Anda di halaman 1dari 17

Mata kuliah : Perawatan Luka

Dosen MK : Aminudin, S.Kep,Ns,M.Kes

MAKALAH

KONSEP DAN PRINSIP DALAM PERAWATAN

LUKA GIGITAN ANJING RABIES

Disusun oleh Kelompok 2 :

1. Dwi Endang Giyanti NIM. PO7120323129


2. I Ketut Suwarmita NIM. PO7120323127
3. Yulia Stevani Sepanyo NIM. PO7120323140
4. Nur Fajrin NIM. PO7120323135

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI D4 RPL ALIH JENJANG KEPERAWATAN POSO DAN LUWUK

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul "Konsep Dan Prinsip Dalam Perawatan Luka
Gigitan Anjing Rabies" ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Perawatan Luka. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Kami juga menyadari bahwa kami masih
memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kami memohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penyusunan kata, sehingga kami membuka dan menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun dari seluruh pembaca.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan informasi dan ilmu
yang bermanfaat bagi kita semua.

Tim Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
A. Pengertian................................................................................................................................6
B. Penyebab/Etiologi....................................................................................................................6
C. Gejala Klinis.............................................................................................................................7
E. Masa Inkubasi........................................................................................................................10
F. Pola Penyebaran....................................................................................................................10
G. Pencegahan Penyakit Rabies.............................................................................................11
H. Vaksin Anti Rabies (VAR)................................................................................................12
I. Patogenesis.............................................................................................................................13
J. Perawatan Luka Gigitan Anjing Rabies..............................................................................13
K. Tatalaksana Penanganan Gigitan Anjing Rabies............................................................14
BAB III PENUTUP............................................................................................................................16
A. Kesimpulan............................................................................................................................16
B. Saran.......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Serangan anjing yang mengakibatkan luka gigitan dapat menjadi situasi yang
serius dan memerlukan penanganan medis yang tepat. Luka gigitan anjing dapat
menimbulkan risiko infeksi dan komplikasi lainnya. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang pencegahan, penanganan, dan dampak kesehatan luka gigitan anjing sangat
penting.

Luka gigitan anjing dapat mengakibatkan infeksi rabies. Rabies disebut juga
penyakit anjing gila adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies.Penyakit ini bersifat zoonotik yaitu penyakit dapat
ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan penular rabies.

Penyakit ini telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan merupakan
penyakit yang menakutkan bagi manusia karena penyakit ini selalu diakhiri dengan
kematian. Penyakit ini menyebabkan penderita tersiksa oleh rasa haus namun
sekaligus merasa takut terhadap air (hydrophobia). Rabies bersifat fatal baik pada
hewan maupun manusia, hampir seluruh pasien yang menunjukkan gejala–gejala
klinis rabies (encephalomyelitis) akan diakhiri dengan kematian.

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan
rabies namun penyakit ini dapat dicegah melalui penanganan kasus gigitan hewan
penular rabies (GHPR) sedini mungkin.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu luka gigitan anjing rabies?


2. Bagaimana penyebabnya ?
3. Bagaimana gejala klinisnya?
4. Apa saja jenis gigitan anjing rabies?
5. Bagaimana masa inkubasi penyakit rabies?
6. Bagaimana pola penyebarannya?
7. Bagaimana cara pencegahan penyakit rabies?
8. Apa saja jenis Vaksin Anti Rabies?
9. Bagaimana patogenesisnya?
10. Bagaimana cara perawatan luka gigitan anjing rabies?
11. Bagaimana tatalaksana penanganan gigitan anjing rabies menurut hasil penelitian
(jurnal) terkini?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang
konsep dan prinsip dalam perawatan luka gigitan anjing rabies, antara lain tentang :

1. Pengertian luka gigitan anjing rabies


2. Penyebab penyakit rabies
3. Gejala klinis penyakit rabies
4. Jenis gigitan anjing rabies
5. Masa inkubasi penyakit rabies
6. Pola penyebarannya
7. Pencegahan penyakit rabies
8. Vaksin Anti Rabies
9. Patogenesis penyakit rabies
10. Perawatan luka gigitan anjing rabies
11. Tatalaksana penanganan gigitan anjing rabies menurut hasil penelitian (jurnal)
terkini
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Luka Gigitan Anjing merupakan trauma fisik yang ditandai dengan rusaknya
atau koyaknya jaringan akibat gigitan. Luka gigitan anjing dapat menyebabkan
konsekuensi kesehatan yang serius.

Luka gigitan anjing dapat mengakibatkan infeksi rabies. Rabies disebut juga
penyakit anjing gila adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik yaitu penyakit dapat
ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan penular rabies. (buku saku
petunjuk teknis penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular rabies di Indonesia,
tahun 2016).

B. Penyebab/Etiologi
Agen penyebab rabies adalah virus dari genus lyssa virus dan termasuk ke
dalam family Rhabdoviridae. Virus ini bersifat neurotropic, berbentuk menyerupai
peluru dengan panjang 130 – 300 nm dan diameter 70 nm. Virus ini terdiri dari inti
RNA (Ribo Nucleic Acid) rantai tunggal diselubungi lipoprotein. Pada selubung luar
terdapat tonjolan yang terdiri dari glikoprotein G yang berperan penting dalam
timbulnya imunitas oleh induksi vaksin dan penting dalam identifikasi serologi dari
virus rabies.
Virus rabies dapat bertahan pada pemanasan dalam beberapa waktu lama.
Pada pemanasan suhu 56°C, virus dapat bertahan selama 30 menit dan pada
pemanasan kering mencapai suhu100°C masih dapat bertahan selama 2-3 menit. Di
dalam air liur dengan suhu udara panas dapat bertahan selama 24 jam. Dalam keadaan
kering beku dengan penyimpanan pada suhu 4°C virus dapat bertahan selama
bertahun-tahun, hal inilah yang menjadi dasar kenapa vaksin anti rabies harus
disimpan pada suhu 2° – 8°C. Pada dasarnya semakin rendah suhunya semakin lama
virus dapat bertahan.
Virus rabies mudah mati oleh sinar matahari dan sinar ultraviolet, pengaruh
keadaan asam dan basa, zat pelarut lemak, misalnya ether dan kloroform, Na
deoksikolat, dan air sabun. Oleh karena itu sangat penting melakukan pencucian luka
dengan menggunakan sabun sesegera mungkin setelah gigitan untuk membunuh virus
rabies yang berada di sekitar luka gigitan.
Sifat Fisik Virus Rabies

 Virus mati pada suhu 60 °C, 5 menit


 Virus cepat mati dengan sinar ultra violet
 Virus cepat mati di luar jaringan hidup
 Virus hidup berbulan-bulan pada suhu -4°C.

Sifat Kimia Virus Rabies

 Virus cepat mati dengan zat pelarut lemak seperti air sabun, detergent , dll
 Virus cepat mati pada pH 3

C. Gejala Klinis
Gejala klinis rabies pada manuasia akan timbul setelah virus mencapai
susunan saraf pusat dan menginfeksi seluruh neuron terutama di sel-sel limbik,
hipotalamus dan batang otak.
1. Tahap Prodromal.
Pada tahap awal gejala yang timbul adalah demam, lemas, lesu, tidak nafsu
makan/ anorexia, insomnia, sakit kepala hebat, sakit tenggorokan dan sering
ditemukan nyeri.
2. Tahap Sensoris.
Pada tahap ini sering ditemukan rasa kesemutan atau rasa panas (parestesi) di
lokasi gigitan, cemas dan reaksi berlebih terhadap rangsang sensorik.
3. Eksitasi.
Pada tahap ini penderita mengalami berbagai macam gangguan neurologik,
penderita tampak bingung, gelisah, mengalami halusinasi, tampak ketakutan
disertai perubahan perilaku menjadi agresif, serta adanya bermacam-macam fobia
yaitu hidrofobia, aerofobia, fotofobia. Hidrofobia merupakan gejala khas penyakit
rabies karena tidak ditemukan pada penderita penyakit enchepalitis lainnya.
Gejala lainnya yaitu spasme otot, hiperlakrimasi, hipersalivasi, hiperhidrosis dan
dilatasi pupil. Setelah beberapa hari pasien meninggal karena henti jantung dan
pernafasan. Dari seluruh penderita rabies sebanyak 80% akan mengalami tahap
eksitasi dan lamanya sakit untuk tahap ini adalah 7 hari dengan rata-rata 5 hari.
4. Tahap Paralisis.
Bentuk lainnya adalah rabies paralitik, bentuk ini mencapai 30 % dari seluruh
kasus rabies dan masa sakit lebih lama dibandingkan dengan bentuk furious.
Bentuk ini ditandai dengan paralisis otot secara bertahap dimulai dari bagian
bekas luka gigitan/cakaran. Penurunan kesadaran berkembang perlahan dan
akhirnya mati karena paralitik otot pernafasan dan jantung. Pada pasien dengan
gejala paralitik ini sering terjadi salah diagnosa dan tidak terlaporkan. Lamanya
sakit untuk rabies tipe paralitik adalah 13 hari, lebih lama bila dibandingkan
dengan tipe furious.

D. Jenis-Jenis Gigitan Rabies


1. Level 1 Pra-gigitan atau Gigitan Peringatan
Anjing menggigit udara tetapi tidak menyentuh orang. Orang
cenderung mengatakan, “Anjing mencoba menggigit saya tetapi saya
menghindar”. Manusia memiliki reaksi yang lambat dibandingkan kecepatan
anjing yang menggigit, dan anjing memiliki kemampuan mengambil target
dengan baik saat mencoba menangkap sesuatu. Jika anjing benar-benar berniat
menggigit dari pada memberi peringatan, ia pasti akan berhasil. Air bite (gigitan
udara) ini menunjukkan bahwa ada tanda-tanda sebelumnya dari
ketidaknyamanan atau ketakutan anjing.
Pemilik harus mencari bantuan sebelum pra-gigitan ini berkembang
menjadi gigitan anjing yang sebenarnya. Jangan hukum anjing karena perilaku
ini, saat agresi anjing sedang meningkat, atau ia dapat melakukan gigitan tingkat
selanjutnya tanpa memberi peringatan. Sebaliknya, pelajari tanda-tanda ketakutan
dan kecemasan yang mungkin telah ditunjukkan oleh anjing sebelum situasi ini
terjadi, dan pelajari tindakan manusia yang salah yang mungkin telah
berkontribusi pada agresi tersebut.
2. Level 2 Gigitan dekat atau Gigitan terkendali
Anjing menggigit dan menyentuhkan gigi pada kulit tetapi tidak benar-
benar melubangi kulit. Seringkali anjing berlari atau melompat ke seseorang
tetapi hanya menempatkan gigi depan pada kontak dengan kulit dalam bentuk
gigitan dekat. Dalam kasus lain, anjing benar-benar membuka mulut dan
menggigit tetapi dengan cara yang terkendali sehingga tidak ada kulit yang
pecah.
Sekali lagi, pemilik harus bertanya, “Tanda-tanda apa yang kami
abaikan untuk memberi peringatan bahwa gigitan anjing ini bisa terjadi?” Pemilik
harus menyadari bahwa gigitan dekat atau gigitan yang terkendali dapat berubah
menjadi gigitan yang sebenarnya di masa depan.
3. Level 3 Gigitan dangkal, tunggal
Anjing menggigit satu kali dan melubangi kulit, tetapi luka bekas
gigitan tidak lebih dalam dari panjang gigi taring. Meskipun gigitan ini mungkin
tidak parah, walaupun menyakitkan, tetap harus dilaporkan. Pelaporan wajib
dilakukan jika korban harus mendapatkan atensi medis. Setelah anjing Anda
benar-benar menggigit pada tingkat ini (atau lebih tinggi), harus selalu dianggap
bahwa ada potensi pengulangan gigitan anjing di masa depan, bahkan jika dengan
pelatihan modifikasi perilaku, ia sudah 99,9% membaik.
4. Level 3 Gigitan dangkal, berulang
Anjing menggigit beberapa kali dan meninggalkan bekas luka kulit
yang tidak lebih dalam dari setengah dari gigi taring. Gigitan anjing berulang
umumnya berarti anjing sedang dalam keadaan agresi tinggi. Artinya, anjing
bereaksi tanpa berpikir di antara gigitan.
5. Level 4 Gigitan dalam, tunggal
Tingkat empat terjadi ketika anjing menggigit satu kali dengan tusukan
lebih dalam dari panjang gigi (anjing menggigit dan memegang) atau gigitan
menghasilkan goresan di kedua arah dari tusukan yang menunjukkan bahwa
anjing menggigit dan menggoyangkan kepala. Jenis gigitan ini sangat serius.
Meskipun tingkat gigitan yang lebih rendah harus dianggap sebagai tanda
peringatan yang memberi tahu pemilik untuk mencari bantuan dari spesialis
modifikasi perilaku yang terlatih dan terdidik, tingkat gigitan 4 menunjukkan
bahwa masalah ini telah berkembang dan Anda seharusnya mencari bantuan
sejak lama.
Gigitan pada tingkat 4 jauh lebih keras daripada gigitan pada tingkat 3
dan tidak menunjukkan penahanan kekuatan. Anjing yang menggigit pada tingkat
ini menjadi ancaman bagi pemilik, karena jenis gigitan ini dapat membunuh
seorang anak.
6. Level 5 Gigitan dalam, berulang
Tingkat lima terjadi ketika anjing secara berulang memberikan gigitan
dengan tusukan dalam atau mengkoyak korban. Anjing yang menggigit pada
tingkat ini umumnya telah berlatih menggigit pada tingkat 3 dan 4. Beberapa
anjing sangat takut sehingga peristiwa yang menakutkan memicu keadaan agresi
yang sangat tinggi dan mereka terjebak dalam mode reaktif, dimana mereka terus
menggigit dengan keras.
7. Level 6 Mengakibatkan kematian
Level 6 adalah level gigitan anjing yang paling serius karena
menunjukkan bahwa anjing tersebut telah mengkonsumsi daging korban atau
bahkan mengakibatkan kematian. Penting untuk diingat bahwa bahkan anjing
kecil dan anak anjing dapat menggigit dengan cukup kuat untuk mengakibatkan
kematian pada bayi dan anak kecil. Anjing dapat menggigit sedemikian keras
karena rasa takut, tetapi mereka juga dapat menggigit dan menyebabkan kematian
akibat terbiasa bermain terlalu liar.

E. Masa Inkubasi
Masa inkubasi penyakit rabies sangat bervariasi yaitu antara 2 minggu sampai
2 tahun, tetapi pada umumnya 3 – 8 minggu. Menurut WHO (2007) disebutkan bahwa
masa inkubasinya rata-rata 30 – 90 hari.
Perbedaan masa inkubasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a) Jenis/strain virus rabies.


b) Jumlah virus yang masuk.
c) Kedalaman luka gigitan, semakin dalam luka gigitan kemungkinan virus rabies
mencapai sistem saraf semakin besar.
d) Lokasi luka gigitan, semakin dekat jarak luka gigitan ke otak, maka gejala klinis
akan lebih cepat muncul. Oleh karena itu luka gigitan di daerah bahu ke atas
merupakan luka risiko tinggi.
e) Banyaknya persarafan di wilayah luka.
f) Imunitas dari penderita.

F. Pola Penyebaran
Cara penularan rabies melalui gigitan dan non gigitan (goresan cakaran atau
jilatan pada kulit terbuka/mukosa) oleh hewan yang terinfeksi virus rabies. Virus
rabies akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka atau mukosa namun
tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh. Di dunia sebanyak 99% kematian akibat
rabies disebabkan oleh gigitan anjing. Di sebagian besar negara berkembang, anjing
merupakan reservoir utama bagi rabies sedangkan hewan liar yang menjadi reservoir
utama rabies adalah rubah, musang, dan anjing liar. Di Indonesia, hewan yang dapat
menjadi sumber penularan rabies pada manusia adalah anjing, kucing dan kera namun
yang menjadi sumber penularan utama adalah anjing, sekitar 98% dari seluruh
penderita rabies tertular melalui gigitan anjing.

Virus rabies bersifat neurotrofik, yang berarti predileksinya pada sistem saraf.
Virus ini berjalan melalui sistem saraf, sehingga tidak terdeteksi melalui pemeriksaan
darah. Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa mendiagnosis dini sebelum
muncul gejala klinis rabies.

G. Pencegahan Penyakit Rabies


Strategi pencegahan penyakit rabies adalah :

1. Pre -exposure prophylaxis [PrEP]


 Vaksin Anti Rabies [VAR]
Pemberian kekebalan kepada orang-orang yang memiliki risiko tinggi
terinfeksi rabies, diantaranya adalah :
 Petugas kesehatan (dokter/perawat) yang menangani kasus luka gigitan
hewan penular rabies/penderita rabies.
 Dokter hewan.
 Teknisi yang berhubungan dengan hewan berisiko.
 Cara pemberian Intra Muskuler (IM) pada lengan atas (musculus deltoid)
 Waktu Pemberian :
 Hari ke – 0 (1 dosis)
 Hari ke – 7 (1 dosis)
 Hari ke – 21 (1 dosis)
atau 28

2. Post -exposure prophylaxis [PEP]


 Cuci luka dan perawatan luka
 Vaksin Anti Rabies [VAR]
 Serum Anti Rabies [SAR] jika ada indikasi luka kategori III atau luka resiko
tinggi.
 Kategori luka gigitan anjing (Kemenkes)
1. Risiko Rendah
Jilatan pada kulit terbuka atau cakaran/gigitan yang menimbulkan luka lecet
[ekskoriasi] di area badan, tangan dan kaki.
2. RisikoTinggi
Jilatan/luka pada mukosa, luka di atas daerah bahu [leher, muka dan kepala], luka
pada jari tangan dan jari kaki, luka di area genitalia, luka yang lebar/dalam atau
luka multiple. tentang perilaku anjing.
 Kategori luka gigitan anjing (WHO)
1. Kategori I :
Menyentuh atau memberi makan HPR, jilatan HPR pada kulit utuh [no exposur]
2. Kategori II :
Gigitan pada kulit, luka lecet atau cakaran tanpa perdarahan [exposure]
3. Kategori III :
Gigitan atau cakaran menembus kulit single atau multiple, kontaminasi mukosa
atau kulit tidak utuh dengan air liur jilatan HPR, kontak langsung dengan
kelelawar, paparan yg parah [severe exposure]

H. Vaksin Anti Rabies (VAR)

Post Exposure Prophylaxis (PEP) Untuk vaksin :


a. Purified Vero Rabies Vaccine/PVRV (Verorab®)
 Kemasan : Vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut
sebanyak 0,5 ml dalam syringe.
 Cara Pemberian (Metode Zagreb) : Disuntikkan secara intramuscular
(IM) di daerah lengan atas (deltoid) atau di wilayah paha anterolateral
(anak-anak umur di bawah 1 tahun).
 Waktu pemberian :
Hari ke-0, 2 dosis (lengan atas kanan dan kiri atau paha kanan dan kiri
untuk anak < 1 tahun)
Hari ke 7 (1 dosis)
Hari ke-21 (1 dosis)
b. Purified Chick Embriyo Cell-culture Vaccine/PCECV (Rabipur®)
 Kemasan : Vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut
sebanyak 1 ml.
 Cara Pemberian) : Disuntikkan secara intramuscular (IM) di daerah
lengan atas (deltoid) atau di wilayah paha anterolateral (anak-anak
umur di bawah 1 tahun).
 Waktu pemberian :
Hari ke-0, 2 dosis (lengan atas kanan dan kiri atau paha kanan dan kiri
untuk anak < 1 tahun)
Hari ke–7 (1 dosis)
Hari ke-21 (1 dosis)

I. Patogenesis

Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan/cakaran, virus akan menetap
selama 2 minggu di sekitar luka gigitan dan melakukan replikasi di jaringan otot
sekitar luka gigitan. Kemudian virus akan berjalan menuju susunan saraf pusat
melalui saraf perifer tanpa ada gejala klinis. Setelah mencapai otak, virus akan
melakukan replikasi secara cepat dan menyebar luas ke seluruh sel-sel saraf
otak/neuron terutama sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak.

Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron otak, virus berjalan ke arah


perifer melalui serabut saraf eferen baik sistem saraf volunter maupun otonom.
Dengan demikian virus ini menyerang hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh,
dan virus akan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal
dan sebagainya .

J. Perawatan Luka Gigitan Anjing Rabies

1) Pencucian luka, dilakukan sesegera mungkin dengan sabun dibawah air mengalir
selama kurang lebih 15 menit, setelah terjadi pajanan (jilatan, cakaran atau
gigitan) terhadap HPR untuk membunuh virus rabies yang berada di sekitar luka
gigitan.
2) Pemberian Antiseptik, Setelah dilakukan pencucian luka untuk membunuh virus
rabies yang masih tersisa di sekitar luka gigitan. (povidon iodine, alkohol 70%,
dan zat antiseptik lainnya).

3) Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) Dan Serum Anti Rabies (SAR). Tujuan
pemberian vaksin anti rabies adalah untuk membangkitkan sistem imunitas dalam
tubuh terhadap virus rabies dan diharapkan antibodi yang terbentuk akan
menetralisasi virus rabies.

Prinsip Pencucian Luka :

 Lakukan pd semua kasus GHPR


 Cuci luka dengan air mengalir & sabun10-15 menit
 Hindari tindakan invasif seperti menyikat luka
 Golden period cuci luka12j am. Namun tetap lakukan, meski terlambat.
 Setelah cuci luka, berikan betadin atau antiseptik.
 Luka gigitan tidak boleh dijahit, bila sangat diperlukan lakukan jahitan
situasi

K. Tatalaksana Penanganan Gigitan Anjing Rabies


Berikut ini adalah beberapa pertolongan pertama atau tatalaksana
penanganan gigitan anjing rabies (menurut jurnal terkini;
https://www.halodoc.com/artikel/waspada-rabies-ini-7-langkah-penanganan-luka-
gigitan-anjing) yang dapat dilakukan sesaat setelah mendapatkan gigitan anjing
atau cakaran dari hewan yang dicurigai terjangkit penyakit rabies, diantaranya
adalah:
1. Cuci luka dengan sabun dan air mengalir.
Setelah terkena gigitan anjing, langkah penanganan pertama dalam
menanganinya adalah dengan membersihkan luka dengan sabun dan air
mengalir. Bersihkan luka secara menyeluruh selama minimal 15 menit
untuk membersihkan bakteri yang menempel dan membantu mengurangi
risiko infeksi.
2. Hentikan pendarahan
Jika luka berdarah, berikan tekanan pada luka dengan kain bersih atau
lap dan hentikan pendarahan. Jika pendarahan tidak berhenti dalam 15
menit, segera temui dokter.
3. Konsultasikan dengan profesional medis
Setelah luka dibersihkan, segera konsultasikan ke dokter atau puskesmas
terdekat. Beri tahu mereka dengan jelas dan detail tentang cedera gigitan
anjing yang dirasakan. Petugas medis memberikan perawatan yang tepat
dan mengambil tindakan untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
4. Vaksinasi anti-rabies (VAR)
Dokter akan menilai risiko rabies berdasarkan informasi yang mereka
terima dan memberikan vaksinasi anti-rabies jika perlu. Vaksinasi ini
sangat penting untuk mencegah virus rabies menyebar ke dalam tubuh.
5. Immunoglobulin rabies (SAR)
Selain vaksinasi, dokter juga dapat memberikan imunoglobulin pada
beberapa kasus dengan resiko tinggi. Adapun, imunoglobulin ini adalah
(SAR) serum yang mengandung antibodi yang membantu melawan virus
rabies yang mungkin masuk ke tubuh.
6. Karantina hewan peliharaan
Jika hewan peliharaan telah menggigit dan masih hidup, segera
hubungi dokter hewan/dinas peternakan. Hewan tersebut harus melakukan
karantina dalam jangka waktu tertentu dan dipantau untuk memastikan
tidak terinfeksi rabies
7. Jangan mengabaikan gejala terinfeksi rabies
Setelah gigitan, penting untuk memeriksa kemungkinan gejala seperti
demam, nyeri otot, kesulitan menelan, kecemasan, atau perubahan
perilaku. Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera hubungi
dokter/faskes terdekat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Luka Gigitan Anjing merupakan trauma fisik yang ditandai dengan rusaknya
atau koyaknya jaringan akibat gigitan. Luka gigitan anjing dapat menyebabkan
konsekuensi kesehatan yang serius. Penting untuk memahami penyebabnya, tingkat
bahaya gigitan anjing, tatalaksana luka gigitan anjing, menyediakan pengobatan yang
tepat waktu, dan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk melindungi
masyarakat dari risiko ini. Edukasi, pelatihan, dan implementasi peraturan yang baik
dapat membantu mengurangi kejadian luka gigitan anjing dan menjaga keamanan
publik.

Luka gigitan anjing dapat memiliki dampak serius pada kesehatan dan
kesejahteraan seseorang. Pencegahan, penanganan awal yang tepat, dan pemahaman
tentang dampak kesehatan merupakan langkah-langkah kunci untuk mengurangi
risiko dan memberikan perawatan yang efektif. Edukasi masyarakat, terutama pemilik
anjing, juga memainkan peran penting dalam mengurangi kejadian luka gigitan
anjing.

B. Saran
Pengetahuan masyarakat terhadap rabies dan PEP yang penting dalam
pencegahan rabies masih rendah, menyebabkan banyaknya kasus gigitan anjing tidak
ditangani dengan baik dan hampir selalu berakhir dengan kematian.Rabies adalah
penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksin rabies pada hewan peliharaan
anda setiap satu tahun sekali. Segera melapor ke puskesmas /rumah sakit terdekat bila
di gigit hewan rabies untk mendapatkan vaksin anti rabies (VAR). Segera laporkan ke
rabies center bila hewan dengan gejala rabies.

Setelah mengetahui beberapa pertolongan pertama atau tatalaksana untuk


mencegah terjadinya infeksi rabies diatas, diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat terkait apa yang harus dilakukan saat digigit anjing atau
hewan yang berpotensi terinfeksi rabies. Selain itu juga diharapkan jumlah korban
akibat rabies dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

Buku saku petunjuk teknis penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular rabies di Indonesia,
Kemenkes RI,tahun 2016

Tatalaksana kasus gigitan hewan penular rabies, Webinar Nasional Hari Rabies Sedunia,
Kemenkes RI, 28 September 2021

(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8076469/ )

https://ayosehat.kemkes.go.id/lakukan-langkah-ini-untuk-mencegah-infeksi-akibat-gigitan-
anabul

https://www.halodoc.com/artikel/waspada-rabies-ini-7-langkah-penanganan-luka-gigitan-
anjing

https://upk.kemkes.go.id/new/pertolongan-pertama-untuk-mencegah-infeksi rabies

https://clinic.vaxcorpindo.com/docs/6-tingkat-bahaya-gigitan-anjing/

Anda mungkin juga menyukai