Anda di halaman 1dari 11

KEAMANAN MAKANAN

KERACUNAN MAKANAN

Disusun Oleh :

Yosinta Kocu ( 201601038 )

Dosen Pengampu :

Ariesa Dwi Hartika, SKM., M.Kes.

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SORONG

2023
ABSTRAK

Latar Belakang : Keracunan makanan adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala dan
tanda keracunan yang disebabkan oleh mengkonsumsi makanan yang diduga mengandung
cemaran biologis atau kimia. Penyakit akibat keracunan makanan turut meingkatkan angka
morbiditas dan mortalitas seluruh dunia. Peningkatan insiden keracunan makanan di seluruh
dunia terus dilaporkan dan sering dihubungkan dengan kontaminasi makanan yang menimbulkan
kekhawatiran masyarakat global. Di Papua keracunan makanan terjadi sebesar 108 kasus (pusat
data da informasi obat dan makanan 2019). Salah satu kasusnya adalah yang terjadi di Timika
Papua. Kepolisian Resor Mimika, Papua, merincikan total korban dugaan keracunan usai
menyantap makanan di acara ulang tahun, pada Sabtu (27/2/2021) sebanyak 51 orang.
Tujuan : Pengertian, faktor risiko, pencegahan dan penanganan keracunan makanan.
Kesimpulan : Keracunan makanan merupakan sejenis gastroenteritis yang disebabkan oleh
makanan yang telah dicemari racun, biasanya bakteria. Jikamakanan telah dicemari bakteria,
bakteria akan menghasilkan racun yang dikenali sebagai toksin.

Kata kunci : Keracunan makanan, Pencegahan, Timika


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keracunan menjadi fenomena yang menyebar dan berbahaya di dunia (Alnasser et
al, 2020). Keracunan makanan adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala dan
tanda keracunan yang disebabkan oleh mengkonsumsi makanan yang diduga
mengandung cemaran biologis atau kimia (Permenkes RI No. 2 Tahun 2013). Penyakit
akibat keracunan makanan turut meingkatkan angka morbiditas dan mortalitas seluruh
dunia. Peningkatan insiden keracunan makanan di seluruh dunia terus dilaporkan dan
sering dihubungkan dengan kontaminasi makanan yang menimbulkan kekhawatiran
masyarakat global.
Secara global, WHO memperkirakan terdapat 31 agen berbahaya (terasuk virus,
bakteri, parasit, toksin dan kimia) penyebab 600 juta kesakitan dan 420.000 kematian.
Agen penyebab diare seperti norovirus, Salmonela enterica, Campylobacter dan E.Coli.
sedangkan penyebab kematian utama keracunan adalah Salmonela thypi, Taenia solium,
virus Hepatitis A dan aflotoxin (WHO, 2015). Beberapa penyebab keracunan makanan
menurut Mustika (2019) antara lain karena virus, bakteri, jamur, parasit, ikan, tanaman,
bahan kimia. Bahan kimia yang dimakasud adalah bahan kimia yang dicampurkan
dengan makanan, seperti MSG, zat pemanis buatan, pengawet makanan dan zat pewarna
makanan.
Peristiwa keracunan makanan cukup sering terjadi di beberapa wilayah Indonesia
dengan angka kejadian yang cukup tinggi. Badan POM Indonesia pada tahun 2017
mencatat jumlah orang yang terpapar keracunan makanan adalah sebanyak 5293 orang.
Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan yang dilaporkan pada tahun 2017
adalah 2041 orang sakit, 3 orang meninggal dunia dengan Attack Rate (AR) sebesar
38,56 % dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0.15%. KLB keracunan makanan masih
banyak terjadi di Pulau Jawa, 5 provinsi dengan KLB keracunan pangan tertinggi tahun
2017 adalah Jawa Barat sejulah 25 kejadian, Jawa Tengah 17 kejadian, Jawa Timur 14
kejadian, Bali 13 kejadian dan NTB 12 kejadian.
Di Papua keracunan makanan terjadi sebesar 108 kasus (pusat data da informasi
obat dan makanan 2019). Salah satu kasusnya adalah yang terjadi di Timika Papua.
Kepolisian Resor Mimika, Papua, merincikan total korban dugaan keracunan usai
menyantap makanan di acara ulang tahun, pada Sabtu (27/2/2021) sebanyak 51 orang.
Acara ulang tahun berlangsung disalah satu rumah warga di Jalan Rambutan, SP 2,
Distrik Mimika Baru, Kota Timika, dengan dihadiri sekitar 50 undangan.  Kepolisian
mendapat laporan dari warga adanya keracunan massal sekitar Korban pertama dialami
oleh anak pemilik acara, sehingga kepolisian belum melakukan pemanggilan kepada
pemilik acara karena fokus pada penyelamatan untuk kemanusiaan bagi seluruh korban.
Kapolres Mimika AKBP I Gusti Gde Era Adhinata mengatakan, pascalaporan tersebut,
personel kepolisian kemudian mendatangi rumah warga yang mengalami gejala pusing,
mual dan muntah-muntah usai menghadiri acara tersebut disekitar Jalan Rambutan.
Mereka kemudian dibawa ke RSMM Charitas untuk mendapat perawatan medis.  
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keracunan makanan ?
2. Apa faktor risiko keracunan makanan ?
3. Bagaimana pencegahan keracunan makanan ?
4. Bagaimana penanganan keracunan makanan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keracunan makanan.
2. Untuk mengetahui faktor risiko keracunan makanan.
3. Untuk mengetahui pencegahan keracunan makanan.
4. Untuk mengetahui penanganan keracunan makanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Keracunan Makanan


Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah menyantap makanan
yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan
makanan dan bakteri (Arisman, 2009). Junaidi (2011) menyatakan keadaan darurat yang
diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan ke dalam tubuh melalui mulut yang
mengakibatkan bahaya bagi tubuh disebut sebagai keracunan makanan. Perez dan Luke’s
(2014) menyatakan keracunan makanan adalah keracunan yang terjadi akibat menelan
makanan atau air yang mengandung bakteri, parasit, virus, jamur atau yang telah
terkontaminasi racun.

B. Faktor Risiko Keracunan Makanan


Faktor risiko biasanya bergantung pada organisme apa yang mengkontaminasi
makanan, jumlah yang dimakan, umur dan status kesehatan saat ini. Ada beberapa
kelompok yang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadi keracunan makanan, yaitu:
 Orang Tua
Pertambahan usia dapat membuat sistem imun mengalami penurunan
fungsi. Itulah sebabnya lansia memiliki respon imunitas yang lebih rendah
terhadap makanan yang terkontaminasi sehingga lebih mudah untuk
mengalami keracunan makanan.
 Wanita Hamil
Perubahan metabolisme selama hamil akan meningkatkan risiko
terhadap keracunan makanan. Reaksi tubuh terhadap organisme kontaminan
juga dapat lebih parah dari biasanya.
 Bayi dan Anak-Anak
Pada masa anak anak, sistem imun belum sepenuhnya berkembang
layaknya orang dewasa, sehingga respons terhadap pajanan organisme
kontaminan dalam makanan juga semakin rendah.
 Penyakit Kronis
Memiliki penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit liver dapat
menurunkan respons kekebalan tubuh terhadap paparan organisme
kontaminan. Demikian juga orang dengan kondisi khusus seperti mereka
yang sedang menjalani kemoterapi.

C. Pencegahan Keracunan Makanan


Kontaminasi makanan dapat terjadi di segala titik pembuatan makanan, mulai dari
proses pengambilan bahan baku, pemasakan, hingga pengedaran makanan. Kontaminasi
ini terjadi di segala tempat, mulai dari kantin, katering, hingga di rumah
sendiri. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menghindari keracunan makanan, yaitu:
 Menjaga Kebersihan
Menjaga kebersihan bisa dilakukan dengan cara mencuci tangan,
membersihkan alat memasak dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
Ini dilakukan untuk menghindari dari bakteri kontaminan makanan.
 Memasak pada Suhu yang Tepat
Hampir sebagian besar organisme kontaminan dapat mati pada
pemanasan dengan suhu yang tepat. Sebagai contoh, memasak daging merah
minimal pada suhu 71 derajat Celcius dan daging unggas pada suhu diatas 74
derajat Celcius untuk dapat mematikan bakteri.
 Menyimpan Bahan Makanan dengan Tepat
Proses penyimpanan makanan membantu meminimalisir risiko
keracunan makanan. Sebab, beberapa bakteri dapat berkembang biak
meskipun pada suhu lemari pendingin. Jadi, dibutuhkan suhu yang lebih
rendah untuk menghentikan aktivitas bakteri.
Penyimpanan bahan makanan yang disesuaikan letaknya juga menurunkan
risiko kontaminasi silang, contoh, buah dan sayur pada box buah, daging,
makanan siap saji, dan ikan pada freezer.
 Membuang Makanan yang Tak Layak Konsumsi
Perubahan warna, bau dan bentuk merupakan salah satu tanda bahwa
bahan makanan sudah tidak layak digunakan. Jika terdapat salah satu bahan
yang diragukan kualitasnya, penting untuk lebih baik membuang makanan
tersebut daripada menggunakannya.

D. Penanganan Keracunan Makanan


Untuk mengatasi keracunan makanan, ada beberapa langkah penanganan awal yang
dapat Anda lakukan, yaitu:
1. Cukupi kebutuhan cairan tubuh
Diare dan muntah akibat keracunan makanan dapat membuat tubuh
kehilangan banyak cairan. Anda perlu mengembalikan cairan yang hilang
ini dengan memperbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi.
Selain minum air putih, Anda juga bisa mengonsumsi minuman
elektrolit dan makanan berkuah atau sup untuk mengembalikan cairan dan
elektrolit tubuh. Minumlah secara perlahan dan sedikit demi sedikit, tetapi
sering agar tidak mual.
2. Konsumsi makanan yang tepat
Saat gejala baru muncul, Anda disarankan untuk tidak mengonsumsi
makanan apa pun terlebih dahulu selama beberapa jam.
Setelah merasa lebih nyaman, cobalah konsumsi makanan yang
mudah dicerna, yaitu makanan rendah lemak, rendah serat, dan tanpa
banyak tambahan bumbu. Beberapa contoh makanan ini adalah bubur,
kentang, pisang, dan madu.
3. Konsumsi air jahe
Untuk meredakan mual dan rasa tidak nyaman di perut, cobalah
minum air jahe. Minuman jahe dikenal memiliki efek menenangkan bagi
saluran cerna. Selain jahe, keracunan makanan juga bisa ditangani dengan
mengonsumsi asupan yang mengandung probiotik, seperti yoghurt, yang
dapat menyehatkan kembali saluran cerna. Meski begitu, yoghurt lebih baik
dikonsumsi saat kondisi tubuh sudah mulai pulih.
4. Penuhi waktu istirahat
Saat mengalami keracunan makanan, perbanyaklah istirahat agar daya
tahan tubuh dapat bekerja optimal untuk melawan kuman penyebab
keracunan. Selain itu, gejala keracunan makanan juga dapat membuat tubuh
terasa lemas. Oleh karena itu, Anda perlu istirahat yang cukup untuk
mengembalikan energi.

E. Konsep Kejadian Keracunan

Makanan
Terkontaminasi

Pengolahan Makanan
Keracunan makanan
Yang Tidak Benar

Mengonsumsi Buah Dan


Sayuran Yang Kotor
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keracunan makanan merupakan sejenis gastroenteritis yang disebabkanoleh
makanan yang telah dicemari racun, biasanya bakteria. Jikamakanan telah dicemari
bakteria, bakteria akan menghasilkan racun yang dikenali sebagai toksin. Toksin
memberi kesan langsung pada lapikanusus dan menyebabkan peradangan. Maka dari itu,
kita harus melakukanpecegahan agar tidak mengalami keracunan seperti melakukan
pemilihanbahan makanan, menyimpan makanan ditempat yang steril, danmemperhatikan
secara detail pengolahan bahan makanan.

B. Saran
Kita harus lebih memperhatikan kebersihan sekitar,baik suhu ruangan danalat bahan
yang digunakan, agar bakteri yang ada tidak masuk danmecemari makanan. Jika
mengalami gejala keracunan sebaiknyamelakukan pemeriksaan fisik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pom.go.id/new/admin/dat/20200817/
Laporan_Tahunan_2019_Pusat_Data_dan_Informasi_Obat_dan_Makanan.pdf

https://regional.kompas.com/read/2021/02/28/102948678/korban-dugaan-keracunan-makanan-di-
papua-jadi-51-orang-5-masih-dirawat-di?page=all

https://www.alodokter.com/ini-cara-mengatasi-keracunan-makanan-yang-tepat

https://www.halodoc.com/kesehatan/keracunan-makanan

https://repository.stikeselisabethmedan.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/ELISHA-BONIE-ELLENNA-
012016003.pdf

https://regional.kompas.com/read/2021/02/28/102948678/korban-dugaan-keracunan-makanan-di-
papua-jadi-51-orang-5-masih-dirawat-di?page=all

Anda mungkin juga menyukai