Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan GADAR II tentang asuhan
keperawatan pada rabies dengan baik dan tepat waktu. Penugasan ini merupakan
salah satu komponen untuk mendapatkan nilai tambahan pada salah satu mata
kuliah yang di tempuh dalam jurusan S1 transfer keperawatan angkatan XI di
STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Kami menyadari bahwa dalam tugas makalah ini, jika tanpa adanya
bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, tentu tidak akan dapat
terselesaikan. Oleh kerena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang sudah membimbing kami
serta teman-teman yang sudah mensuport serta membantu kami dalam
menyelelesaikan makalah ini.
Semoga amal baik pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
GADAR II ini mendapat imbalan yang sesuai dari Allah SWT. Kami menyadari
makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan. Maka dari itu, kami mohon maaf sebesar-besarnya dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Aamiin.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................ i
C. Tujuan ................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................. 3
A. Kesimpulan ......................................................................................... 31
B. Saran .................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rabies adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
dapat menyerang semua jenis binatang berdarah panas dan manusia. Penyakit
ini ditandai dengan disfungsi hebat susunan saraf pusat dan hampir selalu
tertua yang dikenal di Indonesia. Virus rabies termasuk dalam genus Lyssavirus
dan famili Rhabdoviridae. Genus Lyssavirus sendiri terdiri dari 80 jenis virus
dan virus rabies merupakan prototipe dari genus ini. Sejarah penemuan rabies
menularkan infeksi kepada anjing yang lain melalui gigitan. Ketika seorang
anak laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor anjing rabies pada tahun
1885, Louis Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla spinalis anjing
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada
1
C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan
D. Manfaat
Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar teori dan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi/Pengertian
Rabies atau lebih sering dikenal dengan nama anjing gila merupakan
suatu penyakit infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan dari gigitan hewan penular
rabies. Hewan yang rentan dengan virus rabies ini adalah hewan berdarah
panas. Penyakit rabies secara almi terdapat pada bangsa kucing, anjing,
yang banyak pada air liurnya. Virus ini ditularkan ke hewan lain atau ke
manusia terutama melalui luka gigitan. Oleh karena itu bangsa karnivora
berbahaya dan ditakuti karena bila telah menyerang manusia atau hewan
2. Etiologi
a Virus rabies.
3
Penyakit rabies terutama ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman
yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan
Walaupun jarang ditemukan, virus rabies ini dapat ditularkan ketika air
kelopak mata atau mulut atau kontak melalui kulit yang terbuka.
3. Patofisiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur
hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya
atau manusia melaui gigitan dan kadang melalui jilatan. Secara patogenesis,
setelah virus rabies masuk lewat gigitan, selama 2 minggu virus akan tetap
tinggal pada tempat masuk dan disekitrnya. Setelah masuk ke dalam tubuh,
virus pada saraf perifer tersebut dengan sistem saraf pusat. Amplifikasi
memasuki akson motorik dan sensorik. Pada tahap ini, terapi pencegahan
sudah tidak berguna lagi dan perjalanan penyakit menjadi fatal dengan
4
dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron – neuron sentral,
virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen dan pada
dan organ tubuh dan berkembang biak dalam jaringan seperti kelenjar ludah.
emosional. Akibat pengaruh infeksi sel-sel dalam sistem limbik ini, pasien
akibat gigitan hewan yang mengandung virus dalam salivanya. Kulit yang
utuh tidak dapat terinfeksi oleh rabies akan tetapi jilatan hewan yang
terinfeksi dapat berbahaya jika kulit tidak utuh atau terluka. Virus juga dapat
5
4. Manifestasi Klinis
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah
tanda-tanda terlihat.
dijumpai
6
- Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak
terlihat
- Mati
c Bentuk Asystomatis
Pada Manusia
rabies, gejalanya dapat terlihat pada otot rangka. Masa inkubasi rata-rata
pada manusia sekitar 3 – 8 minggu, lebih lama daripada masa inkubasi pada
tahun. Pada 90 % kasus, masa inkubasinya kurang dari 1 tahun. Ada pula
sekitar 30 hari. Hal ini disebabkan karena lokasi inokulasi yang makin dekat
dengan otak, makin pendek masa latennya. Pada masa inkubasi ini, virus
antibodi. Saat ini, pasien dapat tidak menunjukkan gejala apa – apa
(asimptomatik).
7
Pada stadium prodromal, virus mulai memasuki sistem saraf pusat.
muncul berupa sakit kepala, lemah, anoreksia, demam, rasa takut, cemas,
nyeri otot, insomnia, mual, muntah, dan nyeri perut. Parestesia atau nyeri
terjadi pada 50 % kasus pada stadium ini, dan tanda ini mungkin menjadi
sudah terjadi perkembangan penyakit pada otak dan gejalanya dapat berupa:
segelas air minum, pasien akan menerimanya karena ia sangat haus, dan
8
b Bentuk demensia
Pada bentuk ini pasien tampak lebih diam daripada tipe furious. Gejala
yang dapat muncul pada bentuk ini adalah demam dan rigiditas. Paralisis
a Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu makan
b Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan
suara
meninggal dunia.
9
5. Pemeriksaan Penunjang
menggunakan pemindaian CT
e Uji laboratorium
3) Panel elektrolit
5) GDA
c) Elektrolit : K, Na
10
d) Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
6. Penatalaksanaan
bebas dari tubuh dengan pembersihan dan netralisasi, yang diikuti dengan
penginduksian sistem imun spesifik terhadap virus rabies pada orang yang
imunitas sama sekali. Sehingga dalam hal ini vaksinasi pasif disebut pula
serum anti rabies. Sedangkan vaksinasi aktif rabies atau vaksin anti rabies
terbagi atas:
berat karena adanya jaringan bermyelin pada vaksin. Akan tetapi, NTV
manusia. Merupakan jenis vaksin rabies yang paling optimal saat ini.
11
Di Amerika Serikat, pencegahan setelah terkena gigitan adalah sebagai
vaksin anti rabies dalam periode 28 hari. HRIG harus diberikan segera
diinjeksikan pada tempat yang sama dengan vaksin. Setelah itu, 5 dosis
vaksin anti rabies harus diberikan pada hari 0, 3, 7, 14, dan 28 dengan dosis
tergigit anjing atau hewan tersangka dan positif rabies adalah sebagai
berikut :
1) Luka gigitan
b) Alkohol 40-70 %
lokal.
analgesik.
2) Kontak, tetapi tanpa lesi, kontak tak langsung, tak ada kontak –
3) Menjilat kulit, garukan atau abrasi kulit, gigitan kecil (daerah tertutup),
a) Hari 0 : 2 x suntikan IM
12
b) Hari 7 : 1 x suntikan IM
0,5 ml di kanan
e) 20 IU/kgBB
a) < 1 tahun
6) Bila ada reaksi penyuntikan : lokal, kemerahan, gatal, & bengkak Beri
13
7) Bila timbul efek samping pemberian VAR berupa meningoensefalitis,
7. Komplikasi
14
Table Komplikasi Pada Rabies dan Cara Penanganan
Neurologi
Pituitary
Pulmonal
15
- Atelektasis Ventilator
- Apnea Ventilator
Kardiovaskular
superior
Batasi cairan, obat-obatan
- Henti jantung
- Anemia
gastrointestinal
H2 blockers, transfusi darah
- Hipertermia
Lakukan pendinginan
- Hipotermia
Selimut panas
- Hipooalemia
Pemberian cairan
16
- Ileus paralitik Cairan paranteral
1. Pengkajian
a. Status Pernafasan
- Takikardi
- Menggigil
b. Status Nutrisi
- status gizi
c. Status Neurosensori
17
d. Keamanan
- Kejang
- Kelemahan
e. Integritas Ego
- Suhu
- Pernapasan
- Denyut jantung
- Tekanan darah
- Tekanan nadi
c. Reaksi pupil
- Ukuran
- Kesamaan respon
d. Tingkat kesadaran
18
- Iritabilitas
e. Afek
- Alam perasaan
- Labilitas
f. Aktivitas kejang
- Jenis
- Lamanya
g. Fungsi sensoris
h. Refleks
- Reflek patologi
3. Diagnosa Keperawatan
19
4. Rencana Keperawatan
Keperawatan
1. Gangguan pola Setelah diberikan tindakan a. Obsevasi tanda- tanda vital a. Tanda vital merupakan acuan untuk
dengan afiksia gangguan, dengan kriteria b.Beri pasien alat bantu pernafasan b. O2 membantu pasien dalam bernafas.
b. Pasien tidak
menggunakan alat
20
c. Respirasi normal (16-20
x/menit)
2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan a.Kaji keluhan mual, sakit a.menentukan intervensi selanjutnya.
dengan terpenuhi, dengan kriteria b.Kaji cara / bagaimana makanan b.Cara menghidangkan makanan dapat
menelan menghabiskan makanan c.Berikan makanan yang mudah dan meningkatkan asupan makanan
sesuai dengan porsi yang ditelan seperti bubur. d.Untuk menghindari mual
diberikan /dibutuhkan.
21
e. Catat jumlah / porsi makanan f.Antiemetik membantu pasien
yang dihabiskan oleh pasien setiap mengurangi rasa mual dan muntah dan
minggu.
3. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan a.Kaji saat timbulnya demam a.untuk mengidentifikasi pola demam
dengan demam pasien teratasi, b.Observasi tanda vital (suhu, nadi, b. Tanda vital merupakan acuan untuk
peningkatan dengan criteria hasil : tensi, pernafasan) setiap 3 jam mengetahui keadaan umum pasien.
370C).
22
- Pasien bebas dari demam. c.Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan
4. Cemas Setelah diberikan tindakan a.Kaji tingkat kecemasan keluarga. a.Untuk mengetahui tingkat cemas,dan
berhubungan tingkat kecemasan keluarga b. Jelaskan kepada keluarga b. informasi yang benar tentang kondisi
kurang terpajan pasien tentang penyakit dan kondisi pasien akan mengurangi tingkat
tentang kriteria hasil : c. Berikan dukungan dan support c.Dengan dukungan dan support,akan
penyakit. - Melaporkan cemas kepada keluarga pasien. mengurangi rasa cemas keluarga pasien.
23
- Melaporkan pengetahuan
penyakit pasien
- Keluarga menerima
dialami pasien.
5. Resiko cedera Setelah diberikan tindakan a.Identifikasi dan hindari faktor a.Penemuan faktor pencetus untuk
dan kelemahan cedera,dengan kriteria hasil b.tempatkan klien pada tempat b. Tempat yang nyaman dan tenang dapat
a.Klien tidak ada cedera ruang yang tenang dan nyaman. dapat menimbulkan kejang
akibat serangan kejang c.anjurkan klien istirahat c.efektivitas energi yang dibutuhkan untuk
24
tidur pengaman d.sediakan disamping tempat tidur d. lidah jatung dapat menimbulkan
c.Tidak terjadi serangan tongue spatel dan gudel untuk obstruksi jalan nafas.
60-80x/menit, Respirasi 16- e.lindungi klien pada saat kejang e. tindakan untuk mengurangi atau
dapat melukainya
tidur
sekret
25
f.catat penyebab mulainya kejang, f. dokumentasi untuk pedoman dalam
keefektifan obat.
26
jantung. i.kompliksi kejang dapat terjadi depresi
(valium, dilantin,
phenobarbital)
- pembuatan CT scan
27
6. Resiko infeksi Setelah diberikan tindakan a.Kaji tanda – tanda infeksi a. Untuk mengetahui apakah pasian
terbuka tanda-tanda infeksi. b. Pantau TTV,terutama suhu b. Tanda vital merupakan acuan untuk
n fungsionalasia. pasien
-TTV dalam batas normal d. Cuci tangan sebelum memberi d. Mencegah terjadinya infeksi
28
5. Implementasi
6. Evaluasi
Dx 1 :
Dx 2 :
Dx 3 :
Dx 4 :
Dx 5 :
29
b. Pasien tidak mengalami kejang
Dx 6 :
a. Tidak ada tanda – tanda infeksi seperti : kalor, dolor, tumor, dubor,
dan fungsionalasia.
30
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
manusia lewat gigitanatau cakaran hewan penderita rabies atau dapat pula
lewat luka yang terkena air liur hewan penderita rabies.Secara patogenesis,
setelah virus rabies masuk lewat luka gigitan, selama dua mingguvirus tetap
tinggal pada tempat masuk dan dekatnya. Kemudian, virus akan bergerak
perubahan-perubahan fungsinya.
B. SARAN
virus rabies yang masuk pada luka gigitan. Usaha yang paling efektif ialah
mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau
31
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume
2. Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 13. Jakarta: EGC.
Kuswiyanto. 2015. Buku Ajar Virologi Untuk Analis Kesehatan. Jakarta: EGC
2. Jakarta: EGC
32