Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU KOMUNIKASI MASYARAKAT

“KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DEMAM BERDARAH”

TEORI

Dosen Pengampu :

Yulia Novika J, SP. MKM

Disusun oleh :

Reza Umami (2213411137)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PROGRAM STUDI DIII GIZI TANJUNGKARANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas inividu mata kuliah Ilmu Komunikasi Masyarakat
semester dua program studi Diploma Gizi yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Ilmu Komunikasi Masyarakat Ibu Yulia Novika J, SP. MKM.

Oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami sendiri dan pihak yang telah
membacanya, serta kami mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan
mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Bandar Lampung, 24 Januari 2023


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rabies adalah infeksi virus pada otak dan sistem saraf. Umumnya, virus penyebab
rabies menular ke manusia melalui gigitan hewan. Rabies tergolong penyakit
berbahaya karena berisiko menyebabkan kematian jika tidak cepat ditangani. Di
Indonesia, rabies atau yang dikenal dengan istilah “penyakit anjing gila” masih
menjadi salah satu penyakit yang mengancam kesehatan masyarakat. Berdasarkan
data tahun 2020, ada 26 dari 34 propinsi di Indonesia yang belum bebas dari rabies,
dengan jumlah kematian per tahun lebih dari 100 orang.

Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit menular akut yang menyerang
susunan saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh
virus rabies, ditularkan melalui saliva (anjing, kucing, kera) yang kena rabies dengan
jalan gigitan atau melalui luka terbuka. Penyakit rabies masuk pertama kali ke
Indonesia pada tahun 1884, ditemukan oleh Schrool (orang Belanda) pada kuda,
kemudian tahun 1889 Esser W, J,. dan Penning menemukan penyakit rabies pada
anjing. Pada tahun 1894, pertama kali virus rabies menyerang manusia, ditemukan
oleh EV De Haan (orang Belanda). Di Provinsi Bali Penyakit rabies muncul kembali
pada tanggal 14 Nopember 2008, menimpa seorang warga Banjar Giri Darma – Desa
Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan Badung dan sampai sekarang penyakit rabies perlu
diwaspadai.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui kejadian dan jumlah kasus penderita KLB
rabies di berbagai daerah
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui Penyebab dan gejala rabies berdarah
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dampak KLB rabies
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui penanggulangan dan pencegahan rabies
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kejadian KLB DBD

No Daerah Tahun Jumlah kasus Meninggal


1. Minahasa Tahun Januari- 103 kasus 92 orang
(Sulawesi juli
Utara) 2018
2. Pontianak Sejak awal 948 kasus 3 orang
(Kalimantan Barat) tahun 2021
3. Sulawesi Selatan 2018 6.175 kasus 15 orang
4. Sumatera Utara 2015 4.136 kasus 14 orang
(medan)
5. Nusa Tenggara 2017 25 ribu 90 orang
Timur

2.2 Penyebab KLB Demam berdarah

Rabies disebabkan oleh virus Lyssavirus dari golongan Rhabdoviridae. Virus


ini umumnya masuk ke tubuh manusia melalui cakaran atau gigitan hewan yang
terinfeksi virus rabies. Jilatan hewan yang terinfeksi ke mulut, mata, atau luka
terluka, juga bisa menjadi cara penularan virus rabies dari hewan ke manusia. Saat
sudah memasuki tubuh, virus rabies dapat masuk ke otak melalui sel saraf, kemudian
menggandakan diri dengan cepat. Hal ini dapat menyebabkan peradangan berat pada
otak dan saraf tulang belakang.

Penting untuk diingat, virus rabies yang sudah menyerang otak dapat membuat
kondisi pasien memburuk dan mengalami kematian dengan cepat. Penyebaran virus
ke otak dapat terjadi lebih cepat jika pasien mengalami gigitan atau cakaran di area
leher atau kepala.

Jenis hewan yang dapat membawa dan menularkan virus rabies antara lain:
• Anjing

• Kucing

• Monyet

• Kelelawar

• Musang

• Sapi

• Kambing

• Kuda

• Kelinci

• Berang-berang

• Rubah

• Rakun

• Sigung

Faktor Risiko Rabies

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang tertular rabies,
yakni:

• Bekerja di laboratorium yang meneliti virus rabies

• Bekerja sebagai dokter hewan

• Tinggal di lingkungan yang banyak hewan liar

• Tinggal di wilayah dengan sanitasi yang buruk atau jauh dari tempat vaksinasi

• Melakukan aktivitas yang berisiko terjadi kontak dengan hewan liar, misalnya
berkemah,

mendaki gunung, atau menjelajahi gua


• Memiliki luka terbuka di kulit

2.3 Gejala KLB Rabies

Gejala awal rabies biasanya muncul 30–90 hari setelah seseorang tergigit hewan
yang terinfeksi virus rabies. Namun pada kasus tertentu, gejala juga bisa muncul
lebih cepat atau lebih lambat.

Gejala awal rabies dapat mirip dengan gejala flu. Penderita umumnya mengalami
demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Rasa kesemutan, nyeri, dan gatal yang sangat
mengganggu di area bekas gigitan juga dapat terjadi. Gejala ini merupakan gejala
khas pada rabies.

Selain itu, beberapa gejala awal yang juga dapat dialami penderita adalah:

• Lemas

• Malas makan

• Nyeri kepala

• Menggigil

• Nyeri tenggorokan

• Mual dan muntah

• Diare

• Gangguan cemas

• Gelisah

• Sulit tidur atau insomnia

• Depresi

Jika rabies tidak teridentifikasi dan tidak ditangani, gejala akan berkembang menjadi
lebih parah. Gejala lanjutan ini bisa digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe agresif
dan tipe paralitik. Berikut adalah penjelasannya:

Gejala lanjutan rabies tipe agresif


Kebanyakan rabies yang disebabkan oleh gigitan anjing akan menimbulkan gejala ini.
Penderita akan mengalami episode “marah”, yang ditandai dengan rasa gelisah,
linglung, perilaku hiperaktif, muncul keinginan untuk memukul atau menggigit, dan
halusinasi. Episode ini biasanya hanya bertahan kurang dari 5 menit, tetapi dapat
muncul kembali.

Penderita dengan gejala ini juga dapat mengalami kejang dan kram otot. Di
beberapa kasus, gejala dapat berkembang menjadi tipe paralitik. Kematian dapat
terjadi karena henti jantung atau gagal napas.

Gejala lanjutan rabies tipe paralitik

Penderita yang mengalami gejala ini akan lebih “diam”. Namun, gejala demam dan
sakit kepala akan lebih berat. Penderita juga akan mengalami kelumpuhan yang
menjalar, mulai dari anggota badan yang digigit hingga ke atas. Kematian dapat
terjadi jika kelumpuhan sudah menjalar hingga ke otot napas.

Di luar gejala di atas, penderita rabies juga dapat mengalami:

• Produksi air liur bertambah

• Fotofobia atau takut terhadap cahaya

• Hidrofobia atau takut air

• Priapismus atau ereksi tanpa ada rangsangan seksual

2.4 Dampak KLB Demam berdarah

1. Linu seperti Kesemutan

Setelah tergigit hewan pembawa rabies, biasanya seseorang tidak akan langsung
merasakan gejala yang jelas. Baru setelah beberapa hari, sebagian gejala mulai
muncul dan diawali dengan rasa linu atau kesemutan di tempat yang digigit. Orang
yang tertular virus rabies juga akan merasakan gatal, bahkan perih di bagian yang
diserang hewan pembawa virus.
2. Gejala Menyerupai Flu

Berita buruknya, gejala awal rabies sering disalah artikan sebagai gejala flu karena
memiliki ciri yang serupa. Pada masa-masa awal, infeksi rabies ke manusia bisa
memunculkan gejala, seperti demam tinggi, menggigil, mudah merasa lelah, nyeri
otot, kesulitan menelan, hingga kesulitan tidur di malam hari. Beberapa gejala lain
yang mirip flu pun mungkin terjadi, jika tidak segera ditangani, gejala ringan tersebut
bisa berubah menjadi kondisi yang lebih buruk dan menyebabkan kondisi semakin
parah.

3. Merasa Gelisah dan Kebingungan

Infeksi virus rabies bisa menyebabkan pengidapnya mengalami halusinasi dan


gangguan kecemasan tertentu. Manusia yang sudah terinfeksi pun akan mengalami
gejala munculnya rasa gelisah, dan mudah merasa bingung.

2.5 Penanggulangan KLB Demam berdarah

Hal-hal yang menjadi faktor risiko penularan penyakit rabies adalah sarana
transportasi, khususnya pelabuhan yang tidak resmi, hewan peliharaan yang Tidak di
vaksinasi di daerah tertular, hewan liar di daerah tertular, pekerja yang berisiko spt
dokter hewan, penangkap anjing, petugas laboratorium, pemburu dll. Wisatawan ke
daerah tertular tapi tidak diberi pre exposure, tranplantasi terutama cornea.

Cara penularan virus rabies pada hewan berbeda dengan cara penularan pada
manusia. Pada hewan terjadi melalui gigitan hewan yang menderita rabies ke hewan
sehat. Cara penularan pada manusia, dibagi dua yaitu : (1) Dari hewan ke manusia
melalui gigitan hewan yang air liurnya mengandung virus rabies. (2) Nongigitan
melalui jilatan hewan yang mengandung virus rabies pada luka, selaput mukosa yang
utuh, selaput lendir mulut, selaput lendir anus, selaput lendir alat genitalia eksterna
dan melalui inhalasi / udara (jarang terjadi). Cara penularan dari manusia ke
manusia melalui transplantasi kornea, kontak air liur penderita ke mukosa mata dan
pernah ada laporan, orang sehat setelah digigit oleh penderita rabies, mengalami
sakit rabies.
2.6 Pencegahan KLB Demam berdarah

1. Komplikasi Rabies

Rabies merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Begitu gejalanya muncul, dapat
dipastikan virus rabies sudah menginfeksi otak, sehingga kondisi penderita bisa
memburuk dengan cepat. Akibatnya, penderita dapat mengalami komplikasi berikut:

• Gagal napas

• Koma

• Henti jantung

• Kematian

2. Pencegahan Rabies

Meski berbahaya, rabies adalah penyakit yang dapat dihindari. Caranya adalah
dengan melakukan sejumlah upaya berikut:

• Melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing

• Menjaga hewan peliharaan tetap di dalam kandang dan mengawasinya bila sedang
di luar

kandang

• Menutup lubang atau celah di rumah yang bisa menjadi sarang hewan liar

• Menghindari kontak dengan hewan liar atau hewan yang menunjukkan gejala
rabies

• Melapor ke lembaga pengendalian hewan liar jika muncul hewan-hewan liar

• Menjalani vaksinasi rabies sebelum berkunjung ke wilayah yang sering terjadi


penularan rabies, dan sebelum melakukan kegiatan yang dapat menyebabkan Anda
tertular virus rabies

Pertolongan pertama pada penderita rabies dapat dilakukan cara-cara seperti :

(1) Cucilah gigitan hewan (anjing) dengan sabun / detergent di bawah air mengalir
selama 10 – 15 menit ;
(2) Beri obat antiseptik pada luka gigitan (obat merah, alkohol 70 % dll) ;

(3) Hubungi rabies center untuk pertolongan selanjutnya (Media center ; Dinas
Peternakan Provinsi Bali).

Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memberikan vaksin rabies pada hewan
peliharaan anda setiap 1 tahun sekali, segera melapor ke puskesmas / rumah sakit
terdekat bila digigit oleh hewan tersangka rabies untuk mendapatkan Vaksin Anti
Rabies (VAR)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rabies adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan memberikan


vaksin rabies pada hewan peliharaan anda setiap 1 tahun sekali, segera melapor ke
puskesmas / rumah sakit terdekat bila digigit oleh hewan tersangka rabies untuk
mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR). Segera laporkan ke rabies centre bila
menemukan hewan dengan gejala rabies, dan jangan melepas hewan piaraan anda
berkeliaran di alam bebas.

Anda mungkin juga menyukai