Anda di halaman 1dari 191

MANAJEMEN

FARMASI
Tim Pengajar
S1 Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan kendal
THE PHARMACEUTICAL MANAGEMENT:

a) Selection
b) Procurement
c) Distribution
d) Use
Selection

Management Support
Organization
Use Financing Procurement
Information Management
Human Resources

Distribution
Policy and Legal Framework

DRUG MANAGEMENT CYCLE


SELEKSI

• Seleksi: meliputi kegiatan penetapan masalah


kesehatan, pemilihan jenis obat, penetapan jenis
intervensi pengobatan yang dipilih, serta
penetapan jenis obat apa yg tersedia
PEMILIHAN OBAT MENURUT WHO

1) Dipilih obat yang secara ilmiah menunjukkan efek terapetik lebih besar dibanding
resiko resiko ESO
2) Jangan terlalu banyak jenis obat yang diseleksi, hindari duplikasi.
3) Untuk obat baru, harus berdasarkan bukti ilmiah bahwa lebih baik dibanding obat
pendahulu
4) Sediaan kombinasi hanya dipilih jika potensinya lebih baik dari sediaan tunggal
5) Jika alternatif pilihan obat banyak, dipilih DOC dari penyakitnya
6) Pertimbangan administrasi dan biaya yang dibutuhkan
7) Kontraindikasi, peringatan, ESO harus dipertimbangkan
8) Dipilih obat yang standar mutunya tinggi
TUJUAN SELEKSI OBAT

 Menghindari obat yang tidak mempunyai nilai terapetik


 Mengurangi jumlah jenis obat
 Meningkatkan efisiensi obat yang tersedia (efisiensi adalah rasio biaya
terhadap efek terapi, termasuk risikonya)
PENGADAAN

 Pengadaan adalah suatu pelaksanaan untuk memenuhi kebutuhan operasional


yang telah ditetapkan di dalam fungsi :
 perencanaan,
 penentuan kebutuhan,
 penentuan sistem pengadaan/tender,
 menjaga kestabilan penganggaran,
 menjamin kualitas obat,
 mengadakan penganggaran.
PERENCANAN

POLA PENYAKIT

HAL-HAL YANG PERLU


KEMAMPUAN MASYARAKAT
DIPERHATIKAN

BUDAYA MASYARAKAT
TUJUAN PERENCANAAN PENGADAAN
OBAT ADALAH UNTUK MENDAPATKAN:
 Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan.
 Menghindari terjadinya kekosongan obat.
 Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
 Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
METODE PERENCANAAN

1) Metode Epidemiologi
 berdasarkan penyebaran penyakit
2) Metode Konsumsi
 berdasarkan penggunaan obat periode lalu
perhitungan: CT = (C x T) + SS – Sisa Stock
 CT = Kebutuhan per periode waktu
 CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)
 T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)
 SS = Safety Stock
3) Metode Kombinasi
 gabungan epidemiologi dan konsumsi
4) Metode just in time
dibeli saat pasien butuh
CONTOH 1 PERHITUNGAN METODE
KONSUMSI
Salah satu RS di Kalimantan tengah yang berada di sampit (RS. Murjani)
membeli RL (infus Ringer Laktat) sebanyak 2000 infus dengan pembelian
setiap 2 bulan sekali. Karena pabrik obat tidak ada di Pulau Kalimantan,
sehingga infus dibeli dari Surabaya dengan lead time (waktu tunggu) sekitar
3 minggu (21 hari), sedangkan sisa stock di RS. Murjani hanya ada 1000 infus.
Harga infus adalah Rp. 12.000/satuan, maka hitunglah berapa infus RL yang
harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli sediaan
infus tersebut ?
Jawab :
 Sebelum memasukkan data ke dalam rumus metode konsumsi, terlebih dahulu di
hitung SS (safety stock) nya dengan :
Infus yang harus dibeli adalah :
CT = (CA x T) + SS – Sisa Stock
= (2000 botol x 2 bulan) + 1400 – 1000
= 4400 botol
Anggaran yang harus dikeluarkan = 4400 x Rp. 12.000 = Rp. 52.800.000
SOAL 1

Kebutuhan obat Amoksisilin di RS. Murjani setiap bulannya sebanyak 6000


obat dengan pembelian setiap 1 minggu. Karena PBF tidak ada di Pulau
Kalimantan, sehingga obat dibeli dari Surabaya dengan lead time (waktu
tunggu) hanya 1 hari, sedangkan sisa stock di RS. Murjani hanya ada 500
obat. Harga amoksisilin adalah Rp. 8.000/satuan, maka hitunglah berapa
obat amoksisilin yang harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan
untuk membeli obat tersebut ?
Jawab :
T = 1 minggu = ¼ bulan
Sama seperti no.1 hitung SS (safety stock) nya terlebih dahulu yaitu dengan :
Infus yang harus dibeli adalah :
CT = (CA x T) + SS – Sisa Stock
= (6000 obat x ¼ bulan) + 200 obat – 500 obat
= 1200 obat
Anggaran yang harus dikeluarkan
= 1200 x Rp. 8.000 = Rp. 9.600.000
MANAJEMEN Tim Pengajar
S1 Farmasi

FARMASI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


kendal
PERTIMBANGAN PERENCANAAN PEMBELIAN BARANG

1. Stok yang tersisa


2. Arus barang fast moving/slow moving
3. Kondisi keuangan
4. Pemilihan PBF
PENGADAAN
Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan:
a. Hanya membeli barang yang memiliki ijin edar dan nomor registrasi
b. Mutu barang dapat dipertanggungjawabkan
c. Pengadaan melalui jalur resmi, sesuai UU
d. Dilengkapi persyaratan administrasi (faktur)

Jenis Pengadaan:
1. Pembelian
2. konsinyasi
Tujuan pengadaan adalah
 memperoleh obat yang dibutuhkan dengan harga layak,
 mutu baik,
 pengiriman obat terjamin tepat waktu,
 proses berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga yang
berlebihan.
Prinsip pengadaan barang yaitu efisien, efektif, terbuka dan bersaing,
transparan, adil, akuntabel.
METODE PENGADAAN
Tender terbuka (open tender), yaitu pembelian dengan
nilai lebih dari 100 juta, dilakukan dengan pengumuman.
Keuntungan:
 stabilitas harga terjamin dan harga lebih murah
 persediaan/stock barang untuk jangka waktu tertentu terjaga (aman)
Kerugian:
 proses lama (problem kekosongan obat)
 membutuhkan tempat penyimpanan yang luas
 resiko obat macet
Tender tertutup (restricted tender), yaitu pembelian yang dilakukan
melalui relasi saja.
 rekanan tertentu yg punya riwayat baik, harga dpt dikendalikan, tenaga
dan beban lebih hemat.
Kontrak (competitive negotiation), yaitu pembelian yang
dilakukan dengan cara pendekatan langsung dengan
rekanan untuk tawar-menawar demi mencapai
persyaratan spesifik.
Keuntungan:
 bisa negosiasi harga
 service delivery ditetapkan
Kerugian:
 prosesnya lama dalam negosiasi
Langsung (direct procurement), yaitu pembelian
langsung ke PBF senilai kurang dari 50 juta.
Keuntungan:
 harga tidak selalu murah
 prosesnya lebih cepat
Kerugian:
 stabilitas harga tidak terjamin
 administrasi banyak dan boros
PEMESANAN
Dengan SP Di PBF Resmi
 SP Narkotika Pemilihan PBF:
 SP Psikotropika  Legalitas PBF
 SP Prekusor  Pelayanan
 SP untuk obat lain  Diskon
 Bonus
 Jangka waktu pembayaran
 Kelengkapan dan kualitas barang
 Penukaran barang rusak dan ED
1.sp narkotika (BERDASARKAN PMKRI NO 3 TH 2015)
terdiri 4 rangkap
satu sp hanya untuk 1 item obat
form sp langsung dari KF
1. SP Psikotropika Terdiri 2 atau 3
rangkap
2. Satu SP bisa lebih dari 1 item
obat
SP Non Narkotika-Psikotropika
 Terdiri dari 2 rangkap
 Untuk order OB, OBT, Alkes, obat keras non
narkotika-psikotrpika, Kosmetika, dll
CARA PEMBAYARAN
COD (cash on Delivery)
Kredit
konsinyasi
PENERIMAAN BARANG
Hal-hal yang perlu dicek saat penerimaan barang:
1. Kesesuaian jenis dan jumlah antara barang dan SP
2. Keadaan fisik barang
3. Catat No.batch dan ED-nya
DISTRIBUSI
TUJUAN DISTRIBUSI:
Menjamin ketersediaan obat
Memelihara mutu obat
Menghindari pengunaan yang tidak bertangung jawab
Menjaga kelangsungan persediaan
Memperpendek waktu tunggu
Pengendaliaan persediaan
Mempermudah pencarian dan pengawasan waktu tunggu
PENYIMPANAN
Tujuan:
 Aman
 Tidak mudah rusak
 Diawasi

Display penyimpanan obat di Apotek:


a. Alfabetis
b. FIFO dan FEFO
c. Farmakologi
d. Bentuk sediaan
e. Kombinasi
KETENTUAN PENYIMPANAN BARANG/OBAT
1) Perlu diperhatikan lokasi dari tempat penyimpanan di
gudang dan menjamin bahwa barang/obat yang
disimpan mudah diperoleh dan mengaturnya sesuai
penggolongan, kelas terapi/khasiat obat sesuai abjad.

2) Perlu diperhatikan untuk obat dengan syarat


penyimpanan khusus, obat thermolabiel dan obat yang
punya batas kadaluarsa.
PENYIMPANAN PSIKOTROPIKA
Dalam lemari yang terpisah dengan obat/komoditi lainnya
PENYIMPANAN NARKOTIKA
Ketentuan lemari penyimpanan narkotika :

1. Dibuat dari kayu atau bahan lain yang kuat

2. Mempunyai kunci yang kuat

3. Jika ukuran lemari kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari


harus dibuat pada tembok atau lantai

4. Dibuat dalam 2 bagian, bagian I untuk menyimpan morfin,


petididn dan garam-garamnya. Bagian II untuk menyimpan
narkotika untuk kebutuhan sehari-hari
PENGELOLAAN OBAT RUSAK/KADALUWARSA
Barang ED
 Ditukar
 Dimusnahkan

Merupakan kerugian apotek  harus diminimalisir

Ada berita acara pemusnahan, isinya:


 Jenis dan jumlah obat
 Alasan
 Cara pemusnahan
CARA PEMUSNAHAN
Obat/bahan padat, dengan cara ditanam
Obat/bahan cair, dengan cara diencerkan terlebih dahulu

Atau dititipkan ke RS, Dinkes


PEMUSNAHAN NARKOTIKA
Pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal:
1. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau
tidak dapat digunakan dalam proses produksi
2. Kadaluwarsa
3. Tidak memenuhi persyaratan digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau
untuk pengembangan ilmu pengetahuan
4. Berkaitan dengan tindak pidana
MATERI DISKUSI
Kelompok Tema

1 Alur dan regulasi pendirian apotek baru


2 Stadar Kompetensi apoteker dalam pelayanan kefarmasian

3 Strategi pengembangan apotek baru


4 Apotek ditinjau dari aspek sosial dan bisnis
5 Peraturan perundangan apotek
6 Paradigma baru profesi apoteker
7 Peningkatan kapasitas dan kualitas profesi apoteker
(komunitas) menghadapi SJSN
8 Merancang jaminan mutu di apotek
TERIMA KASIH
\Pengelolaan sumber daya
di apotek & Pelayanan
kefarmasian di apotek)
( 2 kali pertemuan

Tim dosen manajemen farmasi


PENGELOLAAN SUMBER DAYA
 SUMBER DAYA MANUSIA

 SARANA DAN PRASARANA

 SEDIAAN FARMASI DAN PERBEKALAN


KESEHATAN LAINNYA

 ADMINISTRASI
PENGELOLAAN SDM
 Apotek harus dikelola oleh Apoteker yang Profesional

8 star
pharmacist
SDM di apotek
- Tenaga kesehatan
- APA (Apoteker Penanggung jawab)
- Aping
- Tenaga Teknis kefarmasian
- Tenaga teknis non kesehatan
- Tenaga Administrasi
- Kasir/Keuangan
- Reseptir
- Pembantu Umum
Pengelolaan SDM
 Pahami susunan organisasi di Apotek kita
 Job description  harus jelas
 Penempatan  the right man on the right place
 Human relation  komunikasi 2 arah
 Pembinaan
 Kesejahteraan  reward and punishment
 Hal yang perlu diperhatikan dalam mencari
karyawan
 Intelligence
 Achievement
 Attitude
 Interest
 Personality
SARANA DAN PRASARANA
 Sarana  tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian
 Prasarana  perlengkapan, peralatan, fasilitas
apotek yang mendukung pelayanan kefarmasian
yang berkualitas
 Sarana dan prasarana disesuaikan kebutuhan
masing-masing apotek dengan memperhatikan
luas bangunan, optimasi penggunaan ruangan,
efisiensi kerja, jumlah karyawan, pelayanan yang
dilakukan, kepuasan pasien
 Sarana&prasarana:
 Papan nama apotek
 Ruang tunggu
 Tersedia tempat display obat
 Ruang konseling + literatur yang mendukung
 Ruang peracikan + alat racikan
 Ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya
 Tempat penyerahan obat
 Tempat pencucian alat
 Peralatan penunjang kebersihan apotek
 APAR
Contoh papan praktek apoteker
ADMINISTRASI
Rangkaian aktivitas pencatatan dan peraesipan, penyiapan laporan
dan penggunaan laporan untuk mengelola sediaan farmasi.

1. Kesekretariatan
 Surat menyurat
 buku agenda → mencatat keluar masuknya surat
 buku ekspedisi → mencatat pengiriman surat dan obat
 blanko surat (SP/surat pesanan)
 barang cetakan → kuitansi, nota, kopi resep, dll
 Pembuatan/pengiriman laporan
 Laporan penjualan harian (laporan ke dalam) → penjualan
OWA,OTC, resep
 Laporan narkotika, psikotropka,statistika resep (laporan keluar)
 Laporan tenaga kesehatan
2. Kepegawaian
 Mencatat:
 biodata pegawai → nama, tempat tinggal dan tanggal
lahir, alamat, pendidikan, tahun lulus, besarnya gaji
 absensi pegawai → mencatat cuti yang telah diambil
3. Keuangan
 Buku kas
 uang masuk → penjualan tunai, kredit
 uang keluar → pembelian harian tunai, kredit (administrasi
pembelian.
Pembelian kredit biasanya dilakukan dengan PBF dengan
perjanjian tertentu. Tapi untuk apotek yang baru berdiri, 3
bulan pertama pembelian dengan PBF harus tunai.
 Buku pembelian/buku hutang
 Biaya operasional
 biaya operasional harian → fotokopi, pembelian bahan bakar,
dll
 pengeluaran bulanan → rekening listrik, air, telefon, gaji
pegawai,dll
 pengeluaran tahunan → sewa bangunan, pajak,dll
4. Penyimpanan/pergudangan
 Kartu stock : kartu yang mencatat stock obat atau bahan obat
 Sebaiknya warna berbeda-beda untuk berbagai jenis obat (missal: merah
untuk narkotik, kuning untuk psikotropika, hijau untuk obat bebas)
 Kartu stelling: kartu yang berfungsi untuk melacak berkurang atau
bertambahnya barang.
 Diletakkan di dekat bahan masing-masing, didalamnya memuat tanggal,
nomor resep, sisa obat, dan paraf.
 Buku bon →ambil barang di gudang
 Buku ED → mencatat tanggal ED setiap obat→mencatat tanggal ED setiap
obat, obat yang rusak
 Buku defecta → untuk mencatat berang/persediaan obat yang sudah menipis
 Faktur → sebaiknya tiap PBF, mapnya tersendiri
 Berita acara pemusnahan→misalnya pemusnahan resep, obat yang sudah
rusak/ED
Pelaporan
 Laporan penggunaan Psikotropika
 Laporan penggunaan Narkotika
 Laporan statistika resep dan pelayanan obat
generik berlogo
 Laporan tenaga kesehatan
• Beberapa pencatatan yang dilakukan di apotek seperti di
bawah ini:

1. Buku Penjualan Harian Obat Bebas


Digunakan untuk mencatat semua transaksi harian
meliputi penjualan obat bebas alkes, maupun barang-
barang lain selain resep. Tujuan dari buku penjualan ini
adalah untuk mengetahui jumlah penjualan setiap harinya.

Tgl. Jumlah Nama Barang Total Uang

Contoh Format Buku Penjualan Obat Bebas


2. Buku Penjualan Resep
Digunakan untuk mencatat semua resep yang masuk setiap harinya, agar
apotek mempunyai dokumentasi yang lengkap mengenai resep yang sering
masuk

No Tgl Nama obat Jumlah Nama Dokter Rupiah


obat pasien

Contoh Format Buku Pencatatan Resep


3. Buku Pembelian
Buku pembelian digunakan untuk mencatat semua pembelian
obat yang dilakukan di apotek melalui PBF. Pencatatan semua
pembelian obat dilakukan setiap harinya.

Tgl No PBF No. No. Nama Jml Harga Disc Total Jumlah
faktur Bacth Obat satuan % total

Contoh Format Buku Pembelian


4. Buku Pembayaran
Buku pembayaran mempunyai fungsi untuk mencatat semua
pembayaran faktur-faktur dari Pedagang Besar Farmasi (PBF).
Sebelum dilakukan inkaso/pembayaran obat kredit dilakukan:

1. Pengumpulan faktur-faktur berdasarkan tanggal jatuh tempo


2. Pencatatan dilakukan di buku inkaso/pembayaran, lalu ditotal berapa
jumlah pembayaran yang harus dilakukan.

No. PBF No. Faktur Tanggal jatuh Jumlah


tempo

Contoh Format Buku Pembayaran


5. Buku Setoran Harian
Buku setoran ini dibuat dengan tujuan untuk mencatat semua
jumlah pendapatan yang diperoleh setiap harinya

Tgl. Jam kerja Jumlah Pendapatan

Contoh Format Buku Setoran Harian


6. Buku Stok Obat
Buku stok obat memuat tentang obat-obatan yang ada di
apotek dan memuat jumlah barang yang masih ada dalam
persediaan. Buku stok obat ini dapat digunakan untuk :
a. mengetahui obat-obat apa saja yang paling sering terjual
b. obat-obat apa saja yang tidak laku
c. mengetahui jumlah obat yang tersisa sebagai data untuk
pengadaan barang

No. Nama Obat Jumlah

Contoh Format Buku Stok Obat


Contoh Bentuk Kartu Stok di Apotek
7. Buku Defecta
Buku defecta digunakan untuk mencatat persediaan yang akan dipesan
pada PBF. Berisi tentang nama barang dan jumlah yang akan dipesan

No. Nama barang Sisa stok Kebutuhan

Contoh Format Buku Defecta


8. Buku Pengeluaran Narkotika dan Psikotropika

Buku pengeluaran obat narkotika/psikotropika dibuat untuk mencatat


pengeluaran obat psikotropika dan obat narkotika agar dapat diketahui
jumlah obat yang sering keluar dan mempunyai dokumentasi yang
lengkap mengenai pasien tersebut.

Tgl Nama dan Nama Jumlah Dokter dan


alamat Obat alamat
pasien

Contoh Format Buku Pengeluaran Narkotika/ Psikotropika


LAPORAN PEMAKAIAN NARKOTIKA
Laporan Narkotika dan Psikotropika
Nama Apotek : Bulan :
No. Izin Apotek : Tahun
Alamat :
No. telpon :

Nama Sediaan Jumlah Jumlah Persediaan Ket


Penambahan Pengurangan
No Sediaan Awal (3+4+5) (7+8) Akhir Bulan
bulan Pembelian Pembuatan Pembuatan R/ Lain-lain (6-9)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tempat, tanggal, bulan, tahun


Apoteker Pengelola Apotek

Laporan Pemakaian Narkotika


SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotik
dan Psikotropi)
Aplikasi Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
(SIPNAP) dikembangkan dan dikelola oleh Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Ditjen Binfar
dan Alkes, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Aplikasi ini diperuntukkan bagi seluruh Unit Pelayanan
(Apotek, Klinik & Rumah Sakit), Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Dinas Kesehatan Provinsi Seluruh Indonesia.
Saat ini semua unit pelayanan farmasi wajib melaporkan
penggunaan narkotik psikotropik melalui SIPNAP
secara online tiap bulan.
Halaman beranda SIPNAP
Contoh profil Apotek
Ria septiyana Msi Apt
PELAYANAN KEFARMASIAN DIAPOTEK ADALAH PELAYANAN
KESEHATAN DASAR
Beberapa hal yang bisa menjadi alasan apoteker adalah pelayan kesehatan
dasar adalah :
 Pelayanan kefarmasian oleh apoteker diapotek adalah pelayanan
kesehatan dasar (promotif, kuratif dan prekuentif ), baik pada
swamedikasi ataupun pada pelayanan atas dasar resep.
 Pelayanan diapotek harus melakukan KIE (komunikasi, informasi
dan edukasi). Edukasi adalah salah satu peran yang dapat
meningkatkan kecerdasan masyarakat didalam kesehatan yang
ujungnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
 Apoteker juga mempunyai resiko profesi yang sama dengan sejawat
yang lain. Baik resiko hukum, tertular penyakit dsb.
 Apoteker didalam melakukan pelayanan kesehatan mempunyai
kompetensi yang spesifik yang setara dengan profesi lain.
Kompetensi inilah yang menjadikan dasar profesionalisme apoteker
diapotek, dan kompetensi yang spesifik ini yang tidak dipunyai oleh
tenaga kesehatan lain.
Pelayanan di Apotek dijadikan Value creation 
Apoteker mempunyai ruang gerak dalam pelayanan
kefarmasian
BERDASAR SK MENKES 1027
TAHUN 2004
 PELAYANAN RESEP
 PROMOSI DAN EDUKASI
 PELAYANAN RESIDENSIAL
Pelayanan Resep
Alur pelayanan Resep
Patient

Delivering & Receiving


patient the
counseling prescription

Reading &
Rechecking checking the
prescription

Numbering,
Labeling dating, &
pricing

Preparing
the
prescription
Kepmenkes No.1027/2004
Skrinning Resep meliputi :
1. Skrinning Administrasi
a. Nama, SIP dan alamat dokter
b. Tanggal penulisan resep
c. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep
d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan
pasien
e. Nama obat, potensi, dosis, jumlah obat yang diminta
f. Cara pemakaian yang jelas
g. Informasi yang lainnya
2. Skrinning Farmasetik
bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian

3.Skrinning Klinis
adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain)
Penyiapan
1) Peracikan
resep
kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas, dan memberikan etiket pada wadah

2) Etiket
a) Warna etiket
b) Pada etiket, harus mencantumkan:
 Nama dan alamat apotek
 Nama dan nomer SIA
 Nomer dan tanggal pembuatan
 Nama pasien
 Aturan pemakaian
 Tanda lain yang diperlukan
lanjutan
3) Kemasan obat yang diberikan
4) Penyerahan Obat
pemeriksaan akhir sebelum diserahkan
5) Informasi Obat
cara pemakaian obat, cara penyimpanan, jangka waktu
pengobatan, aktivitas dan makanan serta minuman
yang harus dihindari
6) Konseling
7) Monitoring penggunaan obat
PROSEDUR TETAP
PELAYANAN RESEP
A. Skrining Resep
1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
resep yaitu nama dokter, nomor ijin praktek, alamat,
tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf
dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan
berat badan pasien.
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu:
bentuk sediaan, dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat.
3. Mengkaji aspek klinis yaitu : adanya alergi, efek
samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah
obat dan kondisi khusus lainnya). Membuatkan kartu
pengobatan pasien (medication record).
4. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep
apabila diperlukan
B. Penyiapan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
1. Menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
dengan permintaan pada resep
2. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis
maksimum.
3. Mengambil obat dengan menggunakan sarung tangan / alat /
spatula / sendok
4. Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan
mengembalikan ke tempat semula.
5. Meracik obat (timbang, campur, kemas)
6. Mengencerkan sirup kering sesuai takaran dengan air yang layak
minum
7. Menyiapkan etiket (warna putih untuk obat dalam, warna biru
untuk obat luar, dan etiket lainnya seperti label kocok dahulu
untuk sediaan cair)
8. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan
permintaan dalam resep.
C. Penyerahan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
1. Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan
penyerahan (kesesuaian antara penulisan etiket dengan
resep)
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan
diparaf oleh apoteker
6. Menyimpan resep pada tempatnya dan
mendokumentasikan
PROSEDUR TETAP PELAYANAN
RESEP NARKOTIK
A. Skrining resep
1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmaseutik yaitu : bentuk
sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian
3. Mengkaji pertimbangan klinis yaitu : adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).
4. Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit,
puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan
resep narkotika dalam tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama
sekali
5. Salinan resep narkotik yang baru dilayani sebagian atau yang
belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang
menyimpan resep asli.
6. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila
diperlukan.
B. Penyiapan Resep
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
2. Untuk obat racikan apoteker menyiapkan obat jadi yang
mengandung narkotika atau menimbang bahan baku
narkotika
3. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya
4. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai
dengan permintaan dalam resep
5. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis
dan jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.
C. Penyerahan Obat
1. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan
etiket dengan resep sebelum dilakukan penyerahan
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak
menerima
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5. Menanyakan dan menuliskan alamat / nomor telepon
pasien dibalik resep
6. Menyimpan resep pada tempatnya dan
mendokumentasikannya.
KONSELING, PROMOSI, EDUKASI
 Konseling  proses komunikasi 2 arah yg sistematik
antara pasien dan apoteker untuk mengidentifikasi
dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan
obat dan pengobatan.
 Tujuan  meningkatkan kualitas hidup pasien
 Komunikasi  rangkaian proses penyampaian
informasi/pesan dari pengirim/pemberi informasi
kepada penerima dengan menggunakan media
komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan
baik oleh penerima.
 Pesan dikirim dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh pasien
 Pemberian pesan yang baik:
 Sincerely
 Simple
 Short
 Specific
 Summarize
 Berikan empati, dukungan, membesarkan hati,
arahan, serta saran kepada Px.
 Informasi obat sekurang-kurangnya:
 Cara pemakaian obat
 Jangka waktu pengobatan
 Cara penyimpanan obat
 Aktivitas serta makanan/minuman yang harus dihindari
selama terapi
 Dalam memberi informasi kepada pasien, apoteker
harus:
 Memberi informasi secara objektif, netral, dan
akurat mengenai obat
 Menelaah secara kritis berbagai informasi mengenai
obat
 Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
 Mengenal penyakit dan pengobatannya
 Apoteker berpartisipasi aktif dalam promosi dan
edukasi.
 Apoteker turut membantu diseminasi informasi
(penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan,
dll)
RESIDENSIAL
 Home care adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang
diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat
dari penyakit ( Depkes, 2002 ).
RESIDENSIAL
 Apoteker ‘care giver’
 Kunjungan ke rumah
 Lansia
 Px dengan penyakit kronis
 Membuat catatan medik
SELF MEDICATION
 Tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa
resep yang dilakukan secara tepat guna dan
bertanggung jawab.
 Walaupun untuk sendiri tetepi harus rasional
 Pengguna memilih produk obat yang sesuai dengan
kondisinya.
 Definisi swamedikasi atau pengobatan sendiri
berdasar permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993
adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala
penyakit tanpa konsultasi dengan dokter terlebih
dahulu. Lebih dari 60% dari masyarakat
melakukan swamedikasi dan 80% di antaranya
mengandalkan obat modern.
Ketrampilan utama untuk menanggapi gejala
penyakit yang disampaikan oleh pasien adalah:
 1. Kemampuan untuk membedakan antara gejala
penyakit ringan dan serius
 2. Keterampilan mendengarkan secara aktif
 3. Kemampuan untuk bertanya
 4. Kemampuan pemilihan terapi berdasarkan
efektivitasnya
 5. Kemampuan bekerjasama dengan pasien
Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah metode WWHAM yaitu:
 W – who is it for ? (Siapa yang sakit)
siapa yang sakit, usia berapa, apakah dalam keadaan hamil/menyusui. Bila yang
datang adalah pasien sendiri, bisa dilihat penampilan fisiknya untuk membantu
penilaian kondisi pasien (ruam kulit, pucat, keringat berlebihan dan lain-lain)
 W – what are the symptoms ? (apa gejalanya)
Perlu ditanyakan gejala/keluhan penderita, dan tim farmasi harus tahu gejala-
gejala yang perlu diwaspadai. Dengan memperhatikan gejala yang perlu
diwaspadai, dapat ditentukan dengan tepat apakah pasien harus diberi
rekomendasi, atau dirujuk ke dokter.
 H -how long have the symptoms ? (berapa lama gejala diderita)
Ditanyakan jangka waktu gejala yang dikeluhkan pasien, bagaimana
perkembangan kondisi pasien saat ini, apakah pasien juga menderita penyakit
lain
 A -actions taken so far ? (tindakan apa yang sudah dilakukan)
Perlu ditanyakan tindakan pengobatan yang sudah dilakukan dsb.
 M -medications they are taking ? (obat apa yang sudah digunakan)
Ditanyakan obat yang sudah digunakan untuk mengatasi keluhan, meliputi obat
bebas / bebas terbatas, obat yang diresepkan, maupun obat tradisional.
Ditanyakan apakah pasien juga minum obat untuk penyakit lain.
 Kriteria obat yang bisa diserahkan tanpa resep
(permenkes No.919/MENKES/ PER/ X/1993):
 Tidak KI untuk wanita hamil, anak < 2 thn, dan orang
tua >65 thn.
 Tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit
 Penggunaan tidak memerlukan cara/alat khusus yg
harus dilakukan tenaga kesehatan
 Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia
 Obat dimaksud memiliki rasiokhasiat keamanan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan
sendiri.
OWA
 OWA adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep
dokter
 Peran Apoteker dalam pemilihan obat tanpa resep:
 Membantu masyarakat menentukan penyakitnya
 Memilihkan obat
 Membantu menegaskan informasi
 Pementauan dan penilaian hasil terapi
 Kewajiban Apoteker dalam pelayanan OWA:
 Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per
pasien
 Membuat catatan pasien dan obat yang diserahkan
 Memberikan KIE kepada pasien
PROSEDUR TETAP PENGELOLAAN
RESEP
1. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan
diurutkan sesuai nomor resep.
2. Resep yang berisi narkotika dipisahkan atau digaris bawah
dengan tinta merah.
3. Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru.
4. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya.
5. Bendel resep ditulis tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca
dan disimpan di tempat yang telah ditentukan
6. Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan
teratur sehingga memudahkan untuk penelusuran resep
7. Resep yang diambil dari bendel pada saat penelusuran harus
dikembalikan pada bendel semula tanpa merubah urutan
8. Resep yang telah disimpan selama dari tiga tahun dapat
dimusnahkan sesuai tata cara pemusnahan
pengelolaan Narkotika :

PEMESANAN
 SP narkotika ada 5 lbr
 1 lbr SP untuk pesan 1 item obat N
 harus beli ke PBF yg ditunjuk, yaitu Kimia Farma
 pembayaran dilakukan dg COD (Cash on Delivery), yaitu
bayar ketika brg dtg
PENYIMPANAN
Narkotika disimpan dlm lemari khusus dg syarat:
 bahan : kayu atau bhn lain yg kuat
 ukuran : 40x80x100cm, ukuran lbh kcl dipaku paten di dinding atau
lain
 almari 2 pintu dg kunci yg berlainan
 1 pintu u/ menyimpan Petidin, morfn, n garam2nya u/ persediaan
 pintu u/ keperluan sehari2, u/ pelayanan, misal kodein.
PELAYANAN RESEP
 Narkotika hanya bs diperoleh dg resep dokter asli
 resep tidak boleh diiter
 resep yg dilayani dicatat di register narkotika (bk pencatatan N)
 R/ didimpan n terpisah dr R/ lain
 boleh malayani copy R/ hanya di apotek yg menyimpan R/ aslinya
 pasien boleh diberikan copy R/ tapi pasien tdk bisa beli lg
 R/ yg berasal dr luar propinsi hrs ada pegesahan dr yg berwenang atau minta R/
baru dr dokter setempat
Pengelolaan pasien
Faktor-faktor agar pasien loyal:
a. Pelayanan (tepat, cepat)
b. Kelengkapan obat
c. Harga
d. Fasilitas apotek
e. konseling
Indikator untuk mengevaluasi
mutu pelayanan
 Tingkat kepuasan pasien
 Dimensi waktu
 Prosedur tetap
TERIMA KASIH
ANALISA KEUANGAN

Tim dosen
sarjana farmasi
Stikes KEndal
• Manajemen: suatu proses kegiatan yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan dengan
memadukan penggunaan ilmu dan seni
untuk mencapai tujuan organisasi.
• Agar tujuan organisasi dapat tercapai
diperlukan unsur atau sarana (The Tool of
Management), yang meliputi unsur 5 M,
yaitu:
 Men: Sumber Daya Manusia
 Money : Uang yang dibutuhkan
 Methods: Metode yang digunakan
 Materials: Bahan yang digunakan
Machines: Mesin yang digunakan
Ratio analysis
Why Finansial analisis diperlukan?
 Bagaimana likuiditas apotek?
 Bagaimana solvabilitas apotek?
 Apakah dana yg disediakan sudah
digunakan dg benar?
 Seberapa efisienkah aset apotek dikelola?
 Apakah apotek mendapat laba yg cukup?
Istilah-istilah dalam Keuangan:
 Neraca
 laba-rugi
 Aktiva ; harta
 Pasiva: kewajiban dan ekuitas
 ROE, ROA,TOR
 CR (current ratio), QR (Quick ratio)
 Dll
Neraca

Aktiva
Kas/Bank
Piutang
Persediaan Obat
Peralatan (inventaris) apotek
Inventaris kendaraan

passiva
Kewajiban/ utang
Utang (Obat)
Utang (Bank)

Ekuitas/modal
Pemilik
Cadangan ekuitas/modal

Total Kewajiban + Ekuitas


Perhitungan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2016
Penjualan Bersih
Penjualan (kontan)……….
Penjualan kredit………….
Total Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Persediaan awal………….
Pembelian bersih………...
Persediaan akhir…………
H.P.P
Laba Kotor dari penjualan
Beban Usaha:
Gaji (Apt, AA, JR)………
Biaya sewa kantor……….
Biaya pemakaian suplai kantor/apotek……………
Biaya Asuransi………….
Biaya Bunga…………….
Biaya Pemeliharaan
gedung & peralatan……..
Biaya iklan……………...
Biaya Pemasaran………..
Biaya Penyusutan………
Biaya pemakaian air, listrik dan telepon………
Biaya serba-serbi……….
Total Biaya Usaha
Laba Bersih
Analisis laporan keuangan dibagi:
A.Test of Overall Performance
1. Perolehan atas modal sendiri (Return On Equaty/ROE)
Rasio ini mengukur apakah dana yang diinvestasikan
dalam apotek oleh PSA/APA telah digunakan secara efektif.
ROE = Penghasilan bersih x 100%
modal pemilik
ROE untuk apotek minimum 18%

2. Perolehan atas harta (Return On Assets/ROA)


Rasio ini mengukur apakah semua dana yang tersedia
oleh apotek baik hutang ataupun modal telah digunakan
secara efektif.
ROA = laba bersih x 100%
total harta
ROA minimal 12%
B. Test Daya Laba (Test of Provitability)
Menunjukkan kemampuan apotik dalam menutup biaya yang dikeluarkan,
yang akhirnya akan meningkatkan laba apotik.
1. Presentase Laba Kotor (PLK)
Adalah pengukuran daya laba apotik sebelum beban usaha
diperhitungan.
PLK = penjualan - H.P.P x 100%
penjualan
= laba kotor penjualan x 100%
penjualan
PLK seharusnya berkisar antara 20% sampai 30%.

2. Presentase Pendapatan Bersih (PLB)


Pengukuran daya laba setelah memperhitungkan beban usaha.
PLB = laba bersih x 100%
penjualan
PLB seharusnya berkisar antara 5% sampai dengan 7,5%.
C. Test Liquiditas (Test of Liquidity)
Mengukur suatu bisnis dalam membayar hutang lancarnya bila jatuh tempo.
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Membandingkan harta lancar sebuah apotik yang memberikan uang tunai untuk
membayar utang lancarnya dengan hutang itu sendiri.
CR= harta lancar/kewajiban lancar
CR sebaiknya berkisar antara 2 dan 3,8.

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio Cepat sama dengan Rasio Lancar tapi QR merupakan tes yang lebih
keras terhadap liquiditas apotik.
QR = harta lancar – persediaan obat
kewajiban lancar
Nilai QR sebaiknya berada diantara 1 dan 2.

3. Masa Perkiraan Utang (Account Payable Period)


Menunjukkan berapa lama waktu yang dibutuhkan apotik untuk membayar
pembelian kreditnya.
MPU = Perkiraan hutang
Pembelian per hari
D. Rasio Solvabilitas (Ratio of solvency)
Menunjukkan apakah suatu usaha akan
dapat memenuhi pembayaran hutang
jangka panjangnya.

RS = total pinjaman x 100%


Modal pemilik

Nilai RS sebaiknya sebesar 80%, kecuali


untuk apotek yang baru berdiri bisa lebih
tinggi (>100%).
E. Test Efisiensi ( Test of efficiency )
Seberapa efisienkah apoteker menggunakan hartanya.
1. Masa Penagihan Perkiraan Piutang (MPPP) (Account Receivable
Collectio Period = ARCP)
Merupakan perkiraan jumlah hari rata-rata yang diperlukan
apotik untuk menagih perkiraan piutang. MPP sebaiknya tidak lebih
dari 1,5 kali syarat kredit perusahaan, dimana syarat kredit
perusahaan adalah 30 hari.
MPPP = piutang
Penjualan kredit bersih perhari

2. Perputaran Persediaan (PP) (Inventory Turn Over)


Mengukur berapa cepat persediaan obat dibeli, dijual, dan
digantikan.
PP = HPP x
Persediaan rata-rata

Persediaan di apotik paling sedikit 4 kali pertahun, 12 kali


perputaran masih dapat diterima.
Analisis BEP
 Analisa Break Even Point (BEP) untuk mengetahui pada
volume (jumlah) penjualan berapakah apotek tidak mengalami
keuntungan maupun kerugian.
 Asumsi-asumsi yang perlu diperhatikan dalam analisa BEP adalah
:
1. Data yang sahih dan dapat dipercaya mengenai biaya dan
pendapatan tersedia di apotek.
2. Hanya dikenal dua macam biaya, yakni:
- Biaya tetap (Fixed cost = F) yaitu biaya yang tetap nilainya
selama satu tahun periode akuntansi walaupun jumlah
penjualan berubah. Misalnya biaya penyusutan, biaya gaji, biaya
bunga pemeliharaan, sewa, asuransi dan sebagainya.
- Biaya varibel (Varible cost = V) yaitu biaya yang nilainya akan
tetap apabila dilihat biaya per unit penjualannya. Misalnya HPP,
biaya pengiriman, biaya perbaikan, biaya iklan , piutang tak
tertagih dan lainnya.
3. Harga jual per unit adalah tetap, tidak
tergantung banyak sedikitnya yang dijual.
4. Apotek hanya menjual satu jenis produk.
Apabila lebih dari satu jenis produk, maka
produk-produk tersebut dianggap satu jenis
produk dengan kombinasi yang tetap.
5. Tidak ada barang persediaan (stok awal dan
stok akhir adalah 0), dianggap terjual semua.
6. Diterapkan pada batas maksimal dan minimal
penjualan yang terbatas.
ANALISA BREAK EVEN APOTEK DOMESTIK

Fixed Cost (F) = gaji + biaya sewa kantor + biaya asuransi + biaya bunga + biaya
pemeliharaan gedung dan peralatan + biaya penyusutan

Variable cost (V) = HPP + biaya pemakaian suplai kantor/apoteker + biaya iklan
+ biaya pemasaran + biaya pemakaian air, listrik dan telepon + biaya serba
serbi
BE (Rp) = F
(1-V/P)

BE (unit) = F
P-V
PAY BACK PERIODE APOTEK DOMESTIK

PBP = total investasi


laba bersih
II. PERMASALAHAN
 Lakukanlah Analisa Keuangan, serta BE dan
PBP untuk Apotek Domestik berdasarkan
Neraca dan Perhitungan Laba Ruginya
seperti yang tercantum berikut :
APOTEK DOMESTIK
Neraca per 31 Desember 2011

Aktiva (Rp) % dari aktiva


Kas/Bank Rp 10.500.000 4,46
Piutang Rp 34.423.500 14,63
Persediaan Obat Rp 131.990.000 56,09
Peralatan (inventaris) apotek Rp 45.770.000 19,45
Inventaris kendaraan Rp 12.650.000 5,37
Rp 235.333.500 100
passiva
Kewajiban/ utang
Utang (Obat) Rp 87.915.000 37,36
Utang (Bank) Rp 36.295.000 15,42
Hutang yang masih harus dibayar Rp 13.047.500 5,54
Rp 137.257.500 58,32
Ekuitas/modal
Pemilik Rp 50.000.000 21,25
Cadangan ekuitas/modal Rp 48.076.000 20,43
Rp 98.076.000 41,68

Total Kewajiban + Ekuitas Rp 235.333.500 100


Perhitungan Laba Rugi APOTEK DOMESTIK
Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2011
Penjualan Bersih (Rp) %Penjualan
Penjualan (kontan)………. Rp 635.422.500 70
Penjualan kredit…………. Rp 272.322.500 30
Total Penjualan Rp 907.745.000 100
Harga Pokok Penjualan
Persediaan awal…………. Rp 111.657.500
Pembelian bersih………... Rp 632.377.500
Persediaan akhir………… Rp 131.990.000 (-)
H.P.P Rp 612.045.000 67,42
Laba Kotor dari penjualan Rp 295.700.000 32,58
Beban Usaha:
Gaji (Apt, AA, JR)……… Rp 144.817.500
Biaya sewa kantor………. Rp 17.187.500
Biaya pemakaian suplai
kantor/apotek…………… Rp 7.150.000
Biaya Asuransi…………. Rp 9.290.000
Biaya Bunga……………. Rp 5.930.000
Biaya Pemeliharaan
gedung & peralatan…….. Rp 8.895.000
Biaya iklan……………... Rp 4.197.500
Biaya Pemasaran……….. Rp 15.245.000
Biaya Penyusutan……… Rp 7.822.500
Biaya pemakaian air,
listrik dan telepon……… Rp 2.712.500
Biaya serba-serbi………. Rp 27.390.000
Total Biaya Usaha Rp 250.637.500 27,61
Laba Bersih Rp 45.062.500 4,96
III. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
ANALISIS KEUANGAN APOTEK DOMESTIK

A. Test Overall Performance


1. Return of Equity (ROE)
ROE = Penghasilan bersih x 100%
modal total
= 45.062.000 x 100%
98.076.000
= 46,95 %
 Nilai ROE lebih besar dari 18% ini menunjukkan bahwa dana yang diinvestasikan oleh
PSA/APA dalam apotek telah digunakan secara efektif.

2. Return on Assets (ROA)


ROA = laba bersih x 100%
total harta
= 45.062.500 x 100%
235.333.500
= 19,15%
 Nilai ROA lebih dari 12% ini menunjukkan bahwa semua dana yang tersedia oleh
apoteker baik hutang maupun modal telah digunakan secara efektif.
B. Test of Provitability
1. Persentase Laba Kotor (PLK)
PLK = penjualan - H.P.P x 100%
penjualan
= laba kotor penjualan x 100%
penjualan
= 295.700.000 x 100%
907.745.000
= 32,58%
 Nilai PLK yang berada diantara 20%-33% menunjukkan bahwa persentase penjualan
yang terjadi sudah dapat menutup ongkos dan laba apotek.

2. Persentase Pendapatan Bersih (PLB)


PLB = laba bersih x 100%
penjualan
= 45.062.500 x 100%
907.745.000
= 4,96%
C. Test of Liquidity
1. Rasio lancar (Current Ratio)
CR = harta lancar/kewajiban lancar
= 176.913.500
137.257.500
= 1,29
 CR yang lebih rendah dari 2 menunjukkan bahwa apotek memiliki masalah dalam
membayar hutang lancar secara tepat waktu.
2. Rasio cepat (Quick Ratio)
QR = harta lancar – persediaan obat
kewajiban lancar
= 176.913.500 – 131.990.000
137.257.500
= 0,33
 Nilai QR yang lebih kecil dari 1 ini menunjukkan bahwa apotek ini memiliki barang
dagang yang dapat segera dialihkan menajdi uang tunai dibandingkan apotek lainnya.
3. Masa Perkiraan Utang (Account Payable Period)
MPU = Perkiraan hutang
Pembelian per hari
= 87.915.000 x 365 hari
632.377.500
= 51 hari
D. Rasio Solvabilitas
RS = total pinjaman x 100%
Modal pemilik
= KL + KP x 100%
M
KL = kewajiban lancar x 100%
M Modal pemilik
= 137.257.500 x 100%
98.076.000
= 140%
KP = nihil (tidak ada pinjaman jangka panjang)
M
Maka, RS = 140%

 Nilai RS yang lebih besar dari 80%, bahkan mencapai lebih dari 100%
menunjukkan sebagian besar modal apotek ini berasal dari pinjaman
bukan dari investasi pemilik apotek.
E. Test of Efficiency
1. Masa Penagihan Perkiraan Piutang (MPPP)
MPPP = piutang
Penjualan kredit bersih perhari
= 34.423.500 x 365 hari
272.322.500
= 46 hari
 MPPP yang lama dari 45 hari (1,5 x 30 hari) menunjukkan pengelolaan kredit yang buruk dan
apotek mempunyai banyak pelanggan yang tidak membayar tepat waktu.

2. Perputaran Persediaan (PP)


PP = HPP x
Persediaan rata-rata
= HPP x
(persediaan awal + persediaan akhir)/2
= 612.045.000 x
(111.657.500 + 131.990.000)/2
= 5,0 kali
 PP sebesar 5,0 kali menunjukkan bahwa terjadi perputaran persediaan sebanyak 5 kali dalam
setahun, yang mana hal ini termasuk bagus.
ANALISA BREAK EVEN APOTEK DOMESTIK

Fixed Cost (F) = gaji + biaya sewa kantor + biaya asuransi + biaya
bunga + biaya pemeliharaan gedung dan peralatan + biaya penyusutan
= Rp 144.817.500 + 17.187.500 + 9.290.000 + 5.930.000 + 8.895.0000 +
7.822.500
= Rp 193.942.500

Variable cost (V) = HPP + biaya pemakaian suplai kantor/apoteker + biaya iklan
+ biaya pemasaran + biaya pemakaian air, listrik dan telepon + biaya serba
serbi
=Rp 612.045.000 + 7.150.000 + 4.197.500 + 15.245.000 + 2.712.500 +
27.390.000
= Rp 668.740.000
BE (Rp) = F
(1-V/P)
= 193.942.500
1-(668.740.000/907.745.000)
= Rp 736.596.868,9/tahun
= Rp 61.383.072,41/bulan

BE (unit) = F
P-V
= 193.942.500
(907.745.000-668.740.000)
= 0,81 unit
= 81%
PAY BACK PERIODE APOTEK DOMESTIK

PBP = total investasi


laba bersih
= 235.333.500
45.062.500
= 5,22 tahun
Kasus 1
Suatu apotek Mentari pada akhir tahun 2011 ingin
mengetahui apakah apotek yang dikelola selama ini sudah
baik dalam pengelola keuangannya, maka anda diminta untuk
melakukan analisis keuangan dengan indikator-indikator
keuangan. Diperoleh informasi bahwa modal awal apotek
adalah 120jt, dan selama ini memiliki nilai persediaan obat
selama 180.500.000. namun perediaan tersebut sebagian
masih hutang dengan PBF sebesar 56.325.000. dari data yang
diperoleh apotek ini memiliki piutang sebesar 2.365.000. ada
uang di Bank sebesar 12.300.000 dan uang cash 5.625.000.
Hutang apotek di Bank 25.500.000, serta hutang lain yang
harus dikeluarkan 4.325.000. Inventarisasi alat dan fasilitas
yang ada 25.320.000 serta adanya kendaraan seharga
9.500.000
 Selama tahun 2011 apotek melakukan pengadaan obat
dan alat kesehatan sebesar 625.350.000 hasil stok
opname pada akhir 2010 sebesar 127.465.000 dan akhir
tahun 2011 sebesar 180.500.000. diketahui bahwa selama
tahun 2011 penjualan tunai sebesar 555.986.500, kredit
sebesar 185.547.000. ada 2 orang apoteker yang digaji
tiap bulannya masing masing 1.750.000 dan 4 TTK
masing-masing 900.000 selain itu ada 2 kasir masing
masing 500.000, 2 reseptir masing masing 500.000. Biaya
telefon 350.000/bulan, listrik 150.000/bulan. Biaya bunga
bank 3.500.000, biaya maintenance 2.500.000, biaya
penyusutan 3.000.000, biaya sewa kontrak 8.000.000,
biaya marketing 5.000.000, biaya asuransi 3.000.000, biaya
lain-lain 2.500.000
 Buatlah laporan keuangan dari data
tersebut
 Buatlah analisis keuangan dengan
mempertimbangkan indikator analisis
keuangan.
 Buatlah kesimpulan dari hasil keuangan
tersebut
 Tentukan besarnya pajak yang harus
dibayar oleh apotek tersebut
 Buatlah strategi/ langkah yang harus
diambil agar apotek tersebut
mendayagunakan keuangannya secara
efektif dan efisien.
KASUS 2
 Apotek AF baru berdiri selama 3 tahun,
PSAnya adalah seorang dokter. Besar modal
yang diberikan PSA untuk apotek tersebut
sebesar 250 juta. Apotek tersebut memiliki
karyawan sebanyak 5 orang, yaitu 1 orang
apoteker pengelola, 2 orang Tenaga Teknis
Kefarmasian, 1 orang administrasi dan 1
orang pembantu umum. APAnya hanya
datang ke apotek seminggu 2 kali, pekerjaan
managerial lebih banyak dihandle oleh TTK.
Banyak resep yang datang, harus ditolak
karena obat tidak lengkap.
 Pendapatan dan pengeluaran apotek tahun ini adalah meliputi :
 Penjualan tunai : 420.545.000
 Penjualan kredit : 217.870.500
 Pembelian obat : 328.321.500
 Persediaan awal : 140.657.000
 Persediaan akhir : 122.365.000
 Gaji : 112.650.000
 Kesejahteraan karyawan : 21.000.000
 Sewa gedung : 10.000.000
 Asuransi : 7.252.000
 Pemeliharaan gedung : 6.918.500
 Biaya penyusutan : 5.112.500
 Telepon,air, listrik : 4.743.000
 Cicilan ke bank beserta bunga : 4.250.000 per bulan
 Pajak : 2.876.000
 Laba bersih tahun lalu : 20.350.000
Analisis kondisi yang dialami apotek tersebut dari sisi manajerial, pengelolaan
SDM, keuangan dan berikan saran untuk mengatasi permasalan yang terjadi.
Kisi-kisi :
 Hitung nilai ITOR/PP untuk mengetahui
perputaran barang, lihat kondisi apotek yang
banyak menolak resep.
 Hitung laba bersih yang diperoleh tahun ini
dan bandingkan dengan tahun lalu .
 Bagaimana kondisi keuangan apotek dengan
melihat persen laba bersih, ROE, ROA
 Bagaimana pengelolaan SDM sehingga tugas-
tugas di apotek berjalan lancar,
pertimbangkan penambahan karyawan.
HARGA OBAT

SARJANA FARMASI STIKES KENDAL


Menghargai obat
 Pemerintah mengendalikan Harga obat pasal 24
Kepmenkes No 280 tahun 1981
 Diperbaharui kepmenkes No 069 2006 tentang
pencantuman HET di label obat
 HET = HNA + PPn 10% + margin apotek 25%
 1. Membeli Obat di Distributor
 2. Bagaimana Mendapatkan Diskon
 3. Mendapatkan Diskon
 4. Pemberian PPN 10%
 5. pemberian Harga Jual Apotek
 6. Pemberian Uang Resep/Jasa
Harga Jual Obat Di Apotek adalah =
 [Harga Distributor] + [PPN 10 %] + [margin

Apotek] + [embalase] + [Uang Resep/Jasa]


Berapa harga yang harus dibayar oleh Ny. Andi apabila
diketahui :
 HNA (belum termasuk PPN) Aminophyllin 200 mg Rp.
100,-/tab
 Efedrin HCl 25 mg Rp. 50,-/tab

 Phenobarb 100mg Rp. 75,-/tab

 Prednison 5 mg Rp. 100,-/tab

 GG 100 mg Rp. 75,-/tab

 Kapsul HJA Rp. 100,-/kap

 Margin 25%

 Uang servis 1500,- (untuk racikan uang servis 2x)


Perhitungan HNA + PPN setiap obat :
Aminophyllin
 Jumlah aminophyllin yang dibutuhkan dalam resep : 150 mg x 8 kapsul =
1200 mg
 Tablet aminophyllin yang tersedia : 150 mg

 Jumlah tablet aminophyllin yang digunakan : 1200 mg : 150 mg = 8 tablet

 HNA aminophyllin = 8 x Rp. 100,- = Rp. 800

Efedrin HCl
 Jumlah efedrin HCl yang dibutuhkan dalam resep : 25 mg x 8 kapsul =
200 mg
 Tablet efedrin HCl yang tersedia : 25 mg

 Jumlah tablet efedrin HCl yang digunakan : 200 mg : 25 mg = 8 tablet

 HNA efedrin HCl = 8 x Rp. 50,- = Rp. 400


Phenobarb
 Jumlah phenobarb yang dibutuhkan dalam resep : 25 mg x 8 kapsul =
200 mg
 Tablet phenobarb yang tersedia : 100 mg

 Jumlah tablet phenobarb yang digunakan : 200 mg : 100 mg = 2 tablet

 HNA phenobarb = 2 x Rp. 75,- = Rp. 150

Prednison
 Jumlah prednison yang dibutuhkan dalam resep : 5 mg x 8 kapsul = 40 mg

 Tablet prednison yang tersedia : 5 mg

 Jumlah tablet prednison yang digunakan : 40 mg : 5 mg = 8 tablet

 HNA prednison = 8 x Rp. 100,- = Rp. 800


GG
 Jumlah GG yang dibutuhkan dalam resep : 50 mg x 8 kapsul = 400 mg

 Tablet GG yang tersedia : 100 mg

 Jumlah tablet GG yang digunakan : 400 mg : 100 mg = 4 tablet

 HNA GG = 4 x Rp. 75,- = Rp. 300

 HJA = [(HNA + PPN + margin + uang servis untuk racikan) + (HJA tiap
cangkang kapsul x jumlah cangkang kapsul yang digunakan)
 = [(Rp. 800 + Rp. 400 + Rp. 150 + Rp. 800 + Rp. 300) + 10% + 25%]
+ Rp. 3000 + (Rp. 100 x 8 )
 =2450 + 245 +612 +3000 +800
 = Rp 7107,-
Hitunglah:
1. R/ paracetamol tab ½
GG tab ½
epexol tab ½
cortidex tab ½
mf caps dtd no XXX
s tdd caps I
Pro: Bp. Kasim
2. R/ interhistin tab ¼
tremenza tab ¼
sanmol tab ½
cortidex tab ¼
mf pulv dtd no xxiv
s tdd pulv 1
R/ amoxan fl I
s tdd cth 1
Pro : an. Ade
Berapa harga yang harus dibayar oleh Anak Ade
apabila diketahui :
 HNA (belum termasuk PPN) Interhistin Rp. 750,-/tab

 Tremenza Rp. 1475,-/tab

 Sanmol Rp. 350,-/tab

 Cortidex Rp. 300,-/tab

 Kertas puyer HJA Rp. 50,-/lb

 Amoxan dry syrup Rp. 35.000,00

 Indeks 1,30

 Uang servis 1500,- (untuk racikan uang servis 2x)


3. R/ INH 1/2
Rifampicin 1/2
Pirazinamid ½
mf pulv dtd No LX
s 2 dd pulv I
R/ Curvit syr fl I
s 2 dd c I
Pro Meta
Berapa harga yang harus dibayar oleh Anak meta
apabila diketahui :
 HNA (belum termasuk PPN) INH Rp. 125,-/tab

 Rifampicin Rp 300,-/tab

 Pirazinamid Rp. 350,-/tab

 Kertas puyer HJA Rp. 50,-/lb

 Curvit syrup Rp. 25.000,-

 Indeks 1,30

 Uang servis 1500,- (untuk racikan uang servis 2x)


Terima kasih

Pajak di Apotek

Sarjana Farmasi
Stikes Kendal
PAJAK
 Adalah kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan
sebagian dari kekayaan/penghasilan kepada negara menurut
UU atau peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan
digunakan untuk kepentingan masyarakat
Jenis pajak
 Pajak langsung  beban pajak dipikul wajib pajak
 Pajak tak langsung  beban pajak yang dilimpahkan ke pihak
lain, ex: PPN
Menurut pemungutnya
 Pajak daerah  wewenang pemungutan pada pemda,
ex:pajak kendaraan, reklame
 Pajak pusat  wewenang pemungutan oleh pemerintah
pusat, ex: PBB, materai
Menurut sifatnya
 Pajak subjektif  dilihat dari wajib pajaknya, eg: pph
 Pajak objektif  dilihat dari barangnya, eg: PPN
Istilah dalam perpajakan
 WP  orang/badan yang membayar pajak
 NPWP  identitas pada pajak
 SPT  surat yang digunakan WP untuk melaporkan
perhitungan pajak
 PTKP
 PKP
 PPh
 PPN
 SSP  blangko untuk membayar pajak
Macam pajak apotek
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN merupakan pajak tidak langsung dimana pajak terhutang
dihitung atas pertambahan nilai yang ada. Pajak pertambahan nilai
dikenakan pada saat pembelian obat dari PBF sebesar 10%. Setiap
transaksi PBF menyerahkan faktur pajak kepada apotek sebagai bukti
bahwa apotek telah membayar PPN.
2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak atas tanah dan
bangunan apotek, besarnya pajak ditentukan oleh luas tanah dan
bangunan apotek.
3. Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak yang dibebankan pada apotek yang
memasang reklame. Besar pajak reklame tergantung jenis papan
reklame, ukuran, jumlah iklan, dan wilayah pemasangan reklame.
Pajak ini dibayarkan satu tahun sekali.
4. Pajak Barang Inventaris
Pajak barang inventaris dikenakan terhadap kendaraan
bermotor milik apotek.
5. PPh menurut PP 46
 Pajak penghasilan (PPH) = 5 %
 Pajak obat diapotek (PPN) = 10%
 Ex menghargai obat :
 Harga netto obat = Rp. 1000.000
 PPN = 10%
 Laba yang diinginkan = 10%
Maka perhitungannya adalah
Rp. 1000.000 × (10%+10%)
= Rp. 1000.000 × 20%
= Rp. 200.000
Jadi harga jual untuk obat tersebut adalah = harga netto+ pajak + laba
= Rp.1000.000 + Rp.200.000
=Rp. 1.200.000
PERATURAN BARU
PP NO 46 TAHUN 2013
BERLAKU MULAI 1 JULI 2013
Siapa yang Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

 Orang pribadi
 Badan, tidak termasuk Bentuk UsahaTetap,

yang menerima penghasilan bruto/kotor dari usaha tidak


melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1 (satu)Tahun Pajak.
Pengecualian
 WP OP yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam
usahanya menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik
yang menetap maupun tidak menetap dan menggunakan sebagian atau seluruh
tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha
atau berjualan, misalnya pedagang makanan keliling, pedagang
asongan, warung tenda di trotoar, dan sejenisnya.
 WP badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh
penghasilan bruto melebihi Rp 4,8 miliar.
Dasar Penentuan Penghasilan Bruto

Penghasilan bruto yang tidak melebihi Rp 4,8 Miliar ditentukan


berdasarkan penghasilan bruto dari seluruh usaha, termasuk dari usaha
cabang, tidak termasuk penghasilan bruto dari:
 Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas;
 penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri;
 usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak Penghasilan
yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan tersendiri, misalnya usaha jasa konstruksi;
dan
 penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
Saat Mulai Berlakunya PP
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

1. Apabila penghasilan bruto yang dilaporkan


dalam SPT Tahunan terakhir di bawah Rp 4,8
Miliar, dalam hal penghasilan tersebut
merupakan penghasilan penuh 12 bulan.
Contoh Kasus:
Apotek Permata terdaftar 1 Januari 2012, memiliki penghasilan bruto:
 Januari s.d Desember 2013 sebesar Rp 4.000.000.000,00

2013 2014

2013 2014
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

2. Apabila WP Orang Pribadi baru terdaftar antara Januari-


Juni 2013  dasar penghasilan bruto adalah:
akumulasi penghasilan bruto dari bulan berdiri
s.d. bulan Juni 2013, yang disetahunkan.
Contoh Kasus

Jumlah penghasilan bruto selama 3 (tiga) bulan Rp150.000.000,00

1 April 2013 30 Juni 2013 1 Juli 2013

Terdaftar
sebagai Wajib
Pajak

penghasilan bruto 3 (tiga) bulan yang disetahunkan adalah:


Rp150.000.000,00 x 12/3 = Rp 600.000.000
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

3. Dalam hal WP Orang Pribadi baru terdaftar setelah Juli


2013
 dasar penghasilan bruto adalah: penghasilan bruto
bulan pertama disetahunkan.
Contoh Kasus
Gatut Kaca terdaftar sebagai Wajib Pajak baru pada bulan November
2014. Pada bulan November 2014 tersebut, memperoleh penghasilan
bruto sebesar Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
penghasilan bruto November 2014 disetahunkan: 12/1 x
Rp15.000.000,00 = Rp180.000.000,00
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

4. Khusus WP Badan yang baru mulai beroperasi secara


komersial
 dasar penghasilan bruto adalah: penghasilan bruto
setahun pertama sejak beroperasi secara
komersial.
Contoh Kasus
PT Gaya Baru terdaftar sebagai Wajib Pajak baru pada bulan November
2012. PT Gaya Baru mulai beroperasi secara komersial bulan November
2013.

Selama satu tahun pertama operasi komersial PT Gaya Baru dikenai PPh
tarif umum (PPh Pasal 25), dan karena satu tahun tersebut melewati
tahun pajak maka PT Gaya Baru menggunakan tarif PPh umum sampai
Desember 2014.

Apabila penghasilan bruto masa November 2013 – Oktober 2014 telah


melebihi Rp 4,8 M maka mulai Januari 2015 PT Gaya Baru tetap
menggunakan PPh tarif umum.

Apabila penghasilan bruto masa November 2013 – Oktober 2014 belum


melebihi Rp 4,8 M maka pengenaan PP 46 didasarkan pada penghasilan
bruto masa Januari – Desember 2014.
Penentuan Penghasilan Bruto
Dasar Pengenaan PP 46
Orang Pribadi Badan

Penghasilan Januari s.d Omset SPT Tahunan 2012 Omset SPT Tahunan 2012
Desember 2012

Terdaftar Januari s.d Juni Omset sejak terdaftar Omset Tahun Pertama
2013 sampai dengan Juni operasi komersial
disetahunkan

Terdaftar setelah Juli 2013 omset bulan pertama Omset Tahun Pertama
disetahunkan operasi komersial
Penerapan Tarif

Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif


1% (satu persen) dikalikan dengan dasar pengenaan
pajak, yaitu jumlah penghasilan bruto setiap bulan dari
setiap tempat usaha
Penerapan Tarif
PT Daya Tangkap memenuhi kriteria WP yang dikenai PPh yang
bersifat final sesuai PP ini.
Pada bulan Agustus 2013 memperoleh penghasilan dari usaha
penjualan sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final yang terutang untuk
bulan Agustus 2013 dihitung sebagai berikut:
PPh final = 1% x Rp 50.000.000,00
= Rp 500.000,00
Angsuran Masa
 Setoran bulanan PPh berdasarkan PP 46
merupakan PPh Pasal 4 ayat (2)
 Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final,
tidak wajib PPh Pasal 25.
 Jika ada penghasilan lain selain yang dikenai PPh
Pasal 4 ayat (2) sesuai ketentuan PP ini, maka atas
penghasilan tersebut dikenai PPh sesuai dengan
ketentuan umum.
 Jika ada angsuran PPh Pasal 25 atau PPh yang
dipotong/dipungut pihak lain boleh dikreditkan
terhadap PPh terutang yang dikenakan berdasarkan
tarif umum.
Angsuran Masa
Angsuran pajak pada Tahun Pajak pertama Wajib Pajak tidak dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final:
 bagi Wajib Pajak bank, BUMN, BUMD, Wajib Pajak masuk bursa, dan
Wajib Pajak lainnya yang harus membuat laporan keuangan berkala,
dan WP OPPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7) huruf
b dan huruf c UU PPh; dan
 bagi selain Wajib Pajak diatas, angsuran pajak diperlakukan seperti
Wajib Pajak Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7)
huruf a UU PPh,
besaran angsuran pajak adalah sesuai dengan besarnya angsuran pajak
sebagaimana diatur dalam PMK 255/PMK.03/2008 std PMK
208/PMK.03/2009.
Penyetoran dan Pelaporan
 Penyetoran paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
 SSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2).
Jika SSP telah divalidasi dengan NTPN dianggap telah lapor SPT
Masa PPh Pasal 4 ayat (2).
 Apabila SSP tidak mendapat validasi NTPN wajib menyampaikan
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
Kewajiban pelaporan ditiadakan untuk pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan masa pajak Juli s.d
Desember 2013

 SPT Tahunan :
o Dilaporkan pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final
dan/atau bersifat final.
o Formulir SPT Tahunan menggunakan Form 1770 untuk Wajib
Pajak orang pribadi dan 1771 untuk Wajib Pajak badan masih
mengakomodasi
Simulasi Pengisian SSP
Diisi dengan:
• Kode Akun
Pajak 411128
(Untuk Jenis
0 4
Pajak PPh Final)
1
dan
• Kode Jenis
Setoran 420
(untuk
pembayaran
PPh Final
penghasilan
bruto tertentu)

4 2 0 PPh Pasal 4 ayat (2) Bulan Agustus 2013


Pengisian SPT Tahunan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi

Diisi dengan Jumlah PPh Pasal 4


ayat (2) yang Telah Disetor

Diisi Jumlah penghasilan Bruto


Selama Satu Tahun Pajak
Pengisian SPT Tahunan
SPT TAHUNAN TAHUN PAJAK
FORMULIR

1771 PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN


PERHATIAN : • SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN 2 0
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM SPT PEMBETULAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI KE-…

NPWP :
IDENTITAS

NAMA WAJIB PAJAK :

JENIS USAHA : KLU :

PPh Wajib Pajak Badan


NO. TELEPON : - NO. FAKS : -

PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

NEGARA DOMISILI KANTOR PUSAT (khusus BUT) :

PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN TIDAK DIAUDIT

NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

NAMA AKUNTAN PUBLIK :

N P W P AKUNTAN PUBLIK :

NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK :

N P W P KANTOR KONSULTAN PAJAK :

NAMA KONSULTAN PAJAK :

NPWP KONSULTAN PAJAK :

*) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3) RUPIAH *)
(1) (2) (3)
1. PENGHASILAN NETO FISKAL
A. PENGHASILAN

1
(Diisi dari Formulir 1771-I Nomor 8 Kolom 3) ………………………………………………………………….
KENA PAJAK

2. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL


2
(Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 8) …………………………………

3
3. PENGHASILAN KENA PAJAK (1-2) ……...…..…………………………………….…………………..…………

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT)

Tarif PPh Ps. 17 ayat (1) Huruf b X Angka 3 ………….


B. PPh TERUTANG

a.
b. Tarif PPh Ps. 17 ayat (2b) X Angka 3 ……………………. 4
c. Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)
(Lihat Buku Petunjuk)

5. PENGEMBALIAN / PENGURANGAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI


5
(PPh Ps. 24) YANG TELAH DIPERHITUNGKAN TAHUN LALU ……………………………………….

6
6. JUMLAH PPh TERUTANG (4 + 5) …..………………………………….…………………..…………

7
7. PPh DITANGGUNG PEMERINTAH (Proyek Bantuan Luar Negeri) ……..………………..………………..………

8. a. KREDIT PAJAK DALAM NEGERI


8a
(Diisi dari Formulir 1771-III Jumlah Kolom 5) ……….……………..…....………………..………………..………………..……

b. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI


8b
(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Jumlah Kolom 8) ……….………………..………………..………………..………………..…
C. KREDIT PAJAK

8c
c. JUMLAH ( 8a + 8b ) ……...……………..….…………………………………………………………………………..………

9. a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI


(6 – 7 – 8c)…. 9
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG / DIPUNGUT

10. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI


10a
a. PPh Ps. 25 BULANAN ….……..………………..…………………………………..…………………..…………

10b
b. STP PPh Ps. 25 (Hanya Pokok Pajak) …….….…..……….…………………………………………………

10c
c. JUMLAH (10a + 10b) …….……………………...………………
D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR

11. a. PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh Ps. 29)


(9 – 10c)….. 11
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh Ps. 28A)

12. PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a DISETOR TANGGAL ………

13. PPh YANG LEBIH DIBAYAR PADA ANGKA 11.b MOHON : TGL BLN THN

a. DIRESTITUSIKAN b. DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK


Khusus Restitusi untuk Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu : Pengembalian Pendahuluan (Pasal 17C atau Pasal 17D UU KUP)

Diisi dengan Jumlah PPh Pasal 4


ayat (2) yang Telah Disetor

Diisi Jumlah penghasilan Bruto


Selama Satu Tahun Pajak

Diisi dengan “Penghasilan Usaha Penghasilan Usaha WP yang Memiliki


WP yang Memiliki penghasilan penghasilan Bruto Tertentu

Bruto Tertentu”

Anda mungkin juga menyukai