1. TINJAUN TEORI
A. DEFINISI
Rabies berasal dari kata latin “rabere” yang berarti “gila”, di Indonesia dikenal
sebagai penyakit anjing gila. Penyakit anjing gila (rabies) adalah suatu penyakit
menular yang akut, menyerang susunan syaraf pusat, disebabkan oleh virus rabies
jenis Rhabdho virus yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan
manusia.Rabies adalah suatu infeksi virus pada otak yang menyebabkan iritasi dan
peradangan otak dan medulla spinalis.Rabies atau dikenal juga dengan istilah
penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi yang bersifat akut pada susunan saraf.
C. PATOFISIOLOGI
Virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi, menularkan kepada
hewan lainnya atau manusia melalui gigitan atau melalui jilatan pada kulit yang tidak
utuh . Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak,
yang merupakan tempat mereka berkembangbiak dengan kecepatan 3mm / jam.
Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke
dalam air liur. Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai
bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan
periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam.
Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita
akan mengeluarkan air liur.Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan
rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang
mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk
minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak
dapat minum, gejala ini disebut hidrofobia (takut air). Lama-kelamaan akan terjadi
kelumpuhan pada seluruh tubuh, termasuk pada otot-otot pernafasan sehingga
menyebabkan depresi pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian.
D. PENYEBAB
Adapun vektor dalam penularan penyakit ini adalah anjing, kucing dan binatang-
binatang liar seperti kera, kelelawar, rakun, serta rubah.
E. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit .
Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari
- 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun. Masa inkubasi
tergantung dari :
a. Lokasi gigitan, biasanya paling pendek pada orang yang digigit di daerah kepala,
tempat yang tertutup celana pendek
b. Bila gigitan terdapat di banyak tempat
c. Umur
d. Virulensi (banyaknya virus yang masuk melalui gigitan / jilatan)
F. CARA PENULARAN
Virus rabies ditemukan dalam jumlah banyak pada air liur hewan yang menderita
rabies.Virus ini akan ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui :
1) Luka gigitan
2) Jilatan pada luka / kulit yang tidak utuh
3) Jilatan pada selaput mukosa yang utuh
G. PENCEGAHAN
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau
segera setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang
beresiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu :
· Dokter hewan
· Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
· Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada
anjing banyak ditemukan
· Para penjelajah gua kelelawar
Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan
menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus
mendapatkan dosis bustervaksinasi setiap 2 tahun.
H. PENATALAKSANAAN
a. Penanganan pertama pada orang yang digigit
1) Segera cuci luka gigitan dengan air bersih dan sabun atau detergen selama 10 sampai
15 menit (gigitan yang dalam disemprot dengan air sabun ) kemudian bilas dengan air
yang mengalir , lalu keringkan dengan kain bersih.
2) Luka kemudian diberi obat luka yang tersedia (misalnya betadin) lalu dibalut dengan
pembalut atau kain yang bersih.
3) Korban secepatnya dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat untuk mendapat
perawatan lebih lanjut.
I. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies dan biasanya timbulpada fase koma.
Komplikasi Neurologik dapat berupa peningkatan tekanan intra cranial:kelainan pada
hypothalamus berupa diabetes insipidus, sindrom abnormalitas hormoneanti diuretic (SAHAD);
disfungsi otonomik yang menyebabkan hipertensi, hipotensi,hipertermia, hipotermia, aritmia dan
henti jantung. Kejang dapat local maupungeneralisata, dan sering bersamaan dengan aritmia dan
gangguan respirasi.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Elektroensefalogram (EEG) : dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan
fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT: menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi
perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan
magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah daerah otak yang itdak jelas
terlihat bila menggunakanpemindaian CT scan.
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejangyang membandel dan
membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolikatau aliran darah dalam.
A. Pengkajian
1. Data subjektif
- Orang tua pasien mengatakan anaknya kesakitan pada lipatan lengan kirinya
karwna digigit anjing
- Skala nyeri 3 dari (0 -10) skala nyeri yang diberikan.
2. Data objektif
- Pasien tampak meringis
- Terdapat luka bekasi gigtan anjing pada lipatan lengan kiri
- Terdapat luka kemerahan pada area gigitan
3. Data Fokus
1) Primary Survey
a) Airway
Pada pasien gigitan Vulnus mozum ( luka gigitan anjing ) biasanya
tidak mengalami masalah pada Airway ,jalan nafasnya bersih dan
tidak mengalami obstruksi/sumbatan, pembengkakan/edema pada
saluran pernafasan.
b) Breathing
c) Circulation
Pada pasien Vulnus mozum ( luka gigitan anjing ) tidak menunjukkan
tanda-tandasyok/ perdarahan, nadi kuat 100x/menit.
d) Disability
2) Secondary Survey
Fokus pengkajian pada secondary survey adalah tentang riwayat penyakit saat ini,
alergi, medikasi, riwayat penyakit sebelumnya, makan dan minum terakhir pasien,
even/peristiwa penyebab, tanda vital, dan keluhan nyeri pasien dengan pendekatan
PQRST. Selain focus pengkajian tersebut, pada secondary survey juga dilakukan
pemeriksaan fisik pada pasien.
B. Diagnosa keperawatan
- Resiko penularan infeksi rabies berhubungan dengan gigitan anjing didasari
dengan Orang tua pasien mengatakan anaknya kesakitan pada lipatan lengan
kirinya karwna digigit anjing ,Skala nyeri 3 dari (0 -10) skala nyeri yang
diberikan, Pasien tampak meringis,Terdapat luka bekas gigitan anjing pada lipatan
lengan kiri, Terdapat luka kemerahan pada area gigitan
3. Intervensi : Beri HE kepada pasien dan keluarga pasien tentang tanda dan gejala
dari penyakit rabies
Rasional : Menberikan informasi kepada pasien dan keluarga agar mengetahui
sedini mungkin tentang penyakit rabies
D. Implementasi Keperawatan
1) Fase pertama
Persiapan yang meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,
pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan klien
dan lingkungan.
2) Fase kedua
Merupakan puncak implementasi yang berorientasi pada tujuan, keamanan
fisik dan psikologi dilindungi, misalnya teknik aseptik, memberi rasa nyaman.
Hal penting pada implementasi adalah mengumpulkan data yang berhubungan
reaksi klien termasuk reaksi fisik, psikologi, sosial dan spiritual.
3) Fase ketiga
Merupakan terminasi perawat-klien setelah implementasi. Setelah selesai
implementasi dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan adalah bagian terakhir dari proses perawatan. Semua tahap proses
keperawatan (diagnosis, tujuan, intervensi) harus dievaluasi.(Keliat, 1996)
Elemen yang akan dievaluasi pada setiap komponen proses keperawatan.
a. Pengkajian : akurat atau tidak, kelengkapan, validasi, kualitas, alternatif.
b. Identifikasi masalah : sesuaikan dengan lingkup keperawatan, kejelasan
akurat atau tidak, akurat atau tidak penyebab, validasi, alternatif.
c. Planning : kriteria outcome (spesific, measurable, achievable, realistic,
time-bound), rencana intervensi (jelas atau spesifik untuk individu),
alternatif, validasi.
d. Implementasi : respon klien, respon staf, pencapaian hasil, alternatif,
keamanan/keakuratan, validasi, keahlian dalam merawat.
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T. 2001.Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta: Gaya Baru.Brunner & Suddarth.
1997.
Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta: EGC.Corwin, Elizabeth J. 2009.
Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGCCarpenito, L.J. 2003.
Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.Doengoes E.Marilyn. 2002.
Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGCSylvia A. Price. 2006.
Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGCSantosa NI. 1989.
Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan).Jakarta: Depkes RI,Suharso Darto. 1994.
Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya: F.K. Airlangga