BINATANG PENGGANGGU – A
JENIS BINATANG PENGGANGGU
Disusun oleh:
KELOMPOK 4
2 DIV – A
Dosen pembimbing:
2. Penyakit Rabies
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami Rabies ganas ataupun Rabies jinak. Pada
Rabies ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan
segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadi
lumpuh dan mati.
Rabies disebabkan oleh virus Rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan
genus Lysavirus. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan sebagai
perantara penularan.
2.4 Penularan Rabies
Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia
melalui gigitan dan non gigitan (aerogen, transplantasi, kontak dengan bahan
mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa). Cakaran oleh kuku hewan
penular rabies adalah berbahaya karena binatang menjilati kuku-kukunya.
Meskipun sangat jarang terjadi, Rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara
yang tercemar virus Rabies. Ekskreta kelelawar yang mengandung virus rabies cukup
untuk menimbulkan bahaya rabies pada mereka yang masuk gua yang terinfeksi dan
menghirup aerosol yang diciptakan oleh kelelawar.
Fase Prodormal
Fase ini biasanya akan berlangsung dua atau tiga hari pada anjing. Pada hari
berikutnya anjing akan gelisah, cenderung menyendiri, diam dan akan mengalami
demam. Perubahan perilaku akan tampak pada fase ini. Anjing yang biasanya
ramah akan menjadi agresif atau ketakutan dan juga sebaliknya. Apabila anjing
terinfeksi melalui gigitan maka akan terasa gatal dan pedih, sehingga anjing akan
terlihat sering menjilati bagian luka tersebut, pada kucing fase ini terlihat lebih
cepat bila dibandingkan dengan anjing.
Fase Furious ( rabies ganas )
Fase ini yang ditandai dengan sifat cepat marah apabila dirangsang dengan
cahaya dan suara. Fase Furious berlangsung selama 1-7 hari. Hewan akan terlihat
gelisah, agresif, kuat, suka menggigit jeruji kandang hingga melukai mulutnya
sendiri, suka menjelajah dan berjalan kemana-mana dengan jarak yang jauh tanpa
arah dan tujuan. Hewan yang mengalami fase ini akan nampak sempoyongan
(ataxia) saat berjalan, goyah dan mati.
Fase Dumb ( rabies tenang )
Tahap ini disebut juga dengan fase paralisis. Hewan dalam fase ini akan
mengalami paralisis syaraf bagian kepala dan kerongkongan. Hewan akan
mengeluarkan air liur, berjalan sempoyongan dngan mulut ternganga dan tidak
dapat menelan. Dalam fase ini bisa juga dikelirukan oleh pemilik anjing, bahwa
hewan peliharaannya sedang mengalami gangguan menelan sebagai akibat
menelan benda asing. Selama periode ini dalam waktu satu minggu hewan akan
mengalami paralisis yang lebih parah dan akhirnya mati. Kebanyakan anjing akan
mengalami fase ini setelah fase prodormal.
Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi Rabies meliputi 4
stadium:
Stadium Prodromal,
Sakit yang timbul pada penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus pada
umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang menuju taraf anoreksia, pusing
dan pening, dan lain sebagainya.
Stadium Sensoris
Penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas,
gugup, kebingungan, keluar banyak air liur, pupil membesar, hiperhidrosis,
hiperlakrimasi.
Stadium Eksitasi
Penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan
dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada
cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat
adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan.
Hidrofobia yang terjadi pada penderita Rabies terutama karena adanya rasa sakit
yang luar biasa di kala berusaha menelan air.
Stadium Paralitik
Setelah melalui ketiga stadium sebelumnya, penderita memasuki stadium
paralitik ini menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah
yang progresif.
Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umumnya keempat
stadium di atas tidak dapat dibedakan dengan jelas. Gejala-gejala yang tampak jelas pada
penderita di antaranya adanya nyeri pada luka bekas gigitan dan ketakutan pada air,
udara, dan cahaya, serta suara yang keras.
Seseorang yang digigit hewan penderita rabies penanganan yang dilakukan harus
ditangani dengan secepat dan sesegera mungin, hal tersebut bertujuan untuk mengurangi
efek maupun mematikan virus rabies yang masuk ke tubuh melalui luka gigitan :
Usaha yang paling efektif untuk dilakukan adalah dengan segera mencuci luka
gigitan dengan air bersih dan sabun atau deterjen selama 5-10 menit dibawah air
mengalir/diguyur. Lalu keringkan dengan kain yang bersih.
Luka diberi antiseptik (obat luka yang tersedia misalnya betadine, obat merah,
alkohol 70%, Yodium tincture atau lainnya) lalu dibalut dengan pembalut yang
bersih.
Penderita luka gigitan harus segera dibawa ke dokter, Puskesmas atau rumah sakit
yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara maupun perawatan lebih
lanjut, sambil menunggu hasil observasi hewan tersangka rabies.
Walaupun sudah dilakukan pencucian luka gigitan, penderita harus dicuci
kembali lukanya di Puskesmas atau rumah sakit.
Luka gigitan dibalut longgar dan tidak dibenarkan dijahit, kecuali pada luka yang
sangat parah. Jika keadaan terpaksa dilakukan penjahitan, maka harus diberikan
serum anti rabies (SAR) sesuai dosis, selain itu dipertimbangkan perlu tidaknya
pemberian vaksin anti tetanus, maupun antibiotik dan analgetik.
2.8 Penanganan Hewan – hewan yang Mengigit Manusia Dan Dicurigai Menderita
Rabies, Maka Harus Diambil Tindakan Sebagai Berikut :
Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke instansi terkait ( Dinas
Peternakan dan Pertanian ) untuk dilakukan observasi dan diperiksa kesehatannya
selama 10 – 14 hari.
Jika mati dalam observasi maka kepala anjing tersebut dikirim ke laboratorium
untuk kepastian diagnosa penyebab kematian. Tetapi bila hasil observasi negatif
rabies yaitu hewan tetap hidup, maka hewan divaksinasi anti rabies
Hewan pasca observasi dan sudah disuntik rabies, dapat dikembalikan kepada
pemiliknya. Apabila tidak diketahui pemiliknya (hewan liar) maka hewan dapat
dimusnahkan atau diberikan pada orang yang berminat memelihara.
Bila hewan yang menggigit sulit ditangkap, maka harus dibunuh dan diambil
kepalanya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Bila hewan yang menggigit tidak dapat ditemukan, maka orang yang mengalami
gigitan harus dibawa ke rumah sakit khusus.
2.9 Pencegahan
Genus Leptospira terdiri dari dua spesies yaitu L. interrogans (bersifat patogen)
dan L. biflexa (bersifat saprofit/non-patogen). Leptospira patogen terpelihara dalam
tubulus ginjal hewan tertentu. Leptospira saprofit ditemukan di lingkungan basah atau
lembab mulai dari air permukaan, tanah lembab, serta air keran
Setelah bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput
lendir, maka bakteri akan mengalami multiplikasi (perbanyakan) di dalam darah dan
jaringan. Selanjutnya akan terjadi leptospiremia, yakni penimbunan bakteri Leptospira di
dalam darah sehingga bakteri akan menyebar ke berbagai jaringan tubuh terutama ginjal
dan hati.
Di ginjal kuman akan migrasi ke interstitium, tubulus renal, dan tubular lumen
menyebabkan nefritis interstitial (radang ginjal interstitial) dan nekrosis tubular
(kematian tubuli ginjal). Gagal ginjal biasanya terjadi karena kerusakan tubulus,
hipovolemia karena dehidrasi dan peningkatan permeabilitas kapiler.
Gangguan hati berupa nekrosis sentrilobular dengan proliferasi sel Kupffer. Pada
konsisi ini akan terjadi perbanyakan sel Kupffer dalam hati. Leptospira juga dapat
menginvasi otot skeletal menyebabkan edema, vakuolisasi miofibril, dan nekrosis fokal.
Gangguan sirkulasi mikro muskular dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat
menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemia sirkulasi.
Pada kasus berat akan menyebabkan kerusakan endotelium kapiler dan radang
pada pembuluh darah. Leptospira juga dapat menginvasi akuos humor mata dan menetap
dalam beberapa bulan, sering mengakibatkan uveitis kronis dan berulang. Setelah infeksi
menyerang seekor hewan, meskipun hewan tersebut telah sembuh, biasaya dalam
tubuhnya akan tetap menyimpan bakteri Leptospira di dalam ginjal atau organ
reproduksinya untuk dikeluarkan dalam urin selama beberapa bulan bahkan tahun.
https://regitajune97.wordpress.com/2013/05/18/bakter-leptospira-penyebab-leptospirosis/
http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2011/11/leptospirosis.html
http://imeykakunsi.blogspot.com/2013/12/pengendalian-vektor-dan-binatang.html?m=1
http://syamsudin-kangoufu.blogspot.com/2013/12/rabies_2057.html?m=1
https://vet02ugm.wordpress.com/2009/02/09/penanganan-dan-pencegahan-kasus-penyakit-
rabies/