Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
CIMAHI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah keracunan makanan adalah
dengan menggunakan standar higienis yang ketat. Secara estetika, makanan yang
baik adalah makanan yang jika disiapkan harus dalam kondisi higienis. Tujuan
higienitas makanan adalah untuk mencegah makanan terkontaminasi mikroba
penyebab keracunan makanan dan mencegah perbanyakan mikroba penyebab
keracunan pada makanan.
I.2 Tujuan
KAJIAN PUSTAKA
Berikut adalah beberapa zat yang terkandung dalam makanan kaleng (Kompas,
2014).
1. Botulinum
2. Nitrat
Zat ini biasa digunakan untuk mempertahankan warna dan aroma pada daging,
ikan, berserta produk olahannya. Penelitian Harvard pada tahun 2010
membuktikan 1,8 ounce asupan daging olahan per hari dapat meningkatkan risiko
serangan jantung hingga 42 persen dan penyakit diabetes tipe 2 hingga 19 persen.
Pada riset ini menggunakan hewan, peneliti membuktikan nitrat mengakibatkan
pengerasan pembuluh darah dan menurunkan toleransi pada gula. Menurut
American Cancer Society, nitrat juga diketahui sebagai penyebab kanker pada
hewan. Meski begitu, dampak buruk belum diketahui pasti apakah juga terjadi
pada manusia.
3. Merkuri
Ketakutan pada merkuri menyebabkan banyak orang menolak konsumsi ikan laut.
Padahal dengan kandungan asam lemak omega 3, hidangan ikan tidak layak
dilewatkan.
Pemerintah Amerika bahkan mengeluarkan peringatan pada kelompok berisiko,
misalnya wanita hamil, menyusui, dan anak, untuk menghindari beberapa jenis
ikan dengan kadar merkuri tinggi.
4. Bisphenol A (BPA)
BPA ditemukan dalam makanan kaleng dan berwadah plastik. Biasanya orang
terkespos BPA melalui pola makan. BPA bisa bercampur pada makanan dan
minuman, saat wadah tersebut dipanaskan.
5. Arsenik
Di Amerika, arsenik ditemukan secara alami dalam air tanah. Ketika arsenik
anorganik dalam jumlah cukup besar masuk ke dalam air atau tanah pertanian,
maka air yang diminum dan tanaman yang dihasilkan berbahaya bila dikonsumsi.
Menurut juru bicara American Academy of Nutrition and Dietetics, Heather
Mangieri, arsenik dalam air sejauh ini belum menimbulkan masalah. Biasanya
arsenik juga terbawa pada makanan atau minuman dan apabila dikonsumsi dalam
jumlah yang banyak dan waktu lama ia dapat menyebabkan kanker
6. Pewarna buatan
Riset yang dipublikasikan The Lancet pada November 2007 menemukan adanya
“efek yang merugikan” pada anak usia 3, 8, dan 9 tahun dari minuman serta
makanan yang menggunakan pewarna buatan. Riset yang dilakukan peneliti asal
Southampton University ini menemukan, kecanduan pewarna buatan
meningkatkan hiperaktivitas pada anak. Sebuah meta-analysis yang
diterbitkan American Academy of Child and Adolescent Psychology pada Januari
2012 juga menemukan adanya hubungan, antara pewarna buatan dengan
ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Riset tersebut memperkirakan 8
persen anak dengan ADHD memiliki gejala yang berhubungan dengan pewarna
makanan.
7. Pemanis buatan
Sama seperti pewarna buatan, pemanis buatan ini mengandung aneka bahan
berbahaya seperti aspartame, sucralose, saccharin, dan acesulfame potassium yang
bisa mempengaruhi kesehatan.
8. BHA
Pada banyak kasus keracunan seringkali adanya hambatan pada jalan nafas
yang dapat menyebabkan kematian, ini merupakan hal yang wajib dan salah
satu cara menolong orang keracunan yaitu dengan memastikan jalan nafas
tetap terbuka dan bersihkan/ keluarkan / bebaskan jalan nafas nya jika
memang ada hambatan.
Syok terjadi karena depresi dan berkurangnya curah jantung dan terkadang
berhentinya denyut jantung
Kejang ini merupakan pertanda terhadap adanya respon dari SSP atau medula
spinalis atau hubungan saraf-saraf otot. Selain itu beberapa gejala
keracunan yang lain adalah Retensio urin, Diare, Mual-muntah dan adanya
kerusakan ginjal dan hati yang dibuktikan dengan tes laboratorium.
II.4 Penatalaksanaan
Untuk mengeluarkan toksin yang tidak diserap dilakukan (Terapi Sehat, 2009) :
Bahaya terbesar dari botulisme ini adalah masalah pernafasan. Tanda-tanda vital
(tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu) harus diukur secara rutin.
Jika gangguan pernafasan mulai terjadi, penderita dibawa ke ruang intensif dan
dapat digunakan alat bantu pernafasan. Perawatan intensif telah mengurangi
angka kematian karena botulisme, dari 90% pada awal tahun 1900 sekarang
menjadi 10%. Mungkin pemberian makanan harus dilakukan melalui infus.
II.5 Pencegahan
Menurut Terapi Sehat tahun 2009, Spora sangat tahan terhadap pemanasan dan
dapat tetap hidup selama beberapa jam pada proses perebusan. Tetapi toksinnya
dapat hancur dengan pemanasan, Karena itu memasak makanan pada suhu 80°
Celsius selama 30 menit, bisa mencegah foodborne botulism. Memasak makanan
sebelum memakannya, hampir selalu dapat mencegah terjadinya foodborne
botulism. Tetapi makanan yang tidak dimasak dengan sempurna, bisa
menyebabkan botulisme jika disimpan setelah dimasak, karena bakteri dapat
menghasilkan toksin pada suhu di bawah 3° Celsius (suhu lemari pendingin).
PEMBAHASAN
Satu keluarga terdiri ibu dan tiga anak serta seorang keponakannya di Desa
Cipambuan Kecamatan Babakan Madang keracunan usai menyantap makanan
ikan dalam kemasan kaleng, Kamis (23/8). Ibu dan anak ini lalu dilarikan ke RS
PMI Bogor.
Mereka itu: Maryam, 40, bersama tiga anaknya, Cinta,10, Ratna,8, Saniya, dan
Rifal,2, sedangkan keponakannya Ratna,8. “Kini kondisi kelimanya berangsur-
angsur membaik. Mereka menyantap makanan ikan kaleng yang sudah
kadaluarsa,” ujar seorang staf medis RS PMI Bogor.
Sekitar pk.06:00, Maryam memasak sarden buat sarapan anak dan keponakanya.
Sebelumn ikan dalam kemasana itu dia beli di warung sekitar rumahnya. Tanpa
membaca batas waktu yang boleh dimakan, ibu tiga anak ini tetap memasaknya.
Kejadian serupa dialami ketiga kakaknya dan sepupunya kemudian Ny. Maryam,
ibunya. Beruntung saat itu sang suami Suwardi yang sebelumnya dinas malam
sudah pulang. Melihat kondisi istri, anak dan keponakannya mual-mual dan
muntah, membuat Suwardi bergegas melarikannya ke klinik terdekat.
Gejalanya terjadi tiba-tiba, biasanya 18-36 jam setelah toksin masuk, tapi dapat
terjadi 4 jam atau paling lambat 8 hari setelah toksin masuk. Makin banyak toksin
yang masuk, makin cepat seseorang akan sakit. Pada umumnya, seseorang yang
menjadi sakit dalam 24 jam setelah makan makanan yang tercemar, akan
mengalami penyakit yang sangat parah.
Botulisme adalah suatu keadaan yang jarang terjadi dan bisa berakibat fatal, yang
disebabkan oleh keracunan toksin (racun) yang diproduksi oleh Clostridium
botulinum. Toksin ini adalah racun yang sangat kuat dan dapat menyebabkan
kerusakan saraf dan otot yang berat. Karena menyebabkan kerusakan berat pada
saraf, maka racun ini disebut neurotoksin.
Terdapat 3 jenis botulisme, yaitu :
Ganglionic synapses
Post-ganglionic parasympathetic synapses
Myoneural junction, akhir syaraf dimana syaraf bergabung dengan otot
dan dimana racun memblok syaraf terminal gerak (motor nerve terminals)
Dengan terblokadenya syaraf terminal oleh racun, syaraf tidak dapat mengirim
sinyal kepada otot untuk berkontraksi. Pasien mengalami kelemahan atau
kelumpuhan, biasanya dimulai dengan muka/wajah, kemudian tenggorokan, dada
dan lengan. Ketika diaphragma dan otot dada terkena pengaruhnya, bernafas
menjadi sulit, terhambat atau sepenuhnya lumpuh. Di beberapa kasus, pasien mati
akibat asphyxia /sesak dada. Racun botulinum beraksi dengan mengikat
presynaptically kepada lokasi yang dikenal memiliki afinitas tinggi didalam
terminal syaraf cholinergic dan menurunkan pelepasan acetylcholine,
menyebabkan efek blokade syaraf otot. Mekanisme ini digunakan sebagai dasar
untuk pengembangan racun ini sebagai alat terapi.
Recovery terjadi ketika proximal axonal bertunas dan terjadi reinnervation otot
dengan pembentukan pertemuan syaraf – otot (neuromuscular junction) yang
baru. Tipe racun botulinum dan lokasi target
BTX-A dan BTX-E memecah synaptosome-associated protein (SNAP 25),
sebuah protein membran presynaptic dibutuhkan untuk penggabungan dari
neurotranmitter yang mengandung vesikel.
i) Pengobatan
ii) Pencegahan
Spora sangat tahan terhadap pemanasan dan dapat tetap hidup selama
beberapa jam pada proses perebusan. Tetapi toksinnya dapat hancur dengan
pemanasan, Karena itu memasak makanan pada suhu 80° Celsius selama 30
menit, bisa mencegah foodborne botulism.
Memasak makanan sebelulm memakannya, hampir selalu dapat mencegah
terjadinya foodborne botulism. Tetapi makanan yang tidak dimasak dengan
sempurna, bisa menyebabkan botulisme jika disimpan setelah dimasak, karena
bakteri dapat menghasilkan toksin pada suhu di bawah 3° Celsius (suhu
lemari pendingin).
Penting untuk memanaskan makanan kaleng sebelum disajikan. Makanan
kaleng yang sudah rusak bisa mematikan dan harus dibuang. Bila kalengnya
penyok atau bocor, harus segera dibuang.
Anak-anak dibawah 1 tahun sebaiknya jangan diberi madu karena mungkin
ada spora di dalamnya.
Toksin yang masuk ke dalam tubuh manusia, baik melalui saluran
pencernaan, udara maupun penyerapan melalui mata atau luka di kulit, bisa
menyebabkan penyakit yang serius. Karena itu, makanan yang mungkin sudah
tercemar, sebaiknya segera dibuang.
Hindari kontak kulit dengan penderita dan selalu mencuci tangan segera
setelah mengolah makanan (medicastore)
BAB IV
KESIMPULAN
http://poskotanews.com/2012/08/23/ibu-tiga-anak-dan-keponakan-keracunan-
ikan-kaleng/