pembentuk kaput suksedanum diperlukan waktu antara
15-30 menit.
2.1.5.5 Dilakukan pemeriksaan apakah terdapat bagian serviks yang terjepit
antara cup dan kepala janin.
2.1.5.6 Setelah pemeriksaan, dilakukan tarikan vakum pada waktu/ bersaan
dengan his dan mengejan sehingga kekuatan tarikan melalui vakum merupakan
kekuatan tambahan.
2.1.5.7 Bila pembukaan belum lengkap, dilakukan dilatasi serviks secara paksa,
sambil melakukan tarikan cup alat ekstraksi vakum.
2.1.5.8 Tarikan dilakukan sesuai dengan mekanisme persalinan normal, dengan
hipomoklion sebagai titik putarnya. Setelah kepala lahir cup dilepaskan dan
persalinan janin dilakukan sesuai dengan mekanisme persalinan normal.

2.1.6 Alat dan operasi ekstraksi vakum pada letak kepala


A. Mangkok Malmstrom
B. Mangkok Bird
Ekstraksi vakum pada janin dengan posisi oksiput anterior. Tempat untuk
memasang mangkuk yaitu di atas fontanella posterior sepanjang sutura sagitalis.

Ekstraksi vakum, disini arah tarikan hampir vertical sementara kepala sedang
dilahirkan diatas perineum.
Ekstraksi vakum, arah traksi horizontal sampai kepala tertahan dibawah simfisis.

Cara melindungi perineum selama ekstraksi vakum. Tangan kanan menarik


dalam arah vertikal. Tangan kiri mendorong bagian yang dipresentasi dalam arah
traksi.

2.1.7 Indikasi ekstarksi vakum

Menurut Mitayani (2013:107)


2.1.7.1 Ibu dengan tujuan mmempersigkat kala II, misalnya ibu dengan penyakit
jantung kompensasi, penyakit paru-paru fibrotik, dilakukan pada:
a. kala II memanjang
b. pada saat ibu merasa lebih dan tidak mampu mengejan dengan efektif
2.1.7.2 Janin: Gawat janin
Memutar persentasi oksiput posterior menjadi oksiput anterior. Menurut Belden
(2010) 2.1.7.3 Prolonged second stage of labor
2.1.7.4 Maternal exhaustion
2.1.7.5 Fetal dstress
2.1.8 Komplikasi ekstraksi vakum
Menurut Wiknjosastro,dkk (2014:87)
2.1.8.1 Ibu
a. pendarahan
b. trauma jalan lahir
c. infeksi
Menurut Manuaba (2012:129) Komplikasi Ekstraksi Vakum :
d. Trauma persalinan :
1). Robekan serviks yang terjepit
2). Robekan vagina
3). Robekan perinium yang lebih luas.
e. Infeksi (karena beberapa kali memuaskan cup vakum dan tangan)
f. perdarahan
1). Robekan jalan lahir
2). Atonia uteri.
2.1.8.2 Janin
a. Ekskoriasis kulit kepala
b. Sefalhamatoma
c. Subgaleal hematoma, Hematoma ini cepat diresorbsi tubuh janin. Bagi janin
yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus
neonatorum yang agak berat.
d. Nekrosis kulit kepala (scalpnescrosis), yang dapat menimbulkan alopesia.
Menurut Manuaba (2012:129) Komplikasi Ekstraksi Vakum :
e. Terjadi kaput seksedanum yang besar
f. Terjadi sefalhematom
g. Terjadi perdarahan atau edama intracranial
h. Trauma langsung pada bagian janin tempat cup vakum, seperti ekskoriasi.
i. Infeksi postpartum

2.1.9 Keuntungan dan Kerugian ekstraksi vakum

Menurut Manuaba (2012:127) Keuntungan Ekstraksi Vakum :


2.1.9.1 tindakan ektraksi vakum tidak memerlukan ruangan tambahan, sehingga
trauma jepitan kepala tidak terjadi.
2.1.9.2 Dapat dipakai pada kedudukan kepala yang tinggi.
2.1.9.3 Dapat dipakai pada pembukaan yang lebih kecil, sehingga dapat
memperbesar pembukaan serviks (dengan paksaan)
2.1.9.4 Dipakai sebagai percobaan untuk membuktikan kemungkinan CPD.

Menurut Manuaba (2012:128) Kerugian Ekstraksi Vakum :


2.1.9.5 sering mengalami kegagalan (lepas), karena kekuatan tarikan terbatas dan
tergantung pada kaput buatan yang terbentuk. (kegagalan ekstraksi vakum dapat
diteruskan dengan tindakan ekstraksi forsep atau seksio sesarea)
2.1.9.6 dapat menimbulkan gangguan peredaran darah otak yang akan
menyebabkan asfeksia intrauteri.

2.1.10 Pathofisiologi

Adanya beberapa faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi


vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung
(eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya. Kala II yang lama, fetal
distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan
persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Melahirkan secara pervaginam
maka perlu tindakan ekstraksi vakum. Tindakan ekstraksi vakum menyebabkan
terjadinya laserasi pada servuk uteri vagina ibu. Tetapi terjadi laserasi pada
kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intracranial
2.1.11 Patway

Partus tak maju

Tindakan ekstraksi
vacuum

Postpartum

Trauma Fisiologi
kepala bayi

Ekstrasiu Inovasi Laktasi


kepala bayi uteri
Tidak Adekuat
adekuat Afterpai Ekstrogen
Cefal +
hematom progertyero
Antonia Kontraks
uteri i n

nyeri Hormone
TIK Resiko Perdaraha laktogenik/
meningkat gang n prolactin
tumbang

Anemia Hipovele
Produksi
mi
ASI
Suction
Kekurangan
kurang
vol cairan Oksitoksi
n
Resiko kurang Bandungan Pengeluaran
nutrisi pada bayi ASI asi

Nyeri
Gangguan
Menyusui Payudara rasa
tidak efektif bengkak nyaman/nyeri
2.1.12 Pemeriksaan penunjang

Menurut Mitayani (2013:109) menerangkan bahwa:

2.1.12.1 Hitung darah lengkap dengan deferensial, menandakan adanya anemia dan infeksi serta
tingkat hidrasi.

2.1.12.2 Urinalisis menunjukan infeksi traktus urinarius, protein atau glukosa.

2.1.12.3 USG menentukan usia gestasi, ukuran janin, adanya gerakan jantung janin, dan lokasi
plasenta 2.1.12.4 Pelvimetri, mengidentifikasi disproposi CPD atau posisi janin.

2.1.13 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan post partum spontan dengan vakum ekstraksi menurut Mochtar (2007:122)
adalah :

2.1.13.1 Pada robekan perinium lakukan penjahitan dengan baik lapis demi lapis, perhatikan
jangan sampaiterjadi ruang kosong terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki
bekuanbekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.

2.1.13.2 Segera mobilisasi dan realimentasi (pemberian makanan bayi secara bertahap dan
teratur) 2.1.13.3 Konseling keluarga berencana

2.1.13.4 Berikan antibiotika cukup


2.1.13.5 Pada luka perinium lama lakukan perineoplastik dengan membuka luka dan menjahitnya
kembali sebaik-baiknya.
FORMAT PENGKAJIAN POSTNATAL

Tanggal pengkajian : 29-05-2021


Ruangan/ RS : kamar II bed 3

I. DATA UMUM KLIEN DAN PASANGAN


Nama : Ny.E.K
Usia : 28 tahun
Status perkawinan : Menikah
Agama : Kristen
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir : S1
Alamat : motoling
Inisial Suami : Tn.F.S
Usia : 30 tahun
Agama : Kristen
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : D3
Alamat : motoling
Keluhan utama
nyeri pada luka pirenium
keluhan saat ini
nyeri perut bagian bawah

Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu


No Tahun Tipe Penolong Jenis BB dan Keadaan Masalah
persalinan kelamin PB Bayi bayi waktu kehamilan
lahir

1 24 tahun SC Dokter P BB : 3,3 Sehat Tidak ada


kg
PB : 48
cm

2 28 tahun Vakum Dokter L BB : 2,7 Sehat Tidak ada


ekstrasi dan bidan kg
PB : 49
cm

Pengalaman menyusui: ya/tidak


Berapa lama:
Riwayat Kehamilan Saat Ini :
Pasien mengatakan selama kehamilan tidak memiliki kendala,
selalu menggikuti program posyandu di desanya dengan teratur, rutin
meminum vitamin-vitamin yang di berikan oleh petugas
1. Berapa kali periksa hamil : 2 minggu sekali
2. Masalah kehamilan : tidak ada

Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan : NORMAL (vakum ekstraksi )
Tgl/Jam : 28 mei 2021 jam 14.00
2. Jenis kelamin bayi: L/, BB : 2,7 kg PB : 2900 gram/47 cm, A/S: 3-5-8
3. Perdarahan : tidak ada
4. Masalah dalam persalinan : indikasi kala II + bekas SC (2019)

Riwayat Ginekologi
1. Masalah Ginekologi : tidak memiliki penyakit pada daerah reproduksi
2. Riwayat KB (jenis, lama pemakaian, efek samping) : KB suntik 3 bulan, berat badan
naik
Genogram

Keterangan :

= laki-laki

= perempuan

= pasien
= tinggal serumah

II. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


Status obstruksi : G : 2 P : 2 A :0
Bayi Rawat Gabung : ya
Jika tidak alasan :-

Keadaan Umum : tampak lemah


Kesadaran : kompos mentis
Riwayat perdarahan : 150 cc

Tanda Vital
Tekanan Darah :110/70 mmHg,
Nadi : 84 x/menit,

Suhu : 36,6 oC
Pernafasan : 20 x/menit
III. PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kepala Leher
o Kepala : bentuk simetris, kulit kepala baik, tidak ada nyeri tekan.
o Mata : simetris, konjungtiva merah mudah, pupil isokor.
o Hidung : lubang hidung simetris, tidak ada cuping hidung.
o Mulut : mukasa bibir tampak lembab, keadaan mulut bersih.
o Telinga : daun telinga simetris, lubang telinga bersih.
o Leher : posisi trachea normal, tidak ada pembesaran thypoid.
o Masalah khusus : tidak ada
B. Dada
o Jantung : irama jantung teratur
o Paru : inspeksi thoraks simetris
o Payudara : bentuk normal
Puting Susu : Menonjol
Pengeluaran ASI : Colostrum Ada
Masalah khusus : tidak ada

C. Abdomen
o Involusi uterus : rahim kembali pada ukuran semula
.Palpasi TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus : nyeri menyerupai kram menstruasi
Posisi : perut
o Kandung kemih : terpasang kateter
o Fungsi pencernaan : baik
o Masalah khusus : tidak ada

D. Perineum dan Genital


Vagina :
Integritas kulit : baik
Edema : ada
Memar :-
Hematom :-
IV. Perineum : Ruptur
Jumlah jahitan : 3 jahitan
Luka perineum : bersih.
o Tanda REEDA
R: kemerahan : ya/tidak
E: bengkak : ya/tidak
E: echimosis : ya/tidak
D: discharge : serum/pus/darah/tidak ada
A: approximate : baik/tidak

o Kebersihan : Bersih/ Kotor


o Lokia : Rubra
o Perdarahan : ada
Banyaknya ganti pembalut :2 x/hari
o Bau : ya

Nyeri : ya
Masalah khusus : tidak ada

E. Ekstremitas
o Ekstremitas Atas : simetris kiri dan kanan, keadaan kuku tangan bersih
terpotong rapih
o Edema : tidak ada
o Ekstremitas Bawah : simetris kiri dan kanan
o Edema : tidak ada
o Lokasi : -
V . Varises : tidak ada
Lokasi :-
o Masalah khusus : tidak ada

F. Eliminasi
o BAK : lancer
Kebiasaan BAK : tidak ada
o BAK saat ini : terpasang kateter
nyeri : tidak
o BAB : lancer
Kebiasaan BAB : tidak ada
BAB saat ini : normal
Konstipasi : tidak
o Masalah khusus : -

G. Istirahat dan Kenyamanan


Pola tidur : baik
Kebiasaan: tidur : berdoa
Lama : 7-8 .jam
Frekuensi : siang hari 2 jam dan malam hari 7-8 jam
pola tidur saat ini : tidak teratur karena sering terbangun
untuk menyusui anaknya
Keluhan ketidaknyamanan : ya
Lokasi : daerah pirenium
Sifat : konstan ( hilangtimbul )
Intensitas : P : nyeri selesai partus Q : seperti di tusuk-tusuk
R : daerah pirenium S : skala 6 T : nyeri hilang timbul

H. Mobilisasi dan latihan


o Tingkat mobilisasi : setiap 2 jam dilakukan mobilisasi miring kiri dan
miring kanan
o Latihan/senam nifas : belum di lakukan karena kondisi ibu belum
memungkinkan
Masalah khusus : tidak ada

I. Nutrisi dan Cairan


VI. Asupan nutrisi : terpenuhi
VII. Nafsu makan : baik
o Asupan cairan : baik
o Masalah khusus : tidak ada

J. Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : status sosial mental pasien baik
o Penerimaan terhadap bayi : pasien beserta suaminya sangat senang atas
kelahiran anak ke 2 mereka
VIII. Masalah khusus : tidak ada
K. DATA TAMBAHAN:
Kemampuan menyusui : baik

Obat-obatan : cefadroxil, asamefenamat

Keadaan umum ibu : tampak baik kesadaran pasien kompos mentis


Tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg,
Nadi : 84 x/menit,

Suhu : 36,6 oC
Pernafasan : 20 x/menit
Jenis persalinan : normal ( vakum ekstraksi )
Proses persalinan : berjalan dengan lancer tidak ada hambatan
Kala I :5 jam 10 menit (08.50-13.49)
Kala II : 11 menit (13.49-14.00 )
Komplikasi persalinan : tidak ada
Lamanya ketuban pecah : hamil 36-37 minggu
kondisi ketuban : jernih kekuningan

L. KEADAAN BAYI SAAT LAHIR


Tanggal lahir : 28 Mei 2021
Jam : 14.00
Jenis Kelamin : laki-laki
Kelahiran : tunggal
M. NILAI APGAR
Tanda Nilai Jumlah
0 1 2
Denyut Tidak ada <100 100 100
Jantung
Menangis
100
kuat
Tidak ada Lambat
Usaha nafas Extremitas 100

fleksi Gerakan
Lumpuh
sedikit aktif 100
Tonus otot Tidak
bereaksi Reaksimelawa
Gerakan
n
Iritabilitas sedikit

refleks Biru/pucat
Kemerahan
Tubuh
kemerahan
Warna tangan dan kaki
biru
Keterangan: penilaian menit ke-1, penilaian menit ke-5

Berat plasenta : 49,01 gram


Panjang talipusat : 50 cm
Jumlah pembuluh darah : 3 ( 2 arteri 1 vena )
Kelainan : tidak ada
Hasil pemeriksaan penunjang :

Hematologi Hasil Nilai normal Nilai rujukan


Leukosit 17.1 2300-10.000/mm 4.0-10.0
Eritrosis 4.78 4.4-5.6 × 10⁶ 4.70-6.10

sel/mm3
Hemoglobin 12.9 13-18 g/dL 12.0-16.0
Hematokrit 41.4 40%-50% 37.0-47.0
Trombosit 225 170-380.10/mm 150-450
MCH 27.1 28-34 pg/sel 27.0-35.0
MCHC 31.1 32-36 g/dL 30.0-40.0
001 Eosinofil 0 0%-6% 1-5
002 Basofil 0 0%-2% 0-1
003 Netrofil batang 2 0%-12% 2-8
004 Netrofil sakmen 76 36%-37% 50-70
005 Limfosit 17 15%-45% 20-40
006 monosit 5 1-10% 2-8
MCV 86.6 80-86 fl 80.0-100.0

N. Rangkuman hasil pengkajian


Masalah:
DS :
Pasien mengatakan terasa nyeri di bagian pirenuim
DO :
Terdapat jahitan post partum di daerah pirenium pasien

O. Therapi :
Nama obat Jumlah Dosis Frekwensi

Cefadroxil 6 50 mg 12

S.f 3 200 mg 24

Asamefenamat 9 500 mg 8

p. analisa data

Data Etiologi Masalah


DS : pasien mengatakan nyeri Inovasi uteri Nyeri akut
pada daerah pirenium seperti
ditusuk-tusuk
Afterpai
DO : pasieng tampak meringis

Kontraks

Nyeri
Rencana asuhan keperawatan

perencanaan
No Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional Jam Implementasi Evaluasi
( D.0077 ) ( l.08063 ) ( 1.08238) 1. Agar mengetahui 07.30 1. S : Pasien
1 Nyeri akut b/d 1.Identifikasi lokasi .Mengidentifikasi mengatakan nyeri
bagian yang
Setelah dilakukan berkurang dari skala
agen pencederaan tindakan keperawatan nyeri merasakan nyeri lokasi nyeri nyeri 6 menjadi 3
selama 3×24 jam di
fisik di tandai 2. Identifikasi skala 2. mengetahui kurang
harapkan tingkat O : wajah pasien
dengan jahitan nyeri pada daerah nyeri atau bertambanya 11.00 2. tidak tampak
pirenium pasien
pada daerah 3. Anjurkan non- rasa nyeri yang Mengidentifikasi meringis
berkurang dengan
TTV dalam batas
pirenium kriteria hasil : varmakologis dirasakan skala nyeri
1. di harapkan nyeri normal
4. Anjurkan monitor 3. melakukan 12.45 3.
berkurang dengan
kriteria hasil 0-1 nyeri secara mandiri relaksaksi teknik Menganjurkan A: Masalah teratasi
2. Pola tidur pasien sebagian
mengurangi nyeri non-varmakologis
tidak terganggu
3. diharapkan luka 4. Dapat memantau P:Pertahankan
pada perenium cepat Intervensi
rasa nyeri yang 4. Menganjurkan
sembuh. 13.45
dirasakan pada monitor nyeri
daerah pirenium secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid I Edisi 2. Jakarta : EGC; 1998.

Cunningham G.F., Gant F.N., Levono J.K., Gilstrap III, C. Larry, Hayth C.J., Wesnstrom D.K.
Obstetri Williams. Vol.1 Edisi 21. Jakarta: EGC; 2006.

Rusydi S.D. Tindakan Ekstraksi Vakum dan Forsep di Departemen Obstetri dan Ginekologi di
RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang selama 5 tahun ( periode Agustus 1999 – Juli 2004).
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan [Internet]. 2005 [cited 2011 Oct 5]. Available from: Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan

Darmayanti A.R., Pramono B.A. Luaran Maternal dan Perinatal pada Wanita Usia Lebih dari 35
Tahun di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2008. Eprints Undip [Internet] . 2010 [cited 2011
Oct 8]; Available from : http://eprints.undip.ac.id/4733/1/Luaran_maternal.pdf

PPNI (2016 ). Strandar diagnose keperawatan Indonesia : definisi dan indikator diagnostic, edisi
1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia :definisi dan kriteria hasil keperawatan,
edisi 1 Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar intervesi keperawatan Indonesia : definisi dan tindakan keperawatan, edisi
1 jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai