Anda di halaman 1dari 65

\Pengelolaan sumber daya di apotek

& Pelayanan kefarmasian di


apotek)
( 2 kali pertemuan

Tim dosen manajemen farmasi


PENGELOLAAN SUMBER DAYA
SUMBER DAYA MANUSIA

SARANA DAN PRASARANA

SEDIAAN FARMASI DAN PERBEKALAN


KESEHATAN LAINNYA

ADMINISTRASI
PENGELOLAAN SDM
Apotek harus dikelola oleh Apoteker yang Profesional

8 star
pharmacist
SDM di apotek
 Tenaga kesehatan
 APA (Apoteker Penanggung jawab)
 Aping
 Tenaga Teknis kefarmasian
 Tenaga teknis non kesehatan
 Tenaga Administrasi
 Kasir/Keuangan
 Reseptir
 Pembantu Umum
Pengelolaan SDM
Pahami susunan organisasi di Apotek kita
Job description  harus jelas
Penempatan  the right man on the right place
Human relation  komunikasi 2 arah
Pembinaan
Kesejahteraan  reward and punishment
Hal yang perlu diperhatikan dalam mencari
karyawan
Intelligence
Achievement
Attitude
Interest
Personality
SARANA DAN PRASARANA
Sarana  tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian
Prasarana  perlengkapan, peralatan, fasilitas
apotek yang mendukung pelayanan kefarmasian
yang berkualitas
Sarana dan prasarana disesuaikan kebutuhan
masing-masing apotek dengan memperhatikan luas
bangunan, optimasi penggunaan ruangan, efisiensi
kerja, jumlah karyawan, pelayanan yang dilakukan,
kepuasan pasien
Sarana&prasarana:
Papan nama apotek
Ruang tunggu
Tersedia tempat display obat
Ruang konseling + literatur yang mendukung
Ruang peracikan + alat racikan
Ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya
Tempat penyerahan obat
Tempat pencucian alat
Peralatan penunjang kebersihan apotek
APAR
Contoh papan praktek apoteker
ADMINISTRASI
Rangkaian aktivitas pencatatan dan peraesipan, penyiapan laporan
dan penggunaan laporan untuk mengelola sediaan farmasi.

1. Kesekretariatan
 Surat menyurat
buku agenda → mencatat keluar masuknya surat
buku ekspedisi → mencatat pengiriman surat dan obat
blanko surat (SP/surat pesanan)
barang cetakan → kuitansi, nota, kopi resep, dll
Pembuatan/pengiriman laporan
Laporan penjualan harian (laporan ke dalam) → penjualan OWA,OTC,
resep
Laporan narkotika, psikotropka,statistika resep (laporan keluar)
Laporan tenaga kesehatan
2. Kepegawaian
Mencatat:
biodata pegawai → nama, tempat tinggal dan tanggal
lahir, alamat, pendidikan, tahun lulus, besarnya gaji
absensi pegawai → mencatat cuti yang telah diambil
3. Keuangan
 Buku kas
 uang masuk → penjualan tunai, kredit
 uang keluar → pembelian harian tunai, kredit (administrasi
pembelian.
Pembelian kredit biasanya dilakukan dengan PBF dengan
perjanjian tertentu. Tapi untuk apotek yang baru berdiri, 3
bulan pertama pembelian dengan PBF harus tunai.
 Buku pembelian/buku hutang
 Biaya operasional
 biaya operasional harian → fotokopi, pembelian bahan bakar,
dll
 pengeluaran bulanan → rekening listrik, air, telefon, gaji
pegawai,dll
 pengeluaran tahunan → sewa bangunan, pajak,dll
4. Penyimpanan/pergudangan
 Kartu stock : kartu yang mencatat stock obat atau bahan obat
 Sebaiknya warna berbeda-beda untuk berbagai jenis obat (missal: merah
untuk narkotik, kuning untuk psikotropika, hijau untuk obat bebas)
 Kartu stelling: kartu yang berfungsi untuk melacak berkurang atau
bertambahnya barang.
 Diletakkan di dekat bahan masing-masing, didalamnya memuat tanggal,
nomor resep, sisa obat, dan paraf.
 Buku bon →ambil barang di gudang
 Buku ED → mencatat tanggal ED setiap obat→mencatat tanggal ED setiap
obat, obat yang rusak
 Buku defecta → untuk mencatat berang/persediaan obat yang sudah menipis
 Faktur → sebaiknya tiap PBF, mapnya tersendiri
 Berita acara pemusnahan→misalnya pemusnahan resep, obat yang sudah
rusak/ED
Pelaporan
Laporan penggunaan Psikotropika
Laporan penggunaan Narkotika
Laporan statistika resep dan pelayanan obat
generik berlogo
Laporan tenaga kesehatan
 Beberapa pencatatan yang dilakukan di apotek seperti di
bawah ini:

1. Buku Penjualan Harian Obat Bebas


Digunakan untuk mencatat semua transaksi harian
meliputi penjualan obat bebas alkes, maupun barang-
barang lain selain resep. Tujuan dari buku penjualan ini
adalah untuk mengetahui jumlah penjualan setiap harinya.

Tgl. Jumlah Nama Barang Total Uang

Contoh Format Buku Penjualan Obat Bebas


2. Buku Penjualan Resep
Digunakan untuk mencatat semua resep yang masuk setiap harinya, agar
apotek mempunyai dokumentasi yang lengkap mengenai resep yang sering
masuk

No Tgl Nama obat Jumlah Nama Dokter Rupiah


obat pasien

Contoh Format Buku Pencatatan Resep


3. Buku Pembelian
Buku pembelian digunakan untuk mencatat semua pembelian
obat yang dilakukan di apotek melalui PBF. Pencatatan semua
pembelian obat dilakukan setiap harinya.

Tgl No PBF No. No. Nama Jml Harga Disc Total Jumlah
faktur Bacth Obat satuan % total

Contoh Format Buku Pembelian


4. Buku Pembayaran
Buku pembayaran mempunyai fungsi untuk mencatat semua
pembayaran faktur-faktur dari Pedagang Besar Farmasi (PBF).
Sebelum dilakukan inkaso/pembayaran obat kredit dilakukan:

1. Pengumpulan faktur-faktur berdasarkan tanggal jatuh tempo


2. Pencatatan dilakukan di buku inkaso/pembayaran, lalu ditotal berapa
jumlah pembayaran yang harus dilakukan.

No. PBF No. Faktur Tanggal jatuh Jumlah


tempo

Contoh Format Buku Pembayaran


5. Buku Setoran Harian
Buku setoran ini dibuat dengan tujuan untuk mencatat semua
jumlah pendapatan yang diperoleh setiap harinya

Tgl. Jam kerja Jumlah Pendapatan

Contoh Format Buku Setoran Harian


6. Buku Stok Obat
Buku stok obat memuat tentang obat-obatan yang ada di
apotek dan memuat jumlah barang yang masih ada dalam
persediaan. Buku stok obat ini dapat digunakan untuk :
a. mengetahui obat-obat apa saja yang paling sering terjual
b. obat-obat apa saja yang tidak laku
c. mengetahui jumlah obat yang tersisa sebagai data untuk
pengadaan barang

No. Nama Obat Jumlah

Contoh Format Buku Stok Obat


Contoh Bentuk Kartu Stok di Apotek
7. Buku Defecta
Buku defecta digunakan untuk mencatat persediaan yang akan dipesan
pada PBF. Berisi tentang nama barang dan jumlah yang akan dipesan

No. Nama barang Sisa stok Kebutuhan

Contoh Format Buku Defecta


8. Buku Pengeluaran Narkotika dan Psikotropika

Buku pengeluaran obat narkotika/psikotropika dibuat untuk mencatat


pengeluaran obat psikotropika dan obat narkotika agar dapat diketahui
jumlah obat yang sering keluar dan mempunyai dokumentasi yang
lengkap mengenai pasien tersebut.

Tgl Nama dan Nama Jumlah Dokter dan


alamat Obat alamat
pasien

Contoh Format Buku Pengeluaran Narkotika/ Psikotropika


LAPORAN PEMAKAIAN NARKOTIKA
Laporan Narkotika dan Psikotropika
Nama Apotek : Bulan :
No. Izin Apotek : Tahun
Alamat :
No. telpon :

Nama Sediaan Jumlah Jumlah Persediaan Ket


Penambahan Pengurangan
No Sediaan Awal (3+4+5) (7+8) Akhir Bulan
bulan Pembelian Pembuatan Pembuatan R/ Lain-lain (6-9)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tempat, tanggal, bulan, tahun


Apoteker Pengelola Apotek

Laporan Pemakaian Narkotika


SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotik dan
Psikotropi)
Aplikasi Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
(SIPNAP) dikembangkan dan dikelola oleh Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Ditjen Binfar
dan Alkes, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Aplikasi ini diperuntukkan bagi seluruh Unit Pelayanan
(Apotek, Klinik & Rumah Sakit), Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Dinas Kesehatan Provinsi Seluruh Indonesia.
Saat ini semua unit pelayanan farmasi wajib melaporkan
penggunaan narkotik psikotropik melalui SIPNAP secara
online tiap bulan.
Halaman beranda SIPNAP
Contoh profil Apotek
PELAYANAN
KEFARMASIAN di APOTEK

Ria septiyana Msi Apt


PELAYANAN KEFARMASIAN DIAPOTEK ADALAH PELAYANAN
KESEHATAN DASAR
Beberapa hal yang bisa menjadi alasan apoteker adalah pelayan kesehatan
dasar adalah :
 Pelayanan kefarmasian oleh apoteker diapotek adalah pelayanan
kesehatan dasar (promotif, kuratif dan prekuentif), baik pada
swamedikasi ataupun pada pelayanan atas dasar resep.
 Pelayanan diapotek harus melakukan KIE (komunikasi, informasi
dan edukasi). Edukasi adalah salah satu peran yang dapat
meningkatkan kecerdasan masyarakat didalam kesehatan yang
ujungnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
 Apoteker juga mempunyai resiko profesi yang sama dengan sejawat
yang lain. Baik resiko hukum, tertular penyakit dsb.
 Apoteker didalam melakukan pelayanan kesehatan mempunyai
kompetensi yang spesifik yang setara dengan profesi lain.
Kompetensi inilah yang menjadikan dasar profesionalisme apoteker
diapotek, dan kompetensi yang spesifik ini yang tidak dipunyai oleh
tenaga kesehatan lain.
Pelayanan di Apotek dijadikan Value creation 
Apoteker mempunyai ruang gerak dalam pelayanan
kefarmasian
BERDASAR SK MENKES 1027 TAHUN 2004
PELAYANAN RESEP
PROMOSI DAN EDUKASI
PELAYANAN RESIDENSIAL
Pelayanan Resep
Alur pelayanan Resep
Patient

Delivering & Receiving


patient the
counseling prescription

Reading &
Rechecking checking the
prescription

Numbering,
Labeling dating, &
pricing

Preparing
the
prescription
Kepmenkes No.1027/2004
Skrinning Resep meliputi :
1. Skrinning Administrasi
a. Nama, SIP dan alamat dokter
b. Tanggal penulisan resep
c. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep
d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan
pasien
e. Nama obat, potensi, dosis, jumlah obat yang diminta
f. Cara pemakaian yang jelas
g. Informasi yang lainnya
2. Skrinning Farmasetik
bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian

3.Skrinning Klinis
adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain)
Penyiapan
1) Peracikan
resep
kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas,
dan memberikan etiket pada wadah

2) Etiket
a) Warna etiket
b) Pada etiket, harus mencantumkan:
 Nama dan alamat apotek
 Nama dan nomer SIA
 Nomer dan tanggal pembuatan
 Nama pasien
 Aturan pemakaian
 Tanda lain yang diperlukan
lanjutan
3) Kemasan obat yang diberikan
4) Penyerahan Obat
pemeriksaan akhir sebelum diserahkan
5) Informasi Obat
cara pemakaian obat, cara penyimpanan, jangka waktu
pengobatan, aktivitas dan makanan serta minuman
yang harus dihindari
6) Konseling
7) Monitoring penggunaan obat
PROSEDUR TETAP
PELAYANAN RESEP
A. Skrining Resep
1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep
yaitu nama dokter, nomor ijin praktek, alamat, tanggal
penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter serta nama,
alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu: bentuk
sediaan, dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat.
3. Mengkaji aspek klinis yaitu : adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi
khusus lainnya). Membuatkan kartu pengobatan pasien
(medication record).
4. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila
diperlukan
B. Penyiapan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
1. Menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan
permintaan pada resep
2. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum.
3. Mengambil obat dengan menggunakan sarung tangan / alat / spatula /
sendok
4. Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan
ke tempat semula.
5. Meracik obat (timbang, campur, kemas)
6. Mengencerkan sirup kering sesuai takaran dengan air yang layak minum
7. Menyiapkan etiket (warna putih untuk obat dalam, warna biru untuk
obat luar, dan etiket lainnya seperti label kocok dahulu untuk sediaan
cair)
8. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan
permintaan dalam resep.
C. Penyerahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
1. Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf
oleh apoteker
6. Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan
PROSEDUR TETAP PELAYANAN RESEP
NARKOTIK
A. Skrining resep
1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmaseutik yaitu : bentuk sediaan,
dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
3. Mengkaji pertimbangan klinis yaitu : adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).
4. Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit,
puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan resep
narkotika dalam tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama sekali
5. Salinan resep narkotik yang baru dilayani sebagian atau yang belum
dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan
resep asli.
6. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan.
B. Penyiapan Resep
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
2. Untuk obat racikan apoteker menyiapkan obat jadi yang
mengandung narkotika atau menimbang bahan baku
narkotika
3. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya
4. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai
dengan permintaan dalam resep
5. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis
dan jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.
C. Penyerahan Obat
1. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan
etiket dengan resep sebelum dilakukan penyerahan
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak
menerima
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5. Menanyakan dan menuliskan alamat / nomor telepon pasien
dibalik resep
6. Menyimpan resep pada tempatnya dan
mendokumentasikannya.
KONSELING, PROMOSI, EDUKASI
Konseling  proses komunikasi 2 arah yg sistematik
antara pasien dan apoteker untuk mengidentifikasi
dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan
obat dan pengobatan.
Tujuan  meningkatkan kualitas hidup pasien
Komunikasi  rangkaian proses penyampaian
informasi/pesan dari pengirim/pemberi informasi
kepada penerima dengan menggunakan media
komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan
baik oleh penerima.
Pesan dikirim dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh pasien
Pemberian pesan yang baik:
Sincerely
Simple
Short
Specific
Summarize
Berikan empati, dukungan, membesarkan hati,
arahan, serta saran kepada Px.
Informasi obat sekurang-kurangnya:
Cara pemakaian obat
Jangka waktu pengobatan
Cara penyimpanan obat
Aktivitas serta makanan/minuman yang harus dihindari
selama terapi
Dalam memberi informasi kepada pasien, apoteker
harus:
Memberi informasi secara objektif, netral, dan
akurat mengenai obat
Menelaah secara kritis berbagai informasi mengenai
obat
Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Mengenal penyakit dan pengobatannya
Apoteker berpartisipasi aktif dalam promosi dan
edukasi.
Apoteker turut membantu diseminasi informasi
(penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan,
dll)
RESIDENSIAL
Home care adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang
diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat
dari penyakit ( Depkes, 2002 ).
RESIDENSIAL
Apoteker ‘care giver’
Kunjungan ke rumah
Lansia
Px dengan penyakit kronis
Membuat catatan medik
SELF MEDICATION
Tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa
resep yang dilakukan secara tepat guna dan
bertanggung jawab.
Walaupun untuk sendiri tetepi harus rasional
Pengguna memilih produk obat yang sesuai dengan
kondisinya.
Definisi swamedikasi atau pengobatan sendiri
berdasar permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993
adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala
penyakit tanpa konsultasi dengan dokter terlebih
dahulu. Lebih dari 60% dari masyarakat
melakukan swamedikasi dan 80% di antaranya
mengandalkan obat modern.
Ketrampilan utama untuk menanggapi gejala
penyakit yang disampaikan oleh pasien adalah:
1. Kemampuan untuk membedakan antara gejala
penyakit ringan dan serius
2. Keterampilan mendengarkan secara aktif
3. Kemampuan untuk bertanya
4. Kemampuan pemilihan terapi berdasarkan
efektivitasnya
5. Kemampuan bekerjasama dengan pasien
Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah  metode WWHAM yaitu:
 W   – who is it for ? (Siapa yang sakit)
siapa yang sakit, usia berapa, apakah dalam keadaan hamil/menyusui. Bila yang
datang adalah pasien sendiri, bisa dilihat penampilan fisiknya untuk membantu
penilaian kondisi pasien (ruam kulit, pucat, keringat berlebihan dan lain-lain)
 W   – what are the symptoms ? (apa gejalanya)
Perlu ditanyakan gejala/keluhan penderita, dan tim farmasi harus tahu gejala-
gejala yang perlu diwaspadai. Dengan memperhatikan gejala yang perlu
diwaspadai, dapat ditentukan dengan tepat apakah pasien harus diberi
rekomendasi, atau dirujuk ke dokter.
 H   -how long have the symptoms ? (berapa lama gejala diderita)
Ditanyakan jangka waktu gejala yang dikeluhkan pasien, bagaimana
perkembangan kondisi pasien saat ini, apakah pasien juga menderita penyakit
lain
 A     -actions taken so far ? (tindakan apa yang sudah dilakukan)
Perlu ditanyakan tindakan pengobatan yang sudah dilakukan dsb.
 M    -medications they are taking ? (obat apa yang sudah digunakan)
Ditanyakan obat yang sudah digunakan untuk mengatasi keluhan, meliputi obat
bebas / bebas terbatas, obat yang diresepkan, maupun obat tradisional.
Ditanyakan apakah pasien juga minum obat untuk penyakit lain.
Kriteria obat yang bisa diserahkan tanpa resep
(permenkes No.919/MENKES/ PER/ X/1993):
Tidak KI untuk wanita hamil, anak < 2 thn, dan orang
tua >65 thn.
Tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit
Penggunaan tidak memerlukan cara/alat khusus yg
harus dilakukan tenaga kesehatan
Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia
Obat dimaksud memiliki rasiokhasiat keamanan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan
sendiri.
OWA
OWA adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep
dokter
Peran Apoteker dalam pemilihan obat tanpa resep:
Membantu masyarakat menentukan penyakitnya
Memilihkan obat
Membantu menegaskan informasi
Pementauan dan penilaian hasil terapi
Kewajiban Apoteker dalam pelayanan OWA:
Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per
pasien
Membuat catatan pasien dan obat yang diserahkan
Memberikan KIE kepada pasien
PROSEDUR TETAP PENGELOLAAN RESEP
1. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan
sesuai nomor resep.
2. Resep yang berisi narkotika dipisahkan atau digaris bawah dengan tinta
merah.
3. Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru.
4. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya.
5. Bendel resep ditulis tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan
disimpan di tempat yang telah ditentukan
6. Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur
sehingga memudahkan untuk penelusuran resep
7. Resep yang diambil dari bendel pada saat penelusuran harus
dikembalikan pada bendel semula tanpa merubah urutan
8. Resep yang telah disimpan selama dari tiga tahun dapat dimusnahkan
sesuai tata cara pemusnahan
pengelolaan Narkotika :

PEMESANAN
SP narkotika ada 5 lbr
1 lbr SP untuk pesan 1 item obat N
harus beli ke PBF yg ditunjuk, yaitu Kimia Farma
pembayaran dilakukan dg COD (Cash on Delivery), yaitu
bayar ketika brg dtg
PENYIMPANAN
Narkotika disimpan dlm lemari khusus dg syarat:
 bahan : kayu atau bhn lain yg kuat
 ukuran : 40x80x100cm, ukuran lbh kcl dipaku paten di dinding atau
lain
 almari 2 pintu dg kunci yg berlainan
 1 pintu u/ menyimpan Petidin, morfn, n garam2nya u/ persediaan
 pintu u/ keperluan sehari2, u/ pelayanan, misal kodein.
PELAYANAN RESEP
 Narkotika hanya bs diperoleh dg resep dokter asli
 resep tidak boleh diiter
 resep yg dilayani dicatat di register narkotika (bk pencatatan N)
 R/ didimpan n terpisah dr R/ lain
 boleh malayani copy R/ hanya di apotek yg menyimpan R/ aslinya
 pasien boleh diberikan copy R/ tapi pasien tdk bisa beli lg
 R/ yg berasal dr luar propinsi hrs ada pegesahan dr yg berwenang atau minta
R/ baru dr dokter setempat
Pengelolaan pasien
Faktor-faktor agar pasien loyal:
a. Pelayanan (tepat, cepat)
b. Kelengkapan obat
c. Harga
d. Fasilitas apotek
e. konseling
Indikator untuk mengevaluasi mutu
pelayanan
Tingkat kepuasan pasien
Dimensi waktu
Prosedur tetap
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai