Anda di halaman 1dari 18

MEKANISME PENULARAN PENYAKIT

YANG DISEBABKAN OLEH BINATANG


PEGANGGU
(RABIES)
K E LO M P O K 6
A M A L I A P R AT I W I (P2.31.33.1.15.002)
AWA N D A P U T R I A M A L I A
(P2.31.33.1.15.005)
G A L U H PA N G E S T I H A N D AYA N I
(P2.31.33.1.15.017)
M U H A M M A D Z U FA R I B R A H I M
(P2.31.33.1.15.029)
PENGERTIAN PENYAKIT RABIES

Penyakit rabies merupakan salah satu jenis penyakit


zoonosis yang menyerang susunan syaraf pusat dan
disebabkan oleh virus Rhabdovirus. Rhabdovirus
merupakan virus yang mempunyai bentuk seperti
batang. Virus ditularkan ke manusia melalui gigitan dan
kadang melalui jilatan (air liur) hewan yang terinfeksi
rabies. Hewan yang dapat menularkan penyakit rabies
antara lain anjing, kucing, kera, dan kelelawar.
SIKLUS HIDUP VIRUS
RHABDOVIRUS
Virus rabies ini akan melekat atau menempel pada dinding sel
inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri
glikoproteinnya, reseptor asetilkolin nikotinat dapat bertindak
sebagai reseptor seluler untuk virus rabies. Kemudian secara
endositosis virus dimasukan ke dalam sel inang. Pada tahap
penetrasi, virus telah masuk kedalam sel inang dan melakukan
penyatuan diri dengan sel inang yang ia tempati. Lalu terjadilah
transkripsi dan translasi.
SIKLUS HIDUP VIRUS
RHABDOVIRUS
Setelah enkapsidasi, partikel berbentuk peluru mendapatkan
selubung melalui pertunasan yang melewati selaput plasma.
Protein matriks virus membentuk lapisan pada sisi dalam
selubung, sementara glikoprotein virus berada pada selaput luar
dan membentuk duri. Setelah bagian-bagian sel lengkap, sel
virus tadi menyatukan diri kembali dan membentuk virus yang
baru. Setelah itu virus keluar dari sel inang dan menginfeksi sel
inang yang lainnya. Keseluruhan proses dalam siklus hidup virus
rabies ini terjadi dalam sitoplasma.
SIKLUS HIDUP VIRUS
RHABDOVIRUS
Virus rabies membelah diri dalam otot atau jaringan ikat pada
tempat inokulasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada
sambungan neuromuskuler dan menyebar sampai ke susunan
saraf pusat. kemudian menyebar melalui saraf tepi ke kelenjar
ludah dan jaringan lain.
SPESIES RENTAN

Semua hewan berdarah panas termasuk manusia rentan


terhadapap rabies. Di Indonesia hewan rentan terhadap rabies
yang pernah dilaporkan adalah kerbau, kuda, kucing, leopard,
musang, meong cangkok, sapid an kambing. Hewan tersebut
adalah hewan piaraan kecuali musang. Kelelawar dan tikus liar
sapat terinfeksi virus secara buatan di laboratorium dan kasus
pada tikus liar pernah ditemukan di BPPH (sekarang BPPV)
Bukittinggi 1991.
MEKANISME PENULARAN

Masa inkubasi pada anjing dan kucing rata rata sekitar 2


minggu tetapi dilaporkan dapat terjadi antara 10 hari 8 minggu
dan pada manusia 2-3 minggu, dengan masa yang paling lama 1
tahun, tergantung pada :
Jumlah virus yang masuk melalui luka
Salam atau tidaknya luka
Luka tunggal atau banyak
Dekat atau tidaknya luka dengan susunan syaraf pusat
Perlakuan luka pasca gigitan
MEKANISME PENULARAN

Pada hewan percobaan virus masih dapat ditemukan ditempat suntikan selama
14 hari. Virus menuju ke susunan syaraf pusat melalui syaraf perifer kemudian
virus berke,bang biak di sel syaraf terutama pada hypocampus dan sel Purkinje
dan kelejar ludah.
Pada anjing 3 5 hari sebelum gejala klinis terlihat, kelenjar ludah telah
mengandung virus dan akan terus infektif selama hewan sakit. Virus ditularkan
terutama melalui luka gigitan, oleh karena itu bangsa karnivora adalah hewan
utama penyebar rabies antar hewan atau ke manusia.
Kelelawar menimbulkan masalah khusus karena mereka dapat membawa virus
rabies sementara mereka tampak sehat, mengeluarkan rabies dalam liur, dan
menularkannya ke hewan lain, termasuk kelelawar lain dan ke manusia.
Penularan dari orang ke orang (langsung) dapat terjadi melalui saliva/cairan
ludah penderita rabies/Lyssa mengenai/masuk mukosa/selaput lender orang lain.
GEJALA KLINIS

Gejala umum adalah berupa manifestasi peradagan


otak (ensefalitis) yang akut baik pada hewan maupun
manusia. Pada manusia keinginan untuk menyerang
orang lain umumnya tidak ada. Masa inkubasi pada
anjing dan kucing berkisar 10 hari 8 minggu. Pada
sapi, kambing, kuda, dan babi berkisar antara 1 3
bulan.
GEJALA KLINIS

Gejala klinis pada anjing dan kucing


Gejala penyakit dikenal dalam 3 bentuk
Bentuk ganas (furious rabies), masa eksitasi panjang. Kebanyakan
akan mati dalam 2 5 hari setelah tanda tanda gila terlihat.
Bentuk diam atau dungu (dumb rabies), paralisis cepat terjadi,
masa eksitasi pendek.
Bentuk asimptomastis : hewan tiba-tiba mati tanpa menunjukan
gejala-gejala sakit.
GEJALA KLINIS

Tanda tanda yang sering terlihat sebagai berikut :


Pada fase prodonormal hewan mencari tempat yang dingin dan
menyendiri, tetapi dapat menjadi lebih agresif dan nervous. Reflex
kornea berkurang/hilang, pupil meluas dan kornea kering, tonus
urat daging bertambah (siap siaga/kaku)
Pada fase eksitasi hewan akan menyrang siapa saja yang ada di
sekitarnya dan memakan benda asing. Dengan berlanjutnya
penyakit, mata menjadi keruh dan selalu terbuka diikuti
inkoordinasi dan konvulasi.
Pada fase paralisis maka kornea mata kering dan mata terbuka dan
kotor, semua reflex hilang, konvulasi dan mati.
GEJALA KLINIS

Gejala penyakit pada hewan pemamah biah, berkuku


satu dan ternak lainnya.
Hampir sama yaitu gelisah, gugup, liar dan rasa gatal pada
seluruh tubuh, kelumpuhan pada kaki belakang dan akhirnya
hewan mati. Pada hari pertama atau kedua kemungkinan
temperature naik 1 3oC diatas normal, anorexia, ekspresi wajah
berubah biasa, sering menguak dan ini merupakan tanda
spesifik untuk hewan menderita rabies.
TINDAKAN PENCEGAHAN

Tidak memberikan izin untuk memasukkan aatau menurunkan


anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.
Memusnahkan terhadap anjing, kucing, kera atau hewan
sebangsanya yang masuk tanpa izin ke daerah rabies
Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies
hewan ke daerah-daerah bebas rabies
Melakukan vaksinasi terhadap anjing, kucing, kera dan hewan
sebangsanya 70% populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km di
sekitar lokasi kasus.
Pemberian tanda bukti atau peneng terhadap setiap anjing yang
divaksinasi
TINDAKAN PENCEGAHAN

Mengurangi jumlah populasi anjing liar atau anjing tak bertuan dilakukan
dengan penembakan dilakukan oleh penembak yang mahir. Cara terbaik adalah
dengan penangkapan dnegan jarring dan kemudian hewan diamankan.
Menangkap dan melaksanakan observasi hewan yang menggigit orang, selama
10-14 hari terhadap hewan yang mati selama observasi atau yang dibunuh
maka harus diambil specimen untuk dikirimkan ke laboratorium terdekat untuk
diagnosis
Mengawasi dengan ketat lalu lintas anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya
Membunuh atau mengurung selama 4 bulan anjing, kucing, penderita rabies
Menanam hewan yang mati karena rabies sekurang-kurangnya 1 meter atau
dibakar dan melarang keras pembuangan bangkai.
Pemberantasan daerah rabies
TINDAKAN PENCEGAHAN

Metode pembebasan
Vaksinasi dan eliminasi hanya dilakukan pada anjing
Vaksinasi dilakukan hanya pada anjing yang
berpemilik
Eliminasi dilakukan terhadap anjing tidak berpemilik
dan anjing berpemilik tapi tidak di vaksinasi.
TINDAKAN PENCEGAHAN

Strategi pembebasan
Lokasi sasaran dibagi 3 kategori, yaitu :
Lokasi tertular, yairu desa/kelurahan tertular yang dalam 2
tahun terakhir pernah ada kasus, klinis, epidemiologis,
laboratories dan desa desa disekitarnya
Lokasi terancam, yaitu desa.kelurahan di luar lokasi tertular
dalam satu wilayah kecamatan.
Lokasi bebas kasus, yaitu kecamatan yang berada di luar
terteluar yang terancam
TINDAKAN PENCEGAHAN

Bila terjadi kasus rabies maka dilakukan tindakan sebagai berikut :


Basuh luka dengan air sabun dengan air mengalir, ether atau chloroform
lalu bilas dengan air dan oles dengan yodium tincture atau alcohol 70%,
anti tetanus dan antibiotika.
Hewan penggigit supaya dibawa Dinas Pertenakan terdekat untuk
dilakukan observasi paling lama selama 2 minggu.
Bila hewan mati maka diambil hypocampusnya dalam bentuk segar (dalam
es) salam bahan pengawet glycerin atau dibuat preparat sentuh kemudian
dibawa secepatnya pada laboratorium veteriner terdekat untuk peneguhan
diagnose.
bila seseorang atau hewan telah menunjukan gejala klinis rabies, maka
tidak ada obat yang efektif untuk mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA

http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/1638/2/BK20
11-JUN12-AGS02.pdf
http://wiki.isikhnas.com/images/9/9a/Penyakit_Rabies.pdf
https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/septiana-wijaya-078114146.pd
f
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
rabies.pdf

Anda mungkin juga menyukai