Kelas 2D4A
b) Salmonella gastro
Salmonellosis mengacu pada sejumlah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri salmonella. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini
adalah demam tifoid. Bentuk umum salmonellosis adalah gastroenteritis
yang disebabkan oleh bakteri salmonella gastro. Bakteri ini dapat
menyebar dari orang ke orang dan dari hewan ke orang.
Makanan yang biasanya mengandung salmonella adalah daging,
daging unggas, susu dan telur. Salmonella sering ditularkan melalui
kontak dengan kotoran atau pakan ternak atau melalui makanan yang
terkontaminasi kotoran hewan. Buah dan sayuran yang tidak dicuci
dengan bersih juga dapat menyebarkan bakteri ini.
Gejala gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella termasuk mual,
kram perut dan diare. Pada kasus yang parah, ada lendir dan darah pada
tinja. Gejala awal biasanya muncul 12 sampai 24 jam setelah menelan
makanan yang terkontaminasi. Keracunan ini biasanya tidak serius dan
berlangsung selama dua sampai lima hari. Namun, salmonellosis bisa
berakibat fatal pada bayi, lansia dan pasien yang sakit parah. Pada kasus
yang sangat jarang, salmonella bisa menembus aliran darah sehingga
menyebabkan artritis, penyakit jantung, infeksi tulang dan masalah perut
jangka panjang
Perawatan infeksi yang disebabkan oleh salmonella melibatkan banyak
minum untuk mengganti cairan yang hilang karena diare. Jika korban
kehilangan terlalu banyak cairan, dia harus dirawat di rumah sakit untuk
mendapatkan infus. Antibiotik dan obat anti-diaremungkin diberikan
untuk mengontrol gejala yang parah.
c) Escherichia coli
Kebanyakan strain Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri bermanfaat
yang hidup dalam sistem pencernaan. Mereka tidak menyebabkan
penyakit. Namun beberapa strain E. coli dapat menyebabkan efek
keracunan pada tubuh. Salah satu strain yang paling ditakuti adalah E. coli
0157 yang menghasilkan racun yang disebut toksin Shiga.
Racun ini merusak sel-sel dinding usus sehingga menimbulkan
perdarahan. Toksin E. coli 0157 juga memecah sel darah merah,
menyebabkan anemia dan menurunkan jumlah trombosit. Pada 10%
kasus, keracunan E. coli berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan
ginjal dan organ penting lainnya. Risiko kematian terutama tinggi pada
anak-anak dan lansia.E. coli 0157 memiliki masa inkubasi antara 1-3
hari.Waktu tersebut dibutuhkan bakteri untuk melakukan perjalanan ke
usus besar dan berkembang biak di sana ke tingkat yang menyebabkan
masalah.
Karena bakteri terutama memengaruhi usus besar, gejala utama adalah
sakit perut dan diare. E. coli 0157 jarang menyebabkan muntah, meskipun
penderita merasakan sakit perut dan diare hebat sehingga ada bintik-bintik
darah segar di tinjanya. Berbeda dengan jenis keracunan makanan
lainnya, E. coli 0157 sangat gigih dan membutuhkan waktu seminggu atau
lebih sebelum diare mereda.Keracunan E. coli timbul karena
mengkonsumsi daging, khususnya daging sapi cincang. Jika daging tidak
matang sepenuhnya, bakteri dapat bertahan hidup dan berkembang biak di
dalam tubuh kita bila dikonsumsi. Hanya perlu 10 bakteri hidup dalam
burger atau sosis untuk dapat menyebabkan keracunan makanan E. coli.
Bakteri ini juga dapat menyebar melalui makanan atau air yang tercemar
kotoran hewan.E. coli tidak terpengaruh oleh obat antibiotik.
Perawatan keracunan E. coli hanya bersifat suportif dengan banyak
mengganti cairan yang hilang. Orang yang mengalami masalah ginjal
akibat komplikasi mungkin perlu perawatan dialisis.Salah satu wabah
terbesar E.coli 0157, terjadi di Wishaw di Skotlandia pada tahun 1996
yang disebabkan oleh daging yang terkontaminasi. Sekitar 200 orang
jatuh sakit, dua puluh di antaranya meninggal dunia.
3.1 Lokus
Bogor - Puluhan warga dari tiga RT di RW 7 Kampung Sawah, Kelurahan Tanah Baru,
Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, terpaksa dilarikan ke Puskesmas dan rumah sakit
karena keracunan makanan. Mereka diduga mengalami keracunan usai mengkonsumsi tutut
(keong sawah) usai berbuka puasa.
"Total korban ada 55 orang. Dugaannya ini tuh keracunan makanan, keracunan setelah
mengkomsumsi tutut atau keong sawah. Itu makanan ciri khas di kampung sini ya," kata
Petugas Sosial Masyarakat (PSM) di Kelurahan Tanah Baru, Ida Farida, saat ditemui di
Puskesmas Tanah Baru, Jumat (25/5/2018) malam.
Ida Farida menyebut semua korban mengkonsumsi tutut pada Rabu (23/5) malam seusai
berbuka puasa. Tutut tersebut dibeli warga dari beberapa pedagang yang berjualan pada sore
hari.
"Tutut itu dibeli sore harinya, kemudian dimakan setelah berbuka puasa. Penjualnya ada
beberapa orang, tapi informasinya tutut itu dimasak atau diolah dari satu orang," kata Ida
Farida.
"Jadi tutut ini diolah dari satu orang, terus dititip ke beberapa pedagang untuk dijual
kembali," imbuhnya.
Puluhan warga yang mengkomsumsi tutut tersebut, mulai merasa gejala keracunan pada
keesokan paginya. Beberapa warga mengaku mengalami mual, pusing, muntah-muntah dan
demam sejak menjelang sahur.
"Beberapa ada yang berobat, tapi tidak sembuh juga. Nah hari ini warga banyak yang
mengalami hal yang sama, serempak, makanya dibawa kesini," terang Ida Farida.
Desi (27), mengaku sengaja membawa anaknya ke Puskesmas karena mengalami gejala
serupa. Awalnya, dia mengira kalau anaknya yang masih berusia 5 tahun tersebut hanya
mengalami sakit biasa.
"Saya kaget pas sampai sini (Puskesmas) ternyata banyak yang berobat juga, gejala sakitnya
sama. Pas tanya-tanya ternyata sama gara-gara makan tutut itu," kata Desi yang ditemui di
Puskesmas Tanah Baru.
Hingga tengah malam, beberapa warga korban keracunan masih berdatangan ke Puskesmas
untuk mendapat pertolongan medis. Beberapa korban lainnya, bahkan terpaksa dirujuk ke
rumah sakit lain karena fasilitas dan tenaga medis di Puskesmas tidak cukup menampung.
Bogor – Makanan olahan tutut (keong sawah) yang menyebabkan puluhan warga di
Kampung Sawah, Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, keracunan, positif
mengandung beberapa bakteri.
Kabid Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Budi Santoso
mengatakan, bakteri diketahui usai uji sampel tutut di Laboratorium Kesehatan Daerah
(Labkesda) Kota Bogor.
"Hasil uji lab tersebut menunjukkan di dalam olahan tutut yang sudah matang itu
mengandung tiga jenis bakteri, yaitu escherichia coli (e.coli), salmonella, dan shigella,"
kata Budi, Selasa (29/5/2018).
Selain itu, lanjut Budi, dalam air rebusan makanan olahan keong sawah yang sudah matang
tersebut juga terbukti mengandung coliform dan logam.
"Akibatnya, jika bakteri-bakteri tersebut masuk ke tubuh manusia akan menimbulkan reaksi
mual, muntah, diare, hingga dehidrasi. Bahkan, coliform bisa mencetus terjadinya kanker
pada manusia," jelasnya.
Untuk itu, pihaknya berpesan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dalam memilih menu
hidangan untuk berbuka puasa. Dinkes Kota Bogor pun akan memberikan penyuluhan terkait
keamanan pangan.
"Kita terus akan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang keamanan dalam
mengonsumsi makanan, apalagi bulan Ramadan ini. Jangan asal memilih makanan untuk
buka puasa," pungkasnya.
Seperti diketahui, sekitar 89 warga di Kampung Sawah, Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan
Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat diduga mengalami keracunan makanan tutut pada
Jumat 25 Mei 2018.
Rata-rata, mereka mengalami gejala seperti mula, muntah hingga diare hebat. Pemerintah
Kota (Pemkot) Bogor pun Telah menetapkan status kasus keracunan ini sebagai Kejadian
Luar Biasa (KLB).
Sementara itu, Polresta Bogor Kota telah menetapkan tiga orang sebagai tersangka dalam
kasus tersebut. Mereka berinisial J (54), Y (52), dan S (55). Polisi juga telah melakukan
penahanan terhadap ketiganya.
Kabid Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Budi
Santoso mengatakan, bakteri diketahui usai uji sampel tutut di Laboratorium
Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Bogor.
"Hasil uji lab tersebut menunjukkan di dalam olahan tutut yang sudah
matang itu mengandung tiga jenis bakteri, yaitu escherichia coli (e.coli),
salmonella, dan shigella," kata Budi, Selasa (29/5/2018).
3. Gejala – Gejala
Kekejangan otot.
Demam.
Sering membuang air besar. Tinja cair dan mungkin disertai darah, nanah
atau mukus.
Otot-otot lemah dan badan berasa seram sejuk.
Lesu dan muntah
Memulas dan sakit perut
Kadangkala demam dan dehidrasi
Hilang selera makan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari kasus keracunan yang terjadi pada umumnya bersumber dari usaha jasa boga dan
makanan jajanan anak sekolah, dan kelompok yang menjadi sasaran adalah pada
karyawan perusahaan, masyarakat yang meghadiri pesta , dan anak- anak sekolah, dan
sumber penyebabnya adalah adanya pihak produsen yang bekerja sama pihak perusahaa
atau sekolah, dari uraian- uraian tersebut diatas maka penulis dapat simpulkan:
4.2 Saran
Departemen Kesehatan RI, 2001, Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan Bagi
Pengusaha Makanan da Minuman, Yayasan Pesan, Jakarta.
https://news.detik.com/berita/d-4039252/puluhan-warga-di-bogor-diduga-keracunan-tutut
https://news.okezone.com/read/2018/05/29/338/1904243/tutut-penyebab-keracunan-massal-
di-bogor-postif-mengandung-bakteri