MAKALAH
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul "Konsep Dan Prinsip Dalam Perawatan Luka
Gigitan Anjing Rabies" ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Perawatan Luka. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Kami juga menyadari bahwa kami masih
memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kami memohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penyusunan kata, sehingga kami membuka dan menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun dari seluruh pembaca.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan informasi dan ilmu
yang bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
A. Pengertian................................................................................................................................6
B. Penyebab/Etiologi....................................................................................................................6
C. Gejala Klinis.............................................................................................................................7
E. Masa Inkubasi........................................................................................................................10
F. Pola Penyebaran....................................................................................................................10
G. Pencegahan Penyakit Rabies.............................................................................................11
H. Vaksin Anti Rabies (VAR)................................................................................................12
I. Patogenesis.............................................................................................................................13
J. Perawatan Luka Gigitan Anjing Rabies..............................................................................13
K. Tatalaksana Penanganan Gigitan Anjing Rabies............................................................14
BAB III PENUTUP............................................................................................................................16
A. Kesimpulan............................................................................................................................16
B. Saran.......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Serangan anjing yang mengakibatkan luka gigitan dapat menjadi situasi yang
serius dan memerlukan penanganan medis yang tepat. Luka gigitan anjing dapat
menimbulkan risiko infeksi dan komplikasi lainnya. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang pencegahan, penanganan, dan dampak kesehatan luka gigitan anjing sangat
penting.
Luka gigitan anjing dapat mengakibatkan infeksi rabies. Rabies disebut juga
penyakit anjing gila adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies.Penyakit ini bersifat zoonotik yaitu penyakit dapat
ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan penular rabies.
Penyakit ini telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan merupakan
penyakit yang menakutkan bagi manusia karena penyakit ini selalu diakhiri dengan
kematian. Penyakit ini menyebabkan penderita tersiksa oleh rasa haus namun
sekaligus merasa takut terhadap air (hydrophobia). Rabies bersifat fatal baik pada
hewan maupun manusia, hampir seluruh pasien yang menunjukkan gejala–gejala
klinis rabies (encephalomyelitis) akan diakhiri dengan kematian.
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan
rabies namun penyakit ini dapat dicegah melalui penanganan kasus gigitan hewan
penular rabies (GHPR) sedini mungkin.
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian
Luka Gigitan Anjing merupakan trauma fisik yang ditandai dengan rusaknya
atau koyaknya jaringan akibat gigitan. Luka gigitan anjing dapat menyebabkan
konsekuensi kesehatan yang serius.
Luka gigitan anjing dapat mengakibatkan infeksi rabies. Rabies disebut juga
penyakit anjing gila adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik yaitu penyakit dapat
ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan penular rabies. (buku saku
petunjuk teknis penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular rabies di Indonesia,
tahun 2016).
B. Penyebab/Etiologi
Agen penyebab rabies adalah virus dari genus lyssa virus dan termasuk ke
dalam family Rhabdoviridae. Virus ini bersifat neurotropic, berbentuk menyerupai
peluru dengan panjang 130 – 300 nm dan diameter 70 nm. Virus ini terdiri dari inti
RNA (Ribo Nucleic Acid) rantai tunggal diselubungi lipoprotein. Pada selubung luar
terdapat tonjolan yang terdiri dari glikoprotein G yang berperan penting dalam
timbulnya imunitas oleh induksi vaksin dan penting dalam identifikasi serologi dari
virus rabies.
Virus rabies dapat bertahan pada pemanasan dalam beberapa waktu lama.
Pada pemanasan suhu 56°C, virus dapat bertahan selama 30 menit dan pada
pemanasan kering mencapai suhu100°C masih dapat bertahan selama 2-3 menit. Di
dalam air liur dengan suhu udara panas dapat bertahan selama 24 jam. Dalam keadaan
kering beku dengan penyimpanan pada suhu 4°C virus dapat bertahan selama
bertahun-tahun, hal inilah yang menjadi dasar kenapa vaksin anti rabies harus
disimpan pada suhu 2° – 8°C. Pada dasarnya semakin rendah suhunya semakin lama
virus dapat bertahan.
Virus rabies mudah mati oleh sinar matahari dan sinar ultraviolet, pengaruh
keadaan asam dan basa, zat pelarut lemak, misalnya ether dan kloroform, Na
deoksikolat, dan air sabun. Oleh karena itu sangat penting melakukan pencucian luka
dengan menggunakan sabun sesegera mungkin setelah gigitan untuk membunuh virus
rabies yang berada di sekitar luka gigitan.
Sifat Fisik Virus Rabies
Virus cepat mati dengan zat pelarut lemak seperti air sabun, detergent , dll
Virus cepat mati pada pH 3
C. Gejala Klinis
Gejala klinis rabies pada manuasia akan timbul setelah virus mencapai
susunan saraf pusat dan menginfeksi seluruh neuron terutama di sel-sel limbik,
hipotalamus dan batang otak.
1. Tahap Prodromal.
Pada tahap awal gejala yang timbul adalah demam, lemas, lesu, tidak nafsu
makan/ anorexia, insomnia, sakit kepala hebat, sakit tenggorokan dan sering
ditemukan nyeri.
2. Tahap Sensoris.
Pada tahap ini sering ditemukan rasa kesemutan atau rasa panas (parestesi) di
lokasi gigitan, cemas dan reaksi berlebih terhadap rangsang sensorik.
3. Eksitasi.
Pada tahap ini penderita mengalami berbagai macam gangguan neurologik,
penderita tampak bingung, gelisah, mengalami halusinasi, tampak ketakutan
disertai perubahan perilaku menjadi agresif, serta adanya bermacam-macam fobia
yaitu hidrofobia, aerofobia, fotofobia. Hidrofobia merupakan gejala khas penyakit
rabies karena tidak ditemukan pada penderita penyakit enchepalitis lainnya.
Gejala lainnya yaitu spasme otot, hiperlakrimasi, hipersalivasi, hiperhidrosis dan
dilatasi pupil. Setelah beberapa hari pasien meninggal karena henti jantung dan
pernafasan. Dari seluruh penderita rabies sebanyak 80% akan mengalami tahap
eksitasi dan lamanya sakit untuk tahap ini adalah 7 hari dengan rata-rata 5 hari.
4. Tahap Paralisis.
Bentuk lainnya adalah rabies paralitik, bentuk ini mencapai 30 % dari seluruh
kasus rabies dan masa sakit lebih lama dibandingkan dengan bentuk furious.
Bentuk ini ditandai dengan paralisis otot secara bertahap dimulai dari bagian
bekas luka gigitan/cakaran. Penurunan kesadaran berkembang perlahan dan
akhirnya mati karena paralitik otot pernafasan dan jantung. Pada pasien dengan
gejala paralitik ini sering terjadi salah diagnosa dan tidak terlaporkan. Lamanya
sakit untuk rabies tipe paralitik adalah 13 hari, lebih lama bila dibandingkan
dengan tipe furious.
E. Masa Inkubasi
Masa inkubasi penyakit rabies sangat bervariasi yaitu antara 2 minggu sampai
2 tahun, tetapi pada umumnya 3 – 8 minggu. Menurut WHO (2007) disebutkan bahwa
masa inkubasinya rata-rata 30 – 90 hari.
Perbedaan masa inkubasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
F. Pola Penyebaran
Cara penularan rabies melalui gigitan dan non gigitan (goresan cakaran atau
jilatan pada kulit terbuka/mukosa) oleh hewan yang terinfeksi virus rabies. Virus
rabies akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka atau mukosa namun
tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh. Di dunia sebanyak 99% kematian akibat
rabies disebabkan oleh gigitan anjing. Di sebagian besar negara berkembang, anjing
merupakan reservoir utama bagi rabies sedangkan hewan liar yang menjadi reservoir
utama rabies adalah rubah, musang, dan anjing liar. Di Indonesia, hewan yang dapat
menjadi sumber penularan rabies pada manusia adalah anjing, kucing dan kera namun
yang menjadi sumber penularan utama adalah anjing, sekitar 98% dari seluruh
penderita rabies tertular melalui gigitan anjing.
Virus rabies bersifat neurotrofik, yang berarti predileksinya pada sistem saraf.
Virus ini berjalan melalui sistem saraf, sehingga tidak terdeteksi melalui pemeriksaan
darah. Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa mendiagnosis dini sebelum
muncul gejala klinis rabies.
I. Patogenesis
Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan/cakaran, virus akan menetap
selama 2 minggu di sekitar luka gigitan dan melakukan replikasi di jaringan otot
sekitar luka gigitan. Kemudian virus akan berjalan menuju susunan saraf pusat
melalui saraf perifer tanpa ada gejala klinis. Setelah mencapai otak, virus akan
melakukan replikasi secara cepat dan menyebar luas ke seluruh sel-sel saraf
otak/neuron terutama sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak.
1) Pencucian luka, dilakukan sesegera mungkin dengan sabun dibawah air mengalir
selama kurang lebih 15 menit, setelah terjadi pajanan (jilatan, cakaran atau
gigitan) terhadap HPR untuk membunuh virus rabies yang berada di sekitar luka
gigitan.
2) Pemberian Antiseptik, Setelah dilakukan pencucian luka untuk membunuh virus
rabies yang masih tersisa di sekitar luka gigitan. (povidon iodine, alkohol 70%,
dan zat antiseptik lainnya).
3) Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) Dan Serum Anti Rabies (SAR). Tujuan
pemberian vaksin anti rabies adalah untuk membangkitkan sistem imunitas dalam
tubuh terhadap virus rabies dan diharapkan antibodi yang terbentuk akan
menetralisasi virus rabies.
Luka Gigitan Anjing merupakan trauma fisik yang ditandai dengan rusaknya
atau koyaknya jaringan akibat gigitan. Luka gigitan anjing dapat menyebabkan
konsekuensi kesehatan yang serius. Penting untuk memahami penyebabnya, tingkat
bahaya gigitan anjing, tatalaksana luka gigitan anjing, menyediakan pengobatan yang
tepat waktu, dan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk melindungi
masyarakat dari risiko ini. Edukasi, pelatihan, dan implementasi peraturan yang baik
dapat membantu mengurangi kejadian luka gigitan anjing dan menjaga keamanan
publik.
Luka gigitan anjing dapat memiliki dampak serius pada kesehatan dan
kesejahteraan seseorang. Pencegahan, penanganan awal yang tepat, dan pemahaman
tentang dampak kesehatan merupakan langkah-langkah kunci untuk mengurangi
risiko dan memberikan perawatan yang efektif. Edukasi masyarakat, terutama pemilik
anjing, juga memainkan peran penting dalam mengurangi kejadian luka gigitan
anjing.
B. Saran
Pengetahuan masyarakat terhadap rabies dan PEP yang penting dalam
pencegahan rabies masih rendah, menyebabkan banyaknya kasus gigitan anjing tidak
ditangani dengan baik dan hampir selalu berakhir dengan kematian.Rabies adalah
penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksin rabies pada hewan peliharaan
anda setiap satu tahun sekali. Segera melapor ke puskesmas /rumah sakit terdekat bila
di gigit hewan rabies untk mendapatkan vaksin anti rabies (VAR). Segera laporkan ke
rabies center bila hewan dengan gejala rabies.
Buku saku petunjuk teknis penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular rabies di Indonesia,
Kemenkes RI,tahun 2016
Tatalaksana kasus gigitan hewan penular rabies, Webinar Nasional Hari Rabies Sedunia,
Kemenkes RI, 28 September 2021
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8076469/ )
https://ayosehat.kemkes.go.id/lakukan-langkah-ini-untuk-mencegah-infeksi-akibat-gigitan-
anabul
https://www.halodoc.com/artikel/waspada-rabies-ini-7-langkah-penanganan-luka-gigitan-
anjing
https://upk.kemkes.go.id/new/pertolongan-pertama-untuk-mencegah-infeksi rabies
https://clinic.vaxcorpindo.com/docs/6-tingkat-bahaya-gigitan-anjing/