Anda di halaman 1dari 4

Waspadai Populasi Anjing Mengakibatkan Rabies

Siapa tak kenal Pulau Bali, pulau kecil di seberang ujung Timur Jawa ini?
Pulau indah nan menawan yang dijuluki pulau dewata ini bagai magnit yang
menarik wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Bahkan sebelum
mengenal nama Indonesia, banyak wisatawan asing lebih dulu mengenal nama
Bali. Ada banyak hal yang dapat dinikmati ketika mengunjungi Bali, mulai dari
wisata pantai, gunung, budaya, dan lain sebagainya. Jutaan wisatawan
mengunjungi Bali setiap tahunnya karena keramahan masyarakatnya, keindahan
panoramanya, dan keunikan budayanya. Disamping segala kelebihannya, di
Pulau bali terdapat masalah yang serius seperti sekarang ini masalah penyakit
rabies yang sangat tinggi. Rabies telah memakan korban jiwa. Data dari Dinas
Kesehatan Bali mencatat 300 Kasus Positif Rabies, dan mengakibatkan 4 orang
warga Bali Meninggal Dunia akibat terkena rabies. Sempat pula dihebohkan
lewat media social yang dimana menampilkan seorang anak setelah digigit
anjing rabies memunculkan reaksi kejang – kejang dan kemudian meninggal
dunia. Kasus rabies di bali sudah terjadi sejak 2008, dan terus berulang setiap
tahunnya. Penyebab tingginya kasus rabies di bali dikarenakan tinggnya
jumblah populasi anjing yang merupakan sumber utama penular rabies ke
manusia melalui air liur yang mengandung virus rabies. Ketersediaan vaksin
anti-rabies atau (VAR) di Bali sendiri saat ini mencapai 63 ribu dosis hingga
akhir tahun. Sementara itu Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan) Bali
telah membentuk Tim Satgas Rabies (Tisira) untuk menangani kasus rabies di
Pulau Dewata.
Rabies atau lebih dikenal dengan Penyakit Anjing Gila, merupakan
penyakit zoonosis yang sangat ditakuti nomor 1 di dunia, dan merupakan
penyakit penting karena bersifat fatal dan menimbulkan kematian bagi manusia
yang terpapar. Penyakit rabies telah dikenal sejak berabad-abad lampau,
penyebarannya hampir terdapat di seluruh dunia. Kejadian penyakit rabies pada
hewan maupun manusia hampir selalu diakhiri dengan kematian sehingga
akibatnya penyakit ini menimbulkan rasa takut dan kekhawatiran serta
keresahan bagi masyarakat. Apa itu rabies? Rabies merupakan suatu virus
mematikan yang dapat menyebar ke manusia melalui air liur hewan yang
terinfeksi. Rabies biasanya menyebar melalui gigitan hewan. Rabies dapat
terjadi pada semua hewan berdarah panas ( anjing, kucing, kera, kuda, kerbau,
sapi, domba, kambing dll) termasuk juga dapat menular ke manusia. Namun
demikian dari data yang ada penyebar rabies yang utama adalah anjing (92 %),
kucing (6 %) dan kera (3%). Tingginya populasi anjing yang menjadi salah satu
hewan penyebar rabies, di bali kini tercatat sebanyak 559 ribu ekor, termasuk di
antaranya anjing liar dan peliharaan ini membuat warga bali was – was akan
rabies.
Di era sekarang ini, memiliki hewan peliharaan memanglah sangat
menyenangkan. Anjing adalah hewan paling populer yang dapat kita lihat di
tempat siapapun sebagai hewan peliharaan. Namun sayangnya anjing menjadi
salah satu penyebar rabies yang utama, 92% penularan rabies disebabkan oleh
anjing yang dapat melalui gigitan maupun cakarannya. Jangan asal mengambil
hewan liar yang anda temui di jalan walaupun anda memiliki rasa kasihan atau
hewan tersebut memiliki paras yang memikat anda untuk memeliharannya,
pasalnya hewan liar yang kita temui di jalan bisa saja memiliki rabies dan kita
terancam terpapar rabies. Hewan bisa saja menggit kapanpun saat mereka
merasa dirinya terancam. Jika anda ingin meeliharanya lebih baik periksakan
kesehatan hewan tersebut terlebih dahulu pada dokter hewan.
Penyakit berbahaya ini memiliki beberapa tahapan gejala. Gejala awal
biasanya sulit dikenali dan terkadang justru menganggapnya sebagai gejala dari
penyakit yang tidak berbahaya. Gejala awal tersebut antara lain tubuh terasa
lelah dan dingin, sakit kepala, hilang nafsu makan, sulit tidur, dan mengalami
rasa sakit dan kesemutan pada daerah yang terinfeksi. Tahap selanjutnya adalah
rabies garang, di mana penderitanya terlihat makin hiperaktif dan berperilaku
aneh. Cirri – cirinya antara lain mengalami halusinasi, agresif, meronta – ronta,
gelisah, mengamuk, demam tinggi, selalu meneteskan air liur dan keringat yang
berlebih. Biasanya penderita rabies garang juga akan mengalami hydrophobic.
Tahap lain adalah rabies lumpuh. Rabies lumpuh disebabkan otot tubuh yang
melemah. Selain itu, kemampuan indera peraba juga hilang perlahan – lahan
dan akhirnya otot – otot tubuh tidak bisa bergerak sama sekali. Penderita rabies
biasaanya akan mengalami koma sebelum akhirnya meninggal.
Bila seseorang menunjukkan gejala rabies, biasanya selalu fatal. Setelah
virus rabies masuk ke dalam tubuh melalui luka gigitan, ia tetap berada di dekat
tempat masuknya selama dua minggu sebelum berpindah ke ujung serabut saraf
posterior tanpa mengubah cara kerjanya. Tingkat infeksi paling tinggi pada
gigitan pada wajah, sedang pada gigitan pada lengan dan tangan, dan rendah
pada gigitan pada tungkai dan kaki. Virus akan bereplikasi dengan cepat begitu
mencapai otak dan menyebar luas di antara sel saraf dan neuron di sana,
terutama di sistem limbik, hipotalamus, dan batang otak. Virus menyebar ke
sistem saraf tepi melalui serabut saraf eferen baik di sistem saraf sadar dan
otonom setelah berkembang biak di neuron otak. Akibatnya, virus ini
menyerang hampir setiap organ dan jaringan tubuh, dan akan berkembang biak
di jaringan seperti ginjal dan kelenjar ludah. Jumlah virus rabies yang masuk ke
dalam tubuh, tingkat keparahan dan luasnya kerusakan jaringan di lokasi
gigitan, kedekatan lokasi gigitan dengan sistem saraf pusat, persarafan area luka
gigitan, dan sistem imun semuanya mempengaruhi masa inkubasi virus, yang
dapat berkisar dari 7 hari hingga lebih dari 1 tahun, atau rata-rata satu hingga
dua bulan. 30 hari berlalu antara gigitan pada kepala, wajah, dan leher, 40 hari
berlalu antara gigitan pada lengan, tangan, dan jari, 60 hari berlalu antara
gigitan pada tungkai, kaki, dan jari kaki, dan 45 hari berlalu antara gigitan pada
kaki. tubuh. Asumsi lain menyatakan bahwa masa inkubasi tidak ditentukan
oleh panjang saraf melainkan oleh tingkat persarafan di setiap bagian tubuh;
misalnya, gigitan pada jari dan alat kelamin akan memiliki masa inkubasi yang
lebih singkat.
Pertolongan pertama adalah memberikan perawatan dan pertolongan
darurat sementara dengan benar dan cepat. Tujuan utamanya bukan untuk
memberikan pengobatan akhir; sebaliknya, ini adalah upaya untuk melindungi
korban dari kesengsaraan lebih lanjut (Lutfiasari, 2016). Akibatnya, setiap kasus
gigitan hewan penular rabies harus segera ditangani. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan efek virus rabies yang masuk ke dalam tubuh
melalui luka gigitan. Mencuci luka dan vaksinasi segera setelah kontak dengan
hewan tersangka rabies dapat mencegah timbulnya rabies hampir 100%.
Strategi yang paling efektif untuk mencegah rabies adalah mengurangi
penularan rabies pada anjing melalui vaksinasi. Pencegahan rabies setelah
gigitan terdiri dari tiga komponen yaitu: penanganan luka gigitan, pemberian
SAR dan pemberian VAR. Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus
ditangani dengan cepat dan sesegera mungkin. Untuk mengurangi atau
mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan, usaha yang paling efektif
ialah mencuci luka gigitan segera dengan air mengalir dan sabun atau detergent
selama 10-15 menit kemudian diberikan antiseptik (alkohol, betadine, obat
merah dll). Pemberian profilaksis tetanus dan antibiotik dipertimbangkan pada
luka resiko tinggi antara lain: luka gigitan multipel, luka dalam dan lebar, luka
di daerah muka, kepala, leher, jari tangan/kaki, dan jilatan pada mukosa. Luka
gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi. Disekitar luka
gigitan yang terpaksa dijahit, perlu disuntik SAR sebanyak mungkin, sisanya
disuntikan secara intramuscular
Rabies adalah penyakit serius yang dapat berdampak negatif pada
kesehatan masyarakat dan ekonomi. Untuk memberantas rabies, kebijakan
pemerintah diterapkan untuk menjaga kesehatan manusia dan mencegah
penyebarannya ke hewan peliharaan dan hewan liar. Metode yang digunakan
untuk mencegah rabies, seperti yang dijelaskan oleh Kementerian Kesehatan RI
adalah:
a. Memelihara hewan peliharaan atau hewan hobi dilakukan dengan rasa
tanggung jawab yang kuat dan pertimbangan untuk kesejahteraan hewan.
Jangan biarkan mereka berkeliaran bebas atau meninggalkan pekarangan tanpa
kontrol ikatan.
b. Bawa hewan peliharaan Anda ke dokter hewan atau Pusat Kesehatan
Hewan (Puskeswan), Dinas Kesehatan Hewan, atau Dinas Peternakan secara
rutin untuk mendapatkan vaksinasi rabies.
c. Jika Anda digigit hewan yang diduga mengidap rabies, segeralah ke
puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan vaksin anti rabies
(VAR) sesuai petunjuk. d. Jika melihat hewan dengan gejala rabies, hubungi
Dinas Peternakan di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan).
Pencegahan penyakit rabies juga perlu diperhatikan adalah dengan
penanganan lingkungan yang terkait dengan virus rabies seperti:
a. Jika dicurigai adanya rabies, hewan harus diisolasi untuk menghentikan
penyebaran ke manusia dan hewan lainnya.
b. Petugas pengawas dari dinas peternakan akan menangkap hewan yang
dibiarkan kabur dan diduga liar atau diduga rabies.
Jika memiliki hewan pelliharaan di rumah sebaiknya jangan biarkan
hewan peliharaan berkeliaran sendiri di luar meski hewan peliharaan juga
berhak mendapatkan kebebasan tetapi demi keamanan lebih baik jangan biarkan
hewan peliharaan berkeliaran di luar sendirian . pasalnya, bisa saja hewan
peliharaan yang berkeliaran sendirian berinteraksi dengan hewan lain yang
memiliki rabies. Akibatnya hewan peliharaan akan tertular penyakit rabies dan
berpotensi menularkan kepada pemiliknya. Ensefalitis akibat rabies sangat fatal
dan selalu berakhir dengan kematian, sehingga sangat diperlukan usaha
pengendalian penyakit ini. Adapun fokus utama dalam usaha ini antara lain:
pendidikan dan partisipasi aktif masyarakat dalam pencegahan rabies,
kemampuan para dokter untuk mengenal berbagai manifestasi rabies, adanya ,
komitmen pemerintah dengan instansi terkait untuk mengendalikan vektor
rabies serta penyediaan vaksinasi yang cukup. Pemberian VAR sangat efektif
dan aman, pre-exposure vaccination penting bagi mereka yang mempunyai
risiko besar untuk mendapat infeksi rabies. Pencegahan rabies setelah gigitan
harus segera dilakukan dengan mencuci luka dengan sabun dan air mengalir,
pemberian VAR serta pemberian SAR pada luka resiko tinggi. Sebaiknya selalu
awasi peliharan anda demi kesehatannya dan anda juga sebagai pemilik.

Anda mungkin juga menyukai