FARMASI
Tim Pengajar
S1 Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan kendal
THE PHARMACEUTICAL MANAGEMENT:
a) Selection
b) Procurement
c) Distribution
d) Use
Selection
Management Support
Organization
Use Financing Procurement
Information Management
Human Resources
Distribution
Policy and Legal Framework
1) Dipilih obat yang secara ilmiah menunjukkan efek terapetik lebih besar dibanding
resiko resiko ESO
2) Jangan terlalu banyak jenis obat yang diseleksi, hindari duplikasi.
3) Untuk obat baru, harus berdasarkan bukti ilmiah bahwa lebih baik dibanding obat
pendahulu
4) Sediaan kombinasi hanya dipilih jika potensinya lebih baik dari sediaan tunggal
5) Jika alternatif pilihan obat banyak, dipilih DOC dari penyakitnya
6) Pertimbangan administrasi dan biaya yang dibutuhkan
7) Kontraindikasi, peringatan, ESO harus dipertimbangkan
8) Dipilih obat yang standar mutunya tinggi
TUJUAN SELEKSI OBAT
POLA PENYAKIT
BUDAYA MASYARAKAT
TUJUAN PERENCANAAN PENGADAAN
OBAT ADALAH UNTUK MENDAPATKAN:
Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan.
Menghindari terjadinya kekosongan obat.
Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
METODE PERENCANAAN
1) Metode Epidemiologi
berdasarkan penyebaran penyakit
2) Metode Konsumsi
berdasarkan penggunaan obat periode lalu
perhitungan: CT = (C x T) + SS – Sisa Stock
CT = Kebutuhan per periode waktu
CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)
T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)
SS = Safety Stock
3) Metode Kombinasi
gabungan epidemiologi dan konsumsi
4) Metode just in time
dibeli saat pasien butuh
CONTOH 1 PERHITUNGAN METODE
KONSUMSI
Salah satu RS di Kalimantan tengah yang berada di sampit (RS. Murjani)
membeli RL (infus Ringer Laktat) sebanyak 2000 infus dengan pembelian
setiap 2 bulan sekali. Karena pabrik obat tidak ada di Pulau Kalimantan,
sehingga infus dibeli dari Surabaya dengan lead time (waktu tunggu) sekitar
3 minggu (21 hari), sedangkan sisa stock di RS. Murjani hanya ada 1000 infus.
Harga infus adalah Rp. 12.000/satuan, maka hitunglah berapa infus RL yang
harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli sediaan
infus tersebut ?
Jawab :
Sebelum memasukkan data ke dalam rumus metode konsumsi, terlebih dahulu di
hitung SS (safety stock) nya dengan :
Infus yang harus dibeli adalah :
CT = (CA x T) + SS – Sisa Stock
= (2000 botol x 2 bulan) + 1400 – 1000
= 4400 botol
Anggaran yang harus dikeluarkan = 4400 x Rp. 12.000 = Rp. 52.800.000
SOAL 1
Jenis Pengadaan:
1. Pembelian
2. konsinyasi
Tujuan pengadaan adalah
memperoleh obat yang dibutuhkan dengan harga layak,
mutu baik,
pengiriman obat terjamin tepat waktu,
proses berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga yang
berlebihan.
Prinsip pengadaan barang yaitu efisien, efektif, terbuka dan bersaing,
transparan, adil, akuntabel.
METODE PENGADAAN
Tender terbuka (open tender), yaitu pembelian dengan
nilai lebih dari 100 juta, dilakukan dengan pengumuman.
Keuntungan:
stabilitas harga terjamin dan harga lebih murah
persediaan/stock barang untuk jangka waktu tertentu terjaga (aman)
Kerugian:
proses lama (problem kekosongan obat)
membutuhkan tempat penyimpanan yang luas
resiko obat macet
Tender tertutup (restricted tender), yaitu pembelian yang dilakukan
melalui relasi saja.
rekanan tertentu yg punya riwayat baik, harga dpt dikendalikan, tenaga
dan beban lebih hemat.
Kontrak (competitive negotiation), yaitu pembelian yang
dilakukan dengan cara pendekatan langsung dengan
rekanan untuk tawar-menawar demi mencapai
persyaratan spesifik.
Keuntungan:
bisa negosiasi harga
service delivery ditetapkan
Kerugian:
prosesnya lama dalam negosiasi
Langsung (direct procurement), yaitu pembelian
langsung ke PBF senilai kurang dari 50 juta.
Keuntungan:
harga tidak selalu murah
prosesnya lebih cepat
Kerugian:
stabilitas harga tidak terjamin
administrasi banyak dan boros
PEMESANAN
Dengan SP Di PBF Resmi
SP Narkotika Pemilihan PBF:
SP Psikotropika Legalitas PBF
SP Prekusor Pelayanan
SP untuk obat lain Diskon
Bonus
Jangka waktu pembayaran
Kelengkapan dan kualitas barang
Penukaran barang rusak dan ED
1.sp narkotika (BERDASARKAN PMKRI NO 3 TH 2015)
terdiri 4 rangkap
satu sp hanya untuk 1 item obat
form sp langsung dari KF
1. SP Psikotropika Terdiri 2 atau 3
rangkap
2. Satu SP bisa lebih dari 1 item
obat
SP Non Narkotika-Psikotropika
Terdiri dari 2 rangkap
Untuk order OB, OBT, Alkes, obat keras non
narkotika-psikotrpika, Kosmetika, dll
CARA PEMBAYARAN
COD (cash on Delivery)
Kredit
konsinyasi
PENERIMAAN BARANG
Hal-hal yang perlu dicek saat penerimaan barang:
1. Kesesuaian jenis dan jumlah antara barang dan SP
2. Keadaan fisik barang
3. Catat No.batch dan ED-nya
DISTRIBUSI
TUJUAN DISTRIBUSI:
Menjamin ketersediaan obat
Memelihara mutu obat
Menghindari pengunaan yang tidak bertangung jawab
Menjaga kelangsungan persediaan
Memperpendek waktu tunggu
Pengendaliaan persediaan
Mempermudah pencarian dan pengawasan waktu tunggu
PENYIMPANAN
Tujuan:
Aman
Tidak mudah rusak
Diawasi
ADMINISTRASI
PENGELOLAAN SDM
Apotek harus dikelola oleh Apoteker yang Profesional
8 star
pharmacist
SDM di apotek
- Tenaga kesehatan
- APA (Apoteker Penanggung jawab)
- Aping
- Tenaga Teknis kefarmasian
- Tenaga teknis non kesehatan
- Tenaga Administrasi
- Kasir/Keuangan
- Reseptir
- Pembantu Umum
Pengelolaan SDM
Pahami susunan organisasi di Apotek kita
Job description harus jelas
Penempatan the right man on the right place
Human relation komunikasi 2 arah
Pembinaan
Kesejahteraan reward and punishment
Hal yang perlu diperhatikan dalam mencari
karyawan
Intelligence
Achievement
Attitude
Interest
Personality
SARANA DAN PRASARANA
Sarana tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian
Prasarana perlengkapan, peralatan, fasilitas
apotek yang mendukung pelayanan kefarmasian
yang berkualitas
Sarana dan prasarana disesuaikan kebutuhan
masing-masing apotek dengan memperhatikan
luas bangunan, optimasi penggunaan ruangan,
efisiensi kerja, jumlah karyawan, pelayanan yang
dilakukan, kepuasan pasien
Sarana&prasarana:
Papan nama apotek
Ruang tunggu
Tersedia tempat display obat
Ruang konseling + literatur yang mendukung
Ruang peracikan + alat racikan
Ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya
Tempat penyerahan obat
Tempat pencucian alat
Peralatan penunjang kebersihan apotek
APAR
Contoh papan praktek apoteker
ADMINISTRASI
Rangkaian aktivitas pencatatan dan peraesipan, penyiapan laporan
dan penggunaan laporan untuk mengelola sediaan farmasi.
1. Kesekretariatan
Surat menyurat
buku agenda → mencatat keluar masuknya surat
buku ekspedisi → mencatat pengiriman surat dan obat
blanko surat (SP/surat pesanan)
barang cetakan → kuitansi, nota, kopi resep, dll
Pembuatan/pengiriman laporan
Laporan penjualan harian (laporan ke dalam) → penjualan
OWA,OTC, resep
Laporan narkotika, psikotropka,statistika resep (laporan keluar)
Laporan tenaga kesehatan
2. Kepegawaian
Mencatat:
biodata pegawai → nama, tempat tinggal dan tanggal
lahir, alamat, pendidikan, tahun lulus, besarnya gaji
absensi pegawai → mencatat cuti yang telah diambil
3. Keuangan
Buku kas
uang masuk → penjualan tunai, kredit
uang keluar → pembelian harian tunai, kredit (administrasi
pembelian.
Pembelian kredit biasanya dilakukan dengan PBF dengan
perjanjian tertentu. Tapi untuk apotek yang baru berdiri, 3
bulan pertama pembelian dengan PBF harus tunai.
Buku pembelian/buku hutang
Biaya operasional
biaya operasional harian → fotokopi, pembelian bahan bakar,
dll
pengeluaran bulanan → rekening listrik, air, telefon, gaji
pegawai,dll
pengeluaran tahunan → sewa bangunan, pajak,dll
4. Penyimpanan/pergudangan
Kartu stock : kartu yang mencatat stock obat atau bahan obat
Sebaiknya warna berbeda-beda untuk berbagai jenis obat (missal: merah
untuk narkotik, kuning untuk psikotropika, hijau untuk obat bebas)
Kartu stelling: kartu yang berfungsi untuk melacak berkurang atau
bertambahnya barang.
Diletakkan di dekat bahan masing-masing, didalamnya memuat tanggal,
nomor resep, sisa obat, dan paraf.
Buku bon →ambil barang di gudang
Buku ED → mencatat tanggal ED setiap obat→mencatat tanggal ED setiap
obat, obat yang rusak
Buku defecta → untuk mencatat berang/persediaan obat yang sudah menipis
Faktur → sebaiknya tiap PBF, mapnya tersendiri
Berita acara pemusnahan→misalnya pemusnahan resep, obat yang sudah
rusak/ED
Pelaporan
Laporan penggunaan Psikotropika
Laporan penggunaan Narkotika
Laporan statistika resep dan pelayanan obat
generik berlogo
Laporan tenaga kesehatan
• Beberapa pencatatan yang dilakukan di apotek seperti di
bawah ini:
Tgl No PBF No. No. Nama Jml Harga Disc Total Jumlah
faktur Bacth Obat satuan % total
Reading &
Rechecking checking the
prescription
Numbering,
Labeling dating, &
pricing
Preparing
the
prescription
Kepmenkes No.1027/2004
Skrinning Resep meliputi :
1. Skrinning Administrasi
a. Nama, SIP dan alamat dokter
b. Tanggal penulisan resep
c. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep
d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan
pasien
e. Nama obat, potensi, dosis, jumlah obat yang diminta
f. Cara pemakaian yang jelas
g. Informasi yang lainnya
2. Skrinning Farmasetik
bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
3.Skrinning Klinis
adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain)
Penyiapan
1) Peracikan
resep
kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas, dan memberikan etiket pada wadah
2) Etiket
a) Warna etiket
b) Pada etiket, harus mencantumkan:
Nama dan alamat apotek
Nama dan nomer SIA
Nomer dan tanggal pembuatan
Nama pasien
Aturan pemakaian
Tanda lain yang diperlukan
lanjutan
3) Kemasan obat yang diberikan
4) Penyerahan Obat
pemeriksaan akhir sebelum diserahkan
5) Informasi Obat
cara pemakaian obat, cara penyimpanan, jangka waktu
pengobatan, aktivitas dan makanan serta minuman
yang harus dihindari
6) Konseling
7) Monitoring penggunaan obat
PROSEDUR TETAP
PELAYANAN RESEP
A. Skrining Resep
1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
resep yaitu nama dokter, nomor ijin praktek, alamat,
tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf
dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan
berat badan pasien.
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu:
bentuk sediaan, dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat.
3. Mengkaji aspek klinis yaitu : adanya alergi, efek
samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah
obat dan kondisi khusus lainnya). Membuatkan kartu
pengobatan pasien (medication record).
4. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep
apabila diperlukan
B. Penyiapan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
1. Menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
dengan permintaan pada resep
2. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis
maksimum.
3. Mengambil obat dengan menggunakan sarung tangan / alat /
spatula / sendok
4. Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan
mengembalikan ke tempat semula.
5. Meracik obat (timbang, campur, kemas)
6. Mengencerkan sirup kering sesuai takaran dengan air yang layak
minum
7. Menyiapkan etiket (warna putih untuk obat dalam, warna biru
untuk obat luar, dan etiket lainnya seperti label kocok dahulu
untuk sediaan cair)
8. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan
permintaan dalam resep.
C. Penyerahan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
1. Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan
penyerahan (kesesuaian antara penulisan etiket dengan
resep)
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan
diparaf oleh apoteker
6. Menyimpan resep pada tempatnya dan
mendokumentasikan
PROSEDUR TETAP PELAYANAN
RESEP NARKOTIK
A. Skrining resep
1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmaseutik yaitu : bentuk
sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian
3. Mengkaji pertimbangan klinis yaitu : adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).
4. Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit,
puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan
resep narkotika dalam tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama
sekali
5. Salinan resep narkotik yang baru dilayani sebagian atau yang
belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang
menyimpan resep asli.
6. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila
diperlukan.
B. Penyiapan Resep
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
2. Untuk obat racikan apoteker menyiapkan obat jadi yang
mengandung narkotika atau menimbang bahan baku
narkotika
3. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya
4. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai
dengan permintaan dalam resep
5. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis
dan jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.
C. Penyerahan Obat
1. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan
etiket dengan resep sebelum dilakukan penyerahan
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak
menerima
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5. Menanyakan dan menuliskan alamat / nomor telepon
pasien dibalik resep
6. Menyimpan resep pada tempatnya dan
mendokumentasikannya.
KONSELING, PROMOSI, EDUKASI
Konseling proses komunikasi 2 arah yg sistematik
antara pasien dan apoteker untuk mengidentifikasi
dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan
obat dan pengobatan.
Tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
Komunikasi rangkaian proses penyampaian
informasi/pesan dari pengirim/pemberi informasi
kepada penerima dengan menggunakan media
komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan
baik oleh penerima.
Pesan dikirim dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh pasien
Pemberian pesan yang baik:
Sincerely
Simple
Short
Specific
Summarize
Berikan empati, dukungan, membesarkan hati,
arahan, serta saran kepada Px.
Informasi obat sekurang-kurangnya:
Cara pemakaian obat
Jangka waktu pengobatan
Cara penyimpanan obat
Aktivitas serta makanan/minuman yang harus dihindari
selama terapi
Dalam memberi informasi kepada pasien, apoteker
harus:
Memberi informasi secara objektif, netral, dan
akurat mengenai obat
Menelaah secara kritis berbagai informasi mengenai
obat
Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Mengenal penyakit dan pengobatannya
Apoteker berpartisipasi aktif dalam promosi dan
edukasi.
Apoteker turut membantu diseminasi informasi
(penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan,
dll)
RESIDENSIAL
Home care adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang
diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat
dari penyakit ( Depkes, 2002 ).
RESIDENSIAL
Apoteker ‘care giver’
Kunjungan ke rumah
Lansia
Px dengan penyakit kronis
Membuat catatan medik
SELF MEDICATION
Tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa
resep yang dilakukan secara tepat guna dan
bertanggung jawab.
Walaupun untuk sendiri tetepi harus rasional
Pengguna memilih produk obat yang sesuai dengan
kondisinya.
Definisi swamedikasi atau pengobatan sendiri
berdasar permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993
adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala
penyakit tanpa konsultasi dengan dokter terlebih
dahulu. Lebih dari 60% dari masyarakat
melakukan swamedikasi dan 80% di antaranya
mengandalkan obat modern.
Ketrampilan utama untuk menanggapi gejala
penyakit yang disampaikan oleh pasien adalah:
1. Kemampuan untuk membedakan antara gejala
penyakit ringan dan serius
2. Keterampilan mendengarkan secara aktif
3. Kemampuan untuk bertanya
4. Kemampuan pemilihan terapi berdasarkan
efektivitasnya
5. Kemampuan bekerjasama dengan pasien
Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah metode WWHAM yaitu:
W – who is it for ? (Siapa yang sakit)
siapa yang sakit, usia berapa, apakah dalam keadaan hamil/menyusui. Bila yang
datang adalah pasien sendiri, bisa dilihat penampilan fisiknya untuk membantu
penilaian kondisi pasien (ruam kulit, pucat, keringat berlebihan dan lain-lain)
W – what are the symptoms ? (apa gejalanya)
Perlu ditanyakan gejala/keluhan penderita, dan tim farmasi harus tahu gejala-
gejala yang perlu diwaspadai. Dengan memperhatikan gejala yang perlu
diwaspadai, dapat ditentukan dengan tepat apakah pasien harus diberi
rekomendasi, atau dirujuk ke dokter.
H -how long have the symptoms ? (berapa lama gejala diderita)
Ditanyakan jangka waktu gejala yang dikeluhkan pasien, bagaimana
perkembangan kondisi pasien saat ini, apakah pasien juga menderita penyakit
lain
A -actions taken so far ? (tindakan apa yang sudah dilakukan)
Perlu ditanyakan tindakan pengobatan yang sudah dilakukan dsb.
M -medications they are taking ? (obat apa yang sudah digunakan)
Ditanyakan obat yang sudah digunakan untuk mengatasi keluhan, meliputi obat
bebas / bebas terbatas, obat yang diresepkan, maupun obat tradisional.
Ditanyakan apakah pasien juga minum obat untuk penyakit lain.
Kriteria obat yang bisa diserahkan tanpa resep
(permenkes No.919/MENKES/ PER/ X/1993):
Tidak KI untuk wanita hamil, anak < 2 thn, dan orang
tua >65 thn.
Tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit
Penggunaan tidak memerlukan cara/alat khusus yg
harus dilakukan tenaga kesehatan
Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia
Obat dimaksud memiliki rasiokhasiat keamanan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan
sendiri.
OWA
OWA adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep
dokter
Peran Apoteker dalam pemilihan obat tanpa resep:
Membantu masyarakat menentukan penyakitnya
Memilihkan obat
Membantu menegaskan informasi
Pementauan dan penilaian hasil terapi
Kewajiban Apoteker dalam pelayanan OWA:
Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per
pasien
Membuat catatan pasien dan obat yang diserahkan
Memberikan KIE kepada pasien
PROSEDUR TETAP PENGELOLAAN
RESEP
1. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan
diurutkan sesuai nomor resep.
2. Resep yang berisi narkotika dipisahkan atau digaris bawah
dengan tinta merah.
3. Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru.
4. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya.
5. Bendel resep ditulis tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca
dan disimpan di tempat yang telah ditentukan
6. Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan
teratur sehingga memudahkan untuk penelusuran resep
7. Resep yang diambil dari bendel pada saat penelusuran harus
dikembalikan pada bendel semula tanpa merubah urutan
8. Resep yang telah disimpan selama dari tiga tahun dapat
dimusnahkan sesuai tata cara pemusnahan
pengelolaan Narkotika :
PEMESANAN
SP narkotika ada 5 lbr
1 lbr SP untuk pesan 1 item obat N
harus beli ke PBF yg ditunjuk, yaitu Kimia Farma
pembayaran dilakukan dg COD (Cash on Delivery), yaitu
bayar ketika brg dtg
PENYIMPANAN
Narkotika disimpan dlm lemari khusus dg syarat:
bahan : kayu atau bhn lain yg kuat
ukuran : 40x80x100cm, ukuran lbh kcl dipaku paten di dinding atau
lain
almari 2 pintu dg kunci yg berlainan
1 pintu u/ menyimpan Petidin, morfn, n garam2nya u/ persediaan
pintu u/ keperluan sehari2, u/ pelayanan, misal kodein.
PELAYANAN RESEP
Narkotika hanya bs diperoleh dg resep dokter asli
resep tidak boleh diiter
resep yg dilayani dicatat di register narkotika (bk pencatatan N)
R/ didimpan n terpisah dr R/ lain
boleh malayani copy R/ hanya di apotek yg menyimpan R/ aslinya
pasien boleh diberikan copy R/ tapi pasien tdk bisa beli lg
R/ yg berasal dr luar propinsi hrs ada pegesahan dr yg berwenang atau minta R/
baru dr dokter setempat
Pengelolaan pasien
Faktor-faktor agar pasien loyal:
a. Pelayanan (tepat, cepat)
b. Kelengkapan obat
c. Harga
d. Fasilitas apotek
e. konseling
Indikator untuk mengevaluasi
mutu pelayanan
Tingkat kepuasan pasien
Dimensi waktu
Prosedur tetap
TERIMA KASIH
ANALISA KEUANGAN
Tim dosen
sarjana farmasi
Stikes KEndal
• Manajemen: suatu proses kegiatan yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan dengan
memadukan penggunaan ilmu dan seni
untuk mencapai tujuan organisasi.
• Agar tujuan organisasi dapat tercapai
diperlukan unsur atau sarana (The Tool of
Management), yang meliputi unsur 5 M,
yaitu:
Men: Sumber Daya Manusia
Money : Uang yang dibutuhkan
Methods: Metode yang digunakan
Materials: Bahan yang digunakan
Machines: Mesin yang digunakan
Ratio analysis
Why Finansial analisis diperlukan?
Bagaimana likuiditas apotek?
Bagaimana solvabilitas apotek?
Apakah dana yg disediakan sudah
digunakan dg benar?
Seberapa efisienkah aset apotek dikelola?
Apakah apotek mendapat laba yg cukup?
Istilah-istilah dalam Keuangan:
Neraca
laba-rugi
Aktiva ; harta
Pasiva: kewajiban dan ekuitas
ROE, ROA,TOR
CR (current ratio), QR (Quick ratio)
Dll
Neraca
Aktiva
Kas/Bank
Piutang
Persediaan Obat
Peralatan (inventaris) apotek
Inventaris kendaraan
passiva
Kewajiban/ utang
Utang (Obat)
Utang (Bank)
Ekuitas/modal
Pemilik
Cadangan ekuitas/modal
Fixed Cost (F) = gaji + biaya sewa kantor + biaya asuransi + biaya bunga + biaya
pemeliharaan gedung dan peralatan + biaya penyusutan
Variable cost (V) = HPP + biaya pemakaian suplai kantor/apoteker + biaya iklan
+ biaya pemasaran + biaya pemakaian air, listrik dan telepon + biaya serba
serbi
BE (Rp) = F
(1-V/P)
BE (unit) = F
P-V
PAY BACK PERIODE APOTEK DOMESTIK
Nilai RS yang lebih besar dari 80%, bahkan mencapai lebih dari 100%
menunjukkan sebagian besar modal apotek ini berasal dari pinjaman
bukan dari investasi pemilik apotek.
E. Test of Efficiency
1. Masa Penagihan Perkiraan Piutang (MPPP)
MPPP = piutang
Penjualan kredit bersih perhari
= 34.423.500 x 365 hari
272.322.500
= 46 hari
MPPP yang lama dari 45 hari (1,5 x 30 hari) menunjukkan pengelolaan kredit yang buruk dan
apotek mempunyai banyak pelanggan yang tidak membayar tepat waktu.
Fixed Cost (F) = gaji + biaya sewa kantor + biaya asuransi + biaya
bunga + biaya pemeliharaan gedung dan peralatan + biaya penyusutan
= Rp 144.817.500 + 17.187.500 + 9.290.000 + 5.930.000 + 8.895.0000 +
7.822.500
= Rp 193.942.500
Variable cost (V) = HPP + biaya pemakaian suplai kantor/apoteker + biaya iklan
+ biaya pemasaran + biaya pemakaian air, listrik dan telepon + biaya serba
serbi
=Rp 612.045.000 + 7.150.000 + 4.197.500 + 15.245.000 + 2.712.500 +
27.390.000
= Rp 668.740.000
BE (Rp) = F
(1-V/P)
= 193.942.500
1-(668.740.000/907.745.000)
= Rp 736.596.868,9/tahun
= Rp 61.383.072,41/bulan
BE (unit) = F
P-V
= 193.942.500
(907.745.000-668.740.000)
= 0,81 unit
= 81%
PAY BACK PERIODE APOTEK DOMESTIK
Margin 25%
Efedrin HCl
Jumlah efedrin HCl yang dibutuhkan dalam resep : 25 mg x 8 kapsul =
200 mg
Tablet efedrin HCl yang tersedia : 25 mg
Prednison
Jumlah prednison yang dibutuhkan dalam resep : 5 mg x 8 kapsul = 40 mg
HJA = [(HNA + PPN + margin + uang servis untuk racikan) + (HJA tiap
cangkang kapsul x jumlah cangkang kapsul yang digunakan)
= [(Rp. 800 + Rp. 400 + Rp. 150 + Rp. 800 + Rp. 300) + 10% + 25%]
+ Rp. 3000 + (Rp. 100 x 8 )
=2450 + 245 +612 +3000 +800
= Rp 7107,-
Hitunglah:
1. R/ paracetamol tab ½
GG tab ½
epexol tab ½
cortidex tab ½
mf caps dtd no XXX
s tdd caps I
Pro: Bp. Kasim
2. R/ interhistin tab ¼
tremenza tab ¼
sanmol tab ½
cortidex tab ¼
mf pulv dtd no xxiv
s tdd pulv 1
R/ amoxan fl I
s tdd cth 1
Pro : an. Ade
Berapa harga yang harus dibayar oleh Anak Ade
apabila diketahui :
HNA (belum termasuk PPN) Interhistin Rp. 750,-/tab
Indeks 1,30
Rifampicin Rp 300,-/tab
Indeks 1,30
Sarjana Farmasi
Stikes Kendal
PAJAK
Adalah kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan
sebagian dari kekayaan/penghasilan kepada negara menurut
UU atau peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan
digunakan untuk kepentingan masyarakat
Jenis pajak
Pajak langsung beban pajak dipikul wajib pajak
Pajak tak langsung beban pajak yang dilimpahkan ke pihak
lain, ex: PPN
Menurut pemungutnya
Pajak daerah wewenang pemungutan pada pemda,
ex:pajak kendaraan, reklame
Pajak pusat wewenang pemungutan oleh pemerintah
pusat, ex: PBB, materai
Menurut sifatnya
Pajak subjektif dilihat dari wajib pajaknya, eg: pph
Pajak objektif dilihat dari barangnya, eg: PPN
Istilah dalam perpajakan
WP orang/badan yang membayar pajak
NPWP identitas pada pajak
SPT surat yang digunakan WP untuk melaporkan
perhitungan pajak
PTKP
PKP
PPh
PPN
SSP blangko untuk membayar pajak
Macam pajak apotek
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN merupakan pajak tidak langsung dimana pajak terhutang
dihitung atas pertambahan nilai yang ada. Pajak pertambahan nilai
dikenakan pada saat pembelian obat dari PBF sebesar 10%. Setiap
transaksi PBF menyerahkan faktur pajak kepada apotek sebagai bukti
bahwa apotek telah membayar PPN.
2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak atas tanah dan
bangunan apotek, besarnya pajak ditentukan oleh luas tanah dan
bangunan apotek.
3. Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak yang dibebankan pada apotek yang
memasang reklame. Besar pajak reklame tergantung jenis papan
reklame, ukuran, jumlah iklan, dan wilayah pemasangan reklame.
Pajak ini dibayarkan satu tahun sekali.
4. Pajak Barang Inventaris
Pajak barang inventaris dikenakan terhadap kendaraan
bermotor milik apotek.
5. PPh menurut PP 46
Pajak penghasilan (PPH) = 5 %
Pajak obat diapotek (PPN) = 10%
Ex menghargai obat :
Harga netto obat = Rp. 1000.000
PPN = 10%
Laba yang diinginkan = 10%
Maka perhitungannya adalah
Rp. 1000.000 × (10%+10%)
= Rp. 1000.000 × 20%
= Rp. 200.000
Jadi harga jual untuk obat tersebut adalah = harga netto+ pajak + laba
= Rp.1000.000 + Rp.200.000
=Rp. 1.200.000
PERATURAN BARU
PP NO 46 TAHUN 2013
BERLAKU MULAI 1 JULI 2013
Siapa yang Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?
Orang pribadi
Badan, tidak termasuk Bentuk UsahaTetap,
2013 2014
2013 2014
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?
Terdaftar
sebagai Wajib
Pajak
Selama satu tahun pertama operasi komersial PT Gaya Baru dikenai PPh
tarif umum (PPh Pasal 25), dan karena satu tahun tersebut melewati
tahun pajak maka PT Gaya Baru menggunakan tarif PPh umum sampai
Desember 2014.
Penghasilan Januari s.d Omset SPT Tahunan 2012 Omset SPT Tahunan 2012
Desember 2012
Terdaftar Januari s.d Juni Omset sejak terdaftar Omset Tahun Pertama
2013 sampai dengan Juni operasi komersial
disetahunkan
Terdaftar setelah Juli 2013 omset bulan pertama Omset Tahun Pertama
disetahunkan operasi komersial
Penerapan Tarif
SPT Tahunan :
o Dilaporkan pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final
dan/atau bersifat final.
o Formulir SPT Tahunan menggunakan Form 1770 untuk Wajib
Pajak orang pribadi dan 1771 untuk Wajib Pajak badan masih
mengakomodasi
Simulasi Pengisian SSP
Diisi dengan:
• Kode Akun
Pajak 411128
(Untuk Jenis
0 4
Pajak PPh Final)
1
dan
• Kode Jenis
Setoran 420
(untuk
pembayaran
PPh Final
penghasilan
bruto tertentu)
NPWP :
IDENTITAS
N P W P AKUNTAN PUBLIK :
*) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3) RUPIAH *)
(1) (2) (3)
1. PENGHASILAN NETO FISKAL
A. PENGHASILAN
1
(Diisi dari Formulir 1771-I Nomor 8 Kolom 3) ………………………………………………………………….
KENA PAJAK
3
3. PENGHASILAN KENA PAJAK (1-2) ……...…..…………………………………….…………………..…………
4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT)
a.
b. Tarif PPh Ps. 17 ayat (2b) X Angka 3 ……………………. 4
c. Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)
(Lihat Buku Petunjuk)
6
6. JUMLAH PPh TERUTANG (4 + 5) …..………………………………….…………………..…………
7
7. PPh DITANGGUNG PEMERINTAH (Proyek Bantuan Luar Negeri) ……..………………..………………..………
8c
c. JUMLAH ( 8a + 8b ) ……...……………..….…………………………………………………………………………..………
10b
b. STP PPh Ps. 25 (Hanya Pokok Pajak) …….….…..……….…………………………………………………
10c
c. JUMLAH (10a + 10b) …….……………………...………………
D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR
12. PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a DISETOR TANGGAL ………
13. PPh YANG LEBIH DIBAYAR PADA ANGKA 11.b MOHON : TGL BLN THN
Bruto Tertentu”